Dosen Pengampu:
Disusun Oleh:
Kelompok 4
1
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala berkat dan
rahmat-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini guna memenuhi tugas
kelompok Mata kuliah Kesehatan Wisata dengan judul: “RISIKO AKTIFITAS WISATA
BERDASARKAN TEMPAT TUJUAN”
Kami menyampaikan ucapan terima kasih kepada enci Yulianty Sanggelorang S.K.M,
M.P.H , atas tugas dan bimbingan yang telah diberikan sehingga kami dapat menyelesaikan
makalah ini. Dan kami menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini tidak terlepas dari
bantuan banyak pihak yang telah memberikan saran dan kritik sehingga makalah ini dapat
terselesaikan.
Makalah ini telah kami susun dengan semaksimal mungkin tetapi kami menyadari
bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna karena terbatasnya kemampuan dan
pemahaman yang dimiliki. Oleh karena itu, kami mengharapkan segala bentuk saran dan
kritik yang membangun dari berbagai pihak demi perbaikan dan penyempurnaan makalah ini.
Kelompok 4
2
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR..............................................................................................................2
DAFTAR ISI.............................................................................................................................3
BAB I PENDAHULUAN.........................................................................................................5
1.3 Tujuan..........................................................................................................................6
1.4 Manfaat........................................................................................................................6
BAB II PEMBAHASAN..........................................................................................................7
3
2.2.1 Pengertian Penyakit Infeksi Baru (Emerging And Reemerging Infectious
Diseases)...........................................................................................................................21
3.1. Kesimpulan................................................................................................................35
3.2. Saran..........................................................................................................................36
DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................................37
4
BAB I
PENDAHULUAN
5
penyakit. Berkaitan dengan kesehatan pada daerah tujuan wisata, agen penyakit dapat
saja terdiri dari agen kimia, fisik, biologi, ergonomi yang memerlukan pengukuran,
pengamatan dan pencegahan dengan cara berbeda. Tempat tujuan wisata dapat
menjadi daerah transit penularan yang potensial untuk beberapa penyakit menular.
Penerbangan terutama untuk jarak jauh tentu saja akan memberikan efek pada
kesehatan dan kenyamanannya, terutama pada penumpang yang telah mempunyai
keluhan kesehatan atau mengidap penyakit sebelumnya dan mereka termasuk dalam
kelompok yang lebih rentan.
1.3 Tujuan
1.3.1. Mengetahui dan memahami risiko kesehatan pada wisatawan berdasarakan
faktor regional.
1.2.3. Mengetahui dan memahami Penyakit infeksi baru (emerging and reemerging
infectious diseases) yang muncul dan mengancam aktivitas wisata.
1.4 Manfaat
Manfaat dari makalah ini yaitu untuk memberikan pengetahuan dan pemahaman
tentang Risiko Aktifitas Wisata Berdasarkan Tempat Tujuan, yang didalamnya terkait
risiko kesehatan pada wisatawan berdasarakan faktor regional, dan penyakit infeksi
baru (emerging and reemerging infectious diseases) yang muncul dan mengancam
aktivitas wisata.
1.1.
6
BAB II
PEMBAHASAN
7
melakukannya tidak mencari nafkah di tempat atau negara yang dikunjungi. Dapat
dikatakan bila tidak memenuhi syarat tersebut di atas, orang tersebut belum dapat
dikatakan sebagai seorang wisatawan. Satu saja syarat tidak dipenuhi, maka dua
syarat yang lainnya menjadi gugur.
8
selera dan cita rasa wisatawan dalam arti luas; (e) sesuatu yang berkesan, sehingga
mampu menahan wisatawan lebih lama atau merangsang kunjungan ulang.
9
lain access ini diidentikkan dengan transferabilitas yaitu kemudahan untuk
bergerak dari daerah yang satu ke daerah yang lain. Tanpa adanya kemudahan
transferabilitas tidak akan ada pariwisata.
d) Pelayanan tambahan (ancillary service)
Pelayanan tambahan (ancillary service) atau sering disebut juga pelengkap yang
harus disediakan oleh pemerintah daerah dari suatu daerah tujuan wisata, baik
untuk wisatawan maupun untuk pelaku pariwisata. Pelayanan yang disediakan
termasuk: pemasaran, pembangunan fisik (jalan raya, rel kereta, air minum, listrik,
telepon, dan lain-lain) serta mengkoordinir segala macam aktivitas dan dengan
peraturan perundang-undangan baik di objek wisata maupun di jalan raya.
Dari keempat komponen di atas merupakan sebagai daya tawar untuk menarik
minat wisatawan untuk melakukan suatu kunjungan ke suatu daerah tujuan wisata. Di
daerah tujuan wisata terjadi pula interaksi antara para wisatawan dengan penduduk
asli (lokal) dan lingkungan asli penduduk tinggal. Hal inilah yang memungkinkan
menimbulkan terjadinya dampak sebagai akibat adanya pengembangan pariwisata itu.
Dampak yang timbul itu bisa positif ataupun negatif. Tergantung dari sudut pandang
masing-masing.
Daerah tujuan wisata merupakan bagian dari sistem pariwisata (tourism system)
yang paling riskan terhadap adanya suatu perubahan itu dan mungkin di sini terjadi
pengikisan, baik yang bersifat fisik, budaya, maupun sosial masyarakat. Untuk itu,
mungkin tidak salah kalau diawali dengan kata kehati-hatian dalam menyambut
perubahan yang begitu besar dan cepat itu. Tidak jarang masyarakat ada yang mabuk
dan lupa karena memegang uang yang banyak, tetapi lupa dengan apa yang hilang
pada dirinya. Di sinilah peranan pemerintah sebagai pengendali sosial masyarakat
sangat diperlukan, seperti membuat peraturan larangan dalam batas batas tertentu.
Kementerian Kebudayaan dan Pariwisata Republik Indonesia telah memiliki program
yang disebut sapta pesona. Minimal enam dari tujuh unsur tersebut penting kita
terapkan untuk memberikan pelayanan yang baik serta menjaga keindahan dan
kelestarian alam dan budaya di daerah tujuan wisata, yaitu: Aman; Tertib; Bersih;
Indah; Ramah dan Kenangan.
10
2.1.4. Bahaya Potensial Berdasarkan Kategori Tempat Wisata
Dari 197 kawasan wisata di Bali, sebagian besar termasuk dalam kategori
Pantai (29.9%) pura (14.2%) dan air terjun (12,7%). Selanjutnya akan dibahas bahaya
potensial berdasarkan kategori tempat wisata secara berurutan mulai dari kategori
yang paling banyak.
