Anda di halaman 1dari 19

CRITICAL BOOK REVIEW

MK. PISIKOLOGI
PENDIDIKAN
PRODI S1 SENI RUPA FBS

NILAI:

BAGAIMANA SISWA BELAJAR


(JOHN HOLT, 2012)

NAMA MAHASISWA : YUSUF EFENDI LUBIS

NIM : 2182151004

KELAS :B

DOSEN PENGAMPU : SANTA MURNI A SITUMORANG, S.E, M.Pd.

MATA KULIAH : PSIKOLOGI PENDIDIKAN

PROGRAM STUDI S1 PENDIDIKAN SENI RUPA


FAKULTAS BAHASA DAN SENI
UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
MARET 2018

1|Psikologi Pendidikan #Senirupa


KATA PENGANTAR
Puji dan syukur atas kehadirat Allah SWT, karena berkat rahmat dan
karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan Critical Book Riview ini sebagai tugas
mata kuliah Psikologi Pendidikan. Shalawat dan salam juga penulis sampaikan
kepada Nabi Muhammad SAW yang telah membawa perubahan besar di bumi.
Serta terima kasih yang sebesar-besarnya kepada dosen pengampuh mata kuliah
Psikologi Pendidikan, Ibu Santa Murni A Situmorang, S.E. M.Pd. yang telah
banyak mencurahkan ilmunya pada kelas B dan D Ekstensi prodi Pendidikan
Seni Rupa.

Adapun buku yang menjadi perhatian serius penulis dalam mengkritik


buku tersebut yaitu berjudul Bagaimana Siswa Belajar yang ditulis oleh John
Holt.

Dalam memenuhi tugas ini, penulis menyadari masih terdapat banyak


kekurangan yang mungkin tidak penulis sadari secara langsung. Maka dari itu,
kritik dan saran yang bersifat membangun dari pembaca sangat diharapkan
sebagai bentuk perubahan yang lebih baik kepada penulis. Semoga hasil
laporan kritik buku ini bermanfaat bagi pembaca umumnya, dan bagi penulis
khususnya.

Medan, maret 2019

Penulis

2|Psikologi Pendidikan #Senirupa


DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR………………………………………………………………………………………………2
DAFTAR ISI………………………………………………………………………………………………………… 3
BAB I PENDAHULUAN
A. Rasionalisasi Pentingnya CBR………………………………………………………………… 4
B. Tujuan CBR…………………………………………………………………………………………… 5
C. Manfaat CBR…………………………………………………………………………………………. 5
D. Identitas buku………………………………………………………………………………………..5
BAB II RINGKASAN BUKU
A. Ringkasan Buku…………………………………………………………………………………... 6
BAB III PEMBAHASAN
A. Pembahasan isi buku…………………………………………………………………………....12
B. Kritik isi buku………………………………………………………………………………………14
C. Kelebihan dan Kekurangan Buku………………………………………………………..... 16
BAB IV PENUTUP
A. Kesimpulan…………………………………………………………………………………………... 18
B. Rekomendasi………………………………………………………………………………………... 18
DAFTAR PUSTAKA……………………………………………………………………………………………. .19

3|Psikologi Pendidikan #Senirupa


BAB I

PENDAHULUAN

A. Rasionalisasi pentingnya CBR       

         Dalam Critical Book Review ini mahasiswa dituntut untuk mengkritisi sebuah
buku, dan meringkas menjadi satu kesatuan yang utuh sehingga dapat dipahami oleh
mahasiswa yang melakukan critical book review ini, termasuk didalamnya mengerti
akan kelemahan dan keunggulan dari buku yang akan dikritisi. Dalam hal ini saya
mengkritik buku “ Bagaimana Siswa Belajar” oleh Penulis John Holt
Adapun dalam penuntasan tugas Critical Book Review ini mahasiswa dituntut
dalam meringkas dan, menganalisa, serta memberikan kritik berupa kelebihan dan
kelemahan pada suatu buku berdasarkan fakta yang ada dalam buku tersebut,
sehingga dengan begitu mahasiswa akan menjadi terbiasa dalam berpikir logis dan
kritis serta tanggap terhadap hal-hal yang baru yang terdapat dalam suatu buku.
Penugasan Critical Book Review  ini juga merupakan bentuk pembiasaan agar
mahasiswa terampil dalam menciptakan ide-ide kreatif dan berpikir secara analitis
sehingga pada saat pembuatan tugas-tugas yang sama mahasiswa pun menjadi
terbiasa serta semakin mahir dalam penyempurnaan tugas tersebut. Pembuatan
tugas Critical Book Review ini juga akan melatih, menambah, serta menguatkan
pemahaman mahasiswa betapa pentingnya mengkritikalisasi suatu karya
berdasarkan data yang factual sehingga dengan begitu terciptalah mahasiswa-
mahasiswa yang berkarakter logis serta analisis sehingga dengan bertambahnya era
yang semakin maju yang seperti kita tahu sekarang dijaman MEA (Masyarakat
Ekonomi Asean) dituntut menciptakan masyarakat yang berpikir maju kedepan
dalam hal ini generasi-generasi bangsa yang saat ini sedang mengikuti jenjang
pendidikan baik yang rendah sampai yang tinggi menjadi ujung tombak perubahan
yang akan menciptakan bangsa yang maju dan sejahtera.

