Jurnal 1
Dasar Teori :
Alat Analisis :
1. Analisis Deskritif
Analisis deskriptif biasa disebut analisis klasik atau analisis
tendensi sentral, karena analisis deskriptif berfungsi untuk mengunji
data apakah kualitas data baik dan layak untuk dianalisis selanjutnya.
Tugas analisis dekriptif adalah (1) mengukur parameter sentral dan (2)
uji kenormalan distribusi data.
2. Analisis korelasi
Bertujuan untuk mengkorelasikan secara individual semua variabel
independen dengan variabel dependen.
3. Menetukan Faktor Determinan R2
Koefisien determinasi berganda, yaitu untuk mengukur ketepatan
yang paling baik dari analisis regresi. Jika R 2 yang diperoleh dari hasil
perhitungan mendekati 1 (satu), maka dikatakan semakin kuatlah model
tersebut dalam menjelaskan variabel bergantung.
4. Perumusan Model
Data variabel-variabel yang telah dikumipulkan, dikelompokkan,
dihitung dan dibuat model persamaan. Model persamaan yang
digunakan adalah persamaan Regresi Model Linear Berganda.
5. Uji Hipotesis
Uji hipotesis penelitian melalui uji hipotesis statistik, semua uji
signifikansi dari hipotesis statistik dengan mengguinakan kesalahan =
5% atau probabilitas kesalahan p=0,05 atau dengan kepercayaan 95%
atau probabilitas p=0,95.
a. Uji pengaruh secara serentak (simultan):
Uji scara simultan dengan uji F. Nilai F dihitung melalui
analisis kovarian X dan Y. Pengujian dengan uji F ini
dimaksudkan bahwa pengujian secara simultan koefisien regresi
dari variabel-variabel bebas mempunyai pengaruh nyata atau
tidak nyata terhadap variabel terpengaruh (terikat/tidak bebas).
b. Uji pengaruh secara parsial :
Tingkat signifikansi hubungan dan pengaruh antara variabel
bebas variabel terikat secara individu diketahui dengan menguji
koefisien regresi linear berganda, dengan uji t. Uji hipotesis null
(Ho) : t hitung < t kritis Tabel = 5%,df= n-2. Ho diterima, Ha
ditolak.
6. Uji Non Hetero Kedastisitas Model Regresi
Untuk melihat apakah model regresi linear yang dihasilkan adalah
baik (sebagai alat prediksi) perlu diuji non hetero kedastisitas. Uji ini,
menggunakan teknis me-regresi nilai residu dan regresi variabel
dependen dari model regresi linear berganda yang dihasilkan dengan
variabel independen.
Hasil :
Secara simultan Current Ratio, Asset Growt, Asset Turn Over, Firm
Size, dan Financial Laveger berpengaruh secara signifikan terhadap Beta
Saham (BETA). Secara parsial Current Ratio (CR) berpengaruh positif
terhadap Beta saham. Hal ini berarti semakin besar Current Ratio (CR)
maka Beta Saham (BETA) akan semakin meningkat. Ini disebabkan
karena semakin besar Current Ratio (CR) maka perusahaan dalam kondisi
yang baik dalam hal penyediaan kebutuhan dana jangka pendek sehingga
memungkinkan perusahaan untuk membiayai kegiatan usaha harianya.
Semakin baik Current Ratio (CR) dan semakin perusahaan mampu
membiayai semua kegiatan jangka pendeknya maka dimungkinkan
perusahaan akan selalu dalam kondisi baik secara likuiditas. Hal ini
memungkinkan perusahaan tidak dalam kondisi kesulitan dana untuk
operasionalnya, sehingga akan terhindar dari adanya kerugian akibat
kekurangan dana.