1. Pantai
Pantai merupakan kategori kawasan wisata dengan jumlah terbanyak
Ditemukan hampir sekitar 60 pantai yang telah diketahui oleh pengunjung. Ada
sejumlah bahaya yang dapat ditemui yang dapat mengganggu kesehatan dan
keselamatan pengunjung dan pengelola.
Terkait dengan hazard mekanik, banyak risiko terkait kurang amannya akses
masuk menuju pantai. Seperti ditemukan di Pantai Serangan, Pantai Bias Tugel, dan
Pantai Madewi jalan masih berupa batu kapur atau bebatuan yang tidak rata dan
curam di Pantai Berawa tidak ada l tangga turun di Pantai Kayu Putih tidak ada pintu
masuk utama, tetapi harus melalui belakang restoran serta di Pelabuhan Buleleng
jalan paving banyak yang rusak dan berlubang Akses masuk yang masih banyak pasir
juga sering dijumpai misalnya di Pantai Kerobokan Pantai Batu Klotok di mana pasir
di areal masuk sering berbahaya bagi pengendara motor. Tangga yang licin dan
berbatu juga ditemukan di Pantai Soka.
3. Air Terjun
11
Bahaya mekanik yang dapat dijumpai di kawasan wisata air terjun utamanya
adalah terkait akses masuk, tempat ditemukan kondisi akses jalan masuk atau tangga
yang terlalu sempit, licin, berbatu, naik turun, dan curam. Beberapa kawasan
menawarkan aktivitas dalam air, yakni aktivitas speed bout yang digunakan untuk
aktivitas olahraga air (water sport).
4. Danau
Di kawasan wisata danau ditemukan potensi beberapa bahaya mekanik, fisik,
biologi, kimia, ergonomi, dan psikologi. Terkait hazard mekanik, adanya pengunjung
yang membeludak dan banyaknya pedagang me nimbulkan risiko keramaian yang
dapat memengaruhi keamanan dan akses masuk. Selanjutnya, kurangnya batas
keamanan di pinggir danau merupakan kondisi yang berbahaya, terutama untuk balita,
anak-anak, lansia, dan kelompok berkebutuhan khusus.
Selanjutnya bahaya fisik dapat terjadi pada danau yang menyediakan aktivitas
olahraga air seperti perahu boat yang menimbulkan kebisingan bagi pengunjung dan
pengelola. Tersedianya ak tivitas dalam air pinggir air atau memancing dapat berisiko
tenggelam Pengaruh cuaca dingin juga dapat mengganggu kesehatan pengunjung dan
pengelola.
Terkait hazard biologi dan kimia, adanya rawa di sekitar danau berpotensi
menimbulkan infeksi bakteri yang merupakan agen biologi. Potensi ba haya akibat
minuman beralkohol ditemukan karena adanya warung yang menjual minuman
beralkohol atau pengunjung yang membawa sendiri. Lebih lanjut, banyaknya
penemuan puntung rokok dan terdapatnya pe ngunjung serta nelayan yang merokok,
mengindikasikan bahaya dari me rokok di kawasan wisata danau.
Bahaya ergonomi ditemukan karena rasa tidak nyaman yang dapat mun cul
akibat kurang baiknya batas keamanan di pinggir danau. Selain itu, kurang intesifnya
pengawasan menyebabkan pengunjung waswas akan kemungkinan tenggelam dan
kekerasan
12
dilakukan dari Maluku ke Bali, atau sebaliknya. Sebagai negara kepulauan, dengan
karakteristik penyakit yang berbeda-beda antar satu wilayah di Indonesia, wisata
domestik juga dapat menjadi faktor resiko penyebaran beberapa penyakit khususnya
malaria, dengue, tuberkulosis dan sejenisnya.
Wisata inbound, terkait dengan aktivitas wisatawan mancanegara yang datang ke
Indonesia. Wisata jenis ini memiliki karakteristik khusus terkait dengan risiko
kesehatan yang mungkin dialami oleh wisatawan yang akan melakukan aktivitas di
Indonesia. Tidak hanya itu, wisatawan mancanegara juga bisa membawa penyakit dan
luar negeri untuk kemudian disebarkan pada penduduk lokal di Indonesia.
Wisata outbound, merupakan jenis wisata yang dilakukan oleh orang Indonesia
ke luar negeri. Hampir sama dengan inbound tour, wisatawan Indonesia memiliki
kerentanan tersendiri terdapat berbagai bahaya dan risiko kesehatan yang mungkin
ada di tempat yang akan dikunjung. Demikian juga risiko wisatawan Indonesia untuk
menularkan penyakit yang dibawa dari Indonesia ke tempat tujuan nantinya.
13
salah satu kompetensi dasar yang harus dimiliki oleh praktisi kedokteran dan
kesehatan masyarakat di daerah tujuan wisata.
14
Secara ekonomi, jumlah wisatawan yang meningkat akan memberikan kontribusi
dalam pendapatan suatu daerah. Meskipun demikian, peningkatan tersebut juga
dibarengi dengan peningkatan risiko kesehatan yang terkait. Adapun risiko masalah
kesehatan yang akan dihadapi oleh wisatawan menurut berbagai Penelitian adalah
bahwa dan setiap 100.000 wisatawan yang berkunjung ke negara berkembang :
15
Model transportasi, lama kunjungan, dan perilaku wisatawan menentukan
kemungkinan terpapar infeksi dan ini mempengaruhi keputusan tentang kebutuhan
pencegahan, misalnya vaksinasi tertentu atau pengobatan anti-malaria. Lama
kunjungan juga memungkinkan terpapar dengan perubahan suhu dan kelembaban atau
polusi atmosfer yang berkepanjangan.
Tujuan kunjungan juga merupakan hal penting terkait risiko kesehatan.
Perjalanan bisnis ke kota, dimana wisatawan menghabiskan waktunya di dalam hotel
atau pusat pertemuan dengan standard akomodasi tinggi, atau perjalanan wisata yang
diorganisasi dengan baik memiliki risiko lebih kecil dari pada berwisata ke daerah
terpencil, baik untuk tujun bekerja maupun kesenangan. Perilaku juga berperan besar,
misalnya pergi keluar pada malam hari di daerah endemik malaria tanpa persiapan
pencegahan akan menyebabkan terkena infeksi malaria. Gigitan serangga, hewan
pengerat atau hewan lainnya, agen infeksius makanan dan air terkontaminasi,
kurangnya fasilitas pelayanan kesehatan, dan wisata ke daerah terpencil akan
membahayakan wisatawan. Di manapun tujuannya dan apapun model transportasinya,
wisatawan harus berhati-hati terhadap kemungkinan kecelakaan. terutama di jalan
atau saat melakukan olahraga.