4|Psikologi Pendidikan #Senirupa


B. Tujuan Penulisan CBR

CBR ini dibuat dengan tujuan untuk menyelesaikan tugas Psikologi


Pendidikan, menambah pengetahuan kita dalam mengkritik buku, meningkatkan
daya fikir kita tentang bagaimana cara mengkritik sebuah buku dan menguatkan kita
tentang cara mengkritik buku yang baik dan benar.

C. Manfaat CBR

1. Membantu memahami karakteristik dalam psikologi pendidikan.


2. Membantu memahami perkembangan psikologi pendidikan.
3. Mengetahui bahwa dalam kehidupan sehari-hari psikologi pendidikan dapat
menjadi acuan untuk membangun bangsa Indonesia.
4. Membantu mahasiswa kritisi dalam suatu hal termasuk buku

D. Identitas Buku Yang Direview

1. Judul : Bagaimana Siswa Belajar


2. Pengarang : John Holt
3. Penerbit : Erlangga
4. Kota terbit : Jakarta
5. Tahun Terbit : 2012
6. ISBN : 9786022410409

5|Psikologi Pendidikan #Senirupa


BAB II

RINGKASAN ISI BUKU

Bagian I Belajar Tentang Anak-Anak

Pada awal tahun 60-an, saat saya menuliskan sebagian besar naskah awal
How Children Learn (Bagaimana Siswa Belajar), baru sedikit psikolog yang menaruh
perhatian terhadap pembelajaran kanak-kanak belia (0 sampai 3 tahun). Sebagai
ranah penelitian, hal ini dianggap tidak penting atau terkenal, sesuatu yang menjadi
alasan mengapa salah seorang teman saya yang bersekolah di sebuah universitas
terkemuka, yang saat itu ingin mengambil tesis Ph.D.-nya dengan mengupas karya
Piaget, diberitahu oleh pembimbing tesisnya untuk tidak melanjutkan topik itu.
Bahkan Piaget sendiri pun, kecuali jika berkaitan dengan anak-anaknya sendiri,
melakukan sebagian besar kerjanya dengan melibatkan anak-anak usia empat atau
lima tahun bahkan lebih tua lagi dari itu. Para bayi masih dianggap sebagaimana
laiknya sebuah gumpalan yang menunggu waktu untuk mengubah mereka menjadi
manusia-manusia yang patut mendapat perhatian serius.

Sebuah teori yang saat ini sedang ramai-ramainya dibicarakan orang adalah
teori otak kanan-otak kiri, yang berpendapat bahwa untuk beberapa bentuk
pemikiran kita menggunakan salah satu sisi otak kita, dan untuk beberapa pemikiran
lainnya kita menggunakan sisi otak kita yang lain.

Pertama-tama, teori itu sendiri berubah lebih cepat dari kemampuan kita
mengikutinya. Dalam edisi terbaru majalah Omni terdapat sebuah artikel berjudul
“Brainstorms”, yang menyatakan bahwa teori baru tentang otak kanan dan otak kiri
sudah tidak diakui lagi dan bahwa jenis-jenis aktivitas mental yang berbeda tidak
bisa secara persis ditentukan lokasinya, entah di bagian otang yang satu atau di
bagian otak yang lain.

Dengan rancangan yang lebih cermat terhadap kondisi-kondisi tes mereka,


dan dengan menggunakan analisis pola pengenalan matematis, mereka telah
memetakan korelasi pola-pola elektrik yang kompleks dan berubah dengan cepat, 9
yang melibatkan banyak area di dalam otak. Hal ini menunjukkan kepada mereka
bahwa tipe-tipe informasi berbeda tidak diproses hanya di beberapa area otak yang

6|Psikologi Pendidikan #Senirupa


terspesialisasi, sebagaimana telah dianut selama beberapa dekade. Melainkan,
banyak bagian otak terlibat, bahkan dalam fungsi-fungsi kognitif yang paling dasar
sekalipun.

