ATTENTION-DEFICIT/HYPERACTIVITY DISORDER
(ADHD)
Oleh :
1. Anak Agung Ayu Desni Pratiwi (193223053)
2. I Kadek Caesar Aryantana (193223064)
3. I Made Oka Aristana (193223068)
4. Ni Komang Lestari (193223083)
5. Ni Komang Selvi Tri Andani (193223084)
6. Ni Made Putri Ariastini (193223094)
7. Putu Eka Ari Redani (193223105)
“Om Swastyastu”
Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena telah
memberikan rahmat dan karunia-Nya kepada kami sehingga kami mampu
menyelesaikan laporan pendahuluan dan laporan kasus keperawatan anak II ini
dengan judul “ Laporan Pendahuluan dan Laporan Kasus ADHD”. Adapun
pembuatan makalah ini bertujuan untuk memenuhi tugas mata kuliah keperawatan
anak II.
Dalam menyelesaikan penulisan makalah ini, kami mendapat banyak bantuan
dari berbagai pihak dan sumber. Oleh karena itu kami sangat menghargai bantuan
dari semua pihak yang telah member kami bantuan dukungan kjuga semangat,
buku dan sumber lainnya sehingga tugas ini dapat terselesaikan. Oleh karena itu
melalui media ini kelompok menyampaikan ucapan terimakasih kepada semua
pihak yang telah membantu pembuatan makalah ini.
Kami menyadari bahwa makalah ini masih banyak kekurangan dan jauh dari
kesempurnaan karena keterbatasan kemampuan dan ilmu pengetahuan yang
kelompok miliki. Oleh karena itu kelompok mengharapkan kritik dan saran yang
membangun guna untuk menyempurnakan makalah ini.
“Om Santih, Santih, Santih Om”
Kelompok
LAPORAN PENDAHULUAN
ATTENTION-DEFICIT/HYPERACTIVITY DISORDER
(ADHD) PADA ANAK
A. PENGERTIAN
Attention-Deficit/Hyperactive Disorder atau ADHD adalah nama yang
diberikan untuk anak-anak, remaja, dan beberapa orang dewasa, yang kurang
mampu meperhatikan, mudah dikacaukan, dengan over aktif, dan juga
impulsif. ADHD adalah suatu gangguan neurobiologi, dan bukan penyakit
yang mempunyai penyebab yang spesifik. (Millichap,2013).
ADHD adalah kondisi anak-anak yang memperlihatkan ciri-ciri atau
gejala kurang konsentrasi, hiperaktif dan impulsive yang dapat menyebabkan
ketidakseimbangan sebagian besar aktivitas hidup mereka (Baihaqi dan
Sugiarman,2006)
Peters dan Douglas (dalam Rusmawati &Dewi, 2011:75) menyebutkan
“attention deficit hyperactivity disorder” (ADHD) sebagai gangguan yang
menyebabkan individu memiliki kecenderungan untuk mengalami masalah
pemusatan perhatian, kontrol diri, dan kebutuhan untuk selalu mencari
stimulasi.
Baihaqi & Sugiarman (2006) mengungkapkan bahwa ADHD
merupakan suatu gangguankronis (menahun) yang dapat dimulaipada masa
bayi dan dapat berlanjut sampai dengan dewasa. Gangguan anak ADHD dapat
berpengaruh negatif terhadap kehidupan anak di sekolah, di rumah, di dalam
komunitasnya.
B. Epidemologi
Centers for Disease Control and Prevention (CDC) menyatakan
prevalensi anak dengan ADHD mengalami peningkatan tiap tahunnya. Pada
tahun 2013 terdapat peningkatan 5 % untuk yang terdiagnosa ADHD secara
global. National Research Center for ADHD (2018) menyatakan bahwa
prevalensi anak ADHD sebanyak 9,4 % dari 6,1 juta populasi anak diseluruh
dunia yang terbagi ke dalam tiga rentang usia yitu rentang usia 2-5 tahun
sebanyak 2,4 % (338.000 anak), rentang usia 6-11 tahun sebanyak 9,6% (2,4
juta anak) dan terbanyak pada rentang usia 12-17 tahun yakni 13,6% (3,3 juta
anak). Sedangkan untuk di Indonesia sendiri jumlah anak dengan ADHD
mencapai 26,2 % dari total populasi anak dan remaja atau sekitar 81,8 juta
jiwa dengan kisaran usia antara 0- 19 tahun berdasarkan data statistik Nasional
Indonesia pada Kepututsan Menteri Kesehatan Republik Indonesia tahun
2010. Dinas Kesehatan Provinsi Bali pada tahun 2012 mengungkapkan anak
yang terdiagnosis ADHD sebanyak 321 anak dengan sebaran di seluruh
kabupaten dan kota di Bali dengan prevalensi terbanyak di wilayah Denpasar
sebanyak 108 anak.
C. Etiologi
ADHD disebut juga sebagai kondisi heterogen dimana tidak hanya
satu penyebab yang diidentifikasi. Diperkirakan adanya peranan faktor genetik
dan lingkungan mempunyai pengaruh penting terhadap perkembangan fetus
dan postnatal yang kemudian berpengaruh pada terjadinya ADHD pada anak-
anak usia dini. Adapun faktor-faktor yang dapat meningkatkan resiko
terjadinya ADHD diantaranya faktor alami (nature), yaitu faktor bawaan dan
lingkungan (nurture). Faktor alami meliputi faktor genetik, gangguan biologik
yang telah diperoleh sejak saat anak dalam kandungan dan pada waktu lahir.
Faktor lingkungan adalah pengalaman psikoedukatif dan psikososial yang
diperoleh setalh anak lahir, yang meliputi pola asuh, pendidikan,
nutrisi,kondisi lingkungan, teman sebaya, nilai sosial dan budaya.
Perkembangan konsep diagnosis yang dibuat untuk gangguan ini
menunjukkan perkembangan hipotesis penyebab ganguan ini. Berbagai
penelitian menunjukkan penyebab terjadinya gangguan ini meliputi berbagai
faktor yang berpengaruh terhadap fungsi otak.
1) Faktor genetik
Pada anak laki-laki dengan kelebihan Y kromosom (XYY)
menujukkan peningkatan kejadian hiperaktivitas yang menyertai
kemampuan verbal dan performance rendah. Pada fragile X syndrome,
yaitu nama anak untuk kondisi di mana terdapat X kromosom pada lokasi
Q27 rapuh, juga dihubungkan dengan kejadian gejala ADHD, meskipun
sebagian besar penderita gangguan ini mengalami retardasi mental.
Masalah kesulitan memusatkan perhatian dan kesulitan belajar juga
diakibatkan adanya cacat genetik. Pada anak perempuan dengan
kromosom 45, juga menunjukkan kesulitan memusatkan perhatian dan
kesulitan menulis dan menggambar ulang. Sampai saat ini belum dapat
dibuktikan bahwa penyebab gangguan ini adalah adanya kromosom
abnormal.