16
ringan. Jika timbul gejala berat, seperti perubahan status mental, maka wisatawan
harus diturunkan segera.
c) Terpapar Hewan
Wisatawan yang terpapar binatang dapat berisiko untuk terserang rabies atau penyakit
zoonosis yang lain. Rabies merupakan penyakit endemik di negara sedang
berkembang.
d) Pengobatan
Perhatikan interaksi semua obat-obatan yang dibawa dan sering digunakan wisatawan.
Antasid dan obat antidiare sering menggangu penyerapan obat.
e) Infeksi Menular Seksual
Infeksi menular seksual lebih sering dan tampaknya lebih resisten terhadap antibiotik
di banyak negara dari pada di Amerika Serikat. Dianjurkan menggunakan kondom
jika melakukan hubungan seksual dengan pasangan baru selama wisata.
f) Terpapar Sinar Matahari
Di negara tropis, di ketinggian, dan di atas salju dan air, paparan sinar matahari
mungkin lebih banyak dari yang diperkirakan.Wisatawan hendaknya menggunakan
pelindung sinar matahari berspektrum luas (SPF paling kecil 30 dengan proteksi UVA
dan UVB) dan menggunakan topi lebar dan kacamata. Tetrasiklin dan siprofloksasin,
yang sering dianjurkan untuk diare pada wisatawan atau pencegahan malaria, dapat
menyebabkan ruam terinduksi sinar matahari.
g) Berenang
Tempat berenang (kecuali kolam terklorinasi) mungkin terkontaminasi mikroba dari
selokan atau limpahan tanah. Wistawan perlu menanyakan tentang schistosomiasis di
tempat tersebut, dan jika meragukan sumber airnya maka sebaiknya cepat
mengeringkan badan. Gunakan alas kaki jika tidak yakin keadaan permukaan tanah.
17
Borne Diseases; Malaria; Flu Burung; Dengue; Diare; Severe acute respiratory
syndrome (SARS); HIV/AIDS; Rabies; Salmonella dan Demam Tifoid.
18
2019 (Covid-19) pada 11 Maret 2020. Tindakan tersebut dilakukan sebagai bentuk
keprihatinan dunia atas penyebaran virus dan dampak yang mengkhawatirkan, serta
mengingatkan semua negara untuk mengaktifkan dan. meningkatkan mekanisme
respon darurat. Dalam waktu yang bersamaan seluruh warga dunia berpotensi terkena
infeksi penyakit Covid-19. Penyebarannya yang masif dan mengakibatkan tingginya
angka kematian membuat sebagian belahan dunia lumpuh dari segala aktivitas.
Beberapa negara melakukan penguncian wilayahnya dan menonaktifkan semua
aktivitas masyarakat dengan pelarangan keluar rumah.
Bagi Indonesia, saat awal terjadi pandemi, dengan mempertimbangkan
Pembatasan Sosial Berskala Besar menjadi ketetapan yang dilakukan dengan
membatasi pergerakan orang dan atau barang jasa untuk pengendalian penyebaran
virus, sebagaimana telah diatur sebelumnya dalam Undang-undang Nomor 6 Tahun
2018 tentang Karantina Kesehatan. Pertimbangannya adalah penyebaran Covid-19,
semakin meningkat dan meluas dalam jumlah kasus dan/atau kematian, mencakup
lintas wilayah dan lintas negara serta berdampak pada aspek politik, ekonomi, sosial,
budaya, pertahanan dan keamanan, serta kesejahteraan masyarakat di Indonesia. Atas
dasar penerapan pembatasan pembatasan tersebut, aktivitas berwisata juga mengalami
penurunan secara global. UNWTO (United Nation World Trading Organization)
memperkirakan jumlah wisatawan internasional di tahun 2020 berkurang antara 850
juta hingga 1,1 miliar orang akibat wabah wabah virus corona. Berkurangnya jumlah
wisatawan diperkirakan menimbulkan kerugian antara US$910 miliar hingga US$1,2
triliun. UNWTO (2020) mencatat pada bulan April tahun 2020 terjadinya penurunan
perjalanan internasional sebesar 97% dengan kisaran kerugian sebesar $195 milyar,
yang menandakan adanya pembatasan perjalanan secara global sebagai langkah untuk
menekan penyebaran dampak penyebaran pandemi. Berdasarkan hasil survey yang
dilakukan oleh Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, secara nasional.
pandemi Covid-19 ini telah mengakibatkan 92% dari 5.242 orang pekerja sektor
pariwisata merasakan kehilangan pekerjaannya dan jenis usaha. yang paling
terdampak adalah akomodasi sebesar 87,3%, transportasi 9,4%, restoran sebesar 2,4%
dan sisanya 0,97% adalah jenis usaha lain-lain yang merasakan. kerugian atas
pandemi Covid-19 seperti souvenir shops, griya spa dan jasa pariwisata lainnya.
Karakteristik pariwisata yang cenderung sensitive, membuat pariwisata mudah
terpengaruh dalam perkembangannya, membawa dampak positif atau bahkan menuju
19
keterpurukan. Kasus pandemi Covid-19, yang terjadi secara global saat ini,
berpengaruh sangat besar terhadap perekonomian dan sosial kultural masyarakat.
Di era pandemi Covid-19 ini, faktor situasional berpengaruh saat melakukan
keputusan pembelian, konsumen sedang dalam kondisi mengalami kecemasan atas
dampak pandemi yang mengancam diri dan keluarga mereka.
Menyikapi pelemahan ekonomi terjadi dan ketidakpastian yang berakhirnya
masa pandemi Covid-19 ini, pemerintah melakukan pelonggaran untuk membuka
kembali aktivitas ekonomi meskipun masih dengan menerapkan pembatasan atau
protokol kesehatan pada tempat dan fasilitas umum. Pemberlakuan New Normal
mengakibatkan perilaku konsumen wisatawan kembali mengalami perubahan.
Dengan dibukanya kembali sisi penawaran dari industri pariwisata, konsumen
wisatawan kembali merespon sebagai kebutuhan untuk melakukan kegiatan wisata
yang diaktifkan.
Pada era pandemi Covid-19, calon wisatawan melakukan keputusan
pembelian dengan didasarkan kebutuhan. Untuk merasakan manfaat berwisata baik
dari segi utilitas dan hedoniknya. Berdasarkan beberapa penelitian dan artikel yang
relevan dengan perilaku konsumen dimasa pandemi Covid-19, keputusan konsumen
wisatawan didasari atas motivasi untuk memperoleh kepuasan produk pariwisata yang
concern pada perlindungan kenyamanan yaitu berupa kebersihan, kesehatan, dan
keselamatan sebagai tujuan yang utama dalam memutuskan pembelian.