Gevind menyatakan, “bahwa tipe tugas-tugas yang berbeda tidak diproses


dalam segelintir area yang terspesialisasi, melainkan banyak bagian otak ikut terlibat
di dalamnya. Sehingga tidak tepat jika dikatakan bahwa aritmatika, contohnya,
berada di salah satu lokasi otak saja hanya karena kerusakan di sana menyebabkan
ketidakmampuan melakukan penjumlahan. Yang dapat kita katakan hanyalah bahwa
area otak yang rusak sangat penting untuk melakukan aritmatika.

Sedari awal teori otak kanan-kiri terlihat menyederhanakan sesuatu yang bagi
saya sendiri yang berpengalaman menggunakan pikiran sebenarnya tidak
sesederhana itu. Tentunya tidak diragukan lagi bahwa kita memang menggunakan
otak kita dengan cara yang berbeda, terkadang dengan cara yang sangat sadar,
terarah, linear, analitis, verbal – misalnya saat mobil tidak mau menyala dan kita pun
mencoba mencari tahu penyebabnya – dan di saat lainnya (bahkan terkadang pada
saat bersamaan) kita menggunakan otak kita dengan cara yang lebih acak, inklusif
(memikirkan beberapa hal sekaligus pada waktu bersamaan), intuitif, seringkali agak
atau tidak disadari.

Sejauh ini saya tidak bermasalah dengan para penganut teori otak. Bahkan
mungkin saja kalau beberapa aktivitas mental sebagian besar memang terpusat di
beberapa bagian otak dan beberapa aktivitas lain terpusat di bagian yang lain pula.
Namun akan terkesan sempit dan aneh jika dikatakan bahwa berbagai jenis
pemikiran yang sedemikian rumit dari sebuah pengalaman mental dapat dengan
rapinya dibagi ke dalam dua macam, di mana salah satunya dapat secara eksklusif
ditetapkan hanya untuk bagian kiri otak,sementara yang lain untuk bagian kanan
otak.

Seorang psikiater asal Skotlandia, R. D. Laing selama bertahun-tahun telah


menulis dengan penuh amarah namun fasih tentang distorsi-distorsi
(penyimpangan) terhadap “metode ilmiah” semacam ini, berdasarkan
pengalamannya sendiri bekerja di dunia pengobatan dan psikiatri. Dalam buku 10
terbarunya berjudul The Facts of Life, di sebuah bab yang berjudul “The Scientific

7|Psikologi Pendidikan #Senirupa


Method and Us”, ia menulis: Campur tangan ilmiah merupakan campur tangan yang
paling merusak. Hanya seorang ilmuan yang tahu bagaimana melakukan campur
tangan yang paling merusak. Cinta menguak fakta-fakta yang, tanpanya, tetap
tertutup rapat.

Segala sesuatu yang kita pelajari tentang organisme mengarahkan kita pada
kesimpulan tidak hanya bahwa organisme dapat dianalogikan dengan mesin, tetapi
bahwa organisme itu adalah mesin. Mesin-mesin buatan manusia bukanlah otak,
namun otak adalah sebuah jenis mesin perhitungan yang dipahami dengan sangat
buruk. Gagasan semacam ini, yang sekarang menjadi populer di universitas-
universitas terkemuka, yaitu bahwa organisme, termasuk di dalmnyamanusia,
semata-mata hanyalah mesin, buat saya adalah sebuah gagasan yang paling keliru,
paling bodoh, paling merusak, dan paling berbahaya dari semua gagasan buruk yang
beredar di dunia saat ini. Kalau saja sebuah gagasan bisa berubah menjadi setan,
maka gagasan inilah salah satunya.

Hanya dalam kehadiran orang-orang dewasa yang penuh cinta, rasa hormat,
dapat dipercaya seperti Millicent Shin atau Glenda Bissex, anak-anak dapat
mempelajari semua yang mampu mereka pelajari atau menyingkapkan kepada kita
apa yang sedang mereka pelajari. Para pemikir, pembedah, dan manipulator hanya
akan mendorong anak-anak pada prilaku artifisial (perilaku yang dibuat-buat dan tak
bermakna), kalau tidak mau menyebut tipu muslihat, pengelakan, dan lari dari
masalah.

Bagian II Seni, Matematika, dan Hal-Hal Lainnya

Pada suatu pagi, di dalam sebuah ruang kelas satu, dua orang gadis cilik yang
saling bersahabat mendapatkan beberapa lembar kertas besar dan beberapa buah
pensil. Mereka duduk mengintari sebuah meja dan bersiap-siap menggambar.
Setelah berpikir lama salah seorang gadis cilik itu mulai menggambar sebuah pohon
yang besar. Kemudian ia membuat sebuah cabang berbentuk garpu di dekat puncak
pohon. Selama itu berlangsung gadis cilik yang satu lagi memperhatikan dan tidak
melakukan apa-apa. Setelah beberapa lama saya bertanya kepadanya “apa yang akan
kamu gambar?” saya tidak mencopba mengarahkannya, saya hanya merasa ingin
tahu saja. Ia lalu menjawab “aku tak tahu mau menggambar apa” saya bertanya

8|Psikologi Pendidikan #Senirupa


lagi, :kenapa tidak menggambar pohon juga?” ia menjawab pertanyaan saya tanpa
merasa ragu ataupun malu “aku tidak tahu bagaimana caranya.”