Asset Growth (AG) secara partial berpengaruh positif terhadap Beta
Saham (BETA). Hal ini dapat dijelaskan bahwa semakin besar
pertumbuhan asset berarti semakin besar usaha perusahaan. Semakin besar
usaha perusahaan tentu akan memperbesar timbulnya resiko sistematis
saham (Beta Saham). Besarnya pertumbuhan asset bukan merupakan
jaminan bahwa perusahaan tersebut akan survive tanpa di ikuti dengan
perputaran asset yang tinggi. Sehingga besarnya pertumbuhan asset
perusahaan tanpa di ikuti dengan kinerja yang baik dalam penggunaan
asset justru akan meningkatkan resiko terhadap Beta saham.
Asset Turn Over( ATO) yang juga berpengaruh signifikan terhadap
Beta saham. Perbedaanya Asset Turn Over mempunyai pengaruh negatif.
Hal ini wajar karena Asset turn over yang dinyatakan dalam berapa kali
berputar dalam satu tahun maka akan mempengaruhi Beta saham. Hal ini
sangat logis sebab jika asset perusahaan berputar semakin cepat hal
tersebut menunjukan bahwa kinerja perusahaan semakin baik yang pada
ahirnya akan menyebabkan resiko sistematis (beta saham) juga akan turun.
Firm Size (FS) juga berpengaruh positif dan signifikan terhadap Beta
saham. Hal ini menunujukan bahwa semakin besar ukuran perusahaan
maka akan meningkatkan resiko sitematik terhadap beta saha. Faktor
Leverage yang diwakili dengan variabel (LR) atau Perbandingan antara
Total Liabities dengan Total asset justu berpengaruh negatif terhadap beta
saham.
Kritik :
Jurnal 2
Judul Jurnal : Analisis Pengaruh Beta Terhadap Return Saham Periode Sebelum
Dan Saat Krisis Global (Studi Pada perusahaan Perbank di BEI)
Dasar Teori :
Alat Analisis :
Analisis yang pertama adalah melakukan uji asumsi klasik, kemudian
melakukan regresi linier sederhana dan pengujian hipotesis (Uji t) yang
dilakukan untuk hipotesis 1 dan hipotesis 2. Sementara untuk hipotesis 3
dianalisis dengan melihat terlebih dahulu hasil dari uji normalitas data
yang mencakup periode sebelum dan saat krsis global. Jika hasil uji
normalitas adalah data berdistribusi normal maka H3 dianalisis
menggunakan Paired Sampel T Test (Uji t Sampel berpasangan),
sedangkan jika hasil uji normalitas adalah data tidak berdistribusi normal
maka H3 dianalisis menggunakan Wilcoxon Signed Rank Test
Hasil :
Kritik :
Judul :
ANALISIS PENERAPAN CAPITAL ASSET PRICING MODEL (CAPM)
SEBAGAI DASAR DALAM PENGAMBILAN KEPUTUSAN INVESTASI
(Studi Pada Saham-Saham Perbankan Yang Listing Di BEI Periode 2013-2014)
Nama Peneliti :
Ongki Vebyan Crisdianto
Dasar Teori :
Pasar Modal
Menurut (Jogiyanto,2013:33) Pasar modal merupakan kegiatan yang berhubungan
dengan penawaran umum dan perdagangan efek, perusahaan publik yang
berkaitan dengan efek yang diterbitkannya, serta lembaga dan profesi yang
berkaitan dengan efek.
Investasi
Menurut Jogiyanto (2013:5) Investasi merupakan penundaan konsumsi sekarang
untuk digunakan di dalam produksi yang efisien selama periode waktu tertentu.
Pada umumnya seseorang akan melakukan investasi dengan harapan menuai
keuntungan di masa depan dengan menanam modal dari sekarang.
Saham
Menurut Jogiyanto (2013:141) saham adalah sertifikat yang menunjukan bukti
kepemilikan suatu perusahaan,dimana pemegang saham memiliki hak klaim atas
penghasilan dan aktiva perusahaan.
