Anda di halaman 1dari 16

PANDUAN

PRAKTIKUM KAWASAN PERLINDUNGAN LAUT (KPL)

Penyusun:

Tim Dosen
Pengampu
KPL

FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU


KELAUTAN
2020
DAFTAR ISI

BAB I.........................................................................................................................3
1.2 Tujuan...............................................................................................3
1.3 Waktu dan Tempat Pelaksanaan Praktikum Daring.........................4
BAB II.......................................................................................................................5
TINJAUAN PUSTAKA............................................................................................5
2.1 KPL di Indonesia..............................................................................5
2.2 Pengelolaan KPL Lestari.................................................................6
2.3 Pengembangan Jejaring kawasan konservasi perairan.................9
BAB 3......................................................................................................................10
3.1 Kriteria KPL....................................................................................10
3.2 Strategi Pengelolaan........................................................................10
BAB 4......................................................................................................................11
BAB 5......................................................................................................................14
V. Metode Observasi sistem daring:.....................................................14
DAFTAR PUSTAKA..............................................................................................15
BAB I.
Pendahuluan

1.1 Latar Belakang


Pedoman praktikum daring mata kuliah KPL diperuntukkan bagi mahasiswa
yang mengikuti mata kuliah KPL. Hal ini mengingat sejak bulan maret 2020
sampai dengan bulan April 2020 telah ditetapkan oleh Pemerintah untuk
Bekerja dari rumah (Work From Home-WFH), belajar dari rumah (Study From
Home-SFH) termasuk praktikum dari rumah dengan pendekatan simulasi,
maka praktikum 2020 ini juga dilakukan dari rumah.
Kawasan dilindungi (protected area) adalah suatu kawasan, baik darat
maupun laut yang secara khusus diperuntukkan bagi perlindungan dan
pemeliharaan keanekaragaman hayati dan budaya yang terkait dengan
sumber daya alam tersebut, dan dikelola melalui upaya-upaya hukum atau
upaya-upaya efektif lainnya (IUCN, 1994).

IUCN mengelompokkan Kawasan Lindung menjadi 6 kategori : 1) Strict


Nature Reserve/Wilderness Area; (2) National Park; (3) Nature
Monument; (4) Habitat/Species Management Area, (5) Protected
Landscape/Seascape, dan (6) Managed Resources Protected Area.

Marine Protected Area (Kawasan Konservasi Laut) adalah daerah intertidal


(pasang-surut) atau subtidal (bawah pasang- surut) beserta flora fauna,
sejarah dan corak budaya dilindungi sebagai suaka dengan melindungi
sebagian atau seluruhnya melalui peraturan perUndang- Undang an
(IUCN, 1995).

1.2 Tujuan

1) Memahami kelestarian ekosistem laut untuk menopang kehidupan


masyarakat yang tergantung pada sumberdaya yang ada;

2) Strategi perlindungan dan pemanfaatan terhadap keanekaragaman


hayati laut sumberdaya laut yang berkelanjutan,

3) Mengelola sumberdaya laut dalam skala lokal secara efektif,


1.3 Waktu dan Tempat Pelaksanaan Praktikum Daring

Praktikum daring ini dilaksanakan dirumah masing-masing oleh praktikan


dengan waktu tertentu yang sudah ditetapkan oleh asisten praktikum. Waktu
pelaksanaan daring ini dibagi dengan beberapa tahap:

Tahap 1: Asisten bersama Ceo Klas menginventaris praktikan yang meliputi:


nama, NIM, Lokasi praktikan;

Tahap 2: Asisten menginformasikan rencana jadwal pelaksanaan praktikum (time-


line) kepada koordinator pengampu mata kuliah KPL;

Tahap 3: Tatap muka dengan sistem daring antara praktikan dengan koordinator
pengampu mata kuliah;

Tahap 4: Pelaksanaan praktikum oleh praktikan sesuai pembidangannya masing-


masing

Tahap 5: Pelaporan praktikum lengkap dalam bentuk software (dikirim ke


Koordinator mata kulia dan dikirim ke sekretaris jurusan)
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 KPL di Indonesia

Tujuan pembentukan KPL adalah :

(1) Peningkatan kualitas habitat (terumbu karang, padang lamun, dan hutan
mangrove),

(2) Peningkatan populasi, reproduksi dan biomassa sumberdaya ikan,

(3) Peningkatan kapasitas lokal untuk mengelola sumberdaya ikan,

(4) Peningkatan kohesif antara lingkungan dan masyarakat,

(5) Peningkatan pendapatan masyarakat dari sumberdaya alam.