Hal ini mengejutkan dan memmbuat saya tersadar. Walaupun suka menikmati
berbagai gambar dan lukisa, saya hanya tahu sedikit tentang itu semua. Hampir tidak
pernah ada pelajaran seni rupa di sekolah saya dulu. Saya hanya dapat mengingat
satu kelas seni rupa yang pernah saya masuki dan sebuah gambar yang coba saya
lukis sendiri, seekor burung hantu yang bertengger di sebuah dahan pohon yang
sudah mati dengan bulan purnama sebagai latarnya. Baut saya ini merupakan sebuah
pekerjaan cukup ambisius. Saya tidak pernah menyelesaikannya.

Saya sadar, sebuah gambar pohon memiliki hubungan dengan pepohonan


yang tedapat di peta kota. Peta memiliki kemiripan dengan kota, dalam banayak hal
namun saat kita membuat peta, kita cenderung memasukan beberapa hal ke
dalamnya serta meninggalkan beberapa hal yang lain.ini juga berlaku untuk sebuah
gambar. Gadis kecil ini, saat ia melihat sebuah benda nyata yang rumit yang kita
sebut pohon, yang memiliki berbagai warna, bentuk tekstur, berat, pencahayaan dan
bayangan, tidak bisa menentukan bagian mana dari karakteristik tersebut yang bisa
diwakili oleh sebuah pensil dan ia juga tidak tahu caranya.

Dua atau tiga hari kemudian, saya melihat dua orang gadis cilik yang sama,
lagi-lagi sedang duduk mengintari meja dengan beberapa lembar kerta besar di
hadapan mereka. Namun kali ini, terdapat dua buah pohon yang serupa di kedua
kertas besar itu, di mana akarnya menjulang membentuk batang pohon, batang
pohon menyeruak terus sampai ke bagian atas kertas, terdapat dua cabang
berbentuk garpu dimana dahan-dahan kecil bermunculan. Saya kemudian
berkomentar “ ah, aku lihat kamu sedang menggambar pohon, ya.” Ia memberikan
saya senyuman manis dan kemudian seraya mengangguk kea rah sahabatnya, ia
berkata, “ dia yang mengajariku.”. ia kemudian melanjutkan pekerjaannya.

Anak-anak tentunya tidak sedang menggambar sebuah pohon, namun


melukis apa yang mereka pelajari dan kenal sebagai symbol sebuah pohon, yang
nyaris menyerupai sebuah huruf hieroglyph yang besar. Garis yang mereka
coretkan di atas kertas tidak terlihat seperti pohon bagi mereka, mereka bermaksud
menunjukan pohon.

9|Psikologi Pendidikan #Senirupa


Suatu hari saat saya sedang berada di sebuah ruang kelas satu, dan itu untuk
pertama kalinya saya berada di sana, saya mulai membentuk sebuah boks cardboard
yang bagian atasnya dibiarkan terbuka, dengan ukuran sedemikian rupa sehingga
cukup untuk menampung berbagai bentuk dan ukurang batang Cuisenaire.

Saat saya sudah menyelesaiakan beberapa kotak tersebut, mereka baru bisa
melihat apa yang sebenarnya saya kerjakan. Mereka lalu ingin membuat hal yang
sama.

Saya sempat memperhatikan sebentar saat mereka sedang bekerja, namun


tidak selam yang saya inginkan. Walaupun begitu, dalam waktu sesingkat itu,
seorang anak laki-laki berhasil menciptakan sebuah karya yang lauar biasa, di luar
yang saya pikirkan. Kebetulan pula, ia merupakan bagian dari anak-anak bermasalah
dari sbeuah kelas yang bermasalah juga. Setelah membuat beberapa kotak dengan
bagian atas yang terbuka, ia mulai berpikir untuk membuat kotak dengan bagianatas
yang tertutup.