Resiko Premium (risk premium)
Menurut Tandelilin (2010:10) risiko merupakan kemungkinan perbedaan antara
return actual yang diterima dengan return expectation. Resiko premium
merupakan pengembalian investasi yang dikurangi oleh pengembalian bebas
resiko (Rf). Resiko premium adalah tambahan resiko yang harus ditanggung oleh
investor.dalam perhitungan CAPM resiko premium digunakan untuk menghitung
tingkat pengembalian yang diharapakan dalam hal ini terdapat keterkaitan dalam
perhitungan CAPM.
Tingkat Pengembalian Pasar
Investor selaku pihak yang mempunyai dana lebih dapat mengetahui informasi
terkatual mengenai kinerja emiten yang berkembang. Untuk mengetahui
perkembangan harga saham, para investor akan mengamati perubahan yang
terjadi pada indeks harga saham. Menurut Jogiyanto (2013:160) nilai saham
adalah Harga dari saham yang terjadi dipasar bursa pada saat tertentu yang
ditentukan oleh pelaku pasar. pengembalian bebas risiko, maka performance
investasi portofolio dikatakan tidak baik. Rumus yang digunaka untuk
menghitung tiingkat pengembalian pasar, yaitu sebagai berikut.(Jogiyanto,
2003:330).
Tingkat Pengembalian Investasi
Saham Dalam setiap bentuk investasi motivasi investor adalah memaksimalkan
pengembalian saham (return) dan meminimalisir resiko yang akan mengurangi
return saham tersebut. Return merupakan salah satu faktor yang memotivasi
investor untuk melakukan investasi dan juga hal yang merupakan imbal hasil atas
keberanian investor mengambil risiko (Tandelilin, 2001: 47).
Capital Asset Pricing Model
Pada dasarnya jika seseorang mengambil suatu risiko, maka dia mengharapkan
return yang sesuai dengan risiko yang diambilnya tersebut. Dalam pasar modal,
investor mengharapkan additional return (disebut risk premium) jika mereka harus
menanggung additional risk. Husnan (2005:177) berpendapat bahwa Capital Asset
Apricing Model (CAPM) merupakan model untuk menentukan harga suatu asset.
Alat Analisis :
Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian kuantitatif
deskriptif. Tujuan dari metode kuantitatif deskriptif ini adalah mengumpulkan
informasi aktual secara rinci, mengidentifikasi masalah, membuat perbandingan,
dan menentukan apa yang dilakukan orang lain dalam menghadapi masalah dan
belajar dari pengalaman mereka (Fauzi, 2010: 25). Dimana peneltian deskriptif
berusaha meneliti masalah-masalah yang berupa fakta-fakta tetapi tidak
melakukan pengujian hipotesis. Dalam penelitian deskriptif datanya berupa
kualitatif dan data kuantitatif.
Tujuan dari penelitian ini lebih diarahkan menunjukkan hubungan antar variable,
memverifikasi prediksi, dan generalisasi (Rianse dan Abdi, 2008:19) Variabel
yang digunakan dalam penelitian ini adalah
1. Tingkat Pengembalian Saham Individu (Ri)
2. Tingkat Pengembalian Bebas Risiko (Rf)
3. Tingkat Pengambalian Pasar (Rm)
4. Risiko Premium (Rp)
5. Tingkat Pengembalian yang diharapkan {E(Ri)}
Kritikan :
Peneliti selanjutnya yang meneliti mengenai penerapan metode CAPM
diharapkan dapat memilih sampel yang berbeda dan menambah jumlah
periode penilitian sehingga dapat memperkaya ilmu mengenai penerapan
metode CAPM.
Dalam membentuk sebuah portofolio sebaiknya investor tidak hanya
mengacu pada data tingkat pengembalian historis, namun juga tetap
mengikuti informasi tentang kinerja perusahaan dan isu-isu yang
berkembang seputar kondisi perusahaan ke depan.