14 Ps Materi Anti Korupsi K N T 20 Rev
14 Ps Materi Anti Korupsi K N T 20 Rev
com/Ema Rohimah]
Tambahan Materi Kuliah Pancasila
I. DASAR HUKUM
Dasar hukum pemberantasan tindak pidana korupsi di Indonesia adalah
1. Ketetapan MPR-RI No. IX/MPR/1998 tentang Penyelenggaraan Negara yang bersih
dan bebas Korupsi, Kolusi dan Nepotisme
2. UU No. 28/1999 ttg Penyelenggaraan Negara yang Bersih dan Bebas dari Korupsi,
Kolusi dan Nepotisme
3. UU No. 7/2006 ttg Pengesahan Konvensi PBB tentang Anti Korupsi 2003.
4. UU No.13/2006 ttg Perlindungan Saksi dan Korban
5. UU No. 31/1999 ttg Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi
6. UU No. 20/2001 ttg Perubahan atas UU No. 31/1999 ttg Pemberantasan TIPIKOR
7. UU No. 30/2002 ttg Komisi Pemberantasan TIPIKOR
8. UU No. 19/2019 ttg ttg Perubahan UU No. 30/2002 ttg Komisi Pemberantasan TIPIKOR
9. UU No. 46/2009 ttg PengadilanTindak Pidana Korupsi
10. UU No. 8/2010 ttg Pencegahan dan Pemberantasan Tindak Pidana Pencucian Uang
(TPPU)
1
b. UU No. 7/2006 , ratifikas konvensi PBB anti korupsi
Intinya tentang langkah-langkah kerja sama dengan negara lain yang difasilitasi PBB
sesuai Resolusi Nomor 55/61 pada tanggal 6 Desember 2003 memandang perlu
dirumuskannya instrumen hukum internasional antikorupsi secara global. Instrumen
hukum internasional tersebut amat diperlukan untuk menjembatani sistem hukum
yang berbeda dan sekaligus memajukan upaya pemberantasan tindak pidana
korupsi secara efektif.
Arti penting lainnya dari ratifikasi Konvensi anti korupsi PBB ini adalah:
- meningkatkan kerja sama internasional khususnya dLm melacak, membekukan,
menyita, dan mengembalikan aset-aset hasil tindak pidana korupsi yang
ditempatkan di luar negeri;
- meningkatkan kerja sama internasional dalam mewujudkan tata pemerintahan
yang baik;
- meningkatkan kerja sama internasional dalam pelaksanaan perjanjian ekstradisi,
bantuan hukum timbal balik, penyerahan narapidana, pengalihan proses pidana,
dan kerja sama penegakan hukum;
- mendorong terjalinnya kerja sama teknik dan pertukaran informasi dLm
pencegahan dan pemberantasan tindak pidana korupsi di bawah payung kerja
sama pembangunan ekonomi dan bantuan teknis pada lingkup bilateral, regional,
dan multilateral; dan
- harmonisasi peraturan perundang-undangan nasional dalam pencegahan
dan pemberantasan tindak pidana korupsi sesuai dengan Konvensi ini.
2
Jadi tidak semua kasus dimana saksi dan korban dapat perlindungan, semuanya
tergantung putusan LPSK.
g. UU No. 8/2010 ttg Pencegahan dan Pemberantasan Tindak Pidana Pencucian Uang,
KPK berwenang menulusuri kekayaan serta menyita harta tersangka bila ditemukan
sumber hartanya berasal dari korupsi uang negara atau merugikan keuangan
negara. Penelusuran harta diawali oleh pihak Pusat Pelaporan dan Analisis Transaksi
Keuangan (PPATK) atas dasar laporan pihak tertentu seperti bank, asuransi dsb
3
secara langsung atau secara tidak langsung merugikan keuangan negara atau
perekonomian negara, atau diketahui atau patut disangka olehnya bahwa
perbuatan tersebut merugiaan keuangan negara atau perekonomian negara.
4
Akibat dari perbuatan tindak pidana korupsi adalah : (Hartanti,2012)
5
VII. PERSEMPIT PELUANG KORUPSI
- Transparansi penyelenggara negara
( KPK menerima : Laporan Harta Kekayaan Penyelenggara Negara - LHKPN
dan Laporan menerima gratifikasi / hadiah.)
- - Memberikan rekomendasi langkah-langkah perbaikan kepada kementerian –
- dan lembaga terkait.
- - Modernisasi pelayanan publik dengan teknologi digital ( online)
- - Sistem pengawasan yang terintegrasi agar lebih transparan dan efektif.
