Anda di halaman 1dari 9

LAPORAN PENDAHULUAN

GASTRITIS

NAMA : PUJI TRI MULIASARI

NIM : B2019060

PROGRAM D3 KEPERAWATAN

UNIVERSITAS ‘AISYIYAHSURAKARTA 2020


GASTRITIS

A. Definisi Gastritis

Gastritis merupakan peradangan yang mengenai mukosa lambung sampai


terlepasnya epitel mukosa superficial yang menjadi penyebab terpenting dalam
gangguan saluran pencernaan. Pelepasan epitel akan merangsang timbulnya proses
inflamasi pada lambung.

Menurut Smelzer dalam Ardiansyah (2012), gastritis adalah inflamasi mukosa


lambung, akibat diet yang sembarangan. Biasanya individu akan makan terlalu
banyak, terlalu cepat, atau makan- makanan yang terlalu berbumbu atau mengandung
mikroorganisme penyebab penyakit.

B. ETIOLOGI GASTRITIS

 Penyebab dari gastritis menurut ( Ardiansyah 2012) adalah sebagai berikut :

a. komsumsi obat yang mengandung kimia digitalis

b. komsumsi alkohol yang berlebihan

c. terapi radiasi

d. kondisi stress

e. infeksi bakteri seperti helicobater pilory, salmonella yang dapat menimbulkan


tanda dan gejala anoreksia, mual dan muntah, pendarahan saluran cerna dan
nyeri uluh hati.

 Penyebab dari gastritis dapat dibedakan sesuai dengan klasifikasinya sebagai


berikut :

1. Gastritis Akut disebabkan : stres psikologi, obat analgetik, anti inflamasi


terutama aspirin (aspirin yang dosis rendah sudah dapat menyebabkan erosi
mukosa lambung), makanan, bahan kimia misalnya lisol, alkohol, merokok, kafein
lada, steroid dan digitalis.

2. Gastritis Kronik penyebab dan patogenesis pada umumnya belum diketahui,


biasanya disebabkan oleh ulkus benigna atau maligna dari lambung Helicobacter
pylori. Gastritis ini merupakan kejadian biasa pada orang tua, tapi di duga pada
peminum alkohol, dan merokok.

C. MANIFESTASI KLINIS

Menurut dhani ( 2019 ), Gambaran klinis pada gastritis di bedakan menjadi 2 dengan
manifestasi sebagai berikut, yaitu :

1. Gastritis akut, gambaran klinis meliputi :

a. Timbulnya hemoragi yang mengakibatkan ulserasi superfisial pada lambung.

b. Perasaan mual dan ingin muntah, sakit kepala, kelelahan dan ketidaknyamanan
pada abdomen.

c. Gejala asimptomatik sering terjadi pada beberapa pasien.

d. Memuntahkan makanan yang membuat lambung iritasi agar tidak terjadi diare
dan kolik.

e. Dalam beberapa hari pasien akan pulih, namun sering kali nafsu makan belum
kembali selama kurang lebih 3 hari.

2. Gastritis Kronis

Pada kasus gastritis kronis, sering terjadi penderita mengalami kembung


setelah memakan sesuatu, ketidaknyamanan pada mulut, terjadinya mual dan
muntah, paenderita juga sering mengalami nyeri pada ulu hati, dan juga mengalami
penurunan nafsu makan (anoreksia). Gelaja defisiensi B12 tidak akan terjadi pada
gastritis dengan tipe a yang mengalami asimtomatik.
D. PATHWAYS
E. KOMPLIKASI

a. Gastritis akut

Komplikasi yang dapat di timbulkan oleh gastritis akut adalah perdahan


saluran cerna bagian atas (SCBA) berupa haematomesis dan melena, dapat
berakhir dengan shock hemoragik. Khusus untuk perdarahan SCBA perlu di
bedakan dengan tukak peptik. Gambaran klinis yang di perlihatkan hampir sama.
Namun pada tukak peptik penyebab utamanya adalah Helicobacter Pylory, sebesar
100 % pada tukak duodenum dan 60-90 % pada tukak lambung. Diagnosis pasti
dapat di tegakkan dengan endoskopi (Hardi & Huda, 2015).

b. Gastritis kronis Perdarahan saluran cerna bagian atas, ulkus, ferporasi dan anemia
karena ganggguan absorpi vitamin B12.

F. PENATALAKSANAAN MEDIS

a. Gastritis akut

Di atasi dengan menginstruksikan pasien untuk menghindari alkohol dan makanan


sampai gejala berkurang. Bila pasien mampu makan melalui mulut, diet
mengandung gizi dianjurkan. Bila gejala menetap, cairan perlu diberikan secara
parenteral. Bila perdarahan terjadi, maka penatalaksanaan adalah serupa dengan
prosedur yang dilakukan untuk hemoragik saluran gastrointestinal atas.