Orang tua dan saudara dari anak yang menderita ADHD lebih banyak
yang menderita gangguan ini dari pada saudara dari anak yang tidak
mengalami gangguan ini. Resiko besar mengalami gangguan ini pada
saudara anak ADHD menunjukkan adanya pembagian gen yang sama di
antara mereka. Saudara pada tingkat pertama, seperti orangtua, saudara
kandung, dan anak membagikan 50% gen dengan penyandang gangguan
ini. Mereka memiliki resiko lebih besar mengalami gangguan ini dari pada
saudara tingkat kedua yang hanya membagikan gen 25% dengan
penyandang gangguan ini. Hasil penelitian oleh Cantwell (1975) dan
Morrison dan Stewart (1973) melaporkan bahwa pada orangtua biologis
anak ADHD lebih banyak mengalami hiperaktivitas dibandingkan dengan
orangtua adopsi anak ADHD. Hal ini menunjukkan bahwa peran herediter
sangat besar sebagai salah satu faktor penyebab gangguan ini.
2) Faktor Neurologik dan Proses dalam Otak
Faktor neurologik pada ADHD yang diterima pertama kali secara luas
adalah penemuan dari Laufer, Denhoff, dan Solomons (1957), yaitu
didapatkan spike wave pada stimulasi fotik pada pemeriksaan
elektroensefalografi (EEG) anak ADHD. Kondisi ini disebut sebagai over
arousal yang disebabkan oleh disfungsi diensefalon. Anak ADHD
dipandang memiliki kesulitan menyaring informasi secara selektif dan
sensitive terhadap pemerimaan stimulasi dari lingkungan. Knobel,
Wolman dan Manson (1959) berpendapat bahwa kondisi ini adalah
kompensasi yang berlebiihan dari korteks otak terhadap disfungsi
subkortikal. Jadi, hyperarousal korteks otak merupakan sumber terjadinya
tingkah laku hiperaktif yang ditunjukkan oleh penderita gangguan ini.
3) Faktor Neurotransmitter
Sampai saat ini dari hasil berbagai penelitian belum dapat dipastikan
bahwa ADHD secara primer disebabkan oleh gangguan pada
neurokimiawi dalam otak, atau perubahan neurotransmitter dan
interaksinya timbul sebagai akibat perubahan tingkah laku. Namun, dari
hasil beberapa penelitian genetika molekuler terakhir didaptkan genuntuk
reseptor dopamine D4 (DRD 4) pada resptor di celah pascasinaptik yang
menimbulkan aktivasi dopamin.
Berbagai penelitian farmakologi tiga dekade yang lalu memperoleh
sejumlah stimulator dopamine pada reseptor pascasinaptik (piribidel,
amantadine, L-Dopa) yang memberi pengaruh secara menyeluruh pada
seluruh system dopamine, tetapi ketika diberikan kepada anak ADHD
tidak memberikan hasil perbaikan klinis secara bermakna. Shaywitz et al.,
menunjukkan pengaruh pemberian metilfenidat terhadap kadar serum
prolaktin dan growth hormone, melalui pengaruh metilfenidat terhadap
jaras dopaminergik hipotalamik bagian bawah. Shaywitz juga mendapat
penurunan homovalinic acid (HVA) cairan serebrospinal pada penderita
ADHD yang member respon terhadap pemberian metilfenidat (Shaywitz
et al., 1977, 1982).
Berbagai penelitian terhadap pengguanaan antagonis dopaminseperti
haloperidol, tioridasin dengan dosis rendah, tidak memberikan perbaikan
pada kemampuan memusatkan perhatian dan fungsi kognitifyang lain,
meskipun memberikan perbaikan pada skala penilaian tingkah laku.
pemberian obat trisiklik terhadap anak ADHD memberikan perbaikan
tingkah laku tetapi tidak memberikan perbaikan fungsi kognitif. Dari hasil
berbagai penelitian tersebut didapatkan gambaran bahwa gejala aktivitas
motorik yang berlebihan pada ADHD secara patofisiologi disebabkan oleh
fungsi norepinefrin abnormal, sedangakan gejala lain, yaitu tidak mampu
memusatkan perhatian dan penurunan vigilance disebabkan oleh fungsi
dopaminerjik abnormal.
Terjadinya ADHD disebabkan oleh beberapa system yang berbeda
tetapi memiliki hubungan yang erat. System tersebut memiliki peran yang
berbeda terhadap metabolism dopamin atau norepinefrin. Meskipun
berbagai obat anti ADHD memiliki komposisi kimiawi berbeda,
mekanisme kerja obat tersebut berbagi sama baik dopaminergik ataupun
norepinefrinergik. Norepinefrin dan dopamine atalah poten agonis pada
reseptor D4 dicelah paskasinaptik, gen reseptor dopamin D4 (DRD 4)
sampai saat ini telah dianggap sebagai penyebab gangguan ini.
4) Faktor Lingkungan
Berbagai toksin endogen pernah dianggap sebagai penyebab ADHD,
seperti : keracunan timbal, aditif makanan, reaksi alergi (Feingold, 1973,
1976 ; David, 1974 ; Taylor, 1986 ; Wender, 1986 : Hazel & Schumaker,
1988). Tetapi berbagai penelitian terhadap faktor tersebut tidak ada yang
memberikan bukti adanaya hubungan yang bermakna antara faktor
tersebut dan terjadinya ADHD (Zametkin & Rapoport, 1986 ; Matson,
1993).
Berdasarkan temuan hasil penelitian sampai saat sekarang belum dapat
diidentifikasi penyebab utama ADHD. Namun, berbagai faktor berperan
terhadap pathogenesis gangguan ini. Di antara berbagai faktor tersebut
faktor biomedik memegang peranan utama, khususnya faktor genetik yang
berpengaruh pada patofisiologi ADHD, dimulai daripatogenesis pada
jenjang molekuler sampai pada defisit proses aktivasi, inhibisi, regulasi,
ataupun fungsi eksekutif dari fungsi kognitif otak. Faktor psikososial
berpengaruh terhadap perjalanan penyakit dan prognosis atau hasil dari
gangguan ini. Kondisi psikososial yang buruk berpengaruh kuat terhadap
interaksi anak dan orangtua, hal ini mengakibatkan hasil dan prognosis
gangguan ini menjadi buruk sehingga masalah psikososial yang timbul
akibat gangguan ini makin kompleks. Kondisi psikososial di Indonesia
berbeda dari kondisi psikososial di berbagai negara barat, yaitu Amerika
dan Eropa, tempat penelitian longitudinal untuk mengamati hasil dan
prognosis ADHD banyak dilakukan. Hal itu terjadi karena perbedaan
norma dan budaya yang berpengaruh pada sikap orangtua dan guru
terhadap anak yang menderita ADHD di Indonesia. Terdapat
kecenderungan orangtua dan guru di Indonesia lebih menitikberatkan pada
akibat atau kegagalan yang ditimbulkan oleh tingkah laku anak yang
menderita ADHD, khususnya kegagalan mencapai prestasi akademik. Di
Indonesia akses dan kesempatan untuk melakukan tindakan agresif,
kriminal lebih sedikit dibandingkan dengan di Negara barat. Berdasarkan
hal tersebut terdapat kemungkinan bahwa perjalanan penyakit, prognosis
atau hasil dari gangguan ini, baik di masa remaja ataupun dewasa,
kualitasnya berbeda dari hasil yang teramati pada berbagai penelitian di
negara barat. Menurut Isaac (2005) anak dengan ADHD atau attention
Deficit Hyperactivity Disorder mempunyai ciri-ciri antara lain:
1. Sulit memberikan perhatian pada hal-hal kecil.
2. Melakukan kesalahan yang ceroboh dalam pekerjaan sekolah.
3. Sulit berkonsentrasi pada satu aktivitas.
4. Berbicara terus, sekalipun pada saat yang tidak tepat.
5. Berlari-lari dengan cara yang disruptif ketika diminta untuk duduk atau
diam.
6. Terus gelisah atau menggeliat.
7. Sulit menunggu giliran.
8. Mudah terdistraksi oleh hal-hal yang terjadi di sekelilingnya.
9. Secara impulasif berkata tanpa berpikir dalam menjawab pertanyaan.
10. Sering salah menempatkan tugas-tugas sekolah, buku atau mainan.
11. Tampak tidak mendengar, sekalipun diajak berbicara secara langsung
D. Tipe ADHD
Karena gejala ADHD bervariasi, DSM-IV-TR dalam Davidson, Neale,
dan Kring (2006) mencantumkan tiga subkategori, yaitu sebagai berikut :
1. Tipe Predominan Inatentif (ADHD-PI)
Seorang anak dapat didagnosis dengan ADHD-PI jika terdapat enam atau
lebih gejala inattention, namun terdapat lebih sedikit dari enam gejala
hyperactivity-impulsivity. Anak dengan ADHD-PI dideskripsikan jarang
mengantuk dan jarang melamun. Mereka juga memiliki kemungkinan
untuk mengalami learning disability, proses informasi yang lambat, sulit
mengingat hal, memperlihatkan pencapaian akademis yang rendah, dan
lambatnya kecepatan dalam berpikir.
2. Tipe Predominan Hiperaktif–Impulsif (ADHD-HI)
Seorang anak dapat didagnosis dengan ADHD dengan sub-tipe ini jika
ditemui terdapat enam atau lebih gejala hyperactivity-impulsivity, namun
terdapat lebih sedikit dari enam gejala inattention. Anak dengan ADHD-
HI menunjukkan permasalahan dalam mengendalikan perilaku yang terus-
menerus. Mereka bersifat agresif, membangkak, ditolak rekan sebaya,
diskors dari sekolah, dan ditempatkan di kelas akademis khusus. Sub-tipe
ini adalah tipe yang paling jarang ditemukan. Biasanya terjadi pada anak-
anak pra-sekolah.
3. Tipe Kombinasi (ADHD-C)
Seorang anak dapat didagnosis dengan ADHD dengan sub-tipe ini jika
memiliki enam atau lebih gejala inattention dan enam atau lebih gejala
hyperactivity-impulsivity. Sama seperti ADHD-HI, anak dengan ADHD-C
juga menunjukan permasalahan dalam mengendalikan perilaku yang terus-
menerus. Mereka bersifat agresif, membangkak, ditolak rekan sebaya,
diskors dari sekolah, dan ditempatkan di kelas akademis khusus. Anak
dengan ADHD-C adalah jenis sub-tipe yang paling sering dirujuk untuk
mendapatkan penanganan profesional karena secara kriteria sub-tipe ini
mencakup simtom yang paling banyak dari kedua dimensi yang ada.
Kesimpulannya, ada tiga tipe ADHD yaitu tipe predominan inatentif yang
terdapat enam atau lebih gejala inattention namun terdapat lebih sedikit dari
enam gejala hyperactivity-impulsivity, tipe predominan hiperaktif – impulsif
yang terdapat enam atau lebih gejala hyperactivity-impulsivity namun terdapat
lebih sedikit dari enam gejala inattention, dan tipe kombinasi yang memiliki
enam atau lebih gejala inattention dan enam atau lebih gejala hyperactivity-
impulsivity.
E. Patofisiologi
Penyebab pasti dari ADHD belum diketahui. Namun dikatakan bahwa
area kortek frontal, seperti frontrosubcortical pathways dan bagian frontal
kortek itu sendiri, merupakan area utama yang secara teori bertanggung jawab
terhadap patofisiologi ADHD.
Mekanisme inhibitor di kortek, sistem limbik, serta sistem aktivasi
reticular juga dipengaruhi. ADHD dapat mempengaruhi satu, dua, tiga, atau
seluruh area ini sehingga muncul tipe dan profil yang berbeda dari ADHD.
Sebagaimana yang diketahui bahwa lobus frontal berfungsi untuk
mengatur agar pusat perhatian pada perintah, konsentrasi yang terfokus,
membuat keputusan yang baik, membuat suatu rencana, belajar dan mengingat
apa yang telah kita pelajari,serta dapat menyesuaikan diri dengan situasi yang
tepat. Mekanisme inhibisi di kortek befungsi untuk mencegah agar kita tidak
hiperaktif, berbicara sesuatu yang tidak terkontrol, serta marah pada keadaan
yang tidak tepat.
Pada saat mekanisme inhibitor dari otak tidak dapat berfungsi
sebagaimana mestinya maka hasilnya adalah apa yang disebut dengan ”dis-
inhibitor disorder” seperti perilaku impulsif, quick temper, membuat
keputusan yang buruk, hiperaktif, dan lainlain. Sedangkan sistem limbik
mengatur emosi dan kewaspadaan seseorang. Bila sistem limbik teraktivasi
secara berlebihan, maka seseorang memiliki mood yang labil, temperamen
yang meledak-ledak, menjadi mudah terkejut, selalu menyentuh apapun yang
ada di sekitarnya, memiliki kewaspadaan berlebihan. Sistem limbik yang
normal mengatur perubahan emosional yang normal, level energi normal,
rutinitas tidur normal, dan level stress yang normal. Disfungsi dari sistem
limbik mengakibatkan terjadinya masalah pada hal tersebut.
Beberapa data mendukung hal ini yaitu pemeriksaan MRI pada kortek
prefrontal mesial kanan penderita ADHD menunjukkan penurunan aktivasi.
Selama pemeriksaan juga terlihat hambatan respon motorik yang berasal dari
isyarat sensorik. MRI pada penderita ADHD juga menunjukkan aktivitas yang
melemah pada korteks prefrontal inferior kanan dan kaudatum kiri.
Neurotransmiter utama yang teridentifikasi lewat fungsi lobus frontal adalah
katekolamin. Neurotranmisi dopaminergik dan noradrenergik terlihat sebagai
fokus utama aktifitas pengobatan yang digunakan untuk penanganan ADHD.