Mengingat Indonesia sebagai negara kepulauan yang memiliki luas


wilayah laut lebih besar dari pada luas daratan, dengan total panjang garis
pantainya terpanjang keempat di dunia, maka Indonesia memiliki jumlah
pulau sebanyak 17.508 pulau dengan garis pantai 85.000 km (WRI,
2004).
hasil penelitian P2O-LIPI (1998), kondisi terumbu karang di Indonesia
hanya 6,41 % dalam kondisi sangat baik ; 24,3 % dalam kondisi baik;
29,22 % dalam kondisi sedang; dan 40,14 % dalam kondisi rusak.
Kerusakan tersebut pada umumnya disebabkan oleh kegiatan perikanan
destruktif, yaitu penggunaan bahan peledak, racun cyanida dan juga
penambangan karang, pembuangan jangkar perahu dan sedimentasi.
Pelaku kerusakan tersebut tidak hanya dilakukan oleh masyarakat pesisir
tetapi juga oleh nelayan-nelayan modern dan nelayan asing.
Kecenderungan di atas dikarenakan kurang optimalnya pengelolaan
kawasan konservasi laut yang berbentuk Taman Nasional atau yang
lainnya, disebabkan oleh ; (1) Orientasi pengelolaan kawasan konservasi
laut lebih fokus pada manajemen teresterial, (2) Pengelolaan bersifat
sentralistik dan belum melibatkan pemerintah daerah dan masyarakat
setempat,(3)Tumpang tindih pemanfaatan ruang dan benturan
kepentingan.

2.2 Pengelolaan KPL Lestari

Desain terpadu pengelolaan sumberdaya kelautan sangat diperlukan.


Desain secara komprehensif pemanfaatan laut diharapkan dapat
menyatukan beberapa kebijakan yang ada sehingga dapat mengakomodir
kebutuhan masyarakat seperti : Taman Nasional Perairan, Taman Wisata
Perairan, Suaka Alam Laut dan Cagar Alam Perairan, Taman Wisata
Perairan, Kawasan Konservasi Laut atau Daerah Perlindungan Laut,
sesuai dengan Nomenklatur yang terdapat pada Undang-Undang Nomor
31 Tahun 2004 tentang Perikanan dan Rancangan Peraturan Pemerintah
tentang Konservasi Sumberdaya Ikan.

