T2 - 942013031 - Bab Ii
T2 - 942013031 - Bab Ii
TINJAUAN PUSTAKA
10
3. Sekolah lebih mengetahui kekuatan, kelemahan,
ancaman dan tantangan sendiri.
4. Sekolah lebih mengetahui kebutuhannya.
5. Keputusan yang diambil sekolah lebih sesuai
dengan kebutuhan sekolah.
6. Penggunaan sumber daya lebih efektif dan efisien
karena adanya kontrol oleh warga sekolah.
7. Tercapainya transparansi dan akuntabilitas
sekolah.
8. Tanggung jawab yang lebih besar oleh sekolah
dalam mewujudkan kualitas pendidikan.
9. Persaingan sehat antar sekolah melalui inovasi-
inovasi pendidikan.
10. Sekolah dapat merespon aspirasi masyarakat dan
lingkungan.
Kajian tentang keefektifan pendidikan harus dilihat
secara sistemik mulai dari masalah input, proses, output
dan outcome (Mulyasa, 2007:85). Keefektifan MBS
Komponen-komponen MBS yang di monitor dan
dievaluasi dalam implementasi MBS menurut Rohiat
(2009:79) yaitu:
1) Konteks
Konteks adalah eksternalitas sekolah berupa
demand dan support yang berpengaruh pada input
sekolah. Dengan kata lain, konteks sama artinya
dengan kebutuhan. Dengan demikian, evaluasi
konteks berarti evaluasi tentang kebutuhan. Yang
termasuk konteks antara lain: permintaan
pendidikan, dukungan masyarakat terhadap
pendidikan, kebijakan pemerintah, status sosial-
ekonomi masyarakat, keadaan geografis, dan lain-lain.
11
Alat yang tepat untuk melakukan evaluasi konteks
adalah needs assesment.
2) Input
Input adalah segala sesuatu yang harus tersedia dan
siap karena dibutuhkan untuk berlangsungnya
proses. Input ini dapat berupa barang dan perangkat-
perangkat lunak (ide dan harapan). Secara garis besar
input dapat diklasifikasikan menjadi tiga, yaitu
harapan, sumber daya dan input manajemen. Yang
termasuk input, antara lain: visi, misi, tujuan,
sasaran sekolah, sumber daya sekolah, siswa,
manajemen berbasis sekolah, dan sebagainya.
3) Proses
Adalah berubahnya sesuatu menjadi adi sesuatu
yang lain. Dalam MBS sebagai sistem, proses terdiri
dari: proses pengambilan keputusan, proses
pengelolaan kelembagaan, proses pengelolaan
program, proses belajar mengajar, dan proses evaluasi
sekolah.
4) Output
Adalah hasil nyata dari pelaksanaan program MBS.
Hasil nyata tersebut dapat berupa academic
achievement maupun non academic achievement.
Fokus evaluasi pada output adalah mengevaluasi
sejauh mana sasaran yang diharapkan (kualitas,
kuantitas, waktu) telah dicapai program MBS.
5) Out come
Out come adalah hasil MBS jangka panjang, yang
berbeda dengan output yang hanya mengukur hasil
MBS sesaat/ jangka pendek. Karena itu, fokus
evaluasi outcome adalah pada dampak MBS jangka
panjang, baik dampak terhadap individu maupun
sosial. Yang termasuk dalam outcome antara lain:
manfaat sekolah jangka panjang terutama
menyangkut pendidikan lanjut, penghasilan,
pengembangan karir, kesempatan untuk berkembang,
12
dan sebagainya. Untuk melakukan evaluasi ini, pada
umumnya digunakan analisis biaya manfaat.
19
pengadaan, pengawasan, penyimpanan inventarisasi dan
penghapusan serta penataan.
2.4 Pengertian Evaluasi Program
Evaluasi merupakan proses menggambar,
mengumpulkan serta menyajikan informasi eskritif
tentang berharganya kewajaran tujuan, rancangan
implementasi dan danpak suatu program sebagai
masukan bagi pembuatan keputusan, melayani
kebutuhan mempertanggungjawabkan dan pemahaman
terhadap fenomena. Sanders & Sullins (2006: 1)
mengungkapkan bahwa “program evaluation is the
process of systematically determining the quality of
program and how it can be improve” yang dapat diartikan
bahwa evaluasi program merupakan upaya yang
sistematik untuk menetukan kualitas suatu program
agar program tersebut dapat ditingkatkan.
Evaluasi berasal dari kata evaluation artinya nilai atau
penilaian. Definisi dari kamus Oxford AS “Evaluasi
adalah suatu upaya untuk menentukan nilai atau
jumlah”. Sedangkan menurut Suchman (1961) dalam
Arikunto (2008:1) memandang evaluasi sebagai sebuah
proses menentukan hasil yang telah dicapai beberapa
kegiatan yang direncanakan untuk mendukung
tercapainya tujuan”. Lebih lanjut Stufflebeam (1971)
menjelaskan pengertian evaluasi adalah “proses
penggambaran, pencarian, dan pemberian informasi
yang sangat bermanfaat bagi pengambil keputusan
dalam menentukan alternatif keputusan” (Arikunto,
2008:2).