Dopamin merupakan zat yang bertanggung jawab pada tingkah laku dan
hubungan sosial, serta mengontrol aktivitas fisik. Norepinefrin berkaitan
dengan konsentrasi, memusatkan perhatian, dan perasaan. Dukungan terhadap
peranan norepinefrin dalam menimbulkan ADHD juga ditunjukkan dari hasil
penelitian yang menyatakan adanya peningkatan kadar norepinefrin dengan
penggunaan stimulan dan obat lain seperti desipramine efektif dalam
memperbaiki gejala dari ADHD. Pengurangan gejala juga terlihat setelah
penggunaan monoamine oxidase inhibitor, yang mengurangi pemecahan
terhadap norepinefrin sehingga kadar norepinefrin tetap tinggi dan
menyebabkan gejala ADHD berkurang.
F. Pathway
A. PENGKAJIAN
1. Biodata klien
Mencakup nama anak, usia, jenis kelamin, agama, suku/ bangsa . Biodata
orang tua/wali, latar belakang sosial budaya pasien dan keluarga.
2. Riwayat penyakit sekarang
Orang tua mungkin melaporkan bahwa anaknya rewel dan mengalami
masalah saat bayi atau perilaku hiperaktif hilang tanpa disadari sampai
anak berusia todler atau masuk sekolah atau daycare. Anak mungkin
mengalami kesulitan dalam semua bidang kehidupan yang utama, seperti
sekolah atau bermain dan menunjukkan perilaku overaktif atau bahkan
perilaku yang membahayakan di rumah.
3. Riwayat penyakit dahulu
Temukan adanya riwayat pemakaian obat-obatan yang memiliki
interaksi negative dengan ADHD atau pengobatannya seperti:
antikonvulsan, antihipertensi, obat yang mengandung kafein,
pseudoefedrin, monoamin oxidase inhibitors (MAOIs). Temukan pula
adanya penyakit yang memiliki interaksi negatif dengan ADHD atau
pengobatannya seperti: penyakit arterial (mayor), glaukoma sudut sempit,
trauma kepala, penyakit jantung, palpitasi, penyakit hati, hipertensi,
kehamilan, dan penyakit ginjal.
Temukan pula adanya kelainan psikiatrik karena 30-50% penderita
ADHD disertai dengan kelainan psikiatrik. Adapun kelainan psikiatrik
yang dimaksud antara lain: gangguan cemas, gangguan bipolar, gangguan
perilaku, depresi, gangguan disosiasi, gangguan makan, gangguan cemas
menyeluruh, gangguan mood, gangguan obsesif-kompulsif, gangguan
panik atau tanpa agorafobia, gangguan perkembangan perfasif,
Posttraumatic stress disorder (PTSD), psikotik, fobia sosial, gangguan
tidur, penyalahgunaan zat, sindrom Tourette’s atau gangguan Tic, dan
komorbiditas somatik (tidak ada komorbiditas somatik yang berhubungan
dengan ADHD).
4. Riwayat keluarga
Temukan adanya anggota keluarga lain yang menderita ADHD
atau mengalami gejala seperti yang tercantum dalam kriteria DSM IV.
5. Riwayat sosial
Meliputi: interaksi antar anggota keluarga, masalah dengan hukum,
keadaan di sekolah, dan disfungsi keluarga.
6. Pemeriksaan Bio Psiko Sosial:
Meliputi hambatan yang dialami oleh pasien dapat menggunakan
pola Gordon maupun Virginia Henderson sesuai kebutuhan.
7. Pemeriksaan fisik :
Perlu observasi yang baik terhadap perilaku penderita ADHD
karena pada penderita ADHD menunjukkan gejala yang sedikit pada
pemeriksaan fisik. Pemeriksaan fisik yang dilakukan meliputi : tanda
vital, tinggi badan, berat badan, tekanan darah dan nadi. Pemeriksaan
fisik umum termasuk penglihatan, pendengaran dan neurologis. Tidak ada
pemeriksaan fisik dan laboratorium yang spesifik untuk ADHD.
Pemeriksaan fisik yang dilakukan secara seksama, mungkin dapat
membantu dalam menegakkan diagnosa, dan menyingkirkan
kemungkinan penyakit lain.
8. Riwayat Kehamilan Ibu
a. Prenatal : Ditanyakan apakah ibu ada masalah asupan alcohol atau
obat-obatan selama kehamilan.
b. Intranatal : Ditanyakan kepada ibu apakah ada penyulit selama
persalinan. lahir premature, berat badan lahir rendah (BBLR).
c. Postnatal : Ditanyakan apakah setelah lahir langsung diberikan
imunisasi apa tidak.
9. Riwayat Tumbuh Kembang
a. Untuk pengkajian pertumbuhan menggunakan antropometri yaitu
pengkajian berat badan, tinggi badan, lingkar lengan, lingkar kepala,
dan penghitungan IMT.
b. Untuk pengkajian perkembangan anak
Menurut Hidayat (2005) pengkajian perkembangan anak berdasarkan
umur atau usia anak antara lain :
1) Neonatus (0-28 hari)
a) Apakah ketika lahir neonatus menangis?
b) Bagaimana kemampuan memutar-mutar kepala?
c) Bagaimana kemampuan menghisap?
d) Kapan mulai mengangkat kepala?
e) Bagaimana kemampuan motorik halus anak (misalnya
kemampuan untuk mengikuti garis tengah bila kita
memberikan respons terhadap jari atau tangan)?
f) Bagaimana kemampuan berbahasa anak (menangis, bereaksi
terhadap suara atau bel)?
g) Bagaimana kemampuan anak dalam beradaptasi (misalnya
tersenyum dan mulai menatap muka untuk mengenali
seseorang?
2) Masa bayi / Infant (28 hari - 1 tahun)
Bayi usia 1-4 bulan.
a) Bagaimana kemampuan motorik kasar anak (misalnya
mengangkat kepala saat tengkurap, mencoba duduk sebentar
dengan ditopang, dapat duduk dengan kepala tegak, jatuh
terduduk dipangkuan ketika didukung pada posisi berdiri,
komtrol kepala sempurna, mengangkat kepala sambil
berbaring terlentang, berguling dari terlentang ke miring,
posisi lengan dan tungkai kurang fleksi danm berusaha untuk
merangkan)?
b) Bagaimanan kemampuan motorik halus anak (misalnya
memegang suatu objek, mengikuti objek dari satu sisi ke sisi
lain, mencoba memegang benda dan memaksukkan dalam
mulut, memegang benda tetapi terlepas, memperhatikan
tangan dan kaki, memegang benda dengan kedua tangan,
menagan benda di tangan meskipun hanya sebentar)?
c) Bagimana kemampuan berbahasan anak (kemampuan
berbicara dan tersenyum, dapat berbunyi huruf hidup,
berceloteh, mulai mampu mengucapkan kata ooh / ahh,
tertawa dan berteriak, mengoceh spontan atau berekasi
dengan mengoceh)?
d) Bagaimana perkembangan adaptasi sosial anak (misalnya:
mengamati tangannya, tersenyum spontan dan membalas
senyum bila diajak tersenyum, mengenal ibunya dengan
penglihatan, penciuman, pendengaran dan kontak, tersenyum
pada wajah manusia, meskipun tidur dalamsehari lebih
sedikit dari waktu terhaga, membentuk siklus tidur bangun ,
menangis menjadi sesuatu yang berbeda, membedakan
wajah-wajah yang dikenal dan tidak dikenal, senang menatap
wajah-wajah yang dikenalnya, diam saja ketika ada orang
asing)?