Dalam pekerjaan semacam itu terkandung banyak kemungkinan untuk


eksplorasi dan pembelajaran lebih jauh. 23 Gambar isometric biasanya dipergunakan
oleh para juru gambar untuk memberikan kesan tiga dimensi pada sebuah objek. Ada
sebuah kertas yang disebut kertas isometric, yang penuh dengan kotak-kotak dan
garis-garis vertical dan horizontal. Sejak saat itu saya belajar bahwa ada sebuah jenis
proyeksi yang serupa yang disebut aksonometrik, yang menurut saya akan lebih
memudahkan anakanak (ataupun orang dewasa) untuk digambar, dan juga lebih
menarik untuk dilihat

Bagian III Khayalan

Suatu hari seorang anak perempuan berusia enam tahun mendatangi kantor
saya bersama adik laki-laki dan ibunya. Sementara si ibu sedang berbincang dengan
saya, dan adik laki-lakinya sedang melihat-lihat buku yang dipajang di rak, gadis kecil
inilangsung menghampiri mesin tik listrik sayang yang juga telah dimainkannya
sehari sebelumnya. Saya lalu memberikan beberapa lembar kertas dan ia pura-pura
“menegtik”, memperhatiakn seberapa cepat ia menggunakan alat itu, barangkali ia
sedang menikmati khayalan menjadi seorang yang ahli dan hebat,ibunya adalah
seorang juru tik yang mahir dan aank ini sudah sering mendengar tentang kemahiran

10 | P s i k o l o g i P e n d i d i k a n # S e n i r u p a
ibunya. Selama beberapa saat, sewaktu kami berbincang-bincang, saya dan ibunya
dapat mendengar suara tuts mesin tik yang berdenting sibuk.

Setelah beberapa saat, anak perempuan itu menghampiri kami dan berkata
dengan penuh semangat, “awalnya aku hanya mengetik sembarangan, lalu bosan
dengan yang itu-itu saja.” Dan kemudian ia memberi kami beberapa “formulir”. Di
atas formulir yang diperuntukan bagi saya, ia telah mengetik nama, lalu kode pos
rumah, dan nomor teleponnya. Terus kebawah, setiap kata diketik sesuai barisnya,
terketik kata “name” (nama), “address”, (alamat). “zip”, (kode pos) dan “number”
(nomor).

Lalu saya menyakan kepada gadis kecil itu apakah saya perlu menuliskan
nomor jaminan sosial saya di bawah kata “number” (nomor). Ia katakana tidak
karena yang ia inginkan adalah nomor telepon saya. Ketika formulir itu telah kami
isi, ia lalu kembali lagi dengan formulir yang lain, kali ini lebih kelihatan formal, dan
meminta kami beberapa informasi baru yang berbeda dari sebelumnya.

Anak-anak, paling tidak pada awalnya, tidak bermimpi bisa bergerak lebih
cepat dari kecepatan peluru atau melompat ke sebuah bangunan tinggi hany dengan
satu kali loncatan. Khayalan-khayalan seperti itu biasanaya dibuat oleh orang-orang
dewasa. Butuh waktu bertahun-tahun bagi anak-anak untuk terbiasa dengan
khayalan-khayan=lan semacam ini danmembangunnya ke dalam dunai mereka
sendiri

11 | P s i k o l o g i P e n d i d i k a n # S e n i r u p a
BAB III
PEMBAHASAN
A. Pembahasan Isi Buku
Pembahasan Bagian I Belajar Tentang Anak-Anak
Pembahasan Otak Kiri dan Otak Kanan, Halaman 28-29 : Sejak buku
Quantum Learning diterbitkan di Indonesia, perhatian para penggiat pendidikan
terhadap otak kiri dan otak kanan menjadi semakin besar. Di buku itu, Bobbi
DePorter dan Mike Hernacki, menjelaskan bahwa eksperimen terhadap dua belah
otak (kiri dan kanan) menunjukan bahwa masing-masing belahan otak
bertanggung jawab terhadap cara berpikir seseorang. Selain itu, masing-masing
belahan mempunyai spesialisasi dalam kemampuan-kemampuan tertentu,
walaupun ada persilangan dan interaksi di antara keduanya.
Selanjutnya dikatakan dua penulis tadi bahwa proses berpikir otak kiri
bersifat logis, sekuensial, linier, dan rasional. Artinya serba urut dan teratur. Cara
berpikir otak kiri sesuai untuk tugas-tugas ekspresi verbal, menulis, membaca,
asosiasi auditorial, menempatkan detail dan fakta, fonetik, serta simbolisme.
Berbeda dengan otak kiri, otak kanan kita dan murid-murid kita memiliki
cara berpikir yang bersifat acak, tidak teratur, intuitif, dan holistic. Cara berpikir
ini sesuai dengan cara-cara untuk mengetahui hal-hal yang bersifat non-verbal,
seperti perasaan dan emosi, pengenalan bentuk dan pola, music dan seni,
kepekaan warna, serta kretivitas dan visualisasi.
Penting untuk Anda ketahui bahwa kedua belahan otak itu harus
berfungsi secara seimbang. Belajar akan terasa mudah bagi kita, kalau kita mau
memilih bagian otak yang diperlukan dalam setiap aktivitas yang sedang kita
kerjakan. Begitupula bagi murid-murid kita.

