Critical Book Review MK
Critical Book Review MK
MK. PISIKOLOGI
PENDIDIKAN
PRODI S1 SENI RUPA FBS
NILAI:
NIM : 2182151004
KELAS :B
Penulis
KATA PENGANTAR………………………………………………………………………………………………2
DAFTAR ISI………………………………………………………………………………………………………… 3
BAB I PENDAHULUAN
A. Rasionalisasi Pentingnya CBR………………………………………………………………… 4
B. Tujuan CBR…………………………………………………………………………………………… 5
C. Manfaat CBR…………………………………………………………………………………………. 5
D. Identitas buku………………………………………………………………………………………..5
BAB II RINGKASAN BUKU
A. Ringkasan Buku…………………………………………………………………………………... 6
BAB III PEMBAHASAN
A. Pembahasan isi buku…………………………………………………………………………....12
B. Kritik isi buku………………………………………………………………………………………14
C. Kelebihan dan Kekurangan Buku………………………………………………………..... 16
BAB IV PENUTUP
A. Kesimpulan…………………………………………………………………………………………... 18
B. Rekomendasi………………………………………………………………………………………... 18
DAFTAR PUSTAKA……………………………………………………………………………………………. .19
PENDAHULUAN
Dalam Critical Book Review ini mahasiswa dituntut untuk mengkritisi sebuah
buku, dan meringkas menjadi satu kesatuan yang utuh sehingga dapat dipahami oleh
mahasiswa yang melakukan critical book review ini, termasuk didalamnya mengerti
akan kelemahan dan keunggulan dari buku yang akan dikritisi. Dalam hal ini saya
mengkritik buku “ Bagaimana Siswa Belajar” oleh Penulis John Holt
Adapun dalam penuntasan tugas Critical Book Review ini mahasiswa dituntut
dalam meringkas dan, menganalisa, serta memberikan kritik berupa kelebihan dan
kelemahan pada suatu buku berdasarkan fakta yang ada dalam buku tersebut,
sehingga dengan begitu mahasiswa akan menjadi terbiasa dalam berpikir logis dan
kritis serta tanggap terhadap hal-hal yang baru yang terdapat dalam suatu buku.
Penugasan Critical Book Review ini juga merupakan bentuk pembiasaan agar
mahasiswa terampil dalam menciptakan ide-ide kreatif dan berpikir secara analitis
sehingga pada saat pembuatan tugas-tugas yang sama mahasiswa pun menjadi
terbiasa serta semakin mahir dalam penyempurnaan tugas tersebut. Pembuatan
tugas Critical Book Review ini juga akan melatih, menambah, serta menguatkan
pemahaman mahasiswa betapa pentingnya mengkritikalisasi suatu karya
berdasarkan data yang factual sehingga dengan begitu terciptalah mahasiswa-
mahasiswa yang berkarakter logis serta analisis sehingga dengan bertambahnya era
yang semakin maju yang seperti kita tahu sekarang dijaman MEA (Masyarakat
Ekonomi Asean) dituntut menciptakan masyarakat yang berpikir maju kedepan
dalam hal ini generasi-generasi bangsa yang saat ini sedang mengikuti jenjang
pendidikan baik yang rendah sampai yang tinggi menjadi ujung tombak perubahan
yang akan menciptakan bangsa yang maju dan sejahtera.
C. Manfaat CBR
Pada awal tahun 60-an, saat saya menuliskan sebagian besar naskah awal
How Children Learn (Bagaimana Siswa Belajar), baru sedikit psikolog yang menaruh
perhatian terhadap pembelajaran kanak-kanak belia (0 sampai 3 tahun). Sebagai
ranah penelitian, hal ini dianggap tidak penting atau terkenal, sesuatu yang menjadi
alasan mengapa salah seorang teman saya yang bersekolah di sebuah universitas
terkemuka, yang saat itu ingin mengambil tesis Ph.D.-nya dengan mengupas karya
Piaget, diberitahu oleh pembimbing tesisnya untuk tidak melanjutkan topik itu.
Bahkan Piaget sendiri pun, kecuali jika berkaitan dengan anak-anaknya sendiri,
melakukan sebagian besar kerjanya dengan melibatkan anak-anak usia empat atau
lima tahun bahkan lebih tua lagi dari itu. Para bayi masih dianggap sebagaimana
laiknya sebuah gumpalan yang menunggu waktu untuk mengubah mereka menjadi
manusia-manusia yang patut mendapat perhatian serius.