Bayi Umur 4-8 bulan
a) Bagaimana perkembangan motorik kasar anak (misalnya
dapat telungkup di alas dan sudah mulau mengangkat kepala
dengan melakukan gerakan menekan kedua tangannya dan
pada bulan keempat sudah mulai mampu memalingkan ke
kanan dan ke kiri, sudah mulai bisa duduk dengan kepala
tegak, sudah mampu membalik badan, bangkit dengan kepala
tegak, berkonsentrasi beban pada kaki dan dada terangkat dan
bertumpu pada lengan, berayun ke depan dan kebelakang,
berguling dari terlentang ke tengkurap dan dapat dudu
dengan bantuan selama waktu singkat)?
b) Bagaimana perkembangan motorik halus anak (misalnya:
sudah mulai mengamati benda, mulai menggunakan ibu jari
dan jari telunjuk untuk memegang, mengeksplorasi benda
yangsedang dipegang, mengambil objek dengan tangan
tertangkup, mampu menahan kedua benda di kedua tangan
secara simultan, menggunakan bahu dan tangan sebagai satu
kesatuan, mentransfer obajek dari satu tangan ke tangan yang
lain)?
c) Bagaimana kemampuan berbahasan anak (misalnya:
menirukan suara atau kata-kata, menolek ke arah suara dan
menoleh ke arah sumber suara, tertawa, menjerit,
menggunakan vokalisasi semakin banyak, menggunakan kata
yang terdiri dari dua suku kata dan dapat membuat dua bunyi
vokal yang bersamaan seperti ba-ba)?
d) Bagaimana kemampuan beradaptasi sosial anak (misalnya
merasa terpaksa jika ada orang asing, mulai bermain dengan
mainan, takut akan kehadiran orang asing, mudah frustasi dan
memukul-mukul dengan lengan dan kaki jika sedang kesal)?
Bayi Umur 8-12 bulan
a) Bagaimana kemampuan motorik kasar anak (misalnya duduk
tanpa pegangan, berdiri dengan pegangan, bangkit terus
berdiri, berdiri 2 detik dan berdiri sendiri)?
b) Bagaimana kemampuan motorik halus anak (misalnya
mencari dan meraih benda kecil, bila diberi kubus mampu
memindahkannya, mampu mengambilnya dan mampu
memegang dengan jari dan ibu jari, membenturkannya dan
mampy menaruh benda atau kubus ketempatnya)?
c) Bagaimana perkembangan berbahasa anak (misalnya: mulai
mengatakan papa mama yang belum spesifik, mengoceh
hingga mengatakan dengan spesifik, dapat mengucapkan 1-2
kata)?
d) Bagaimana perkembangan kemampuan adaptasi sosial anak
(misalnya kemampuan bertepuk tangan, menyatakan
keinginan, sudah mulai minum dengan cangkir, menirukan
kegiatan orang lain, main-main bola atau lainnya dengan
orang)?
Masa Toddler
a) Bagaimana perkembangan motorik kasar anak (misalnya:
mampu melanhkah dan berjalan tegak, mampu menaiki
tangga dengan cara satu tangan dipegang, mampu berlari-lari
kecil, menendang bolan dan mulai melompat)?
b) Bagaimana perkembangan motorik halus anak (misalnya:
mencoba menyusun atau membuat menara pada kubus)?
c) Bagaimana kemampuan berbahasa anak (misalnya: memiliki
sepuluh perbendaharaan kata, mampu menirukan dan
mengenal serta responsif terhadap orang lain sangat tinggi,
mampu menunjukkan dua gambar, mampu
mengkombinasikan kata-kata, mulai mampu menunjukkan
lambaian anggota badan)?
d) Bagaimana kemampuan anak dalam beradaptasi sosial
(misalnya: membantu kegiatan di rumah, menyuapi boneka,
mulai menggosok gigi dan mencoba memakai baju)?
Masa Prasekolah
a) Bagaimana perkembangan motorik kasar anak (misalnya:
kemampuan untuk berdiri dengan satu kaki selama 1-5 detik,
melompat dengan satu kaki, berjalan dengan tumit ke jari
kaki, menjelajah, membuat posisi merangkan dan berjalan
dengan bantuan)?
b) Bagaimana perkembangan motorik halus anak (misalnya:
kemampuan menggoyangkan jari-jari kaki, menggambar dua
atau tiga bagian, memilih garis yang lebih panjang dan
menggambar orang, melepas objek dengan jari lurus, mampu
menjepit benda, melambaikan tangan, menggunakan
tangannya untuk bermain, menempatkan objek ke dalam
wadah, makan sendiri, minum dari cangkir dengan bantuan
menggunakan sendok dengan bantuan, makan dengan jari,
membuat coretan diatas kertas)?
c) Bagaimana perkembangan berbahasa anak (misalnya: mampu
menyebutkan empat gambar, menyebutkan satu sampai dua
warna, menyebutkan kegunaan benda, menghitung atau
mengartikan dua kata, mengerti empat kata depan, mengertio
beberapa kata sifat dan sebagainya, menggunakan suara
yntum mengidentifikasi objek, orang dan aktivitas,
menirukan bebagai bunyi kata, memahami arti larangan,
berespons terhadap panggilan dan orang-orang anggota
keluarga dekat)?
d) Bagaimana perkembangan adaptasi sosial anak (misalnya:
bermain dengan permainan sederhana, menagis jika dimarahi,
membuat permintaan sederhana dengan gaya tubuh,
menunjukkan peningkatan kecemasan terhadap perpisahan,
mengenali anggota keluarga)?
Waktu sekolah
a) Bagaimana kemampuan kemandirian anak dilingkungan luar
rumah?
b) Bagaimana kemampuan anak mengatasi masalah yang
dialami disekolah?
c) Bagaimana kemampuan beradaptasi sosial anak
(menyesuaikan dengan lingkungan sekolah)?
d) Bagaimana kepercayaan diri anak saat berada di sekolah?
e) Bagaimana rasa tanggung jawab anak dalam mengerjakan
tugas di sekolah?
f) Bagaimana kemampuan anak dalam berinteraksi sosial
dengan teman sekolah?
g) Bagaimana ketrampilan membaca dan menulis anak?
h) Bagaimana kemampua anak dalam belajar di sekolah?