20
2.2 PENYAKIT INFEKSI BARU (EMERGING AND REEMERGING
INFECTIOUS DISEASES) YANG MUNCUL DAN MENGANCAM
AKTIVITAS WISATA
Peristiwa dua dekade terakhir Setidaknya banyak penyakit "baru" telah diidentifikasi
(seperti AIDS, penyakit Legionnaire, dan sindrom paru hantavirus), dan penyakit tradisional
(seperti malaria dan TBC) muncul kembali. Bahkan yang baru-baru ini, yaitu Covid-19 yang
menjadi pandemi. Secara global, penyakit menular tetap menjadi penyebab utama kematian,
dan merupakan penyebab kematian ketiga di Amerika Serikat.
21
dilaporkan lagi dalam jumlah yang meningkat. (Ditjen Pencegahan dan
Pengendalian Penyakit Kementerian Kesehatan RI. 2021)
Re-emerging infectious Disease (Re-EIDs), adalah penyakit yang disebut
dengan penyakit lama (re-emerging), kadang-kadang sebuah penyakit lama
muncul dalam bentuk klinis baru, yang bisa jadi lebih parah atau fatal. contoh
terbaru adalah chikungunya di India. (Ditjen Pencegahan dan Pengendalian
Penyakit Kementerian Kesehatan RI. 2021)
22
genus Arenavirus dan family Arenaviridae. Virus ini berkembangbiak pada
tikus Mastomys, spesies Mastomys Natalensis, umumnya dikenal sebagai
tikus multimammate. (Ditjen Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Kementerian
Kesehatan RI. 2021).
Manusia biasanya terinfeksi virus Lassa dari paparan air seni atau kotoran yang
terinfeksi tikus Mastomys. Virus Lassa juga dapat menular antar manusia melalui
kontak langsung dengan darah, urine, feses, atau sekresi tubuh lainnya dari orang
yang terinfeksi Demam Lassa. Tidak ada bukti secara epidemiologi yang mendukung
penyebaran virus Lassa melalui udara antar manusia. Penularan dari orang ke orang
terjadi pada pasien yang sedang dalam perawatan kesehatan, di mana virus dapat
menyebar melalui peralatan medis yang terkontaminasi, seperti jarum suntik yang
digunakan kembali. (Ditjen Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Kementerian
Kesehatan RI. 2021).
Individu yang berisiko terinfeksi virus Lassa adalah mereka yang tinggal atau
mengunjungi daerah endemik, termasuk Sierra Leone, Liberia, Guinea, dan Nigeria
dan yang tereksposur tikus multimammate. Risiko pemaparan mungkin juga terjadi di
Negara Afrika Barat lainnya dimana Mastomys berada. (Ditjen Pencegahan dan
Pengendalian Penyakit Kementerian Kesehatan RI. 2021).
4) Lyme borreliosis
Penyakit Lyme (bahasa Inggris:Lyme disease) adalah salah satu jenis penyakit
menular pada manusia dan hewan dengan perantara (vektor) berupa caplak. Penyakit
ini disebabkan oleh Borrelia burgdoferi, bakteri dari golongan Spirochetes, dan
disebarkan secara luas oleh caplak Ixodes scapularis. Kutu tersebut umumnya
menghisap darah burung, hewan peliharaan, hewan liar, dan juga manusia. Sel B.
burgdorferi ditransmisikan ke manusia saat kutu sedang menghisap darah manusia.
Penelitian menunjukkan bahwa sebagian B. burgdorferi ikut keluar dari tubuh
penderita melalui urin dan penularan pada hewan diduga banyak terjadi melalui urin
yang terinfeksi. Untuk mencegah gigitan kutu pada kulit dan dari pakaian, dapat
digunakan senyawa penangkal kutu berupa dietil-m-toluamida (DEET). Vaksin untuk
penyakit Lyme juga telah dikembangkan dan terutama diperuntukkan untuk hewan.
(Wikipedia, 2021)
5) AIDS
Acquired Immunodeficiency Syndrome atau Acquired Immune Deficiency
Syndrome (disingkat AIDS) adalah sekumpulan gejala dan infeksi (atau: sindrom)
yang timbul karena rusaknya sistem kekebalan tubuh manusia akibat infeksi virus
HIV; atau infeksi virus-virus lain yang mirip yang menyerang spesies lainnya (SIV,
FIV, dan lain-lain). Virusnya sendiri bernama Human Immunodeficiency Virus (atau
disingkat HIV) yaitu virus yang memperlemah kekebalan pada tubuh manusia.
perkembangan virus, namun penyakit ini belum benar-benar bisa disembuhkan.
24
AIDS merupakan bentuk terparah dari infeksi HIV. HIV adalah retrovirus
sel T CD4+
yang biasanya menyerang organ-organ vital sistem kekebalan manusia, seperti
(sejenis sel T), makrofaga, dan sel dendritik.
Berbagai gejala AIDS umumnya tidak akan terjadi pada orang-orang yang
memiliki sistem kekebalan tubuh yang baik. Kebanyakan kondisi tersebut akibat
infeksi oleh bakteri, virus, fungi dan parasit, yang biasanya dikendalikan oleh unsur-
unsur sistem kekebalan tubuh yang dirusak HIV. Infeksi oportunistik umum didapati
pada penderita AIDS. HIV memengaruhi hampir semua organ tubuh. Penderita AIDS
juga berisiko lebih besar menderita kanker seperti sarkoma Kaposi, kanker leher
rahim, dan kanker sistem kekebalan yang disebut limfoma. (Wikipedia, 2021).
Para ilmuwan umumnya berpendapat bahwa AIDS berasal dari Afrika Sub-
Sahara. Kini AIDS telah menjadi wabah penyakit. AIDS diperkiraan telah
menginfeksi 38,6 juta orang di seluruh dunia. Penelitian epidemiologis dari Afrika
Sub-Sahara, Eropa, dan Amerika Utara menunjukkan bahwa terdapat sekitar empat
kali lebih besar risiko terinfeksi AIDS akibat adanya borok alat kelamin seperti yang
disebabkan oleh sifilis dan/atau chancroid. Risiko tersebut juga meningkat secara
nyata, walaupun lebih kecil, oleh adanya penyakit menular seksual seperti kencing
nanah, infeksi chlamydia, dan trikomoniasis yang menyebabkan pengumpulan lokal
limfosit dan makrofaga. (Wikipedia, 2021).