Bagian II Seni, Matematika, dan Hal-Hal Lainnya


Melukis dan menggambar adalah kegiatan menyenangkan bagi anak kecil.
Dia mencelupkan kuas dan meletakkannya di atas kertas dan efeknya datang
dalam sekejap. Si anak bukan hanya bisa melihat pengaruh gerakannya, tetapi
juga bisa mengubah pekerjaannya dengan olesan kuas kedua. Sebagian besar
anak-anak tidak butuh banyak bujukan untuk melakukan kegiatan ini.

12 | P s i k o l o g i P e n d i d i k a n # S e n i r u p a
Anak-anak biasanya menyukai cat, kuas, dan selembar kertas. Bahkan jika
mereka tak menyukainya atau sedang malas, kegiatan ini dapat membuat
mereka senang. Kegiatan ini juga baik bagi anak yang merasa tidak pandai
melukis dan merasa tidak memiliki keterampilan. Dia bisa membuat gambar
yang menyenangkan sehingga dia merasa bangga akan keberhasilannya dalam
kesenian.
Belajar menghitung adalah langkah pertama dalam mengerti apa arti
angka. Saat anak-anak mulai menghitung, mereka menganggap itu sebagai rima.
Mungkin mereka mengerti 1-2-3, tapi tidak dapat membayangkan arti 6-7-8. Bila
si anak sduah tau urutan 1-2-3-4-5-6-7-8-9-10, dia bisa mulai mengerti arti
angka tersebut. Pengertian ini diperkuat bila anda menambah, mengurangi, dan
menunjukan angka selagi menghitung. Anak-anak kecil sering salah membuat
urutan, jadi mereka butuh banyak latihan. Untuk memahami arti angka, anak-
anak harus memahami arti berhitung terlebih dulu. Dalam hal ini sungguh sulit.
Anda bisa menunjuk sebuah pohon dan menyebutkan ‘itu pohon’, tapi bagimana
cara menunjukkan ‘tiga’?
untuk memahami arti ‘tiga’, anak-anak harus memperhatikan apa
persamaan antara tiga kucing dan tiga poci.

Bagian III Khayalan


Beberapa cara yang paling umum digunakan anak untuk mengekspresikan
kreativitas pada berbagai usia dijelaskan oleh Hurlock (Sari, 2005), sebagai
berikut: Animisme adalah kecenderungan untuk menganggap benda mati sebagai
benda hidup. Anak kecil mempunyai pengetahuan dan pengalaman yang terlalu
minim untuk mampu membedakan antara hal-hal yang mempunyai sifat hidup
dan yang tidak. Pikiran animistik dimulai sekitar usia anak dua tahun, mencapai
puncaknya antara empat dan lima tahun, kemudian menurun dengan cepat dan
menghilang segera sesudah anak masuk sekolah.
Bermain drama, sering disebut “permainan pura-pura”, sejajar dengan
pemikiran animistik. Permainan ini kehilangan daya tariknya kurang lebih pada
saat anak masuk sekolah. Bila kemampuan penalaran dan pengalaman
menjadikan anak mampu membedakan antara kenyataan dan khayalan, mereka
kehilangan minat pada parmainan pura-pura dan mengalihkan dorongan

13 | P s i k o l o g i P e n d i d i k a n # S e n i r u p a
kreatifnya pada kegiatan lainya, biasanya permainan yang konstruktif (Sari,
2005). Permaianan konstruktif, bermain konstruktif dimulai sejak awal,
seringkali lebih awal dari bermain drama, tetapi permainan ini dikalahkan oleh
permainan pura-pura yang lebih menyenangkan. Kemudian apabila permaianan
ini kehilangan daya tariknya bagi anak, mereka mengalihkan permainan mereka
ke tipe permainan kreatif.
Bermain konstruktif awal sifatnya reproduktif. Anak meniru apa saja yang
dilihatnya dalam kehidupan sehari-hari, dengan bertambahnya usia, mereka
kemudian menciptakan konstruksi dengan menggunakan benda dan situasi
sehari-hari serta mengubahnya agar sesuai dengan khayalannya. 41 Teman
imajiner adalah orang, hewan atau benda yang diciptakan anak dalam
khayalannya untuk memainkan peran seorang teman. Banyak permainan
membutuhkan teman bermain, supaya menyenangkan, anak yang tidak
mempunyai teman sering menciptakan seorang teman imajiner. Melamun
merupakan bentuk permaian mental, dan biasanya disebut “khayalan” untuk
membedakannya dari ekspresi imajinasi yang lebih terkendali (Sari, 2005).