Sebuah teori yang saat ini sedang ramai-ramainya dibicarakan orang adalah
teori otak kanan-otak kiri, yang berpendapat bahwa untuk beberapa bentuk
pemikiran kita menggunakan salah satu sisi otak kita, dan untuk beberapa pemikiran
lainnya kita menggunakan sisi otak kita yang lain.
Pertama-tama, teori itu sendiri berubah lebih cepat dari kemampuan kita
mengikutinya. Dalam edisi terbaru majalah Omni terdapat sebuah artikel berjudul
“Brainstorms”, yang menyatakan bahwa teori baru tentang otak kanan dan otak kiri
sudah tidak diakui lagi dan bahwa jenis-jenis aktivitas mental yang berbeda tidak
bisa secara persis ditentukan lokasinya, entah di bagian otang yang satu atau di
bagian otak yang lain.
Sedari awal teori otak kanan-kiri terlihat menyederhanakan sesuatu yang bagi
saya sendiri yang berpengalaman menggunakan pikiran sebenarnya tidak
sesederhana itu. Tentunya tidak diragukan lagi bahwa kita memang menggunakan
otak kita dengan cara yang berbeda, terkadang dengan cara yang sangat sadar,
terarah, linear, analitis, verbal – misalnya saat mobil tidak mau menyala dan kita pun
mencoba mencari tahu penyebabnya – dan di saat lainnya (bahkan terkadang pada
saat bersamaan) kita menggunakan otak kita dengan cara yang lebih acak, inklusif
(memikirkan beberapa hal sekaligus pada waktu bersamaan), intuitif, seringkali agak
atau tidak disadari.
Sejauh ini saya tidak bermasalah dengan para penganut teori otak. Bahkan
mungkin saja kalau beberapa aktivitas mental sebagian besar memang terpusat di
beberapa bagian otak dan beberapa aktivitas lain terpusat di bagian yang lain pula.
Namun akan terkesan sempit dan aneh jika dikatakan bahwa berbagai jenis
pemikiran yang sedemikian rumit dari sebuah pengalaman mental dapat dengan
rapinya dibagi ke dalam dua macam, di mana salah satunya dapat secara eksklusif
ditetapkan hanya untuk bagian kiri otak,sementara yang lain untuk bagian kanan
otak.
Segala sesuatu yang kita pelajari tentang organisme mengarahkan kita pada
kesimpulan tidak hanya bahwa organisme dapat dianalogikan dengan mesin, tetapi
bahwa organisme itu adalah mesin. Mesin-mesin buatan manusia bukanlah otak,
namun otak adalah sebuah jenis mesin perhitungan yang dipahami dengan sangat
buruk. Gagasan semacam ini, yang sekarang menjadi populer di universitas-
universitas terkemuka, yaitu bahwa organisme, termasuk di dalmnyamanusia,
semata-mata hanyalah mesin, buat saya adalah sebuah gagasan yang paling keliru,
paling bodoh, paling merusak, dan paling berbahaya dari semua gagasan buruk yang
beredar di dunia saat ini. Kalau saja sebuah gagasan bisa berubah menjadi setan,
maka gagasan inilah salah satunya.
Hanya dalam kehadiran orang-orang dewasa yang penuh cinta, rasa hormat,
dapat dipercaya seperti Millicent Shin atau Glenda Bissex, anak-anak dapat
mempelajari semua yang mampu mereka pelajari atau menyingkapkan kepada kita
apa yang sedang mereka pelajari. Para pemikir, pembedah, dan manipulator hanya
akan mendorong anak-anak pada prilaku artifisial (perilaku yang dibuat-buat dan tak
bermakna), kalau tidak mau menyebut tipu muslihat, pengelakan, dan lari dari
masalah.
Pada suatu pagi, di dalam sebuah ruang kelas satu, dua orang gadis cilik yang
saling bersahabat mendapatkan beberapa lembar kertas besar dan beberapa buah
pensil. Mereka duduk mengintari sebuah meja dan bersiap-siap menggambar.
