PENDAHULUAN
1
BAB II
PEMBAHASAN
2
dinding dada, takipneu, keringat, suara nafas. Hati hati pada kondisi penurunan
kesadaran dan takipneu biasanya menunjukkan kondisi yang sudah lanjut,
sedangkan bradikardi menunjukkan adanya ancaman henti jantung dan henti
nafas.
Breathing (pernafasan)
Takipneu merupakan tanda yang signifikan pada pasien kritis baik ada
gagal nafas atau tidak.
Conscious (tingkat kesadaran)
Penurunan kesadaran biasanya menunjukkan tingkat kompensasi
homeostatik lanjut dan gangguan neurologis yang berat. Kondisi ini menunjukkan
hal yang berat dan harus sesegra mungkin diatasi. Penilaian tingkat kesadaran
yang dapat dilakukan pada pasien koma, yaitu :
Hal pertama adalah respons verbal terhadap perintah. Poin 0 pada kategori
ini diartikan bahwa pasien tidak merespons. Poin 5 sebagai poin tertinggi
diartikan bahwa pasien sadar dan bisa berbicara.
Hal kedua adalah pembukaan mata. Di dalam kategori ini, poin 0 berarti
pasien tidak merespons. Poin 4 sebagai yang tertinggi diartikan bahwa pasien
dapat membuka mata secara spontan.
Hal ketiga adalah respons gerakan terhadap perintah. Di sini. Poin 0
diartikan sebagai tidak adanya respons. Poin 6 sebagai yang tertinggi artinya
pasien patuh terhadap perintah. Makin tinggi total nilai yang dikumpulkan dari
ketiga kategori tersebut, maka makin sedikit fungsi otak yang terganggu.
Sebaliknya, makin rendah total nilai yang didapatkan, maka makin banyak bagian
otak yang mengalami kerusakan dan makin parah koma yang dialami.
Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan penunjang seharusnya tidak menghalangi untuk memulai resusitasi
tetapi dikerjakan secara simultan, hal yang bisa dilakukan adalah pemeriksaan
pulse oksimetri, analisis gas darah, elektrolit, darah lengkap dan bekuan darah.
3
Tanda-tanda darurat pasien kritis
Parameter Nilai
Tekanan dara S < 90 mmHg, atau MAP < 70 mmHg
Denyut jantung >150 x/mnt atau <50 x/mntt
Frekuensi nafas > 30 x/mnt atau <8x/mnt
Kesadaran GCS < 12
Produksi Urin <0,5 cc/kg/jam
Natrium <120 mmol/l atau >150 mmol/l
Kalium <2,5 mmol / l atau >6 mmol/l
Ph <7m2
Bikarbonat <18 mmol/l
Penilaian Lanjutan
Anamnesis
Hati-hati pada pasien kritis karena sebagian besar sudah dalam taraf tidak bisa
diajak komunikasi, maka keluarga, teman, dokter, perawat dan lainnya sangat
penting untuk diajak komunikasi mengenai kondisi pasien sebelumnya dan saat
ini. Pemanfaatan catatan medik juga sangat penting untuk mengetahui riwayat
sebelumnya.
Terdapat tiga kategori pasien yang termasuk pasien kritis yaitu : kategori
pertama, pasien yang di rawat oleh karena penyakit kritis meliputi penyakit
jantung koroner, respirasi akut, kegagalan ginjal, infeksi, koma non traumatik dan
kegagalan multi organ. Kategori kedua, pasien yang di rawat yang memerlukan
propilaksi monitoring oleh karena perubahan patofisiologi yang cepat seperti
koma. Kategori ketiga, pasien post operasi mayor. Apapun kategori dan penyakit
yang mendasarinya, tanda-tanda klinis penyakit kritis biasanya serupa karena
tanda-tanda ini mencerminkan gangguan pada fungsi pernafasan, kardiovaskular,
dan neurologi. Tanda- tanda klinis ini umumnya adalah takipnea, takikardia,
hipotensi, gangguan kesadaran (misalnya letargi, konfusi/bingung, agitasi atau
penurunan tingkat kesadaran).