Masa adolensence
a) Bagaimana kemampuan remaja dalam mengatasi masalah
yang dialami secara mandiri?
b) Bagaimanan kemampuan remaja dalam melakukan adaptasi
terhadap perubahan bentuk dan fungsi tubuh yang dialami?
c) Bagaimana kematangan identitas seksual?
d) Bagaimana remaja dapat menjalankan tugas
perkembangannya sebagai remaja?
e) Bagaiman kemampuan remaja dalam membantu pekerjaan
orang tua di rumah (misalnya membersihkan rumah,
memasak)?
10. Riwayat imunisasi
Tanyakan pada keluarga apakah anak mendapat imunisasi lengkap.
a. Usia <7 hari anak mendapat imunisasi hepatitis B.
b. Usia 1 bulan anak mendapat imunisasi BCG dan Polio I.
c. Usia 2 bulan anak mendapat imunisasi DPT/HB I dan Polio 2.
d. Usia 3 bulan anak mendapat imunisasi DPT/HB II dan Polio 3.
e. Usia 4 bulan anak mendapat imunisasi DPT/HB III dan Polio 4.
f. Usia 9 bulan anak mendapat imunisasi campak.
11. Pemeriksaan psikologis (mental)
Terdiri dari pemeriksaan terhadap kesan umum berupa refleksi
menghisap, kontrol impuls, dan state of arousal. Pemeriksaan mental
seperti: tes intelegensia, tes visuomotorik, tes kemampuan bahasa, dan
lain-lain.
12. Pemeriksaan Laboratorium
a. Liver Function Test
b. Complete blood cell counts
c. MRI
d. PET (Positron Emision Tomography)
B. DIAGNOSIS KEPERAWATAN
Beberapa diagnosis yang mungkin muncul pada kasus anak dengan
hiperaktivitas antara lain:
1. Gangguan Interaksi Sosial berhubungan dengan perilaku impulsive
(D.0118)
2. Risiko Cedera dibuktikan dengan perubahan orientasi afektif (D.0136)
3. Risiko Gangguan Perkembangan dibuktikan dengan kelainan genetik
(D.0107)
C. INTERVENSI KEPERAWATAN
NO DIAGNOSA TUJUAN DAN KRITERIA HASIL INTERVENSI
KEPERAWATAN
1 Gangguan Interaksi Sosial NOC NIC
berhubungan dengan perilaku 1. Keterampilan Interaksi Sosial (Social Interaction 1. Peningkatan Komunikasi : kurang
impulsive Skill) bicara
Kriteria Hasil : 2. Peningkatan Sosialisasi
1. Keluarga dan anak mampu bekerja sama dengan orang 3. Manajemen Perilaku : terlalu aktif
lain (Behaviour management :
2. Keluarga dan anak mampu menunjukan perhatian Hyperactive)
3. Keluarga dan anak mampu menggunakan perilaku Kenali emosi dan perilaku fisik anak
asertif secara tepat sebagai bentuk komunikasi mereka
Anjurkan keluarga untuk
mengembangkan hubungan dengan
anak
Berikan umpan balik positif pada anak
dan keluarga apabila anak mampu atau
bersedia menjangkau orang lain
Anjurkan keluarga dan anak untuk
meningkatkan hubungan dengan orang-
orang yang memiliki minat dan tujuan
yang sama
Anjurkan keluarga dan anak untuk
perpartisipasi dalam kelompok dan/atau
kegiatan-kegiatan sosial.
Dorong keluarga dan anak untuk
mengekspresikan perasaan dengan cara
yang baik
2. Risiko cedera dibuktikan NOC NIC
dengan perubahan orientasi 1. Kontrol Diri terhadap impuls ( Impuls Self Control) 1. Manajemen
afektif Kriteria Hasil Perilaku (behaviour management)
- Keluarga dan anak mampu mengidentifikasi perilaku 2. Manajemen
impulsive yang berbahaya Perilaku : terlalu aktif (Behaviour
- Keluarga dan anak mampu mengidentifikasi perilaku management : Hyperactive)
yang mengarah pada tindakan impulsive Peroleh perhatian anak sebelum
- Keluarga dan anak mampu menghindari lingkungan dan memulai interaksi verbal
situasi yang berisiko tinggi Gunakan suara bicara yang lembut dan
- Keluarga dan anak mampu mengontrol impuls rendah
- Keluarga dan klien mampu menggunakan dukungan Alihkan arah perhatian dari sumber
sosial yang ada yang menyebabkan agitasi
Komunikasikan harapan bahwa
keluarga dan anak dapat mengontrol
perilakunya
Berikan penghargaan apabila anak
mampu mengontrol diri
Berikan lingkungan yang aman secara
fisik dan terstruktur
Monitor dan atur level aktivitas serta
stimuli terhadap lingkungan
Berikan intruksi pada anak satu per satu
(biarkan anak menyelesaikan satu
intruksi sebelum diberikan intruksi
selanjutnya)
Dorong keluarga dan anak untuk
mengekspresikan perasaan dengan cara
yang baik
Monitor asupan nutrisi dan cairan
(batasi nutrisi dan cairan yang dapat
menstimulus anak)
Kolaborasi pemberian obat-obatan
untuk meningkatkan perubahan
perilaku yang diinginkan
3 Risiko Gangguan NOC NIC
Perkembangan dibuktikan 1. Perkembangan Anak 1. Peningkatan Perkembangan Anak
dengan kelainan genetic Kriteria Hasil : Bangun hubungan saling percaya
- Anak akan mencapai tahapan dalam perkembangan dengan anak dan keluarga
yaitu tidak mengalami keterlambatan 25 % atau lebih Lakukan interaksi personal dengan
area sosial/perilaku pengaturan diri atau kognitif , Anak dan keluarga
bahasa, keterampilan motorik halus dan motorik kasar. Berikan aktivitas bermain yang sesuai,
dukung beraktivitas dengan anak lain.
Bantu anak untuk belajar mandiri
Bantu anak untuk saling berbagi dan
saling bergiliran
Bangun suasana yang aman bagi anak
dan keluarga untuk belajar dan
bereksplorasi
Konsisten dan terstruktur dalam
mengaplikasikan manajemen perilaku/
modifikasi strategi
D. Implementasi
Implementasi adalah pengolahan dan perwujudan dari rencana keperawatan yang
telah disusun pada tahapan perencanaan. Jenis tindakan pada implementasi ini terdiri dari
tindakan mandiri, kolaborasi dan delegatif . Implementasi tindakan keperawatan
disesuaikan dengan rencana tindakan keperawatan.
E. Evaluasi
Hasil yang diharapkan dari pemberian asuhan keperawatan pada anak dengan hiperaktif
antara lain :
1. Anak mampu memperlihatkan perasaan-perasaan nilai diri yang meningkat saat
pulang.