Setelah berpikir lama salah seorang gadis cilik itu mulai menggambar sebuah pohon
yang besar. Kemudian ia membuat sebuah cabang berbentuk garpu di dekat puncak
pohon. Selama itu berlangsung gadis cilik yang satu lagi memperhatikan dan tidak
melakukan apa-apa. Setelah beberapa lama saya bertanya kepadanya “apa yang akan
kamu gambar?” saya tidak mencopba mengarahkannya, saya hanya merasa ingin
tahu saja. Ia lalu menjawab “aku tak tahu mau menggambar apa” saya bertanya
Hal ini mengejutkan dan memmbuat saya tersadar. Walaupun suka menikmati
berbagai gambar dan lukisa, saya hanya tahu sedikit tentang itu semua. Hampir tidak
pernah ada pelajaran seni rupa di sekolah saya dulu. Saya hanya dapat mengingat
satu kelas seni rupa yang pernah saya masuki dan sebuah gambar yang coba saya
lukis sendiri, seekor burung hantu yang bertengger di sebuah dahan pohon yang
sudah mati dengan bulan purnama sebagai latarnya. Baut saya ini merupakan sebuah
pekerjaan cukup ambisius. Saya tidak pernah menyelesaikannya.
Dua atau tiga hari kemudian, saya melihat dua orang gadis cilik yang sama,
lagi-lagi sedang duduk mengintari meja dengan beberapa lembar kerta besar di
hadapan mereka. Namun kali ini, terdapat dua buah pohon yang serupa di kedua
kertas besar itu, di mana akarnya menjulang membentuk batang pohon, batang
pohon menyeruak terus sampai ke bagian atas kertas, terdapat dua cabang
berbentuk garpu dimana dahan-dahan kecil bermunculan. Saya kemudian
berkomentar “ ah, aku lihat kamu sedang menggambar pohon, ya.” Ia memberikan
saya senyuman manis dan kemudian seraya mengangguk kea rah sahabatnya, ia
berkata, “ dia yang mengajariku.”. ia kemudian melanjutkan pekerjaannya.
Saat saya sudah menyelesaiakan beberapa kotak tersebut, mereka baru bisa
melihat apa yang sebenarnya saya kerjakan. Mereka lalu ingin membuat hal yang
sama.
Suatu hari seorang anak perempuan berusia enam tahun mendatangi kantor
saya bersama adik laki-laki dan ibunya. Sementara si ibu sedang berbincang dengan
saya, dan adik laki-lakinya sedang melihat-lihat buku yang dipajang di rak, gadis kecil
inilangsung menghampiri mesin tik listrik sayang yang juga telah dimainkannya
sehari sebelumnya. Saya lalu memberikan beberapa lembar kertas dan ia pura-pura
“menegtik”, memperhatiakn seberapa cepat ia menggunakan alat itu, barangkali ia
sedang menikmati khayalan menjadi seorang yang ahli dan hebat,ibunya adalah
seorang juru tik yang mahir dan aank ini sudah sering mendengar tentang kemahiran
10 | P s i k o l o g i P e n d i d i k a n # S e n i r u p a
ibunya. Selama beberapa saat, sewaktu kami berbincang-bincang, saya dan ibunya
dapat mendengar suara tuts mesin tik yang berdenting sibuk.
Setelah beberapa saat, anak perempuan itu menghampiri kami dan berkata
dengan penuh semangat, “awalnya aku hanya mengetik sembarangan, lalu bosan
dengan yang itu-itu saja.” Dan kemudian ia memberi kami beberapa “formulir”. Di
atas formulir yang diperuntukan bagi saya, ia telah mengetik nama, lalu kode pos
rumah, dan nomor teleponnya. Terus kebawah, setiap kata diketik sesuai barisnya,
terketik kata “name” (nama), “address”, (alamat). “zip”, (kode pos) dan “number”
(nomor).
Lalu saya menyakan kepada gadis kecil itu apakah saya perlu menuliskan
nomor jaminan sosial saya di bawah kata “number” (nomor). Ia katakana tidak
karena yang ia inginkan adalah nomor telepon saya. Ketika formulir itu telah kami
isi, ia lalu kembali lagi dengan formulir yang lain, kali ini lebih kelihatan formal, dan
meminta kami beberapa informasi baru yang berbeda dari sebelumnya.