Kalau melihat sanksi hukum tindak pidana umum berdasarkan Kitab Udang
Undang Hukum Pidana (KUHP), pasal 10 KUHP menetapkan pidana terdiri atas
a. Pidana Pokok :
1 pidana mati (digantung --sekarang : ditembak)
2. pidana penjara ( seumur hidup, min 1 hari, mak 20 thn)
3. pidana kurungan (min 1 hari, mak 1 tahun, pemberatan + 4 bln)
4. pidana denda
5. pidana tutupan
b. Pidana tambahan
1. pencabutan hak hak tertentu
2. perampasan barang-barang tertentu
3. pengumuman putusan hakim
Tindak pidana umum dimana Hakim tidak boleh menjatuhkan hukuman 2 atau
lebih Pidana pokok, jadi hakim hanya boleh menjatuhkan pidana pokok hanya
1 setiap kasus. Dalam penjatuhan hukuman dihitung dengan maksimal waktu
di penjara. Semua kasus pidana umum minimal hukumannya adalah 1 hari.
Berbeda dengan UU Tindak Pidana Khusus,(peraturan pidana diluar KUHP)
hakim boleh menjatuhkan pidana pokok Penjara dan denda sekali gus,
Dalam penjatuhan hukuman penjara hakim terikat dengan paling singkat,
paling lama di hukum, begitu juga dendanya, (paling sedikit, paling banyak)
sesuai setiap pasal-pasal UU Tindak Pidana Khusus yang dilanggar.
6
Penjelasan korporasi dan pegawai negeri dalam UU TPK, berdasarkan Pasal 1 UU
31/1999 ttg TIPIKOR
1. Korporasi adalah kumpulan orang dan atau kekayaan yang terorganisasi baik
merupakan badan hukum maupun bukan badan hukum
2. Pegawai negeri adalah meliputi :
a. pegawai negeri sebagaimana dimaksud dalam UU tentang Kepegawaian
b. pegawai negeri sebagaimana dimaksud dalam KUHP
c. orang yang menerima gaji atau upah dari keuangan negara atau daerah
d. orang yang menerim gaji atau upah dari suatu korporasi yang menerima
bantuan dari keuangan negara atau daerah, atau
e. orang yang menerima gaji atau upah dari korporasi lain yang
mempergunakan modal atau fasilitas dari negara atau masyarakat
3. Setiap orang adalah perseorangan atau termasuk korporasi
2. Suap-menyuap
Sebagaimana dalam Pasal 5 UU 20/2001,
7
4. Pemerasan
Pemerasan dalam UU Tipikor berbentuk tindakan:
a. pegawai negeri atau penyelenggara negara yang dengan maksud
menguntungkan diri sendiri atau orang lain secara melawan hukum, atau
dengan menyalahgunakan kekuasaannya memaksa seseorang memberikan
sesuatu, membayar, atau menerima pembayaran dengan potongan, atau
untuk mengerjakan sesuatu bagi dirinya sendiri;
b. pegawai negeri atau penyelenggara negara yang pada waktu menjalankan
tugas, meminta atau menerima pekerjaan, atau penyerahan barang,
seolah-olah merupakan utang kepada dirinya, padahal diketahui bahwa hal
tersebut bukan merupakan utang; atau
c. pegawai negeri atau penyelenggara negara yang pada waktu menjalankan
tugas, telah menggunakan tanah negara yang di atasnya terdapat hak pakai,
seolah-olah sesuai dengan peraturan perundang-undangan, telah
merugikan orang yang berhak, padahal diketahuinya bahwa perbuatan
tersebut bertentangan dengan peraturan perundang-undangan.
5. Perbuatan Curang
Perbuatan curang dalam UU Tipikor dan perubahannya di antaranya berbentuk:
a. pemborong, ahli bangunan yang pada waktu membuat bangunan, atau
penjual bahan bangunan yang pada waktu menyerahkan bahan bangunan,
melakukan perbuatan curang yang dapat membahayakan keamanan orang
atau barang, atau keselamatan negara dalam keadaan perang;
b. setiap orang yang bertugas mengawasi pembangunan atau penyerahan
bahan bangunan, sengaja membiarkan perbuatan curang di atas;
c. setiap orang yang pada waktu menyerahkan barang keperluan Tentara
Nasional Indonesia dan atau Kepolisian Negara Republik Indonesia melakukan
perbuatan curang yang dapat membahayakan keselamatan negara dalam
keadaan perang; atau
d. setiap orang yang bertugas mengawasi penyerahan barang keperluan Tentara
Nasional Indonesia dan atau Kepolisian Negara Republik Indonesia dengan
sengaja membiarkan perbuatan curang di atas.