20
evaluasi mengalami perkembangan sesuai dengan
masanya. Pada masa awal, evaluasi sering diartikan
sebagai upaya untuk menilai hasil belajar, berdasarkan
bahwa pendidikan merupakan upaya memberikan suatu
perlakuan pembelajaran kepada peserta didik. Namun,
seiring perkembangannya pengertian evaluasi bukan
hanya menilai hasil belajar saja melainkan penilaian
terhadap proses dan hasil belajar karena terdapat faktor-
faktor lain yang mendukung keberhasilan pencapaian
hasil belajar siswa, seperti kondisi fisik dan psikis siswa,
kapasitas guru, sarana prasarana pendukung di sekolah,
serta lingkungan pembentuk sekitarnya.
Istilah program diartikan sebagai “rencana”, dalam
pengertian yang lebih praktis program adalah “suatu unit
atau kesatuan kegiatan, maka program merupakan
sebuah sistem, yaitu rangkaian kegiatan yang dilakukan
bukan hanya satu kali tetapi berkesinambungan
Ada beberapa macam model evaluasi, dalam penelitian ini
model yang digunakan adalah model CIPP yang
dikembangkan oleh Stufflebeam. CIPP merupakan
sebuah singkatan dari huruf awal empat buah kata,
yaitu: Context, Input, Process, dan Product, sehingga bila
disingkat menjadi Model CIPP.
Model CIPP adalah model evaluasi yang memandang
program yang dievaluasi sebagai sebuah sistem. Seperti
layaknya suatu pendekatan ilmu, CIPP memiliki
beberapa kelebihan dan kelemahan seperti yang
disampaikan Pradinata (2012), kelebihan evaluasi model
CIPP antara lain:
21
a. CIPP memiliki pendekatan yang holistik dalam
evaluasi, bertujuan memberikan gambaran yang
sangat detail dan luas terhadap suatu proyek, mulai
dari konteksnya hingga saat proses implementasi.
b. CIPP memiliki potensi untuk bergerak di wilayah
evaluasi formatif dan summatif. Sehingga sama
baiknya dalam membantu melakukan perbaikan
selama program berjalan, maupun memberikan
informasi final.
Namun demikian, dalam pembuatan keputusan yang
diartikan sebagai mengkonseptualisasikan sejumlah
proses keputusan yang meliputi kesadaran, desain,
pilihan, dan aksi, perlu diperhatikan peranan-peranan
yang dimainkan oleh evaluator.
Diantaranya adalah memonitor sebuah program
untuk mengidentifikasi kebutuhan dan kesempatan
mengidentifikasi konsep-konsep, alternatif permasalahan
untuk dipecahkan dalam penyesuaian kebutuhan atau
penggunaan kesempatan-kesempatan menilai
pernyataan permasalan alternative dari kedudukan nilai
yang berada dan menilai apakah permasalahan
membutuhkan perubahan dan informasi mana yang
dapat disediakan untuk menuntun aktifitas-aktifitas
perubahan.
22
sehingga sekolah benar-benar siap dalam melaksanakan
manajemen berbasis sekolah.
Manajemen berbasis sekolah merupakan model
pengeloaan sekolah yang bertumpu pada tiga pilar utama
yaitu,manajemen pengeloaan sekolah secara transparan
dan akuntabel, peran serta masyarakat dan stakholder
serta pembelajaran aktif,kreatif,efektif dan
menyenangkan.
Penelitian berikutnya oleh Suraya ( 2009 ) Tesis
Pascasarjana Universitas Lambung Mangkurat.
Implementasi Monitoring Dan Evaluasi Manajemen
Berbasis Sekolah di MTsNAwayan Kabupaten Balangan
Seiring dengan diberlakukannya otonomi daerah, dengan
diberlakukannya Undang-Undang nomor 22 tentang
pemerintahan daerah, jika sebelumnya segala sesuatu
serba sentralistik, maka sekarang semua urusan tidak
terkecuali bidang pendidikan diserahkan kepada
daerah.Begitu juga di Kabupaten Balangan otonomi
daerah memberikan kewenangan dan keleluasaan
mengatur dan mengelola sekolah sesuai dengan keadaan
sekolah.
Adanya Manajemen Berbasis Sekolah adalah model
manajemen yang memberikan otonomi kepada sekolah
dan menekankan keputusan bersama dari semua warga
sekolah dan masyarakat untuk mengelola sekolah dalam
rangka meningkatkan mutu pendidikan berdasarkan
kebijakan pendidikan nasional, untuk itu juga
diperlukan Implementasi Monitoring dan evaluasi.
Manajemen Berbasis Sekolah yang merupakan sistem
dan bagian integral dari pengelolaan pendidikan, dengan
23
implementasi monitoring dan evaluasi dapat diketahui
tingkat kemajuan pendidikan di sekolah, dimana dari
hasil implementasi monitoring dan evaluasi ini dipakai
sebagai bahan masukan untuk penyempurnaan dalam
penyelenggaraan pendidikan di MTsN Awayan Kabupaten
Balangan.
2.6 Kerangka Pikir
Manajemen Berbasis
Evaluasi
Sekolah
1. Context
1. Perencanaan
2. Input
2. Pelaksanaan
3. Proses
3. Pengawasan
4. product
Otonomi
sekolah
Masyarakat komite
dalam
pendidikan
24
Uraian diatas asas desentralisasi yaitu pelimpahan
pemerintahan pusat kepada pemerintah daerah
memberikan otonomi kepada sekolah untuk mengelola
manajemen pendidikan.otonomi sekolah yaitu
manajemen berbasis sekolah .dalam hal ini
perencanaan,pelaksaan,pengawasan di Sekolah Dasar
Kedongori 1 yang melibatkan komponen sekolah kepala
sekolah,guru serta komite akan di evaluasi dengan CIPP (
Contecx, input,proses,product ).
25