Anak-anak, paling tidak pada awalnya, tidak bermimpi bisa bergerak lebih
cepat dari kecepatan peluru atau melompat ke sebuah bangunan tinggi hany dengan
satu kali loncatan. Khayalan-khayalan seperti itu biasanaya dibuat oleh orang-orang
dewasa. Butuh waktu bertahun-tahun bagi anak-anak untuk terbiasa dengan
khayalan-khayan=lan semacam ini danmembangunnya ke dalam dunai mereka
sendiri
11 | P s i k o l o g i P e n d i d i k a n # S e n i r u p a
BAB III
PEMBAHASAN
A. Pembahasan Isi Buku
Pembahasan Bagian I Belajar Tentang Anak-Anak
Pembahasan Otak Kiri dan Otak Kanan, Halaman 28-29 : Sejak buku
Quantum Learning diterbitkan di Indonesia, perhatian para penggiat pendidikan
terhadap otak kiri dan otak kanan menjadi semakin besar. Di buku itu, Bobbi
DePorter dan Mike Hernacki, menjelaskan bahwa eksperimen terhadap dua belah
otak (kiri dan kanan) menunjukan bahwa masing-masing belahan otak
bertanggung jawab terhadap cara berpikir seseorang. Selain itu, masing-masing
belahan mempunyai spesialisasi dalam kemampuan-kemampuan tertentu,
walaupun ada persilangan dan interaksi di antara keduanya.
Selanjutnya dikatakan dua penulis tadi bahwa proses berpikir otak kiri
bersifat logis, sekuensial, linier, dan rasional. Artinya serba urut dan teratur. Cara
berpikir otak kiri sesuai untuk tugas-tugas ekspresi verbal, menulis, membaca,
asosiasi auditorial, menempatkan detail dan fakta, fonetik, serta simbolisme.
Berbeda dengan otak kiri, otak kanan kita dan murid-murid kita memiliki
cara berpikir yang bersifat acak, tidak teratur, intuitif, dan holistic. Cara berpikir
ini sesuai dengan cara-cara untuk mengetahui hal-hal yang bersifat non-verbal,
seperti perasaan dan emosi, pengenalan bentuk dan pola, music dan seni,
kepekaan warna, serta kretivitas dan visualisasi.
Penting untuk Anda ketahui bahwa kedua belahan otak itu harus
berfungsi secara seimbang. Belajar akan terasa mudah bagi kita, kalau kita mau
memilih bagian otak yang diperlukan dalam setiap aktivitas yang sedang kita
kerjakan. Begitupula bagi murid-murid kita.
12 | P s i k o l o g i P e n d i d i k a n # S e n i r u p a
Anak-anak biasanya menyukai cat, kuas, dan selembar kertas. Bahkan jika
mereka tak menyukainya atau sedang malas, kegiatan ini dapat membuat
mereka senang. Kegiatan ini juga baik bagi anak yang merasa tidak pandai
melukis dan merasa tidak memiliki keterampilan. Dia bisa membuat gambar
yang menyenangkan sehingga dia merasa bangga akan keberhasilannya dalam
kesenian.
Belajar menghitung adalah langkah pertama dalam mengerti apa arti
angka. Saat anak-anak mulai menghitung, mereka menganggap itu sebagai rima.
Mungkin mereka mengerti 1-2-3, tapi tidak dapat membayangkan arti 6-7-8. Bila
si anak sduah tau urutan 1-2-3-4-5-6-7-8-9-10, dia bisa mulai mengerti arti
angka tersebut. Pengertian ini diperkuat bila anda menambah, mengurangi, dan
menunjukan angka selagi menghitung. Anak-anak kecil sering salah membuat
urutan, jadi mereka butuh banyak latihan. Untuk memahami arti angka, anak-
anak harus memahami arti berhitung terlebih dulu. Dalam hal ini sungguh sulit.
Anda bisa menunjuk sebuah pohon dan menyebutkan ‘itu pohon’, tapi bagimana
cara menunjukkan ‘tiga’?
untuk memahami arti ‘tiga’, anak-anak harus memperhatikan apa
persamaan antara tiga kucing dan tiga poci.
13 | P s i k o l o g i P e n d i d i k a n # S e n i r u p a
kreatifnya pada kegiatan lainya, biasanya permainan yang konstruktif (Sari,
2005). Permaianan konstruktif, bermain konstruktif dimulai sejak awal,
seringkali lebih awal dari bermain drama, tetapi permainan ini dikalahkan oleh
permainan pura-pura yang lebih menyenangkan. Kemudian apabila permaianan
ini kehilangan daya tariknya bagi anak, mereka mengalihkan permainan mereka
ke tipe permainan kreatif.