Terapi pendukung mencakup intubasi, analgesic dan sedative, antasida, serta


cairan intravena. Endoskopi fiberopti mungkin diperlukan. Pembedahan darurat
mungkin diperlukan untuk mengangkat gangrene atau jaringan perforasi.
Gastrojejunostomi atau reseksi lambung mungkin diperlukan untuk mengatasi
obstruksi pilrus.

b. Gastritis kronis

Di atasi dengan memodifikasi diet pasien, meningkatkan istiratahat, mengurangi


stress dan memulai farmakoterapi. H. Pilory data diatasi dengan antibiotic
( seperti tetrasiklin atau amoksisilin ) dan garam bismu ( pepto bismo ). Pasien
dengan gastritis A biasanya mengalami malabsorbsi vitamin B12 yang disebabkan
oleh adanya antibody terhadap faktor instrinsik.
G. PENATALAKSANAAN KEPERAWATAN

a. Tirah baring.

b. Mengurangi stress.

c. Diet

Air teh, air kaldu, air jahe dengan soda kemudian diberikan peroral pada
interval yang sering. Makanan yang sudah dihaluskan seperti pudding, agar-agar
dan sup, biasanya dapat ditoleransi setelah 12 – 24 jam dan kemudian makanan-
makanan berikutnya ditambahkan secara bertahap. Pasien dengan gastritis
superficial yang kronis biasanya berespon terhadap diet sehingga harus
menghindari makanan yang berbumbu banyak atau berminyak.

H. PEMERIKSAAN PENUNJANG

Pemeriksaan dignostik menurut Alianto (2015), beberapa yang dapat dilakukan


sebagai berikut :

a. Radiology : merupakan pemeriksaan sinar x gastrointestinal bagian atas.

b. Endoskopy : gastroscopy ditemukan mukosa yang hiperemik.

c. Laboratorium : mengetahui kadar asam hidroklorida.

d. EGD (Esofagagastriduodenoskopi) : tes diagnostic kunci untuk perdarahan


gastritis, dilakukan untuk melihat sisi perdarahan atau derajat ulkus jaringan atau
cidera.

e. Pemeriksaan Histopatologi : tampak kerusakan mukosa karena erosi tidak pernah


melewati mukosa muskularis.

f. USG : mengetahui luka ataupun massa melalui gambar.

I. ASUHAN KEPERAWATAN MENURUT TEORI

1. Pengkajian Gastritis

a. Kaji data pasien


b. Kaji tanda –tanda vital pasien

c. Kaji PQRST :

- ( P : provacate ) : Perawat mengkaji tentang penyebab atau stimulus-stimulus


nyeri pada klien.

- ( Q : quality ) : Kualitas nyeri merupakan suatu subjektifyang diungkapkan


oleh klien, seringkali klien mendeskripsikan dalam kalimat-kalimat: tajam,
tumpul, berdenyut, berpindah-pindah seperti tertindih, perih, tertusuk, dll.
Dimana setiap klien mungkin berbeda-beda dalam melaporkan kualitas nyeri
yang dirasakan.

- ( R : region ) : Untuk mengkaji nyeri maka perawat meminta klien


menunjukkan semua bagian/daerah yang dirasakan tidak nyaman oleh klien.

- ( S : severe ) : Tingkat keparahan pasien tentang nyeri merupakan


karakteristik yang paling subjektif. Pada pengkajian ini klien diminta untuk
menggambarkan nyeri yang ia rasakan sebagai nyeri ringan, sedang, berat.

- ( T : time ) : Perawat menanyakan pada klien menentukan awitan, durasi, dan


rangkaian nyeri. Perawat dapat menanyakan “kapan nyeri dirasakan?, apakah
nyeri yang dirasakan terjadi padawaktuyang sama setiap hari?, seberapa
seringnyeri kambuh?

2. Diagnosa Keperawatan Gatritis

Diagnose keperawatan yang muncul pada gangguan rasa nyaman nyeri Menurut
Doenges (2000) dan (NANDA dalam Potter & Perry, 2006) yaitu:

a. Gangguan rasa nyaman (nyeri) akut berhubungan dengan iritasi mukosa lambung.

b. Ansietas berhubungan dengan perubahan status kesehatan, ancaman kematian,


nyeri.

c. Kurang pengetahuan tentang penyakitnya berhubungan dengan kurangnya


informasi.

3. Intervensi Gastritis
a. Gangguan rasa nyaman (nyeri) akut berhubungan dengan iritasi mukosa lambung :

1. Kaji PQRST

2. Istirahatkan pasien pada saat nyeri muncul.

3. Ajarkan relaksasi nafas dalam saat nyeri muncul.

b. Ansietas berhubungan dengan perubahan status kesehatan, ancaman kematian,


nyeri :

1. Awasi respon fisiologis misal : takipnea, pusing.

2. Dorong pernyataan takut dan ansietas, berikan umpan balik.

3. Berikan lingkungan tenang untuk istirahat.

4. Dorong orang terdekat tinggal dengan pasien.

5. Tunjukan teknik relaksasi.

c. Kurang pengetahuan tentang penyakitnya berhubungan dengan kurangnya


informasi :

1. Beri penkes tentang penyakitnya.

2. Berikan kesempatan pada klien untuk menanyakan hal yang ingin diketahui
berhubungan dengan penyakit yang dideritanya.

3. Berikan kesempatan pada klien untuk mengulangi kembali penjelasan yang


diberikan perawat.
J. DAFTAR PUSTAKA

Inayah, I. (2004). Asuhan Keperawatan Pada Klien Dengan Gangguan Sistem


Pencernaan. Jakarta: Salemba Medika.

Dermawan,D. T. R. (2010). Keperawatan Medikal Bedah ( Sistem Pencernaan ).


Yogyakarta: Gosyen Publishing.

FKUI. Muttaqin, A. K. S. (2011). Gangguan Gastrointestinal. Jakarta: Salemba


Medika.

http://www.ejurnal.poltekkes-tjk.ac.id/index.php/JK/article/view/1192

http://repository.unair.ac.id/id/eprint/97650

Anda mungkin juga menyukai