6) Cholera
Kolera adalah infeksi bakteri yang dapat menyebabkan penderitanya mengalami
dehidrasi akibat diare parah. Penularan kolera biasanya terjadi melalui air yang
terkontaminasi. Jika tidak segera ditangani, kolera dapat berakibat fatal hanya dalam
beberapa jam saja. Kolera biasanya mewabah di daerah yang padat penduduk tanpa
sanitasi yang memadai. (Kementrian Kesehatan RI, 2017).
Terdapat beberapa kelompok serologi dari bakteri Vibrio cholerae, namun hanya ada
dua jenis yang dapat menyebabkan penyakit yang mewabah, yakni V.cholerae O1
dan V.cholerae O139. Kedua jenis ini memiliki derajat racun yang sama dan gejala
yang dihasilkan pun tidak jauh berbeda. Ada dua siklus kehidupan yang berbeda pada
bakteri kolera, yaitu di dalam tubuh manusia dan lingkungan. (Kementrian Kesehatan
RI, 2017).
Bakteri kolera di tubuh manusia. Orang yang terjangkit bakteri kolera bisa
menularkan penyakit melalui tinja yang mengandung bakteri. Bakteri kolera bisa
25
berkembang biak dengan subur jika persediaan air dan makanan terkontaminasi
dengan tinja tersebut. (Kementrian Kesehatan RI, 2017).
Bakteri kolera di lingkungan. Perairan pinggir pantai yang memiliki krustasea
kecil bernama copepoda merupakan tempat alami munculnya bakteri kolera.
Plankton dan alga jenis tertentu merupakan sumber makanan bagi krustasea, dan
bakteri kolera akan ikut bersama inangnya (yaitu krustasea), mengikuti sumber
makanan yang tersebar di seluruh dunia. (Kementrian Kesehatan RI, 2017).
8) Pandemic influenza
Pandemi influenza adalah wabah yang tersebar di seluruh dunia serta menginfeksi
sebagian besar penduduk dunia melalui virus influenza. Wabah ini terjadi karena virus
influenza berawal dari hewan lalu menular ke manusia. Spesies hewan yang diduga
berperan penting dalam wabah ini yaitu babi, ayam dan bebek yang kemudian muncul
strain pada manusia. (Wikipedia, 2021)
Salah satu yang sedang terjadi sekarang ini adalah: Coronavirus merupakan
keluarga besar virus yang menyebabkan penyakit pada manusia dan hewan. Pada
manusia biasanya menyebabkan penyakit infeksi saluran pernapasan, mulai flu biasa
26
hingga penyakit yang serius seperti Middle East Respiratory Syndrome (MERS) dan
Sindrom Pernafasan Akut Berat/ Severe Acute Respiratory Syndrome (SARS).
Coronavirus jenis baru yang ditemukan pada manusia sejak kejadian luar biasa
muncul di Wuhan Cina, pada Desember 2019, kemudian diberi nama Severe Acute
Respiratory Syndrome Coronavirus 2 (SARS-COV2), dan menyebabkan
penyakit Coronavirus Disease-2019 (COVID-19). (Ditjen Pencegahan dan
Pengendalian Penyakit Kementerian Kesehatan RI. 2021).
Orang yang tinggal atau bepergian di daerah di mana virus COVID-19
bersirkulasi sangat mungkin berisiko terinfeksi. Mereka yang terinfeksi adalah orang-
orang yang dalam 14 hari sebelum muncul gejala melakukan perjalanan dari negara
atau wilayah terjangkit, atau yang kontak erat, seperti anggota keluarga, rekan kerja
atau tenaga medis yang merawat pasien sebelum mereka tahu pasien tersebut
terinfeksi COVID-19. (Ditjen Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Kementerian
Kesehatan RI. 2021).
27
Kriptosporidiosis adalah penyakit zoonosis yang termasuk dalam kelompok
waterborne diseases yang disebabkan oleh parasit koksidia Cryptosporidium,
organisme patogen yang bersifat obligat intraseluler. Cryptosporidium menyebabkan
infeksi pada usus halus dan dapat menyebabkan diare akut pada manusia dan hewan.
Cryptosporidium sp merupakan salah satu protozoa usus oportunistik yang pada
umumnya asimtomatik atau menimbulkan gejala ringan dan bersifat self limited pada
individu imunokompeten, namun pada individu dengan defisiensi imun seringkali
mengakibatkan gejala ringan sampai berat mengakibatkan diare kronis dan
peningkatan angka kematian penderita human immunodeficiency virus (HIV).
(Wijayanti, T. 2017).
Kriptosporidiosis dapat ditularkan secara langsung dari manusia ke manusia
dan kontak langsung atau tidak langsung melalui bahan feses. Penularan langsung
antar manusia dapat terjadi ketika berhubungan seks melalui kontak oral-anal.
Penularan tidak langsung dapat terjadi karena terpapar oleh bahan yang positif di
dalam laboratorium atau dari air, makanan atau permukaan yang terkontaminasi. Cara
penularan lainnya adalah tertelannya air saat berenang di kolam renang yang
terkontaminasi. (Wijayanti, T. (2017).
2) Diphtheria
Difteri adalah salah satu penyakit yang sangat menular, dapat dicegah dengan
imunisasi, dan disebabkan oleh bakteri gram positif Corynebacterium diptheriae strain
toksin. Penyakit ini ditandai dengan adanya peradangan pada tempat infeksi, terutama
pada selaput mukosa faring, laring, tonsil, hidung dan juga pada kulit. Manusia adalah
satu-satunya reservoir Corynebacterium diptheriae. Penularan terjadi secara droplet
(percikan ludah) dari batuk, bersin, muntah, melalui alat makan, atau kontak langsung
dari lesi di kulit. (Kemenkes RI. (2017).
Penyakit Difteri dapat dicegah dengan Imunisasi Lengkap, dengan jadwal
pemberian sesuai usia. Saat ini vaksin untuk imunisasi rutin dan imunisasi lanjutan
yang diberikan guna mencegah penyakit Difteri ada 3 macam, yaitu: 1. DPT-HB-Hib
(vaksin kombinasi mencegah Difteri, Pertusis, Tetanus, Hepatitis B dan Meningitis
serta Pneumonia yang disebabkan oleh Haemophylus infuenzae tipe B). 2. DT (vaksin
kombinasi Difteri Tetanus). 3. Td (vaksin kombinasi Tetanus Difteri). (Kemenkes RI.
(2017).