Bermain konstruktif awal sifatnya reproduktif. Anak meniru apa saja yang
dilihatnya dalam kehidupan sehari-hari, dengan bertambahnya usia, mereka
kemudian menciptakan konstruksi dengan menggunakan benda dan situasi
sehari-hari serta mengubahnya agar sesuai dengan khayalannya. 41 Teman
imajiner adalah orang, hewan atau benda yang diciptakan anak dalam
khayalannya untuk memainkan peran seorang teman. Banyak permainan
membutuhkan teman bermain, supaya menyenangkan, anak yang tidak
mempunyai teman sering menciptakan seorang teman imajiner. Melamun
merupakan bentuk permaian mental, dan biasanya disebut “khayalan” untuk
membedakannya dari ekspresi imajinasi yang lebih terkendali (Sari, 2005).
14 | P s i k o l o g i P e n d i d i k a n # S e n i r u p a
“Selanjutnya dikatakan dua penulis tadi bahwa proses berpikir otak kiri bersifat
logis, sekuensial, linier, dan rasional. Artinya serba urut dan teratur. Cara
berpikir otak kiri sesuai untuk tugas-tugas ekspresi verbal, menulis, membaca,
asosiasi auditorial, menempatkan detail dan fakta, fonetik, serta simbolisme.
Berbeda dengan otak kiri, otak kanan kita dan murid-murid kita memiliki cara
berpikir yang bersifat acak, tidak teratur, intuitif, dan holistic. Cara berpikir ini
sesuai dengan cara-cara untuk mengetahui hal-hal yang bersifat non-verbal,
seperti perasaan dan emosi, pengenalan bentuk dan pola, music dan seni,
kepekaan warna, serta kretivitas dan visualisasi. Penting untuk Anda ketahui
bahwa kedua belahan otak itu harus berfungsi secara seimbang. Belajar akan
terasa mudah bagi kita, kalau kita mau memilih bagian otak yang diperlukan
dalam setiap aktivitas yang sedang kita kerjakan. Begitupula bagi murid-murid
kita. Dari buku tersebut dapat disimpulkan bahwa teori otak kiri dan otak kanan
masih digunakan hingga saat ini bahkan menjadi hal serius bagi para psikolog
untuk mengarahkan potensi belajar dan minat anak.
Bagian II Seni, Matematika, dan Hal-Hal Lainnya
Cerita dan observasi dalm bagian mengenai seni, matematika, dan hal-hal
lainnya sangat menarik dan cukup jelas. Akan tetapi John Holt mengatakan
“Walaupun begitu, dalam waktu sesingkat itu, seorang anak laki-laki berhasil
menciptakan sebuah karya yang lauar biasa, di luar yang saya pikirkan.
Kebetulan pula, ia merupakan bagian dari anak-anak bermasalah dari sbeuah
kelas yang bermasalah juga. Setelah membuat beberapa kotak dengan bagian
atas yang terbuka, ia mulai berpikir untuk membuat kotak dengan bagianatas
yang tertutup.” Dalam hal ini seharusnya kata anak-anak yang bermasalah dan
kelas yang bermasalah dapat diganti dengan kata yang tidak menimbulkan
ambiguitas dalam pemahaman kata bermasalah tersebut misalnya kelas yang
memiliki perbedaan signifikan dengan kelas lainnya, atau istilah lainnya.
Selanjutnya bagian ini identik dengan hasil penelitian dan observasi dari artikel
pedoman.