7. Gratifikasi
Setiap gratifikasi kepada pegawai negeri atau penyelenggara negara dianggap
pemberian suap, apabila berhubungan dengan jabatannya dan yang berlawanan
dengan kewajiban atau tugasnya.
8
GRATIFIKASI
1. Yang nilainya Rp10 jt atau lebih, pembuktiannya bahwa gratifikasi tersebut
bukan merupakan suap dilakukan oleh penerima gratifikasi.
2. Yang nilainya kurang dari Rp10 jt , pembuktian bahwa gratifikasi tersebut suap
dibuktikan oleh penuntut umum.
Pidana bagi pegawai negeri atau penyelenggara negara yang menerima gratifikasi
adalah pidana penjara seumur hidup atau pidana penjara paling singkat 4 tahun
dan paling lama 20 tahun, dan pidana denda paling sedikit Rp200jt dan paling
banyak Rp1M
Namun, ketentuan ini tidak berlaku apabila penerima melaporkan gratifikasi yang
diterimanya kepada KPK paling lambat 30 hari sejak tanggal gratifikasi tersebut
diterima.
2. Penyidikan
Penyidikan adalah tugas penyidik untuk mencari alat bukti sebanyak-
banyaknya yang terkait dengan tindak pidana korupsi yang telah ada
bukti awal ditemukan oleh penyelidik dalam penyelidikannya.
3. Penahanan
Setelah alat bukti berdasarkan KUHAP pasal 184 ayat 1 telah dipenuhi
barulah pelaku dilakukan penahanan (Pasal 41 ayat 4 KUHAP),
4. Lama penahanan
a. Penahanan oleh penyidik /pembantu penyidik 20 hari
b. Perpanjangan oleh penuntut umum 40 hari
c. Penahanan oleh penuntut umum/Jaksa 20 hari
d. Perpanjangan oleh Ketua Pengadilan Negeri 30 hari
e. Penahanan oleh hakim Pengadilan Negeri 30 hari
f. Perpanjangan oleh Ketua Pengadilan Negeri 60 hari
g. Penahanan oleh hakim Pengadilan Tinggi 30 hari
h. Perpanjangan oleh Ketua Pengadilan tinggi 60 hari
i. Penahanan oleh Mahkamah Agung 50 hari
j. Perpanjangan oleh Ketua Makamah Agung 60 hari
9
PENUNTUTAN
Setelah alat bukti yang ada ditangan penyidik telah dinyatakan lengkap, maka
berkas diserahkan kepada penuntut untuk dilakukan penuntutan di persidangan
pengadilan negeri setempat oleh Jaksa Penuntut Umum, /JPU
1. Jaksa PU membacakan surat dakwaan -requisitor (155 KUHAP)
2. Terdakwa boleh mengajukan keberatan dakwaan – eksepsi (156 KUHAP)
3. Pemeriksaan saksi dan saksi ahli (pasal 166 ayat 1 sub b KUHAP}
4. Keterangan terdakwa ( pasal 177-178 KUHAP)
5. Pembuktian, hakim menunjukan bukti2 kepada terdakwa (181 KUHAP)
6. Jaksa PU membacakan tuntutan pidana-requisitor (187 huruf a KUHAP)
7. Terdakwa diberi kesempatan pembelaan diri - pledoi (196 (3/ KUHAP)
8. Jaksa PU menjawab apa isi pledoi terdakwa – replik (182 (1) c KUHAP)
9. Terdakwa berkesempatan menjawab replik Jaksa PU- duplik(sda KUHAP)
10. Bila pemeriksaan dianggap selesai hakim menutup sidang,
b. Putusan Iepas dari segala tuntutan hukum (ontslag van rechts vervolging)
c. Putusan pemidanaan
bahwa terdakwa terbukti secara syah dan meyakinkan bersalan telah
melakukan tindak pidana yang didakwakan kepadanya maka pengadilan
menjatuhkan pidana ( pasal 193 ayat 1 KUHAP.)
10
Penjelasan “keadaan tertentu” didalam penjelasan UU No. 20/2001
pasal I angka 1 Pasal 2 ayat 2
Keadaan tertentu : keadaan yg dapat dijadikan alasan pemberatan
pidana bagi pelaku TPK, yaitu :
apabila TPK dilakukan terhadap dana-dana yang diperuntukan bagi
. penanggulangan keadaan bahaya,
. bencana alam nasional,
. penanggulangan akibat kerusuhan sosial yang meluas
. penanggulangan krisis ekonomi dan moneter, dan
. penanggulangan tindak pidana korupsi (TPK.)