2. Anak tidak akan melukai diri sendiri atau orang lain
3. Anak mampu mendeminstrasikan kemampua untuk berinteraksi dengan orang lain
tanpa menjadi defektif, perilaku merasionalisasi atau mengekspresikan pikiran waham
kebesaran
4. Orang tua dapat mendemontrasikan metode intervensi yang telah konsisten dan efektif
dalam berespon perilaku anak
5. Dapat mengungkapkan secara verbal pemahaman tentang penyebab masalah perilaku,
perlunya terapi dalam kemampuan perkembangan.
LAPORAN APLIKASI KASUS
Kasus
Anak K usia 5 tahun 7 bulan datang ke rumah sakit bersama ibunya dengan
keluhan tak bisa duduk tenang. Energi anak saya seperti tiada habisnya. Ia sangat
bawel, sulit berkonsentrasi, agresif, suka mendominasi pergaulan, berlarian ke
sana-kemari dan sering mengganggu teman-temannya. Ibu mengatakan anaknya
sering terjatuh karena sering berlarian tanpa tujuan. Anak K lebih banyak berdiri
dan tidak fokus jika melakukan suatu hal. Ibunya mengakui bahwa Anak K
berganti-ganti aktivitas dan tidak pernah sampai selesai. Misalnya, bermain
bongkar pasang dan selang beberapa menit kemudian sudah beralih pada permainan
yang lain. Ibu An. K juga mengungkapkan bahwa dia malas mengerjakan
perkerjaan yang susah yang susah dan dia bilang tidak pernah mendapatkan nilai
bagus dan selalu mendapat nilai merah selama di TK . Anak K seringkali sulit
dikontrol. Dia sering mengabaikan apa yang Ibunya perintahkan. Dari pemeriksaan
ditemukan banyak luka atau parut bekas terjatuh, konsentrasi buruk. An.K di
sekolah juga sering berbuat jahil dengan teman-teman dan gurunya. Serta di rumah,
an. K sering berbuat jahil dengan tetangganya sehingga sering ada pengaduan ke
rumah.
4) RIWAYAT ANAK
1 Masa Pre – Natal
Selama kehamilan ibu 7 kali memeriksakan kandungannya ke Puskesmas dan Dokter,
mendapat imunisasi TT sebanyak 1 kali. Selama kehamilan ibu tidak pernah
mengalami penyakit yang menular atau penyakit berat lainnya. Ibu juga berkata saat
kehamilannya suka makan makanan laut seperti udang, kerang.
2 Masa Intra – Natal
Proses persalinan klien secara normal (spontan) dengan bantuan bidan, dengan umur
kehamilan 38 minggu.
3 Masa Post – Natal
Pasien lahir dalam keadaan normal, dengan BB ± 3400 gram dalam keadaan sehat.
Waktu lahir klien langsung menangis.
8) PEMERIKSAAN FISIK
1 Keadaan Umum
Penampilan : pasien tampak agak kusam. Kesadaran: Composmentis
Vital Sign :
RR : 25 kali / menit
Temp : 37,4 º C
Nadi : 100 kali / menit
BB : 19 kg
TB : 110 cm
2 Suara Anak Waktu Menangis
Ketika pasien mengangis terdengar suara yang kuat.
3 Kepala dan Leher
Keadaan kepala tampak bersih, dan tidak ada luka atau lecet. Pasien dapat
menggerakkan kepalanya kekiri dan kekanan. Tidak ada pembengkakan kelenjar
tyroid dan limfe.
4 Mata (Penglihatan)
Bentuk simetris, tidak ada kotoran mata, konjungtiva tidak anemis, fungsi penglihatan
baik karena tidak menggunakan alat bantu, tidak ada peradangan dan pendarahan.
5 Telinga (Pendengaran)
Tidak terdapat serumen, fungsi pendengaran baik karena klien jika dipanggil langsung
memberi respon. Tidak ada peradangan dan pendarahan.
6 Hidung (Penciuman)
Bentuk simetris, kebersihan hidung baik tidak terdapat kotoran pada hidung, tidak
terdapat polip.
7 Mulut (Pengecapan)
Tidak terlihat peradangan dan pendarahan pada mulut, fungsi pengecapan baik,
mukosa bibir kering.
8 Dada (Pernafasan)
Bentuk dada simetris, tidak ada gangguan dalam bernafas, tidak ada bunyi tambahan
dalam bernafas, dengan frekuensi nafas 25 x/menit.
9 Kulit
Terlihat sedikit kusam, terdapat luka atau parut bekas terjatuh, turgor kulit baik (dapat
kembali dalam 2 detik), kulit klien teraba panas dengan temperatur 37,4 º C.
10 Abdomen
Bentuk simetris, tidak ada luka dan peradangan, tidak ada kotoran yang melekat pada
kulit.
11 Ekstremitas Atas dan Bawah
Bentuk simetris, tidak ada luka maupun fraktur pada ekstremitas atas dan bawah,.
12 Genetalia
Klien berjenis kelamin laki-laki dan tidak terpasang kateter.
13 Keadaan Gizi Anak
Keadaan gizi anak cukup baik ditandai dengan BB: 18 kg. (BB normal: 22 kg)
Risiko Cedera
3. DS : ibu mengatakan Faktor genetik, neurologik & Risiko Gangguan
tidak focus pada proses dalam otak, problem Perkembangan
pekerjaan sekolahnya, neurotransmitter
anaknya malas
mengerjakan PR selalu Masalah pada korteks
mendapat nilai merah di Frontalis
sekolah
DO : anak tampak berlari Mekanisme inhibitor tidak
kesana kemari, hasil berfungsi normal (dis-
pelajaran sekolah inhibitor
terdapat nilai merah.