28
3) Malaria
Penyebab Malaria adalah parasit Plasmodium yang ditularkan melalui gigitan nyamuk
anopheles betina. Dikenal 5 (lima) macam spesies yaitu: Plasmodium falciparum,
Plasmodium vivax, Plasmodium ovale, Plasmodium malariae dan Plasmodium
knowlesi. Parasit yang terakhir disebutkan ini belum banyak dilaporkan di Indonesia.
(Ditjen Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan Kementerian Kesehatan
RI. 2017).
4) Meningitis
Penyakit meningitis merupakan masalah kesehatan masyarakat global. Penyakit ini
secara umum merupakan penyakit infeksi selaput otak dan sumsum tulang belakang
dengan manifestasi demam dan kaku kuduk. Penyebabnya dapat berupa virus, bakteri,
jamur dan parasit (CDC, 2017). (Ditjen Pencegahan dan Pengendalian Penyakit
Kementerian Kesehatan RI. 2017).
Secara umum penyakit meningitis dapat disebabkan oleh bakteri, jamur
maupun virus. Penyakit meningokokus adalah penyakit menular yang disebabkan oleh
bakteri Neisseria meningitidis. Penyakit meningokokus terdiri dari dua bentuk klinis
yaitu meningitis meningokokus dan septikemia meningokokus. Meningitis
meningokokus merupakan tipe infeksi pada lapisan otak dan sumsung tulang
belakang, yang seringkali terjadi selama epidemi dan mudah disembuhkan jika
ditangani dengan tepat. Sebaliknya, septikemia meningokokus merupakan tipe infeksi
bakteri pada aliran darah, kasus ini jarang terjadi namun tingkat kematian tinggi
bahkan setelah diobati. (Ditjen Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Kementerian
Kesehatan RI. 2017).
Beberapa faktor risiko yang mempengaruhi terjadinya meningitis
meningokokus antara lain kontak erat dengan orang terinfeksi, pemukiman padat
penduduk, paparan asap rokok (aktif dan pasif), tingkat sosial ekonomi rendah,
29
perubahan iklim, dan riwayat infeksi saluran napas atas. Berdasarkan hasil penelitian
ada hubungan antara infeksi saluran pernapasan akut dan meningitis meningokokus
baik di daerah beriklim sedang dan beriklim tropis. (Ditjen Pencegahan dan
Pengendalian Penyakit Kementerian Kesehatan RI. 2017).
Pelaku perjalanan dalam jumlah besar (seperti perjalanan ke negara terjangkit)
berperan penting dalam penyebaran penyakit. Pelaku perjalanan dalam jumlah besar
(seperti perjalanan ke negara terjangkit) berperan penting dalam penyebaran penyakit.
Wabah di Mekkah pada tahun 1987 saat periode akhir ibadah haji menyebabkan
banyak jemaah haji terjangkit dibandingkan dengan penduduk Saudi. Pencegahan
penyakit meningokokus dapat melalui pemberian vaksinasi, kemoprofilaksis dan
komunikasi risiko. (Ditjen Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Kementerian
Kesehatan RI. 2017).
5) Pertusis
Pertusis merupakan penyakit pada saluran pernafasan yang disebabkan oleh bakteri
Bordetella pertusis yang ditularkan melalui percikan ludah (droplet infection) dari
batuk atau bersin. Gejala yang timbul berupa pilek, mata merah, bersin, demam, batuk
ringan yang lama kelamaan menjadi parah dan menimbulkan batuk yang cepat dan
keras. Komplikasi yang dapat diakibatkan dari penyakit pertusis adalah Pneumonia
bacterialis yang dapat menyebabkan kematian. (Nurul Mahabbah, R. 2019).
6) Rabies
Rabies (penyakit anjing gila) merupakan penyakit menular akut yang menyerang
susunan saraf pusat pada manusia dan hewan berdarah panas yang disebabkan oleh
virus rabies, ditularkan melalui saliva (anjing, kucing, kera) yang kena rabies dengan
jalan gigitan atau melalui luka terbuka. (Dinas Kesehatan Provinsi Bali. 2019).
Hal-hal yang menjadi faktor risiko penularan penyakit rabies adalah sarana
transportasi, khususnya pelabuhan yang tidak resmi, hewan peliharaan yang Tidak di
vaksinasi di daerah tertular, hewan liar di daerah tertular, pekerja yang berisiko spt
dokter hewan, penangkap anjing, petugas laboratorium, pemburu dll. Wisatawan ke
daerah tertular tapi tidak diberi pre exposure, tranplantasi terutama cornea. (Dinas
Kesehatan Provinsi Bali. 2019).
30
Penyakit Rabies telah tertular keseluruh dunia, sedangkan daerah tertular rabies di
wilayah Indonesia selain Bali meliputi 23 provinsi, artinya hanya 10 provinsi di
Indonesia yang menyandang status bebas rabies. Cara penularan virus rabies pada
hewan berbeda dengan cara penularan pada manusia. Pada hewan terjadi melalui
gigitan hewan yang menderita rabies ke hewan sehat. Cara penularan pada manusia,
dibagi dua yaitu : (1) Dari hewan ke manusia melalui gigitan hewan yang air liurnya
mengandung virus rabies. (2) Nongigitan melalui jilatan hewan yang mengandung
virus rabies pada luka, selaput mukosa yang utuh, selaput lendir mulut, selaput lendir
anus, selaput lendir alat genitalia eksterna dan melalui inhalasi / udara (jarang terjadi).
Cara penularan dari manusia ke manusia melalui transplantasi kornea, kontak air liur
penderita ke mukosa mata dan pernah ada laporan, orang sehat setelah digigit oleh
penderita rabies, mengalami sakit rabies. (Dinas Kesehatan Provinsi Bali. 2019).
7) Rubela
Rubella atau campak Jerman adalah infeksi virus yang ditandai dengan ruam merah
pada kulit. Rubella umumnya menyerang anak-anak dan remaja. Penyakit ini
disebabkan oleh virus rubella dan dapat menyebar dengan sangat mudah. Penularan
utamanya dapat melalui butiran liur di udara yang dikeluarkan penderita melalui
batuk atau bersin. Berbagi makanan dan minuman dalam piring atau gelas yang sama
dengan penderita juga dapat menularkan rubella. (Dinas Kesehatan Kabupaten
Mojokerto. 2019). Walau sama-sama menyebabkan ruam kemerahan pada kulit,
rubella berbeda dengan campak. Penyakit ini biasanya lebih ringan dibandingkan
dengan campak. Tetapi jika menyerang wanita yang sedang hamil, terutama sebelum
usia kehamilan lima bulan, rubella berpotensi tinggi untuk menyebabkan sindrom
rubella kongenital atau bahkan kematian bayi dalam kandungan. (Dinas Kesehatan
Kabupaten Mojokerto. 2019).