Pasal 6 : dipidana penjara paling singkat 3 thn dan paling lama 15 tahun,
dan denda paling sedikit Rp. 150jt dan paling banyak Rp.750jt
- orang yang memberi atau menjanjikan sesuatu kepada hakim dgn
maksud mempengaruhi putusan perkara yang diadili
- memberi atau menjanjikan sesuatu kepada seseorang yang menjadi
advokat dalam sidang pengadilan dg maksud mempengaruhi nasihat
atau pendapat didalam sidang
- Hakim atau Advokat yang menerima pemberian atau janji dimaksud
11
perbuatan curang yang membahayakan keamanan orang atau
barang atau keselamatan negara dlm keadaan perang
- petugas mengawasi bangunan atau penyerahan bahan bangunan,
sengaja membiarkan perbuatan curang
- menyerahkan barang keperluan TNI/POLRI melakukan perbatan
curang yg dpt membahayakan keselamatan negara dalam keadaan
perang
- bertugas mengawasi penyerahan barang keperluan TNI/POLRI dg
sengaja membiarkan perbuatan curang dpt membahayakan
keselamatan negara dalam keadaan perang
- penerima penyerahan bahan bangunan atau penerima penyerahan
barang keperluan TNI/POLRI
Pasal 11 : Dipidana penjara paling singkat 1 tahun, paling lama 5 tahun, dan atau
pidana denda paling sedikit Rp 50jt, paling banyak Rp.250jt
- PN/Penyelenggara negara menerima hadiah atau janji ,
- pd hal diketahui atau patut diduga bahwa hadiah atau janji itu
diberikan karena kekuasaan atau kewengan yang berhubungan
dengan jabatannya .
-
12
Pasal 12 : (Lihat di UU nomor 20/2001)
Pasal 12 A : Ketentuan pasal 5 sd 12 tidak berlaku bagi tindak pidana korupsi yang
nilainya kurang dari Rp.5jt.
Bagi pelaku TPK yang nilainya kurang dari Rp.5jt
- dipidana dengan pidana penjara paling lama 3 tahun dan
- pidana denda paling banyak Rp.50jt
Pasal 12C: - Untuk pasal 12B tidak berlaku, jika penerima melaporkan gratifikasi
kepada KPK, paling lambat 30 hari sejak gratifikasi diterima.
Dalam waktu 30 sejak terima laporan, KPK harus menetapkan
gratifikasi milik penerima atau milik negara
13
kekuatan hukum tetap, maka harta bendanya dapat disita oleh
jaksa dan dilelang untuk menutupi uang pengganti tersebut
(3) Dalam hal terpidana tidak mempunyai harta benda yang mencukupi
untuk membayar uang pengganti sebagaimana dimaksud dalam ayat
(1) huruf b, maka dipidana dengan pidana penjara yang lamanya
tidak melebihi ancaman maksimum dari pidana pokoknya sesuai
dengan ketentuan dalam Undang-undang ini dan lamanya pidana
tersebut sudah ditentukan dalam putusan pengadilan
Pasal 20 Dalam hal tindak pidana korupsi dilakukan oleh atau atas nama suatu
korporasi, maka tuntutan dan penjatuhan pidana dapat dilakukan
terhadap korporasi dan atau pengurusnya.
UU No.30/2002
Pasal 1 :
1. Tindak Pidana Korupsi adalah tindak pidana sebagaimana dimaksud dalam
undang-undang yang mengatur mengenai Pemberantasan Tindak Pidana
Korupsi. (UU 31/1999 jo UU No.20/2001)
2. Penyelenggara Negara adalah pejabat negara yang menjalankan kekuasaan
eksekutif, legislatif, atau yudikatif dan pejabat lain yang fungsi dan tugas
berkaitan dengan penyelenggaraan negara sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan.
3. Komisi Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi yang selanjutnya disebut Komisi
Pemberantasan Korupsi/KPK adalah lembaga negara dalam rumpun kekuasaan
eksekutif yang melaksanakan tugas pencegahan dan pemberantasan Tindak
Pidana Korupsi sesuai dengan Undang-Undang ini.
4. Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi adalah serangkaian kegiatan untuk
mencegah dan memberantas terjadinya tindak pidana korupsi melalui upaya
koordinasi, supervisi, monitor, penyelidikan, penyidikan, penuntutan,
pemeriksaan di sidang pengadilan, dengan peran serta masyarakat sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
5. Penyadapan adalah kegiatan untuk mendengarkan, merekam, dan/atau
mencatat transmisi informasi elektronik dan/atau dokumen elektronik yang
tidak bersifat publik, baik menggunakan jaringan kabel, komunikasi, jaringan
nirkabel, seperti pancaran elektromagnetis atau radio frekuensi maupun alat
elektronik lainnya.
