PENDAHULUAN:
Pada Bab ke lima belas belas ini kita akan dijelaskan tentang riview jual beli
perusahaan dalam bisnis internasional, peraturan Internasional dalam jual beli perusahaan,
unsur jual beli perusahaan, Kredit berdokumen/LC, imbal beli internasional, arbitrase dalam
bisnis internasional.
Pada Bab ke lima Belas ini diarahkan mahasiswa mampu menjelaskan dan
mengaplikasikan secara kritis dan objektif menganalisis riview jual beli perusahaan dalam
bisnis internasional, peraturan Internasional dalam jual beli perusahaan, unsur jual beli
perusahaan, Kredit berdokumen/LC, imbal beli internasional, arbitrase dalam bisnis
internasional.
RELEVANSI:
Materi pada perkuliahan ke lima belas ini akan menuju pengetahuan tentang :
Bisnis Internasional
Secara umum, materi ini akan memberikan bekal kemampuan bagi Mahasiswa
mampu menjelaskan dan mengaplikasikan secara kritis dan objektif tentang riview dari
materi sebelumnya yaitu jual beli perusahaan dalam bisnis internasional, peraturan
Internasional dalam jual beli perusahaan, unsur jual beli perusahaan, Kredit berdokumen/LC,
imbal beli internasional, arbitrase dalam bisnis internasional.
Secara khusus, materi ini akan membekali Mahasiswa mampu menjelaskan dan
mengaplikasikan secara kritis dan objektif tentang riview dari materi sebelumnya yaitu jual
beli perusahaan dalam bisnis internasional, peraturan Internasional dalam jual beli
perusahaan, unsur jual beli perusahaan, Kredit berdokumen/LC, imbal beli internasional,
arbitrase dalam bisnis internasional.
PENYAJIAN:
BISNIS INTERNASIONAL
Dalam suatu bisnis melibatkan para pihak lebih dari satu negara, maka
bisnis yang demikian disebut dengan bisnis internasional. Terdapat berbagai aspek
yang timbul manakala terjadi bisnis internasional tersebut yang perlu diatur oleh
hukum agar bisnis tersebut dapat berjalan dengan pasti, tertib dan adil. Berikut ini
beberapa aspek hukum yang menyangkut dengan bisnis internasional ( international
business ) atau perdagangan internasional ( international trade )1 antara lain: Jual Beli
Perusahaan antar negara ( Jual Beli Internasional ) dan Imbal beli Internasional.
A. Jual Beli Perusahaan
Jual Beli Perusahaan adalah suatu perjanjian jual beli sebagai perbuatan perusahaan,
yaitu perbuatan perdagangan atau pengusaha lainnya, yang berdasarkan perusahaannya atau
jabatannya melakukan perjanjian jual beli.
Jual beli perusahaan tidak hanya berlaku dalam lingkungan nasional namun
berlaku berlaku pula dalam lingkungan yang lebih luas yaitu dalam lingkungan
internasional. Jual beli perusahaan merupakan jual beli yang bersifat “khusus“.
Kekhususannya terletak dalam beberapa hal, yaitu :
Seperti telah diuraikan diatas bahwa jual beli perusahaan berlaku untuk
lingkungan internasional. Perdagangan internasional membawa serta kesukaran terhadap
tidak pastinya hukum yang berlaku bagi perjanjian jual beli, maka lahirlah kebiasaan-
kebiasaan yang sejenis mengenai jual beli perusahaan, sehingga timbullah kesatuan hukum
yang diatur dalam kontrak baku. Oleh karena dengan berdasarkan asas kebebasan
berkontrak yang diatur dalam pasal 1338 KUH Perdata maka untuk perjan jian jual beli
perusahaan diguunakan “kontrak baku “( standaardcontracten ) yang disebut Uniform
Customs. Dengan demikian Kontrak baku merupakan Undang-Undang bagi jual beli
perusahaan. Kontrak Baku adalah formulir yang dicetak rapi dengan tempat kosong yang
harus diisi oleh pihak-pihak dalam perjanjian agar menjadi suatu kontrak yang sempurna.
Uniform Custom mengatur antara lain tentang cara-cara pembayaran dalam jual beli
perusahaan yaitu mengenai kredit berdokumen, perwasitan, asuransi , arbitrase dan lainlain.
