Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH

“Teori Belajar Kognitivisme”

Dosen : Dr. Taty Sulastry, M. SI.

Disusun oleh Kelompok 2 :

1. Nur Asani (200105500006)


2. Nur Amalia (200105500010)
3. Muh Fitrah Ramadan (200105501012)
4. Satna Al Insana (200105500016)
5. Sarina (200105500018)
6. Jihan Rahmadani (200105501002)
7. Nurhidayat (200105502018)

PENDIDIKAN KIMIA B
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS NEGERI MAKASSAR
2021

1
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI .............................................................................................................

BAB I PENDAHULUAN .......................................................................................3

A. Latar Belakang ...........................................................................................3

B. Rumusan Masalah ......................................................................................4

C. Tujuan .........................................................................................................4

BAB II PEMBAHASAN ........................................................................................5

A. Pengertian Teori Belajar Kognitivisme....................................................5

B. Karakteristrik Teori Belajar Kognitivitisme ...........................................6

C. Perkembangan Teori Belajar Kognitivitisme ..........................................7

D. Pandangan Teori Belajar Kognitivisme dalam Belajar Mengajar dan

pembelajaran ............................................................................................11

E. Implikasi Teori Belajar Kognitivisme ....................................................12

F. Dampak Positif dan Negatif Teori Belajar Kognitivisme .....................12

BAB III PENUTUP ..............................................................................................15

A. Kesimpulan ...............................................................................................15

B. Saran .........................................................................................................16

DAFTAR PUSTAKA ...........................................................................................17

2
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Belajar merupakan suatu proses usaha sadar yang dilakukan oleh
individu untuk suatu perubahan dari tidak tahu menjadi tahu, dari tidak
memiliki sikap menjadibersikap benar, dari tidak terampil menjadi terampil
melakukan sesuatu. Belajar tidak hanya sekedar memetakan pengetahuan atau
informasi yang disampaikan. Namun bagaimana melibatkan individu secara
aktif membuat ataupun merevisi hasilbelajar yang diterimanya menjadi suatu
pengalamaan yang bermanfaat bagi pribadinya. Pembelajaran merupakan
suatu sistem yang membantu individu belajardan berinteraksi dengan sumber
belajar dan lingkungan.
Teori adalah seperangkat asas yang tersusun tentang kejadian-kejadian
tertentu dalam dunia nyata. Teori merupakan seperangkat preposisi yang
didalamnya memuat tentang ide, konsep, prosedur dan prinsip yang terdiri
dari satu atau lebih variable yang saling berhubungan satu sama lainnya dan
dapat dipelajari, dianalisis dan diujiserta dibuktikan kebenarannya. Dari dua
pendapat diatas Teori adalah seperangkat asas tentang kejadian-kejadian yang
didalamnnya memuat ide, konsep, prosedur danprinsip yang dapat dipelajari,
dianalisis dan diuji kebenarannya.
Teori belajar adalah suatu teori yang di dalamnya terdapat tata cara
pengaplikasian kegiatan belajar mengajar antara guru dan siswa, perancangan
metode pembelajaran yang akan dilaksanakan di kelas maupun di luar kelas.
Teori belajar akan memberikan kemudahan bagi guru dalam menjalankan
model-model pembelajaran yang akan dilaksanakan. Banyak ditemukan teori
belajar yang menitik beratkan pada perubahan tingkah laku setelah proses
pembelajaran.

3
B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian dari teori belajar kognitivisme?
2. Bagaimana karakteristrik dari teori kognitivisme?
3. Bagaimana pemikiran tokoh-tokoh terhadap teori belajar kognitivisme?
4. Bagaimana pandangan kognitivisme terhadap belajar mengajar dan
pembelajaran?
5. Bagaimana implikasi teori kognitivisme dalam pembelajaran?
6. Apa saja dampak positif dan negative dari teori belajar kognitivisme?
C. Tujuan
1. Mahasiswa dapat mengetahui pengertian teori belajar kognitivisme,
2. Mahasiswa dapat mengetahui karakteristrik dari teori kognitivisme,
3. Mahasiswa dapat mengetahui pemikiran tokoh-tokoh terhadap teori
belajar kognitivisme,
4. Mahasiswa dapat mengetahui pandangan kognitivisme terhadap belajar
mengajar dan pembelajaran,
5. Mahasiswa dapat mengetahui implikasi teori kognitivisme dalam
pembelajara, dan
6. Mahasiswa dapat mengetahui dampak positi dan negative dari teori
belajar kognitivisme.