8) Schistosomiasis
Schistosomiasis adalah penyakit menular yang disebabkan oleh berbagai jenis cacing
parasit darah antara lain: Schistosoma japonicum, S.mansoni, S. haematobium.
Schistosomiasis di Indonesia disebabkan oleh cacing S.japonicum, dengan keong
perantara Oncomelania hupensis lindoensis. Schistosomiasis di Indonesia hanya
ditemukan / endemis di Propinsi Sulawesi Tengah yaitu di Dataran Tinggi Lindu,
31
Kabupaten Sigi dan Dataran Tinggi Napu dan Dataran Tinggi Bada, Kabupaten Poso.
Penularan ke manusia terjadi ketika larva cacing / serkaria masuk melalui pori – pori
kulit. Cacing tersebut menyebabkan kerusakan jaringan hati, sehingga menimbulkan
pembengkakan hati sampai akhirnya kematian apabila tidak diobati dengan
Praziquantel. (Balai Litbangkes Donggala Badan Litbang Kesehatan Kementrian
Kesehatan RI. Tanpa Tahun).
9) Tuberculosis
TBC atau Tuberkulosis adalah penyakit menular yang disebabkan karena adanya
kuman Mycobacterium Tuberculosis yang masuk ke dalam tubuh melalui pernafasan.
TBC adalah penyakit infeksi yang menular dan juga dapat menyerang organ tubuh,
terutama paru-paru. (Kementrian Kesehatan Direktorat Promosi Kesehatan dan
Pemberdayaan Masyarakat. 2019).
langkah-langkah ini dapat membantu mengurangi risiko bagi orang yang bepergian ke
luar negeri:
Carilah informasi sejauh mungkin sebelum bepergian, meskipun destinasi tersebut
sudah pernah dikunjungi sebelumnya. Kondisi kesehatan dapat berubah dengan cepat
di wilayah tertentu di dunia. Dapatkan informasi sebanyak mungkin tentang risiko
33
kesehatan saat ini untuk negara atau negara yang Anda kunjungi dan pelajari tentang
risiko khusus untuk anak-anak, wanita hamil, orang dengan penyakit kronis, dan
orang dengan sistem kekebalan yang lemah yang mungkin bepergian bersama Anda.
Untuk rekomendasi khusus, temui spesialis pengobatan perjalanan atau penyedia
layanan kesehatan yang akrab dengan area yang akan Anda kunjungi setidaknya 4
hingga 6 minggu sebelum perjalanan Anda. Jika Anda sedang hamil atau berencana
untuk hamil, pastikan untuk bertanya kepada spesialis pengobatan perjalanan tentang
masalah khusus kehamilan di daerah perjalanan Anda.
Pastikan vaksin rutin Anda, termasuk vaksin flu musiman, mutakhir.
Dapatkan imunisasi dan minum obat pencegahan yang direkomendasikan oleh
penyedia layanan kesehatan Anda. Karena beberapa di antaranya harus diberikan atau
diminum berminggu-minggu sebelum perjalanan, hubungi penyedia layanan
kesehatan Anda sedini mungkin untuk memastikan efektivitas tindakan ini.
Jika obat diperlukan untuk pencegahan malaria, pastikan untuk meminumnya sesuai
resep. Ikuti petunjuk dosis dengan hati-hati. Obat pencegah malaria harus dimulai
sebelum perjalanan Anda untuk memastikan tingkat perlindungan dalam tubuh Anda
sebelum terkena nyamuk di tempat tujuan Anda. Tanyakan kepada penyedia layanan
kesehatan atau apoteker Anda untuk memastikan Anda memulainya cukup awal.
Mereka harus dilanjutkan selama perjalanan Anda dan selama beberapa hari tertentu
setelah Anda kembali. Jumlah waktu tergantung pada obat yang Anda resepkan.
Kumpulkan kotak P3K perjalanan dengan barang-barang khusus yang disesuaikan
dengan tujuan Anda. Tambahkan obat-obatan dan persediaan tambahan yang cukup
untuk bertahan beberapa hari setelah durasi perjalanan Anda. Penyedia layanan
kesehatan Anda dapat membantu Anda mengidentifikasi apa yang harus disertakan
dalam kit Anda.
Teliti perawatan medis darurat selama perjalanan Anda dan layanan evakuasi medis
apa yang tersedia jika terjadi penyakit serius. Hubungi paket asuransi kesehatan Anda
untuk mengetahui apa yang ditanggung di negara lain. Bawalah 2 salinan informasi
asuransi kesehatan Anda dan simpan di tempat terpisah. Jika Anda bepergian sebagai
bagian dari tur yang terorganisir, hubungi agen mengenai layanan medis yang tersedia
dan asuransi tambahan apa pun yang mungkin tersedia.
Jika Anda memiliki gejala penyakit menular ketika Anda kembali ke rumah, hubungi
penyedia layanan kesehatan Anda dan jelaskan di mana Anda telah bepergian.
34
Gejalanya bisa termasuk demam, ruam, nyeri sendi, diare, sakit perut, dan mata
merah. Namun, setiap orang adalah unik dan gejala Anda mungkin berbeda. Jika
Anda jatuh sakit saat kembali ke rumah, yang terbaik adalah memeriksakan diri ke
penyedia layanan kesehatan Anda.
35
BAB III
PENUTUP
3.1. Kesimpulan
Wisatawan merupakan kelompok populasi yang penting secara epidemiologi,
karena memiliki mobilitas yang tinggi, cepat berpindah dari satu destinasi wisata ke
destinasi lainnya (WHO, 2008). Mereka memiliki potensi terpapar penyakit dan
kejadian yang tidak diinginkan di luar tempat asal, sehingga terkadang kasus ringan
jarang dilaporkan dan jarang mencari pengobatan. Wisatawan adalah salah satu
populasi yang berisiko untuk terpapar penyakit di daerah wisata atau kecelakaan
akibat aktivitas wisata yang dilakukan karena mereka memiliki mobilitas yang tinggi
dan berpindah-pindah dan satu destinasi ke destinasi lainnya. Dari karakteristik
tersebut, ada kemungkinan penularan penyakit ke tempat asal dan sebaliknya.
Berbagai macam risiko bisa dialami oleh wisatawan selama perjalanannya
menuju tempat tujuan. Penyakit infeksi merupakan penyakit yang dapat dikatakan
paling sering diderita oleh wisatawan, khususnya yang berwisata di daerah tropik.