Kawasan Konservasi Laut merupakan paradigma baru, disamping


kawasan konservasi nasional lainnya sebagaimana diatur dalam Undang-
Undang Nomor 5 Tahun 1990 tentang Konservasi Sumberdaya Alam
Hayati dan Ekosistemnya. Landasan hukum lainnya adalah Undang-
Undang No. 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah, yaitu pada
pasal 18 dijelaskan bahwa salah satu kewenangan daerah di wilayah laut
adalah eksploitasi dan konservasi sumberdaya alam di wilayahnya.
Kawasan Konservasi Laut merupakan paradigma baru, disamping
kawasan konservasi nasional lainnya sebagaimana diatur dalam Undang-
Undang Nomor 5 Tahun 1990 tentang Konservasi Sumberdaya Alam
Hayati dan Ekosistemnya. Landasan hukum lainnya adalah Undang-
Undang No. 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah, yaitu pada
pasal 18 dijelaskan bahwa salah satu kewenangan daerah di wilayah laut
adalah eksploitasi dan konservasi sumberdaya alam di wilayahnya.
Kawasan Konservasi Laut merupakan paradigma baru, disamping
kawasan konservasi nasional lainnya sebagaimana diatur dalam Undang-
Undang Nomor 5 Tahun 1990 tentang Konservasi Sumberdaya Alam
Hayati dan Ekosistemnya. Landasan hukum lainnya adalah Undang-
Undang No. 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah, yaitu pada
pasal 18 dijelaskan bahwa salah satu kewenangan daerah di wilayah laut
adalah eksploitasi dan konservasi sumberdaya alam di wilayahnya.
Kawasan Konservasi Laut merupakan paradigma baru, disamping
kawasan konservasi nasional lainnya sebagaimana diatur dalam Undang-
Undang Nomor 5 Tahun 1990 tentang Konservasi Sumberdaya Alam
Hayati dan Ekosistemnya. Landasan hukum lainnya adalah Undang-
Undang No. 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah, yaitu pada
pasal 18 dijelaskan bahwa salah satu kewenangan daerah di wilayah laut
adalah eksploitasi dan konservasi sumberdaya alam di wilayahnya.
Kawasan Konservasi Laut merupakan paradigma baru, disamping
kawasan konservasi nasional lainnya sebagaimana diatur dalam Undang-
Undang Nomor 5 Tahun 1990 tentang Konservasi Sumberdaya Alam
Hayati dan Ekosistemnya. Landasan hukum lainnya adalah Undang-
Undang No. 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah, yaitu pada
pasal 18 dijelaskan bahwa salah satu kewenangan daerah di wilayah laut
adalah eksploitasi dan konservasi sumberdaya alam di wilayahnya.
Kawasan Konservasi Laut merupakan paradigma baru, disamping
kawasan konservasi nasional lainnya sebagaimana diatur dalam Undang-
Undang Nomor 5 Tahun 1990 tentang Konservasi Sumberdaya Alam
Hayati dan Ekosistemnya. Landasan hukum lainnya adalah Undang-
Undang No. 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah, yaitu pada
pasal 18 dijelaskan bahwa salah satu kewenangan daerah di wilayah laut
adalah eksploitasi dan konservasi sumberdaya alam di wilayahnya.
Kawasan Konservasi Laut merupakan paradigma baru, disamping
kawasan konservasi nasional lainnya sebagaimana diatur dalam Undang-
Undang Nomor 5 Tahun 1990 tentang Konservasi Sumberdaya Alam
Hayati dan Ekosistemnya. Landasan hukum lainnya adalah Undang-
Undang No. 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah, yaitu pada
pasal 18 dijelaskan bahwa salah satu kewenangan daerah di wilayah laut
adalah eksploitasi dan konservasi sumberdaya alam di wilayahnya.
Kawasan Konservasi Laut merupakan paradigma baru, disamping
kawasan konservasi nasional lainnya sebagaimana diatur dalam Undang-
Undang Nomor 5 Tahun 1990 tentang Konservasi Sumberdaya Alam
Hayati dan Ekosistemnya. Landasan hukum lainnya adalah Undang-
Undang No. 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah, yaitu pada
pasal 18 dijelaskan bahwa salah satu kewenangan daerah di wilayah laut
adalah eksploitasi dan konservasi sumberdaya alam di wilayahnya.
Kawasan Konservasi Laut merupakan paradigma baru, disamping
kawasan konservasi nasional lainnya sebagaimana diatur dalam Undang-
Undang Nomor 5 Tahun 1990 tentang Konservasi Sumberdaya Alam
Hayati dan Ekosistemnya. Landasan hukum lainnya adalah Undang-
Undang No. 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah, yaitu pada
pasal 18 dijelaskan bahwa salah satu kewenangan daerah di wilayah laut
adalah eksploitasi dan konservasi sumberdaya alam di wilayahnya.
Kawasan Konservasi Laut merupakan paradigma baru, disamping
kawasan konservasi nasional lainnya sebagaimana diatur dalam Undang-
Undang Nomor 5 Tahun 1990 tentang Konservasi Sumberdaya Alam
Hayati dan Ekosistemnya. Landasan hukum lainnya adalah Undang-
Undang No. 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah, yaitu pada
pasal 18 dijelaskan bahwa salah satu kewenangan daerah di wilayah laut
adalah eksploitasi dan konservasi sumberdaya alam di wilayahnya.
Kawasan Konservasi Laut merupakan paradigma baru, disamping
kawasan konservasi nasional lainnya sebagaimana diatur dalam Undang-
Undang Nomor 5 Tahun 1990 tentang Konservasi Sumberdaya Alam
Hayati dan Ekosistemnya. Landasan hukum lainnya adalah Undang-
Undang No. 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah, yaitu pada
pasal 18 dijelaskan bahwa salah satu kewenangan daerah di wilayah laut
adalah eksploitasi dan konservasi sumberdaya alam di wilayahnya.
2.3 Pengembangan Jejaring kawasan konservasi perairan