Bagian III Khayalan
Dalam bagian mengenai khayalan, Anak-anak, paling tidak pada awalnya,
tidak bermimpi bisa bergerak lebih cepat dari kecepatan peluru atau melompat
ke sebuah bangunan tinggi hanya dengan satu kali loncatan. Khayalan-khayalan
15 | P s i k o l o g i P e n d i d i k a n # S e n i r u p a
seperti itu biasanaya dibuat oleh orang-orang dewasa. Butuh waktu
bertahuntahun bagi anak-anak untuk terbiasa dengan khayalan-khayalan
semacam ini dan membangunnya ke dalam dunai mereka sendiri. Dalam hal ini
tidak sejalan dengan hasil penelitian yang dimuat dalm jurnal psikologi
mengenai Pengaruh Bermain Play Dough Terhadap Kreativitas Anak TK yang
didalamnya memuat pembahasan mengenai khayalan. Dalam landasan teori
penelitian ini diungkapkan “Beberapa cara yang paling umum digunakan anak
untuk mengekspresikan kreativitas pada berbagai usia dijelaskan oleh Hurlock
(Sari, 2005), sebagai berikut: Animisme adalah kecenderungan untuk
menganggap benda mati sebagai benda hidup. Anak kecil mempunyai
pengetahuan dan pengalaman yang terlalu minim untuk mampu membedakan
antara hal-hal yang mempunyai sifat hidup dan yang tidak. Pikiran animistik
dimulai sekitar usia anak dua tahun, mencapai puncaknya antara empat dan lima
tahun, kemudian menurun dengan cepat dan menghilang segera sesudah anak
masuk sekolah. Bermain drama, sering disebut “permainan pura-pura”, sejajar
dengan pemikiran animistik. Permainan ini kehilangan daya tariknya kurang
lebih pada saat anak masuk sekolah. Bila kemampuan penalaran dan
pengalaman menjadikan anak mampu membedakan antara kenyataan dan
khayalan, mereka kehilangan minat pada parmainan purapura dan mengalihkan
dorongan kreatifnya pada kegiatan lainya, biasanya permainan yang konstruktif
(Sari, 2005).
Dalam hal ini khayalan-khayalan seperti yang diungkapkan oleh John Hold
sendiri sebenarnya memang merupakan sebuah kecenderungan yang terjadi
pada anak-anak dimana mereka akan menghayal untuk melalui suatu hal atau
bermain peran dan kemudia memasukannya dalam dunia nyata mereka.
16 | P s i k o l o g i P e n d i d i k a n # S e n i r u p a
Terdapat tanda baca titik yang pengetikkannya lebih dari satu
kali.hubung yang digunakan sebagai tanda baca koma. tanda baca kutip
atau kalimat yang menyatakan sebuah kutipan sehingga menyulitkan bagi
pembaca untuk mengetahui apakah kalimat tersebut benar-benar
merupakan sebuah kutipan atau gagasan dari penulis itu
Terdapat beberapa hasil observasi yang pemaparan dalam bentuk cerita
sendiri.
Buku ini tidak memuat daftar pustaka dari kutipan yang termuat
beruntun waktu yang tidak menunjukan sebuah kesimpulan dan solusi.
didalamnya.
Kelebihan
Beberapa kelebihan dalam buku ini yaitu :
Buku ini memberikan gambaran yang tepat kepada seluruh pembaca
Ada beberapa pengetahuan mengenai belajar pada anak yang sulit
mengenai bagaimana cara dan sistematika anak ketika belajar.
Buku ini berhasil membawa pembaca pada bayangan imajinatif yang
menarik menganai anak-anak.
17 | P s i k o l o g i P e n d i d i k a n # S e n i r u p a
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dapat ditarik kesimpulan Motivasi Bagaimana siswa pelajar adalah
pendorongan suatu usaha yang disadari untuk mempengaruhi tingkah laku
sesorang agar ia tergerak hatinya untuk bertindak/ melakukan sesuatu sehigga
mencapai hasil atau tujuan tertentu. Tujuan motivasi ialah untuk menggerakkan
atau menggugah seseorang agar timbul keinginan dan kemauannya untuk
melakukan sesuatu sehingga dapat meperoleh hasil atau mencapai tujuan
tertentu.
Karakteristik individu yang memiliki motivasi berprestasi tinggi yaitu
menyukai situasi atau tugas yang menuntut tanggung jawab pribadi atau hasil
hasilnya dan bukanatas administrasi dasar untung untungan, nasib atau
kebetulan. Motivasi yang penerapannya dibidang pendidikan yaitu motivasi
berkarier, motivasi pelayanan motivasi kerja.
B. Rekomendasi
Beberapa saran saya untuk buku ini yaitu:
Penulis seharusnya mencantumkan daftar pustaka atau referensi sehingga
pembaca mampu melihat teksbook yang menjadi referensi penulisan buku
Bagi editor seharusnya teliti dalam meletakkan tanda baca dan beberapa
ini. kutipan-kutipan peneliti lain.
18 | P s i k o l o g i P e n d i d i k a n # S e n i r u p a
DAFTAR PUSTAKA
19 | P s i k o l o g i P e n d i d i k a n # S e n i r u p a