B. Kritik Isi Buku


Bagian I Belajar Tentang Anak-Anak
John Holt menuliskan kurang setujunya ia terhadap teori otak kanan dan
otak kiri dengan alasan : “ Sebuah teori yang saat ini sedang ramai-ramainya
dibicarakan orang adalah teori otak kananotak kiri, yang berpendapat bahwa
untuk beberapa bentuk pemikiran kita menggunakan salah satu sisi otak kita,
dan untuk beberapa pemikiran lainnya kita menggunakan sisi otak kita yang lain.
Pertama-tama, teori itu sendiri berubah lebih cepat dari kemampuan kita
mengikutinya. Dalam edisi terbaru majalah Omni terdapat sebuah artikel
berjudul “Brainstorms”, yang menyatakan bahwa teori baru tentang otak kanan
dan otak kiri sudah tidak diakui lagi dan bahwa jenis-jenis aktivitas mental yang
berbeda tidak bisa secara persis ditentukan lokasinya, entah di bagian otang
yang satu atau di bagian otak yang lain.”
Adapun kritik saya terhadap pembahasan ini dilatar belakangi oleh
pendapat dan hasil eksperimen Bobbi DePorter dan Mike Hernacki yang
terdapat dalam buku yang ditulis oleh H.D Iriyanto (2012) halaman 28-29 yaitu

14 | P s i k o l o g i P e n d i d i k a n # S e n i r u p a
“Selanjutnya dikatakan dua penulis tadi bahwa proses berpikir otak kiri bersifat
logis, sekuensial, linier, dan rasional. Artinya serba urut dan teratur. Cara
berpikir otak kiri sesuai untuk tugas-tugas ekspresi verbal, menulis, membaca,
asosiasi auditorial, menempatkan detail dan fakta, fonetik, serta simbolisme.
Berbeda dengan otak kiri, otak kanan kita dan murid-murid kita memiliki cara
berpikir yang bersifat acak, tidak teratur, intuitif, dan holistic. Cara berpikir ini
sesuai dengan cara-cara untuk mengetahui hal-hal yang bersifat non-verbal,
seperti perasaan dan emosi, pengenalan bentuk dan pola, music dan seni,
kepekaan warna, serta kretivitas dan visualisasi. Penting untuk Anda ketahui
bahwa kedua belahan otak itu harus berfungsi secara seimbang. Belajar akan
terasa mudah bagi kita, kalau kita mau memilih bagian otak yang diperlukan
dalam setiap aktivitas yang sedang kita kerjakan. Begitupula bagi murid-murid
kita. Dari buku tersebut dapat disimpulkan bahwa teori otak kiri dan otak kanan
masih digunakan hingga saat ini bahkan menjadi hal serius bagi para psikolog
untuk mengarahkan potensi belajar dan minat anak.
Bagian II Seni, Matematika, dan Hal-Hal Lainnya
Cerita dan observasi dalm bagian mengenai seni, matematika, dan hal-hal
lainnya sangat menarik dan cukup jelas. Akan tetapi John Holt mengatakan
“Walaupun begitu, dalam waktu sesingkat itu, seorang anak laki-laki berhasil
menciptakan sebuah karya yang lauar biasa, di luar yang saya pikirkan.
Kebetulan pula, ia merupakan bagian dari anak-anak bermasalah dari sbeuah
kelas yang bermasalah juga. Setelah membuat beberapa kotak dengan bagian
atas yang terbuka, ia mulai berpikir untuk membuat kotak dengan bagianatas
yang tertutup.” Dalam hal ini seharusnya kata anak-anak yang bermasalah dan
kelas yang bermasalah dapat diganti dengan kata yang tidak menimbulkan
ambiguitas dalam pemahaman kata bermasalah tersebut misalnya kelas yang
memiliki perbedaan signifikan dengan kelas lainnya, atau istilah lainnya.
Selanjutnya bagian ini identik dengan hasil penelitian dan observasi dari artikel
pedoman.
Bagian III Khayalan
Dalam bagian mengenai khayalan, Anak-anak, paling tidak pada awalnya,
tidak bermimpi bisa bergerak lebih cepat dari kecepatan peluru atau melompat
ke sebuah bangunan tinggi hanya dengan satu kali loncatan. Khayalan-khayalan