4
4. Infeksi pada otak, misalnya meningitis dan ensefalitis.
5. Keracunan, misalnya akibat karbon monoksida.
6. Overdosis alkohol atau narkoba.
7. Kekurangan oksigen, Obstruksi jalan napas.
8. Kejang.
9. Tumor pada otak.
10. Kegagalan organ hati (koma hepatikum).
5
mengutamakan kesehatan pasien, dan berorientasi untuk dapat secara optimal,
memperbaiki kondisi kesehatan pasien”. Kedua, indikasi yang benar dimana
pasien yang di rawat di ICU harus pasien yang memerlukan intervensi medis
segera oleh tim intensive care, pasien yangmemerlukan pengelolaan fungsi sistem
organ tubuh secara terkoordinasi dan berkelanjutan sehingga dapat dilakukan
pengawasan yang konstan dan metode terapi titrasi, dan pasien sakit
kritis yang memerlukan pemantauan kontinyu dan tindakan segera untuk
mencegah timbulnya dekompensasi fisiologis. Ketiga, kerjasama multidisipliner
dalam masalah medis kompleks dimana dasar pengelolaan pasien ICU adalah
pendekatan multidisiplin tenaga kesehatan dari beberapa disiplin ilmu terkait yang
memberikan kontribusinya sesuai dengan bidang keahliannya dan bekerja sama di
dalam tim yang di pimpin oleh seorang dokter intensivis sebagai ketua tim.
Keempat, kebutuhan pelayanan kesehatan pasien dimana kebutuhan pasien ICU
adalah tindakan resusitasi yang meliputi dukungan hidup untuk fungsi-fungsi vital
seperti Airway (fungsi jalan napas), Breathing (fungsi pernapasan), Circulation
(fungsi sirkulasi), Brain (fungsi otak) dan fungsi organ lain, dilanjutkan dengan
diagnosis dan terapi definitif. Kelima, peran koordinasi dan integrasi dalam kerja
sama tim dimana setiap tim multidisiplin harus bekerja dengan melihat kondisi
pasien misalnya sebelum masuk ICU, dokter yang merawat pasien melakukan
evaluasi pasien sesuai bidangnya dan memberi pandangan atau usulan terapi
kemudian kepala ICU melakukan evaluasi menyeluruh, mengambil kesimpulan,
memberi instruksi terapi dan tindakan secara tertulis dengan mempertimbangkan
usulan anggota tim lainnya serta berkonsultasi dengan konsultan lain dan
mempertimbangkan usulan-usulan anggota tim. Keenam, asas prioritas yang
mengharuskan setiap pasien yang dimasukkan ke ruang ICU harus dengan
indikasi masuk ke ruang ICU yang benar. Karena keterbatasan jumlah tempat
tidur ICU, maka berlaku asas prioritas dan indikasi masuk. Ketujuh, sistem
manajemen peningkatan mutu terpadu demi tercapainya koordinasi dan
peningkatan mutu pelayanan di ruang ICU yang memerlukan tim kendali mutu
yang anggotanya terdiri dari beberapa disiplin ilmu, dengan tugas utamanya
memberi masukan dan bekerja sama dengan staf struktural ICU untuk selalu
meningkatkan mutu pelayanan ICU. Kedelapan, kemitraan profesi dimana
6
kegiatan pelayanan pasien di ruang ICU di samping multi disiplin juga antar
profesi seperti profesi medik, profesi perawat dan profesi lain. Agar dicapai hasil
optimal maka perlu peningkatan mutu SDM (Sumber Daya Manusia) secara
berkelanjutan, menyeluruh dan mencakup semua profesi. Kesembilan, efektifitas,
keselamatan dan ekonomis dimana unit pelayanan di ruang ICU mempunyai biaya
Dilakukan pada semua sistem tubuh untuk menopang dan mempertahankan
sistem-sistem tersebut tetap sehat dan tidak terjadi kegagalan. Pengkajian meliputi
proses pengumpulan data, validasi data, menginterpretasikan data dan
memformulasikan masalah atau diagnosa keperawatan sesuai hasil analisa data.
Pengkajian awal didalam keperawatan itensif sama dengan pengkajian umumnya
yaitu dengan pendekatan system yang meliputi aspek bio-psiko-sosial-kultural-
spiritual, namun ketika klien yang dirawat telah menggunakan alat-alat bantu
mekanik seperti Alat Bantu Napas (ABN), hemodialisa, pengkajian juga
diarahkan ke hal-hal yang lebih khusus yakni terkait dengan terapi dan dampak
dari penggunaan alat-alat tersebut.
7
1. monitor bed side 2. Resusitasi kit
8
tidak tidur. Tidur juga terganggu oleh faktor-faktor lingkungan. Kurang tidur
dapat menyebabkan persepsi nyeri tampak sangat buruk.
9
informal dan sekilas tidak terlihat. Perawat menjelaskan tiap prosedur, obat-
obatan, intervensi, atau uji diagnostik pada psien, tindakan ini merupakan
Pendidikan pasien. Tindakan ini memenuhi standar JCAHO untuk edukasi pasien.
BAB III
10
PENUTUP
A. KESIMPULAN
11
DAFTAR PUSTAKA
12