4
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Teori Belajar Kognitivisme


Definisi “Cognitive” berasal dari kata “Cognition” yang mempunyai
persamaan dengan “knowing” yang berarti mengetahui. Dalam arti yang luas
kognition/kognisi ialah perolahan penataan, penggunaan pengetahuan
(Muhibbin, 2005: 65). Teori belajar kognitivisme lebih mementingkan proses
belajar dari pada hasil belajar itu sendiri. Baharudin menerangkan teori ini
lebih menaruh perhatian dari pada peristiwa-peristiwa Internal. Belajar tidak
sekedar melibatkan hubungan antara stimulus dan respon sebagaimana dalam
teori behaviorisme, lebih dari itu belajar dengan teori kognitivisme
melibatkan proses berpikir yang sangat kompleks (Nugroho, 2015: 290).
Teori belajar kognitif berbeda dengan teori belajar behavioristik, teori
belajar Kognitif leih mementingkan proses belajar dari pada hasil belajarnya
(Bahruddin, dkk.2012: 87). Para penganut aliran kognitif mengatakan bahwa
belajar tidak sekedar Melibatkan hubungan antara stimulus dan respon. Tidak
seperti model belajar Behavioristik yang mempelajari prses belajar hanya
sebagai hubungan stimulusrespon, model belajar kognitif merupakan suatu
bentuk teori belajar yang sering Disebut sebagai model perceptual. Model
belajar kognitif mengatakan bahwa tingkah aku sesorang ditentukan oleh
persepsi serta pemahamannya tentang situasi yang Berhubungan dengan
tujuan belajarnya. Perubahan Belajar merupakan persepsi dan Pemahaman
yang tidak selalu dapat terlihat sebaigai tingkah laku yang Nampak (Nurhadi,
2018: 7; Baharuddin, 2015: 167).

Teori belajar kognitif lebih menekankan pada belajar merupakan suatu


proses yang terjadi dalam akal pikiran manusia. Pada dasarnya belajar adalah
suatu proses usaha yang melibatkan aktivitas mental yang terjadi dalam diri
manusia sebagai akibat dari proses interaksi aktif dengan lingkungannya
untuk memperoleh suatu perubahan dalam bentuk pengetahuan, pemahaman,

5
tingkah laku, ketrampilan dan nilai sikap yang bersifat relatif dan berbekas
(Given, 2014: 188).

Dalam belajar, kognitivisme mengakui pentingnya faktor individu dalam


belajar tanpa meremehkan faktor eksternal atau lingkungan. Bagi
kognitivisme, belajar merupakan interaksi antara individu dan lingkungan,
dan hal itu terjadi terusmenerus sepanjang hayatnya. Kognisi adalah suatu
perabot dalam benak kita yang merupakan “pusat” penggerak berbagai
kegiatan kita: mengenali lingkungan, melihat berbagai masalah, menganalisis
berbagai masalah, mencari informasi baru, menarik simpulan dan sebagainya
(Nugroho, 2015: 291).

Dalam teori ini ada dua bidang kajian yang lebih mementingkan proses
elajar daripada hasil belajar, yaitu (Suyono, el. 2011: 75) :