Keterkaitan biofisik antar Kawasan Konservasi Perairan dan kemitraan


antar lembaga pengelola Kawasan Konservasi Perairan dan/atau antara
lembaga pengelola Kawasan Konservasi Perairan dengan lembaga non-
pemerintah nasional dan/atau asing; Jejaring Kawasan Konservasi Laut,
misalnya, dikembangkan dengan mempertimbangkan bukti ilmiah
meliputi aspek oseanografi, limnologi, biologi perikanan, keterkaitan antar
kawasan, daya tahan lingkungan, kelembagaan pengelolaan, dan aspek
ekonomi, sosial serta budaya. Sedang rencana dan desain Jejaring
Kawasan Konservasi Perairan merupakan bagian yang tidak terpisahkan
dari kebijakan dan strategi nasional konservasi sumber daya ikan.
BAB 3.
METODOLOGI

3.1 Kriteria KPL

Kriteria Sosial:

Penerimaan sosial, kesehatan masyarakat, rekreasi, budaya, estetika,


konflik kepentingan, keamanan, keterjangkauan kawasan, pendidikan,
kesadartahuan masyarakat dan kecocokan

Kriteria Ekonomi:

Nilai penting spesies, nilai penting perikanan, sifat-sifat ancaman,


keuntungan ekonomi dan pariwisata.

Kriteria Ekologi:

Keanekaragaman hayati, kealamiahan, ketergantungan, keterwakilan,


keunikan, integritas, produktivitas, ketersediaan dan kawasan pemijahan
ikan.

Kriteria Regional: Urgensi Regional dan daerah

Kriteria Fragmatik:

Kepentingan, ukuran, tingakt ancaman, efektivitas, peluang, ketersediaan,


daya pulih dan penegakan hukum.(Salm et al, 2002)

3.2 Strategi Pengelolaan

(1) Full Reserve (Perlindungan yang Menyeluruh), yaitu


perlindungan penuh terhadap sumberdaya alam suatu kawasan.
Kawasan tersebut sering disebut ’Sanctuary’ (Suaka) atau
’Daerah Larang Ambil’ atau ’fully protected area’.

(1) Species specific Refugia (Pembatasan Penangkapan Spesies


tertentu, adalah pembatasan penangkapan terhadap spesies tertentu
atau beberapa spesies atau individu dengan ukuran atau jenis
kelamin tertentu.

(2) Effort or behavioral Restrictions (Pengurangan Upaya


Penangkapan), adalah pengaturan pembatasan usaha
penangkapan ikan atau pemanfaatan tertentu di suatu kawasan.
Perijinan oleh Pemerintah/Pengusaha Lokal menyangkut
pembatasan tipe teknologi yang digunakan, pembatasan tingkat
usaha penangkapan ikan (seperti : jumlah ikan, jumlah perahu,
kuota terhadap jumlah penangkapan, pengaturan musim, pola
pemanfaatan lain yang diperbolehkan (seperti wisata selam) dan
pembatasan perijinan.
BAB 4
PELAPORAN

Struktur Laporan Praktikum daring sebagai berikut:

Cover
Lembar Pengesahan
Kata Pengantar
Daftar Isi

BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
1.2 Tujuan
1.3 Manfaat
1.4 Waktu dan Tempat

BAB II METODOLOGI
2.1 Lokasi Praktikum
2.2 Skema Kerja
2.3 Variabel Pengamatan
2.4 Metode Pengumpulan Data (Sistem Daring)