6. Pegawai Komisi Pemberantasan Korupsi adalah aparatur sipil negara
sebagaimana dimaksud dalam peraturan perundang-undangan mengenai
aparatur sipil negara.”
14
Pasal 6 Komisi Pemberantasan Korupsi bertugas melakukan:
a. tindakan-tindakan pencegahan sehingga tidak terjadi Tindak Pidana Korupsi;
b. koordinasi dengan instansi yang berwenang melaksanakan Pemberantasan
Tindak Pidana Korupsi dan instansi yang bertugas melaksanakan pelayanan
publik;
c. monitor terhadap penyelenggaraan pemerintahan negara;
d. supervisi terhadap instansi yang berwenang melaksanakan Pemberantasan
Tindak Pidana Korupsi;
e. penyelidikan, penyidikan, dan penuntutan terhadap Tindak Pidana Korupsi;
dan
f. tindakan untuk melaksanakan penetapan hakim dan putusan pengadilan yang
telah memperoleh kekuatan hukum tetap.
“Pasal 10A (1) Dalam melaksanakan wewenang dalam Pasal 10, Komisi
Pemberantasan Korupsi berwenang mengambil alih penyidikan dan/atau
penuntutan terhadap pelaku Tindak Pidana Korupsi yang sedang dilakukan oleh
kepolisian atau kejaksaan.
15
Pengambilalihan penyidikan dan/atau penuntutan pasal 10A ayat 1 dilakukan
oleh Komisi Pemberantasan Korupsi dengan alasan:
a. laporan masyarakat mengenai TPK tidak ditindaklanjuti;
b. proses penanganan TPK tanpa ada penyelesaian atau tertunda tanpa alasan
yang dapat dipertanggungjawabkan;
c. penanganan TPK ditujukan untuk melindungi pelaku Tindak Pidana Korupsi yang
sesungguhnya;
d. penanganan TPK mengandung unsur Tindak Pidana Korupsi;
e. hambatan penanganan Tindak Pidana Korupsi karena campur tangan dari
pemegang kekuasaan eksekutif, yudikatif, atau legislatif; atau
f. keadaan lain yg menurut pertimbangan kepolisian atau kejaksaan, penanganan
tindak pidana korupsi sulit dilaksanakan secara baik dan dapat
dipertanggungjawabkan.
Dalam hal Tindak Pidana Korupsi tidak memenuhi ketentuan pasal 11 ayat (1),
Komisi Pemberantasan Korupsi wajib menyerahkan penyelidikan, penyidikan, dan
penuntutan kepada kepolisian dan/atau kejaksaan.
Komisi Pemberantasan Korupsi melakukan supervisi terhadap penyelidikan,
penyidikan, dan/atau penuntutan kepolisian / kejaksaan
16
TIPIKOR YANG DAPAT DITANGANI KPK
Melibatkan aparat penegak hukum, penyelenggara negara, dan orang lain yang
ada kaitannya dengan tindak pidana korupsi yang dilakukan oleh aparat penegak
hukum atau penyelenggara negara;
Menyangkut kerugian keuangan negara paling sedikit Rp1.000.000.000 (satu
miliar rupiah).
PENGADUAN KE KPK
Masyarakat dapat menyampaikan pengaduan kepada KPK melalui surat, datang
langsung, telepon, faksimile, SMS, atau KPK Whistleblower's System (KWS) caranya
mengunjungi website KPK: www.kpk.go.id, lalu pilih menu "KPK Whistleblower's
System"•, atau langsung mengaksesnya melalui: http://kws.kpk.go.id.
Tindak lanjut penanganan laporan tersebut sangat bergantung pada kualitas
laporan yang disampaikan.
BENTUK-BENTUK KORUPSI
Perbuatan melawan hukum, memperkaya diri orang/badan lain yang merugikan
keuangan/perekonomian negara
Menyalahgunakan kewenangan karena jabatan/kedudukan yang dapat
merugikan keuangan/perekonomian negara
Penggelapan dalam jabatan
Pemerasan dalam jabatan
Tindak pidana yang berkaitan dengan pemborongan
Delik gratifikasi
17
PERLINDUNGAN BAGI PELAPOR
Jika memiliki informasi maupun buktI-bukti terjadinya korupsi, jangan ragu untuk
melaporkannya ke KPK. Kerahasiaan identitas pelapor dijamin selama pelapor tdak
mempublikasikan sendiri perihal laporan tersebut.
Jika perlindungan kerahasiaan tersebut masih dirasa kurang, KPK juga dapat
memberikan pengamanan fisik sesuai dengan permintaan pelapor.
18