1. Belajar tidak sekedar melibatkan stimulus dan respon tetapi juga


melibatkan proses berfikir yang sangat kompleks, dan
2. Ilmu pengetahuan dibangun dalam diri seseorang melalui proses interaksi
yang berkesinambungan dengan lingkungan. Menurut psikologi
kognitivistik, belajar dipandang sebagai suatu usaha untuk mengerti
sesuatu dengan jalan mengaitkan pengetahuan baru kedalam struktur
berfikir yang sudah ada. Usaha itu dilakukan secara aktif oleh siswa.
Keaktifan itu dapat berupa mencari pengalaman, mencari informasi,
memecahkan masalah, mencermati lingkungan, mempraktekkan sesuatu
untuk mencapai suatu tujuan tertentu. Sehingga, pengetahuan yang
dimiliki sebelumnya sangat menentukkan keberhasilan mempelajari
informasi pengetahuan yang baru (Muhaimin, dkk. 2012: 198).
B. Karakteristrik Teori Kognitivisme
Teori belajar kognitivisme lebih mementingkan proses belajar daripada
hasil belajar itu sendiri. Belajar tidak sekedar melibatkan hubungan antara
stimulus dan respon, lebih dari itu belajar melibatkan proses berpikir yang
sangat kompleks. Belajar adalah perubahan persepsi dan pemahaman tidak
selalu berbentuk perubahan persepsi dan pemahaman. Perubahan persepsi dan

6
pemahaman tidak selalu berbentuk perubahan tingkah laku yang bisa diamati
( Muflihin, 2009 ).

C. Perkembangan Kognitivisme Menurut Beberapa Ahli


Belum puasnya para ahli psikologi terhadap teori behaviorisme
(stimulus-respon-reinforcement), maka lahirlah tokoh-tokoh penting
pengembang teori psikologi kognitif diantaranya :
a. Jerome Bruner
Gagasan utama Bruner didasarkan kategorisasi. “Memahami adalah
kategorisasi, konseptualisasi adalah kategorisasi, belajar adalah
membentuk kategori-kategori, membuat keputusan adalah kategorisasi.”
Bruner mengemukakan ada dua mode utama dalam berpikir: naratif dan
paradigmatik. Dalam berpikir naratif, pikiran fokus pada berpikir yang
sekuensial, berorientasi pada kegiatan, dan dorongan berpikir secara
rinci.
Dalam penelitiannya terhadap perkembangan anak (1966), Bruner
menelorkan gagasan tentang tiga mode representasi: representasi enactive
(berbasis tindakan atau kinestetik), representasi iconic (berbasis gambaran
atau visualisasi), dan representasi simbolik (berbasis bahasa atau
auditori). Dari ketiga istilah diatas bisa kita simpulkan kedalam 3 gaya
belajar seorang anak didik. Proses belajar lebih ditentukan bagaimana
guru mampu mengatur pembelajaran sesuai dengan gaya belajar siswa.
Adapun proses belajar terjadi melalui tahap-tahap :
1. Enaktif ; (aktivitas untuk memahami lingkungan melalui observasi
langsung terhadap realitas yang terjadi),
2. Ikonik ; (Siswa mengobservasi realitas tidak secara langsung, tetapi
melalui sumber sekunder , misalnya melalui gambar-gambar atau
tulisan), dan
3. Simbolik ; (siswa membuat abstraksi berupa teori, penafsiran,
analisis terhadap realitas yang telah diamati dan alami, seseorang
mampu memiliki ide-ide atau gagasan abstrak yang dipengaruhi oleh

7
kemampuan dalam berbahasa dan logika).
Semua representasi mode tersebut tidak bisa dijelaskan sebagai
jenjang yang terpisah, namun terintegrasi. Representasi simbolik menjadi
mode terakhir. Menurut Bruner, teori ini menyatakan anak akan produktif
ketika menghadapi materi baru dengan mengikuti representasi secara
progressif mulai dari tahap enactive ke iconic, baru kemudian ke
simbolik; bahkan hal ini juga berlaku bagi pembelajar dewasa. Dari
sinilah terlahir teori Discovery Learning, maksudnya yaitu anak
mengorganisasikan metode penyajian dengan cara dimana anak dapat
mempelajari bahan sesuai dengan tingkat kemampuan anak. Dalam
pembelajarannya anak harus dikondisikan berperan secara aktif dan
memiliki aktifitas dalam belajar di kelas .
b. David Paul Ausubel
David P Ausubel adalah seorang ahli psikologi kognitif. Menurut
Ausubel bahan subjek yang dipelajari siswa mestilah “bermakna”
(meaningfull). Pembelajaran bermakna merupakan suatu proses
mengaitkan informasi baru pada konsep-konsep relevan yang terdapat
dalam struktur kognitif seseorang. Struktur kognitif ialah fakta-fakta,
konsep-konsep, dan generalisasi-generalisasi yang telah dipelajari dan
diingat siswa.
Pembelajaran bermakna sebagai suatu proses pembelajaran di
mana informasi baru dihubungkan dengan struktur pengertian yang
sudah dimiliki seseorang yang sedang melalui pembelajaran. Artinya,
bahan subjek itu mesti sesuai dengan keterampilan siswa dan mesti
relevan dengan struktur kognitif yang dimiliki siswa. Oleh karena itu,
subjek mesti dikaitkan dengan konsep-konsep yang sudah dimiliki para
siswa, sehingga konsep-konsep baru tersebut benar-benar terserap
olehnya. Dengan demikian, faktor intelektual-emosional siswa terlibat
dalam kegiatan pembelajaran. Adapun cara Pembelajaran Bermakna
dengan Menggunakan Peta Konsep :
1. Pilih suatu tema bacaan dari buku pelajaran,