Selanjutnya akan dibahas beberapa penyakit infeksi yang bisa meningkatkan
kesakitan bahkan kematian wisatawan. Beberapa penyakit infeksi berupa: Arthropod-
Borne Diseases; Malaria; Flu Burung; Dengue; Diare; Severe acute respiratory
syndrome (SARS); HIV/AIDS; Rabies; Salmonella dan Demam Tifoid.
Menurut Kemenkes. Ruang lingkup Penyakit Infeksi Emerging terbagi menjadi
tiga yaitu Penyakit Virus Emerging (Penyakit virus Ebola, Penyakit virus Hanta,
Penyakit kaki tangan dan mulut, Penyakit virus Nipah, Penyakit virus MERS, Demam
berdarah Crimean-Congo, Demam Rift Valley, Poliomyelitis dan Penyakit virus
baru). Penyakit Bakteri Emerging (Botulisme, Bruselosis, Listeriosis, Melioidosis,
Pes, Demam semak). Dan Penyakit Parasitik Emerging (Toksoplasmosis, Penyakit
parasit baru).
Menurut (Ditjen Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Kementerian Kesehatan
RI. 2021), syarat untuk memerangi KLB EIDs ini, adalah memiliki sistem kesehatan
masyarakat, memperkuat kesiapsiaggan, surveilans, penilaian resiko, komunikasi
resiko, fasilitas laboratorium dan kapasitas respon di Kawasan merupakan hal yang
sangat penting. Dan yang juga sama pentingnya adalah membangun mitra di antara
36
sektor kesehatan hewan, pertanian, kehutanan dan kesehatan di tingkat nasional,
regional dan global.
Berdasarkan (Johns Hopkins Medicine. 2021), menyebutkan bahwa bepergian ke
luar negeri dapat menempatkan orang tersebut pada risiko penyakit menular. Semua
orang yang merencanakan perjalanan harus mendapat informasi tentang potensi
bahaya dari negara yang mereka tuju. Pelajari cara mengurangi risiko mereka terkena
penyakit ini.
3.2. Saran
Diperlukan keterlibatan dari semua sektor mulai dari pemerintah, masyarakat,
swasta untuk mencapai wisata yang sehat dan aman bagi para wisatawan. Untuk itu,
diperlukan juga peran dari praktisi kesehatan masyarakat dalam upaya pencegahan
dan promosi terkait faktor resiko aktivitas wisata, yang bertujuan untuk menjamin
kesehatan masyarakat dan juga bagi para wisatawan yang berkunjung untuk terlebih
dahulu mengenali dan mencari tahu informasi terkait daerah wisata yang akan
dikunjungi sehingga dapat dilakukan upaya pencegahan maupun penanggulangan
akibat penyakit infeksi di daerah sekitar yang dapat mengancam aktivitas wisata.
37
DAFTAR PUSTAKA
Balai Litbangkes Donggala Badan Litbang Kesehatan Kementrian Kesehatan RI. Tanpa
Tahun. Schistosomiasis, donggala.litbang.kemkes.go.id, diakses 17 Agustus 2021,
<https://www.donggala.litbang.kemkes.go.id/index.php/galeri/schistosomiasis>
Dinas Kesehatan Provinsi Bali. 2019. Bahaya Penyakit Rabies. diskes.baliprov.go.id, diakses
17 Agustus 2021, <https://www.diskes.baliprov.go.id/bahaya-penyakit-rabies/>
Ditjen Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Kementerian Kesehatan RI. 2021, Demam
Lassa, infeksiemerging.kemkes.go.id, diakses 17 Agustus 2021,
<https://infeksiemerging.kemkes.go.id/penyakit-virus/demam-lassa >
Ditjen Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Kementerian Kesehatan RI. 2021, Penyakit
Virus Ebola (PVE/EVD), infeksiemerging.kemkes.go.id, diakses 17 Agustus 2021,
<https://infeksiemerging.kemkes.go.id/penyakit-virus/penyakit-virus-ebola-pve-evd >
Ditjen Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Kementerian Kesehatan RI. 2021, QnA :
Pertanyaan dan Jawaban Terkait COVID-19, infeksiemerging.kemkes.go.id, diakses 17
Agustus 2021, <https://infeksiemerging.kemkes.go.id/uncategorized/qna-pertanyaan-dan-
jawaban-terkait-covid-19>
Ditjen Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Kementerian Kesehatan RI. 2017. Buku
Panduan Dan Deteksi Respon Penyakit Meningitis Meningokokus. Jakarta: Kementerian
kesehatan Republik Indonesia, diakses 17 Agustus
38
2021<https://infeksiemerging.kemkes.go.id/download/Ebook_PANDUAN_DETEKSI_RE
SPON_MM-signed.pdf>
Ditjen Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Kementerian Kesehatan RI. 2021, Demam
Kuning (Yellow Fever), infeksiemerging.kemkes.go.id, diakses 17 Agustus 2021,
<https://infeksiemerging.kemkes.go.id/penyakit-virus/demam-kuning-yellow-fever>
Ditjen Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan Kementerian Kesehatan RI. 2017.
Buku saku penatalaksanaan kasus malaria. Jakarta: Kementerian kesehatan Republik
Indonesia. diakses 17 Agustus 2021, <https://persi.or.id/wp-
content/uploads/2020/11/bukusaku_malaria.pdf>
39
SLEMAN, D.I YOGYAKARTA, Jurnal Kesehatan Masyarakat, Volume 10, Nomor 01,
2020, diakses pada 16 Agustus 2021,
<https://jurnal.unismuhpalu.ac.id/index.php/PJKM/article/download/873/952/>
Murty, D, dkk, 2017, Gagal Ginjal Kronik, Sindrom Nefrotik dan Hipertensi pada Sindrom
Hemolitik Uremik, etd.repository.ugm.ac.id, diakses 17 Agustus 2021,
<http://etd.repository.ugm.ac.id/penelitian/detail/128625>
Sendow, I., Dharmayanti, N. L. P. I., Saepullah, M., & Adjid, R. M. A. (2016). Hantavirus
Infection: Anticipation of Zoonotic Disease in Indonesia. WARTAZOA. Indonesian
Bulletin of Animal and Veterinary Sciences, 26(1), 17-26, diakses 17 Agustus 2021,
<https://infeksiemerging.kemkes.go.id/document/download/xbX6mlzdeV>
40
Wikipedia, 2021, Pandemi influenza, wikipedia.org, diakses 17 Agustus 2021,
<https://id.wikipedia.org/wiki/Pandemi_influenza>
41