BAB III HASIL DAN PEMBAHASAN


3.1 Deskripsi daerah Praktikum
3.2 Kondisi Ekosistem Pesisir
3.3 Kondisi Antrophogenik
3.4 Tujuan Rencana Pengelolaan
3.5 Isu-isu Pengelolaan
3.5.1 Pengelolaan KPL
3.5.2 Pengelolaan dan Pembangunan Sumberdaya Pesisir
3.7 Visi, Misi, Program Pengelolaan
3.8 Pengelolaan KPL
3.8.1 Konsep, Tujuan dan Proses Pembentukan
3.8.2 Strategi dan Kegiatan
3.8.2.1 Menjaga dan memperbaiki kualitas ekosistem
3.8.2.2 Strategi dan Kegiatan (Stretegi 1, kegiatan 1 dan seterusnya)
3.9 Meningkatkan Pendapatan Masyarakat Melalui KPL
3.10 Kelompok Pengelolaan KPL
3.10.1 Tugas dan Tanggung Jawab
3.10.2 Masa Kerja
3.10.3 Mekanisme Pelaporan
3.10.4 Monitoring dan Evaluasi
3.11 Strategi dan Kegiatan
3.11.1 Peningkatan kesadaran masyarakat tentang kebersihan lingkungan
3.11.2 Pengembangan Sarana dan Prasarana
3.11.3 Menghindari terjadinya gangguan kesehatan terhadap masyarakat
3.11.4 Mengurangi Terjadinya Erosi Pantai dan Sungai
3.11.5 Meningkatkan Taraf Hidup Masyarakat
3.11.6 Mengurangi Dampak Erosi Daratan/Lahan Pertanian
3.12 Monitoring dan Evaluasi
3.13 Tatanan Kelembagaan

BAB IV. KESIMPULAN DAN SARAN


DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
BAB 5
LOKASI PRAKTIKUM

V. Metode Observasi sistem daring:

1. Metode Tata Ruang; Cari peta lokasi di Google Map, lakukan deliniasi lokasi
observasi, identifikasi pemanfaatan ruang dan tentukan klasifikasi ruang (misal:
ruang untuk wisata, ruang untuk perdagangan, ruang untuk konservasi, ruang
laut untuk penangkapan ikan, dan lain lain);

2. Metode Biofisik: Cari data sekunder (jurnal, handbook) tentang aspek kualitas
perairan, biologi, substrat, keberadaan ekosistem dan menilai kondisinya, luas,
dan tingkat kerusakan;

3. Metode Sosekbud: cari data terkait karakteristik penduduk, pendapatan, mata


pencaharian, kekerabatan,

4. Metode Kelembagaan: cari data tentang kelembagaan pemerintah daerah mana


saja yang bertanggung jawab, apa tugas pokok dan fungsinya, bagaimana
kontribusinya dalam menangani pesisir (pendanaan), bagaimana peran
kelembagaan masyarakat, dan peran pihak swasta.

Gambar 1: TWA Pulau Sangiang, Banten


DAFTAR PUSTAKA

Budy Wiryawan., Agus Dermawan. 2006. Panduan Pengembangan Kawasan


Konservasi Laut Daerah (Marine Management Area/MMA) Di
Wialayah Coremap II – Indonesia Bagian Barat. Coral Reef
Rehabilitation.

Direktorat Konservasi Kawasan dan Jenis Ikan Direktotat Jenderal Kelautan,


Pesisir dan Pulau-pulau Kecil Kementerian Kelautan dan Perikanan
RI. 2013. Petunjuk teknis Penataan Batas Kawasan Konservasi
Perairan, Pesisir dan Pulau-pulau Kecil. ISBN : 978-979-3556-92-5.

IUCN (1994): Guidelines for Protected Area Management Categories. IUCN,


Gland, Cambridge.

IUCN (1995) Guidelines for re-introductions, Prepared by SSC Re-introduction


Spe¬ cialist Group, 41st Meeting of the IUCN Council, Gland

Rudianto. 2018. Restorasi Ekosistem Pesisir. UB Press

Rudianto, 2019. Pengelolaan Wilayah Pesissir dan Laut Terpadu (PWPLT). Uwais
Inspirasi Indonesia. ISBN 978-623-7035-88-6.

Salm, R., J.R.Clark, E.Siirila. 2000. Marine Protected and Coastal Protected Areas.
Aguide for Planners and Managers. IUCN. 370 pp

Anda mungkin juga menyukai