8
2. Tentukan konsep-konsep yang relevan,
3. Urutkan konsep-konsep dari yang paling inklusif ke yang paling
tidak inklusif atau contoh-contoh,
4. Susun konsep-konsep tersebut di atas kertas mulai dari konsep
yang paling inklusif di puncak konsep ke konsep yang tidak
inklusif di bawah, dan
5. Hubungkan konsep-konsep ini dengan kata-kata penghubung
sehingga menjadi sebuah peta konsep.
Inti dari teori belajar bermakna Ausubel adalah suatu proses
mengaitkan informasi baru pada konsep-konsep releven yang
terdapat dalam struktur kognitif seseorang (Mulyati. 2005: 78).
Belajar akan mendatangkan hasil atau bermakna kalau guru dalam
menyajikan materi pelajaran yang baru dapat menghubungkannya
dengan konsep yang relevan yang sudah ada dalam struktur kognisi
anak.
c. Jean Piaget
Menurut teori ini, belajar adalah perubahan persepsi dan pemahaman
(skemata). Perubahan persepsi dan pemahaman tidak selalu berbentuk
perubahan tingkah laku yang bisa diamati. Asumsi dasar teori ini adalah
setiap anak telah mempunyai pengalaman dan pengetahuan dalam
dirinya. Pengalaman dan pengetahuan ini tertata dalam bentuk struktur
kognitif. Proses belajar akan berjalan baik bila materi pelajaran yang baru
beradaptasi secara “klop” dengan struktur kognitif yang telah dimiliki
oleh siswa. Proses belajar terjadi menurut pola tahap-tahap
perkembangan tertentu sesuai dengan perkembangan usia siswa.
Dalam pandangan Piaget, pengetahuan datang dari tindakan,
perkembangan kognitif sebagian besar bergantung kepada seberapa jauh
anak aktif memanipulasi dan aktif berinteraksi dengan lingkungannya.
Seorang anak berhadapan dengan tantangan, pengalaman, gejala baru, dan
persoalan yang harus ditanggapinya secara kognitif (mental). Untuk itu,