Perilaku Implusif, hiperaktif
Risiko Gangguan
Perkembangan
12) INTERVENSI
13) IMPLEMENTASI
Hari/ No Dx Implementasi Evaluasi formatif Paraf
Tanggal
Sabtu, 14 1 Mengenali emosi dan S:
septembe perilaku fisik pasien sebagai Kelurga pasien
r 2019 bentuk cara berkomunikasi mengatakan akan
membina hubungan
Menganjurkan keluarga lebih dekat lagi
untuk lebih mengembangkan dengan anak
hubungan dengan anak Keluarga mengatakan
akan lebih sering
Menganjurkan keluarga dan mengajak anaknya
anak untuk meningkatkan untuk berinterasi
hubungan minimal dengan dengan lingkungan
lingkungan sekitar atau sekitar
Hari/ No Dx Implementasi Evaluasi formatif Paraf
Tanggal
dengan orang-orang yang Keluarga mengatakan
memiliki minat dan tujuan anak sering sulit
yang sama diajak bersosialisasi
Keluarga mengatakan
pasien sudah bisa
diajari mambaca
kalimat dan
berhitung matematika
sederhana
O:
Keluarga tampak
antusias
mendengarkan
perawat
pasien tampak
tidak
memperhatikan
saat perawat
berbincang
dengan keluarga
Pasien mau
mengatakan
“Halo” saat di
sapa oleh perawat
Pasien tampak
antusias menjawab
saat di tanyai
namanya
2 Mengajak anak berbincang S:
mengenai hobi anak untuk Pasien mengatakan
mendapatkan perhatian anak hobinya adalah
Hari/ No Dx Implementasi Evaluasi formatif Paraf
Tanggal
sebelum memulai interaksi menggambar
verbal Pasien mengatakan
senang menggambar
Menggunakan nada bicara rumput, lingkaran,
yang lembut dan rendah saat ular, matahari
berkomunikasi dengan anak Keluarga mengatakan
anak tidak pernah
Mengalihkan arah perhatian focus saat
dari sumber yang menggambar
menyebabkan agitasi pada keluarga mengatakan
anak anak cepat bosan dan
tidak bisa
menyelesaikan tugas
Memberikan penghargaan hingga selesai
apabila anak mampu O:
mengontrol diri Pasien tampak antusias
saat di tanyakan nama
dan hobby
Keluarga tampak
kooperatif terhadap
tindakan yang
dilakukan oleh
perawat
Pasien mau menjawab
pertanyaan yang
diajukan perawat
Pasien tampak senang
saat dipuji perawat
Pasien tampak
memperhatikan
perawat
3 Membangun hubungan saling S :
Hari/ No Dx Implementasi Evaluasi formatif Paraf
Tanggal
percaya dengan anak dan keluarga mengatakan
keluarga senang dan merasa
diperhatikan oleh
Melakukan interaksi personal perawat
dengan Anak dan keluarga keluarga mengatakan
akan berusaha
melakukan anjuran
anjuran yang
diinformasikan oleh
perawat
keluarga mengatakan
berterimakasih telah
dibantu oleh perawat
O:
Keluarga tampak
senang dengan
kedatangan perawat
keluarga tampak
antusias
mendengarkan
perawat
O:
Keluarga tampak
antusias dan terbuka
saat berbincang
dengan perawat
pasien tampak tidak
focus dengan
perawat
pasien tampak
menolak saat
diminta untuk
menyapa orang lain
2 Memberikan lingkungan S:
yang aman secara fisik dan Pasien mengatakan
terstruktur namanya adalah K
Memonitor dan atur level Pasien mengatakan
aktivitas serta stimuli akan menggambar
terhadap lingkungan rumput
pasien mengatakan
Memberikan intruksi pada senang diberikan
anak untuk menyebutkan buku gambar
nama kemudian Keluarga pasien
Hari/ No Dx Implementasi Evaluasi formatif Paraf
Tanggal
menggambar dan gambar mengatakan anak
diberikan warna makan dengan porsi
biasa dan minum
Mendorong keluarga dan krang lebih 4 gelas
anak untuk mengekspresikan sehari
perasaan dengan cara yang O:
baik Pasien tampak
Memonitor asupan nutrisi antusias saat
dan cairan diinstruksikan
perawat untuk
Mengkolaborasikan dengan menyebutkan nama
pemberian obat-obatan pasien tampak
untuk meningkatkan mengikuti instruksi
perubahan perilaku yang perawat untuk
diinginkan menyebutkan nama
dan memilih untuk
menggambar rumput
pasien tampak tidak
mau mewarnai
pasien tampak
nyaman dengan
adanya perawat
pasien tampak
meminum obat sesuai
waktu dan dosis yang
diberikan
3 Memberikan aktivitas S:
bermain yang sesuai, dukung Klien mengatakan
beraktivitas dengan anak senang bermain mobil
lain. mobilan
Membantu anak untuk Klien mengatakan
belajar mandiri tidak suka jika
Hari/ No Dx Implementasi Evaluasi formatif Paraf
Tanggal
Membantu anak untuk saling mainannya diambil
berbagi dan saling bergiliran orang lain
Membangun suasana yang klien mengatakan
aman bagi anak dan keluarga tidak mau bermain
untuk belajar dan dengan teman yang
bereksplorasi lainnya
O:
Klien tampak tidak
suka saat perawat
ingin meminjam
mainan pasien
klien tampak marah
dan cemberut
klien tampak tidak
mau berbagi mainan
dan bergiliran dengan
teman lainnya
14) EVALUASI
No Nomor Evaluasi Sumatif Paraf
Diagnosa
1 1 S : Keluarga mengatakan dilingkungan sekitar tidak ada
kegiatan social
Keluarga mengatakan akan lebih sering mengajak dan
mengajarkan anak untuk bersosialisasi dengan lingkungan
disekitar rumahnya
keluarga mengatakan ingin anaknya bisa diterima
dilingkungannya
No Nomor Evaluasi Sumatif Paraf
Diagnosa
O : Keluarga tampak antusias dan terbuka saat berbincang
dengan perawat
pasien tampak tidak focus dengan perawat
pasien tampak menolak saat diminta untuk menyapa orang
lain
A : Masalah Keperawatan Teratasi sebagian
P : Lanjutkkan intervensi no 4,5,6,7,8
2 2 S : Pasien mengatakan senang menggambar rumput,
lingkaran, ular, matahari
Keluarga mengatakan anak tidak pernah focus saat menggambar
keluarga mengatakan anak cepat bosan dan tidak bisa
menyelesaikan tugas hingga selesai
O : Pasien tampak antusias saat diinstruksikan perawat untuk
menyebutkan nama
pasien tampak mengikuti instruksi perawat untuk
menyebutkan nama dan memilih untuk menggambar rumput
pasien tampak tidak mau mewarnai
pasien tampak nyaman dengan adanya perawat
DAFTAR PUSTAKA
Doengoes, M.E. Townsend, M.C. Moorhouse, M.F. (2007). Rencana asuhan keperawatan
Psikiatri (terjemahan). Edisi 3. Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran EGC
Hidayat, Alimul Azis. 2005. Pengantar Ilmu Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika
Nurarif, Amin Huda, Hardhi Kusuma. 2013. Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan
Diagnosa Medis dan Nanda Nic-Noc. Yogyakarta : Media Action.
Smelzer, Suzzane C. 2001. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner & Suddarth.
Jakarta: EGC
Suugiarmin, Mohamad. 2007. Bahan Ajar Anak dengan ADHD.
http://file.upi.edu/Direktori/FIP/JUR._PEND._LUAR_BIASA/195405271987031-
MOHAMAD_SUGIARMIN/ADHD.pdf Diakses tanggal 15 September 2019
Tanoyo, Diana Purnamasari, Diagnosis dan Tata Laksana Attention Deficit Hyperactivity
Disorder. http://download.portalgaruda.org/article.php?article=82563&val=970
Diakses tanggal 15 September 2019
Videbeck, S.L. (2008). Buku Ajar Keperawatan Jiwa(terjemahan). Cetakan I. Jakarta :
Penerbit Buku kedokteran EGC
Widyawati, Yapina. 2015. Gejala ADHD pada Anak.
http://www.parenting.co.id/balita/gejala+adhd+pada+anak Diakses tanggal 18
September 2018