UU tersebut khusus mengatur jual beli benda bergerak yang bersifat internasional. Syaratnya
adalah :
Biasanya dalam kontrak baku atas perjanjian jual beli perusahaan tercantum klausula
“pactum de compromittendo” yaitu klausul yang menyatakan bila ada perselisihan mengenai
penafsiran/ pelaksanaan suatu ketentuan dalam perjanjian, maka para pihak akan
menyelesaikan dengan sistem perwasitan. Dalam hal ini Kadin Indonesia membentuk suatu
lembaga perwasitan yang disebut BANI (Badan Arbitrase Nasional Indonesia).
a. Terjadinya perjanjian jual beli perusahaan. Jual beli perusahaan sifatnya konsensual,
sah mengikat setelah terjadinya kata sepakat antara barang dan harga. Dalam
prakteknya biasanya selalu diikuti dengan akta. Akta ini dikenal dengan kontrak baku
atau standar kontrak.
b. Pengangkutan Penjual harus menyerahkan barang di tempat yang ditentukan dalam
perjanjian. Dalam pengiriman barang harus dipenuhi syarat-syarat yang diperjanjikan
dalam jual beli perusahaan yang sangat erat hubungannya dengan penyerahan dan
beralihnya hak milik.
1. Loco (loko = gudang penjual) Yaitu pembeli menerima penyerahan barang di
gudang penjual. Resiko dan hak milik beralih kepada pembeli mulai saat barang
diangkut dari gudang penjual. Pembeli harus menanggung semua biaya untuk
mengangkut barang mulai dari gudang penjual sampai ke gudang pembeli.
2. FOB (Free On Board) Yaitu penjual menyerahkan barang diatas kapal yang
disediakan pembeli di pelabuhan pemuatan barang. Biaya pemuatan barang
ditanggung penjual, resiko beralih pada pembeli, saat barang barang diletakkan
diatas kapal/pemuatan barang dalam kapal. Demikian juga dengan hak milik akan
beralih ketika barang diletakkan diatas kapal pemuat.
3. FAS (Free Alongside Ship) Yaitu penjual menyerahkan barangnya di samping
kapal yang disediakan pembeli di pelabuhan pemuatan barang. Resiko dan hak
milik beralih pada saat barang diletakkan di dermaga di samping kapal. biaya
pemuatan barang ke dalam kapal, premi asuransi, uang angkutan, biaya
pembongkaran dan ongkos-ongkos lain sampai di gudang pembeli ditanggung
pembeli.
4. CIF (Cost Insurance and Freight)
5. Yaitu penjual menanggung semua biaya dan ongkos-ongkos mengangkut barang
sampai di pelabuhan pembeli. Uang angkutan, premi asuransi dan ongkos-ongkos
ditanggung penjual. Resiko beralih pada saat barang diletakkan di atas kapal. hak
milik beralih tergantung pada syarat/klausul dalam perjanjian.
6. C & F (Cost and Freight) Sama dengan CIF hanya premi asuransi menjadi
tanggungan pembeli. resiko beralih pada saat pemuatan barang diatas kapal. hak
milik beralih pada saat diserahkan dokumen (tanda bukti dibeli) pada pembeli.
7. Franko >< Loko Penjual harus menyerahkan barang di gudang pembeli. Resiko
sampai di tempat tujuan menjadi beban penjual. Pembeli bebas dari pembebanan
ongkos dan biaya pengangkutan.
c. Asuransi
Pada umumnya barang yang dibeli jumlahnya banyak dan bernilai tinggi, sehingga
pengangkut tidak mau mengangkut barang sebelum barang tersebut diasuransikan. Dokumen
yang diperlukan dalam jual beli
3. Polis Asuransi (bukti tertulis dari penanggung ke tertanggung) Yaitu tanda bukti bahwa
barang-barang yang dikirim itu sudah diasuransikan. Pengangkut tidak mau menerima barang
muatan, kalau belum diasuransikan. Jika jual beli perusahaan bersyarat :
4. Certificate of Origin
Surat keterangan asal barang yang dibuat oleh kamar dagang di negara penjual dengan tujuan
untuk menjamin keaslian barang yang bersangkutan. Kalau tidak asli dapat ditolak/diclaim.
Keppres No. 58 Tahun 1971 dan Kep. Menteri Perdagangan No. 260/KP/IX/71, menetapkan
bahwa :
5. Packing List
Suatu daftar tentang koli-koli beserta isinya dibuat oleh perusahaan yang mengepak
barang tersebut. Misalnya : P.T. Guru Indonesia. Daftar itu berisi : a) Merek (code) dan
nomor masing-masing koli. b) Berat masing-masing koli. c) Ukuran masing-masing koli. d)
Keterangan tentang isi masing-masing koli.
1. Hubungan Antara Perjanjian Jual Beli Perusahaan dengan Perjanjian Pembukaan Kredit
Berdokumen
1. Pembeli
3. Penikmat (penjual)
4. Advising/confirming bank.
Penjelasan :
1. Pembeli dengan penjual mengadakan kontrak jual beli perusahaan. Dalam kontrak
jual beli itu ditetapkan bahwa pembeli diwajibkan membuka kredit berdokumen
(documentary credit) kepada penjual.