9
setiap anak harus mengembangkan skema pikiran lebih umum atau rinci,
atau perlu perubahan, menjawab dan menginterpretasikan pengalaman-
pengalaman tersebut. Dengan cara itu, pengetahuan seseorang anak akan
terbentuk dan selalu berkembang. Proses tersebut meliputi:
1. Skema/skemata adalah struktur kognitif yang dengannya seseorang
beradaptasi dan terus mengalami perkembangan mental dalam
interaksinya dengan lingkungan. Erawati dkk menambahkan
penjelasan Skemata yaitu potensi umum untuk melakukan serangkaian
tingkah laku (2008:69). dalam Baharuddin dijelaskan (2008:118)
secara sederhana skemata dapat dipandang sebagai kumpulan konsep
atau kategori yang digunakan individu ketika ia berinteraksi dengan
lingkungan.
2. Asimilasi sebagaimana Baharuddin dkk menjelaskan (2008:119)
merupakan proses kognitif dan penyerapan pengalaman baru ketika
seorang anak memadukan stimulus atau persepasi kedalam skema
atau perilaku yang sudah ada.
3. Akomodasi adalah proses pembentukan skema atau karena konsep
awal sudah tidak cocok lagi. Menurut Muhibbin (1995:67)
akomodasi adalah akomodasi antara skema yang digunakan dengan
lingkungan yang direspon sebagai hasil ketetapan akomodasi.
4. Equilibrasi adalah keseimbangan antara asimilasi dan akomodasi
sehingga seseorang dapat menyatukan pengalaman luar dengan
struktur dalamya (skemata). Dalam Georgia (1980:254) The
Process of equilibration. Piaget adds the process equilibration
which guides learning. Equilibration is a how the person organizes
pieces of information into a noncontradictory system of knowladge.it
does not reasult form what a person sess, rather, it helps the person
understand what be or she sees. with this inherited capability called
equilibration, the individual gradually constructs inferences about
how things in the world must be.

10
D. Pandangan Teori Kognitivisme terhadap Belajar Mengajar dan
Pembelajaran
Teori kognitivisme adalah teori yang umumnya dikaitkan dengan proses
belajar. Kognisi adalah kemampuan psikis atau mental manusia yang berupa
mengamati, melihat, menyangka, memperhatikan, menduga dan menilai.
Dengan kata lain, kognisi menunjuk pada konsep tentang pengenalan. Teori
kognitivisme menyatakan bahwa proses belajar terjadi karena ada variabel
penghalang pada aspek-aspek kognisi seseorang.
Teori belajar kognitivisme lebih mementingkan proses belajar daripada
hasil belajar itu sendiri. Belajar tidak sekedar melibatkan hubungan antara
stimulus dan respon, lebih dari itu belajar melibatkan proses berpikir yang
sangat kompleks. Belajar adalah perubahan persepsi dan pemahaman.
Perubahan persepsi dan pemahaman tidak selalu berbentuk perubahan tingkah
laku yang bisa diamati.
Dari beberapa teori belajar kognitivisme diatas (khusunya tiga di
penjelasan awal) dapat pemakalah ambil sebuah sintesis bahwa masing
masing teori memiliki kelebihan dan kelemahan jika diterapkan dalam dunia
pendidikan juga pembelajaran. Jika keseluruhan teori diatas memiliki
kesamaan yang sama-sama dalam ranah psikologi kognitivisme, maka disisi
lain juga memiliki perbedaan jika diaplikasikan dalam proses pendidikan.
Sebagai misal, Teori bermakna Ausubel dan Discovery Learning-nya
Bruner memiliki sisi pembeda. Dari sudut pandang Teori belajar Bermakna
Ausubel memandang bahwa justru ada bahaya jika siswa yang kurang mahir
dalam suatu hal mendapat penanganan dengan teori belajar discoveri, karena
siswa cenderung diberi kebebasan untuk mengkonstruksi sendiri pemahaman
tentang segala sesuatu. Oleh karenanya menurut teori belajar bermakna, guru
tetap berfungsi sentral sebatas membantu mengkoordinasikan pengalaman-
pengalaman yang hendak diterima oleh siswa namun tetap dengan koridor
pembelajaran yang bermakna.
Dari poin diatas dapat pemakalah ambil garis tengah bahwa beberapa
teori belajar kognitivisme diatas, meskipun sama-sama mengedepankan