15 | P s i k o l o g i P e n d i d i k a n # S e n i r u p a
seperti itu biasanaya dibuat oleh orang-orang dewasa. Butuh waktu
bertahuntahun bagi anak-anak untuk terbiasa dengan khayalan-khayalan
semacam ini dan membangunnya ke dalam dunai mereka sendiri. Dalam hal ini
tidak sejalan dengan hasil penelitian yang dimuat dalm jurnal psikologi
mengenai Pengaruh Bermain Play Dough Terhadap Kreativitas Anak TK yang
didalamnya memuat pembahasan mengenai khayalan. Dalam landasan teori
penelitian ini diungkapkan “Beberapa cara yang paling umum digunakan anak
untuk mengekspresikan kreativitas pada berbagai usia dijelaskan oleh Hurlock
(Sari, 2005), sebagai berikut: Animisme adalah kecenderungan untuk
menganggap benda mati sebagai benda hidup. Anak kecil mempunyai
pengetahuan dan pengalaman yang terlalu minim untuk mampu membedakan
antara hal-hal yang mempunyai sifat hidup dan yang tidak. Pikiran animistik
dimulai sekitar usia anak dua tahun, mencapai puncaknya antara empat dan lima
tahun, kemudian menurun dengan cepat dan menghilang segera sesudah anak
masuk sekolah. Bermain drama, sering disebut “permainan pura-pura”, sejajar
dengan pemikiran animistik. Permainan ini kehilangan daya tariknya kurang
lebih pada saat anak masuk sekolah. Bila kemampuan penalaran dan
pengalaman menjadikan anak mampu membedakan antara kenyataan dan
khayalan, mereka kehilangan minat pada parmainan purapura dan mengalihkan
dorongan kreatifnya pada kegiatan lainya, biasanya permainan yang konstruktif
(Sari, 2005).
Dalam hal ini khayalan-khayalan seperti yang diungkapkan oleh John Hold
sendiri sebenarnya memang merupakan sebuah kecenderungan yang terjadi
pada anak-anak dimana mereka akan menghayal untuk melalui suatu hal atau
bermain peran dan kemudia memasukannya dalam dunia nyata mereka.

C. Kelemahan dan Kelebihan Buku


Kelemahan
Adapun beberapa kelemahan dalam buku ini yaitu :
 Dalam sistematika penulisan, terdapat beberapa tanda baca yang tidak
sesuai dengan fungsinya digunakan dalam pembahasan seperti tanda
garis Pada beberapa kutipan yang diambil dari penelitian ahli lain, tidak
terdapat

16 | P s i k o l o g i P e n d i d i k a n # S e n i r u p a
 Terdapat tanda baca titik yang pengetikkannya lebih dari satu
kali.hubung yang digunakan sebagai tanda baca koma. tanda baca kutip
atau kalimat yang menyatakan sebuah kutipan sehingga menyulitkan bagi
pembaca untuk mengetahui apakah kalimat tersebut benar-benar
merupakan sebuah kutipan atau gagasan dari penulis itu
 Terdapat beberapa hasil observasi yang pemaparan dalam bentuk cerita
sendiri.
 Buku ini tidak memuat daftar pustaka dari kutipan yang termuat
beruntun waktu yang tidak menunjukan sebuah kesimpulan dan solusi.
didalamnya.
Kelebihan
Beberapa kelebihan dalam buku ini yaitu :
 Buku ini memberikan gambaran yang tepat kepada seluruh pembaca
 Ada beberapa pengetahuan mengenai belajar pada anak yang sulit
mengenai bagaimana cara dan sistematika anak ketika belajar.
 Buku ini berhasil membawa pembaca pada bayangan imajinatif yang
menarik menganai anak-anak.

17 | P s i k o l o g i P e n d i d i k a n # S e n i r u p a
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dapat ditarik kesimpulan Motivasi Bagaimana siswa pelajar adalah
pendorongan suatu usaha yang disadari untuk mempengaruhi tingkah laku
sesorang agar ia tergerak hatinya untuk bertindak/ melakukan sesuatu sehigga
mencapai hasil atau tujuan tertentu. Tujuan motivasi ialah untuk menggerakkan
atau menggugah seseorang agar timbul keinginan dan kemauannya untuk
melakukan sesuatu sehingga dapat meperoleh hasil atau mencapai tujuan
tertentu.
Karakteristik individu yang memiliki motivasi berprestasi tinggi yaitu
menyukai situasi atau tugas yang menuntut tanggung jawab pribadi atau hasil
hasilnya dan bukanatas administrasi dasar untung untungan, nasib atau
kebetulan. Motivasi yang penerapannya dibidang pendidikan yaitu motivasi
berkarier, motivasi pelayanan motivasi kerja.

B. Rekomendasi
Beberapa saran saya untuk buku ini yaitu:
 Penulis seharusnya mencantumkan daftar pustaka atau referensi sehingga
pembaca mampu melihat teksbook yang menjadi referensi penulisan buku
 Bagi editor seharusnya teliti dalam meletakkan tanda baca dan beberapa
ini. kutipan-kutipan peneliti lain.

18 | P s i k o l o g i P e n d i d i k a n # S e n i r u p a
DAFTAR PUSTAKA

Holt, John. 2012. Bagaimana Siswa Belajar . Jakarta, Erlangga

19 | P s i k o l o g i P e n d i d i k a n # S e n i r u p a

Anda mungkin juga menyukai