2. Pembeli lalu mengajukan permohonan kredit berdokumen kepada bank devisa
langganannya. Kalau bank devisa tersebut setuju, kredit berdokumen diterbitkan bagi
kepentingan penjual. Dalam hubungan ini pembeli disebut pembuka kredit dan
penjual disebut penikmat (begunstige, beneficiary).
3. Bank penerbit kredit (Issuing Bank) mengirimkan surat kredit berdokumen itu kepada
penikmat dengan melalui bank korespondennya di negara penikmat. Bank
koresponden tersebut disebut advising bank/confirming bank.
4. Advising/confirming bank memberitahu penikmat bahwa baginya telah dikirim kredit
berdokumen dari issuing bank atas permohonan pembeli. Sebagai advising bank tidak
ada kewajiban, sedangkan sebagai confirming bank berkewajiban menjamin
terlaksananya kredit tersebut.
5. Setelah penikmat menerima surat kredit, dia lalu mulai mengirimkan
barangbarangnya kepada pembuka kredit (pembeli). untuk perbuatan ini penikmat
menerima dokumen pengangkutan dan dokumen-dokumen pembantu dari instansi
yang berwenang.
6. Dokumen induk (pengangkutan) dan dokumen-dokumen pembantu asli lalu
diserahkan kepada advising/confirming bank. Duplikatnya dikirim langsung kepada
pembeli.
7. Setelah advising/confirming bank meneliti dokumen-dokumen tersebut dan
berkesimpulan bahwa dokumen-dokumen tersebut telah memenuhi syarat
sebagaimana mestinya maka dokumen itu diterima dan dibayar.
8. Dokumen yang sudah diterima oleh advising/confirming bank lalu dikirim ke Issuing
Bank.
9. Issuing bank yang sudah menerima dokumen-dokumen lalu membayar kepada
advising bank/confirming bank.
10. Issuing bank memberitahu pembuka kredit bahwa dokumen telah datang, dan
pembuka kredit lalu membayar semua kewajibannya kepada issuing bank.
11. Issuing bank mengirim dokumen asli kepada pembuka kredit (pembeli), berdasar
dokumen-dokumen mana barang-barang dapat diminta dari pengangkut.
6. Letter of Credit
Pengertian dan Dasar Hukum L/C Sering disebut juga dengan Documentary Credit (Kredit
Berdokumen). L/C adalah suatu kontrak, dengan mana suatu bank (issuing bank) bertindak
atas permintaan dan perintah dari seorang nasabah (pemohon L/C) yang biasanya
berkedudukan sebagai importir untuk melakukan pembayaran kepada pihak pengekspor atau
pihak ketiga (beneficiary) atau membayar atau mengaksep weselwesel yang ditarik oleh
beneficiary, atau memberi kuasa kepada bank lain uang melakukan pembayaran, atau untuk
mengaksep atau mengambil alih (negosiasi) wesel-wesel tersebut, atas dasar penyerahan
dokumen tertentu yang sebelumnya telah ditentukan, asalkan sesuai dengan syarat-syarat
yang telah ditentukan. Dasar hukum dari L/C adalah klausula dalam kontrak jual beli yang
menundukan diri pada Uniform Customs and Practices for Documentary Credit (UCP),
hukum setempat dan kebiaasaan dalam perdagangan (trade usage).
Jual beli internasional merupakan jual beli biasa, hanya dalam jual beli internasional
antara penjual dan pembeli tidak dalam 1 (satu) negara, sehingga harga ataupun barang harus
dikirim dari satu negara ke negara lainnya.
Karena itu hukum tentang Jual Beli Internasional akan berjalan berbarengan dengan
hukum tentang ekspor-impor. Karena umumnya ada dua negara yang terlibat dalam jual beli
internasional, dimana hukum dari negara-negara tersebut berbeda, maka benturan-benturan
hukum antarnegara yang terlibat tidak dapat dihindari.
3. Pengaturan Resiko dalam Jual Beli Internasional Hukum memberikan jalan yuridis sebagai
berikut :
1. Ada negara yang tidak mempunyai cukup devisa untuk melakukan pembayaran atas
jual beli suatu produk.
2. Terkadang devisa cukup tersedia, tetapi lebih diprioritaskan untuk bidang-bidang lain.
3. Kesempatan bagi negara pembeli untuk menggenjot ekspornya.
Dasar hukum imbal beli :
KESIMPULAN:
Burton Simatupang Richard, Aspek Hukum Dalam Bisnis, Rineka Cipta, Jakarta 1996
Depdikas, Kamus Besar Bahasa Indonesia, PT. Balan Pustaka, Jakarta, 1994.
Friedman, Jack. P, Dictionary of Business Term. New York, USA, Baron’s Educational
Services, Inc, 1987:66
Fuadi Munir, Pengantar Hukum Bisnis Menata Bisnis Modern Di Era Global, Citra
Adytya Bakti, Bandung 2002.