11
proses berpikir, tidak serta merta dapat diaplikasikan pada konteks
pembelajaran secara menyeluruh. Terlebih untuk menyesuaikan teori belajar
kognitivisme ini dengan kompleksitas proses dan sistem pembelajaran
sekarang maka harus benar-benar diperhatikan antara karakter masing-masing
teori dan kemudian disesuakan dengan tingkatan pendidikan maupun
karakteristik peserta didiknya.
E. Implikasi Teori Kognitivisme dalam Pembelajaran
Aplikasi teori belajar kognitivisme dalam pembelajaran, guru harus
memahami bahwa siswa bukan sebagai orang dewasa yang mudah dalam
proses berpikirnya, anak usia pra sekolah dan awal sekolah dasar belajar
menggunakan benda-benda konkret, keaktifan siswa sangat dipentingkan,
guru menyusun materi dengan menggunakan pola atau logika tertentu dari
sederhana kekompleks, guru menciptakan pembelajaran yang bermakna,
memperhatian perbedaan individual siswa untuk mencapai keberhasilan
siswa.
Dari penjelasan diatas jelas bahwa implikasinya dalam pembelajaran
adalah seorang pendidik, guru ataupun apa namanya mereka harus dapat
memahami bagaimana cara belajar siswa yang baik, sebab mereka para siswa
tidak akan dapat memahami bahasa bila mereka tidak mampu mencerna dari
apa yang mereka dengar ataupun mereka tangkap.,
Dari ketiga macam teori diatas jelas masing-masing mempunyai
implikasi yang berbeda, namun secara umum teori kognitivisme lebih
mengarah pada bagaimana memahami struktur kognitivisme siswa, dan ini
tidaklah mudah, Dengan memahami struktur kognitivisme siswa, maka
dengan tepat pelajaran bahasa disesuaikan sejauh mana kemampuan
siswanya.
F. Dampak Positif dan Negatif Teori Kognitivisme dalam Pembelajaran
Setiap teori pembelajaran pastilah di bandingkan dengan teori
pembelajaran yang lain. Selain itu setiap teori pembelajaran juga melengkapi
dan menambah dari kekurangan teori-teori pembelajaran yang telah

12
diungkapkan oleh para ahli sebelumnya. Teori pembelajaran kognitif
memiliki kelebihan sebagai berikut (Nurhadi, 2018: 19) :
1. Positifnya yaitu : a). Menjadikan siswa lebih kreatif dan mandiri;
membantu siswa memahami bahan belajar secara lebih mudah. b).
Sebagian besar dalam kurikulum pendidikan negara Indonesia lebih
menekankan pada teori kognitif yang mengutamakan pada
pengembangan pengetahuan yang dimiliki pada setiap individu. c). Pada
metode pembelajaran kognitif pendidik hanya perlu memeberikan dasar-
dasar dari materi yang diajarkan unruk pengembangan dan kelanjutannya
deserahkan pada peserta didik, dan pendidik hanya perlu memantau, dan
menjelaskan dari alur pengembangan materi yang telah diberikan. d).
Dengan menerapkan teori kognitif ini maka pendidik dapat
memaksimalkan ingatan yang dimiliki oleh peserta didik untuk
mengingat semua materi-materi yang diberikan karena pada
pembelajaran kognitif salah satunya menekankan pada daya ingat peserta
didik untuk selalu mengingat akan materi-materi yang telah diberikan. e).
Menurut para ahli kognitif itu sama artinya dengan kreasi atau
pembuatan satu hal baru atau membuat suatu materi yang diajarkan
unruk pengembangan dan kelanjutannya deserahkan pada peserta didik,
dan pendidik hanya perlu memantau, dan menjelaskan dari alur
pengembangan materi yang telah diberikan. f). Dengan menerapkan teori
kognitif ini maka pendidik dapat memaksimalkan ingatan yang dimiliki
oleh peserta didik untuk mengingat semua materi-materi yang diberikan
karena pada pembelajaran kognitif salah satunya menekankan pada daya
ingat peserta didik untuk selalu mengingat akan materi-materi yang telah
diberikan g). Menurut para ahli kognitif itu sama artinya dengan kreasi
atau pembuatan satu hal baru atau membuat suatu pembelajran kognitif
perlu diperhatikan kemampuan peserta didik untuk mengembangkan
suatu materi yang telah diterimanya (Kharisma,
https://www.scribd.com/doc, 2018).

13
2. Negatifnya yaitu: a). Teori tidak menyeluruh untuk semua tingkat
pendidikan; sulit di praktikkan khususnya di tingkat lanjut; beberapa
prinsip seperti intelegensi sulit dipahami dan pemahamannya masih
belum tuntas. b). Pada dasarnya teori kognitif ini lebih menekankan pada
kemampuan ingatan peserta didik, dan kemampuan ingatan masing-
masing peserta didik, sehingga kelemahan yang terjadi di sini adalah
selalu menganggap semua peserta didik itu mempunyai kemampuan daya
ingat yang sama dan tidak dibeda-bedakan. c). Adakalanya juga dalam
metode ini tidak memperhatikan cara peserta didik dalam mengeksplorasi
atau mengembangkan pengetahuan dan cara-cara peserta didiknya dalam
mencarinya, karena pada dasarnya masing-masing peserta didik memiliki
cara yang berbeda-beda. d). Apabila dalam pengajaran hanya
menggunakan metode kognitif, maka dipastikan peserta didik tidak akan
mengerti sepenuhnya materi yang diberikan. e). Jika dalam sekolah
kejuruan hanya menggunakan metode kognitif tanpa adanya metode
pembelajaran lain maka peserta didik akan kesulitan dalam praktek
kegiatan atau materi. f). Dalam menerapkan metode pembelajran kognitif
perlu diperhatikan kemampuan peserta didik untuk mengembangkan
suatu materi yang telah diterimanya (Kharisma,
https://www.scribd.com/doc, 2018).

14
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Teori adalah seperangkat asas yang tersusun tentang kejadian-kejadian
tertentu dalam dunia nyata. Teori merupakan seperangkat preposisi yang
didalamnya memuat tentang ide, konsep, prosedur dan prinsip yang terdiri
dari satu atau lebih variable yang saling berhubungan satu sama lainnya
dan dapat dipelajari, dianalisis dan diujiserta dibuktikan kebenarannya.
Teori belajar kognitivisme lebih mementingkan proses belajar
daripada hasil belajar itu sendiri. Belajar tidak sekedar melibatkan
hubungan antara stimulus dan respon, lebih dari itu belajar melibatkan
proses berpikir yang sangat kompleks.
Belum puasnya para ahli psikologi terhadap teori behaviorisme
(stimulus-respon-reinforcement), maka lahirlah tokoh-tokoh penting
pengembang teori psikologi kognitif, yaitu Jerome Bruner, David Paul
Ausubel, dan Jean Piaget.
Dari beberapa teori belajar kognitivisme diatas (khusunya tiga di
penjelasan awal) dapat pemakalah ambil sebuah sintesis bahwa masing
masing teori memiliki kelebihan dan kelemahan jika diterapkan dalam
dunia pendidikan juga pembelajaran. Jika keseluruhan teori diatas
memiliki kesamaan yang sama-sama dalam ranah psikologi kognitivisme,
maka disisi lain juga memiliki perbedaan jika diaplikasikan dalam proses
pendidikan.
Dari ketiga macam teori diatas jelas masing-masing mempunyai
implikasi yang berbeda, namun secara umum teori kognitivisme lebih
mengarah pada bagaimana memahami struktur kognitivisme siswa, dan ini
tidaklah mudah, Dengan memahami struktur kognitivisme siswa, maka
dengan tepat pelajaran bahasa disesuaikan sejauh mana kemampuan
siswanya.

15
B. Saran
Demikianlah makalah berjudul “Teori Belajar Kognitivisme”. Ini
kami buat berdasarkan sumber-sumber yang ada. Sehingga perlulah bagi
kami, dari para kelompok untuk memberikan saran yang membantu
supaya makalah ini mendekati lebih baik. Atas perhatiannya, kami
ucapkan terima kasih.

16
DAFTAR PUSTAKA

Nurhadi. 2020. Teori Kognitivisme serta Aplikasihnya dalam Pembelajaran.


Jurnal Edukasi dan Sains, Vol. 2, No. 1

Puspo Nugroho. 2015. Pandangan Kognitivisme dan Aplikasinya dalam


Pembelajaran Pendidikan Agama Islam Anak Usia Dini. Jurnal Vol. 3, No.
2

Muflihin, Hizbul. 2009. Aplikasi Dan Implikasi Teori Behaviorisme Dalam


Pembelajaran. Jurnal Ilmiah Pendidikan.
Sanjaya, Wina. 2006. Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses
Pendidikan. Bandung: San Grafika

17

Anda mungkin juga menyukai