Anda di halaman 1dari 13

13

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR

2.1 Landasan Teori

2.1.1 Pengertian Otonomi Daerah

Pengertian Otonomi Daerah secara etimologis menurut Situmorang,

(1993), berasal bahasa latin, yaitu "autos" yang artinya sendiri dan "nomos"

yang artinya aturan. Jadi dapat diartikan bahwa otonomi daerah adalah

mengurus & mengatur rumah tangganya sendiri. Sementara itu Saleh, (1993),

mengemukakan bahwa otonomi sebagai hak mengatur dan mengurus daerah

sendiri atas kemauan dan inisiatif sendiri. Hak yang diperoleh tersebut diperoleh

dari pemerintah pusat.

Dalam UU Nomor 22 Tahun 1999 mendefinisikan Otonomi Daerah adalah

wewenang daerah untuk mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat

setempat menurut prakarsa sendiri berdasarkan aspirasi masyarakat sesuai dengan

pengaturan perundang-undangan yang berlaku.

2.1.2 Keuangan Daerah

Konsep otonomi daerah yang luas, nyata dan bertanggung jawab dapat

diterjemahkan bahwa Pemerintah Daerah diberikan keleluasaan untuk

mengatur rumah tangganya sendiri berdasarkan prakarsa dan aspirasi masyarakat

di daerah masing-masing. Hal ini berarti dalam pelaksanaannya Pemerintah

Daerah harus memiliki kemampuan untuk menangkap aspirasi dan kebutuhan

masyarakat di daerah sehingga dalam pelaksanaan pembangunan lebih merata.

13
14

2.1.3 Pendapatan Asli Daerah (PAD)

Pendapatan Asli Daerah merupakan suatu pendapatan yang digali murni

dari masing-masing daerah, sebagai sumber kuangan daerah yang digunakan

untuk membiayai pengadaan pembelian dan pemeliharaan sarana dan prasarana

pembangunan daerah yang tercermin dalam anggaran pembangunan.

Pendapatan Asli Daerah adalah salah satu sumber yang harus selalu dan

terus menerus di pacu pertumbuhannya, karena PAD merupakan indikator

penting untuk memenuhi tingkat kemandirian pemerintah di bidang keuangan.

Semakin tinggi peranan PAD terhadap APBD maka semakin berhasil usaha

pemerintah daerah dalam membiayai penyelenggaraan pemerintah dan

pembangunan daerah.

Pengertian PAD menurut UU No. 33 Tahun 2004 adalah pendapatan yang

diperoleh daerah yang dipungut berdasarkan peraturan daerah sesuai dengan

peraturan perundang-undangan. Dalam Pasal 6 disebutkan bahwa sumber PAD

terdiri dari pajak daerah, retribusi daerah, hasil pengelolaan kekayaan daerah

yang dipisahkan, dan lain lain PAD yang sah.

Desentralisasi menjadi alternatif yang layak untuk benar-benar diwujudkan.

Bila pemerintah pusat tetap memandang pentingnya subsidi/transfer karena

alasan untuk mengurangi ketidakseimbangan struktur keuangan antar daerah,

barangkali sudah saatnya meninjau ulang pola pemberian subsidi kepada daerah.

Undang-undang Nomor 22 Tahun 1999 menyerahkan fungsi, personil, dan aset

pemerintah pusat kepada pemerintah propinsi, kabupaten, dan kota. Hal ini
15

berarti tambahan kekuasaan dan tanggung jawab diserahkan kepada pemerintahan

kabupaten dan kota, serta membentuk sistem yang jauh lebih terdesentralisasi.

2.1.4 Pajak Daerah

Menurut Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 tentang pajak daerah dan

retribusi daerah adalah kontribusi wajib kepada daerah yang terutang oleh orang

pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan undang-undang dengan

tidak mendapatkan imbalan secara langsung dan digunakan untuk keperluan

daerah bagi sebesar-besarnya kemakmuran rakyat. Pajak yang dipungut oleh

pemerintah provinsi dan yang dipungut oleh pemerintah daerah berbeda

berdasarkan Permendagri Nomor 21 Tahun 2011.

Pendapatan pajak untuk provinsi meliputi pajak dan bea balik nama

kendaraan bermotor, pajak dan bea balik nama kendaraan di air, pajak bahan

bakar kendaraan bermotor, pajak air permukaan, dan pajak rokok, sedangkan

pendapatan pajak yang dipungut pemerintah daerah adalah pajak hotel, restoran,

hiburan, reklame, penerangan jalan, pengambilan bahan galian golongan C,

lingkungan, mineral bukan logam dan bantuan, parkir, burung walet, bumi dan

bangunan pedesaan dan perkotaan, dan BPHTB.

2.1.5 Retribusi Daerah

Retribusi menurut Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak

dan Retribusi Daerah adalah pungutan daerah sebagai pembayaran atas jasa dan

atau pemberian izin tertentu yang khusus disediakan dan/atau diberikan oleh

pemerintah daerah untuk kepentingan orang pribadi atau badan. Jenis retribusi

daerah yang dipungut oleh pemerintah daerah adalah retribusi yang dipungut atas
16

jasa umum, retribusi yang dipungut atas jasa khusus, dan retribusi yang dipungut

atas perizinan tertentu.

2.1.6 Hasil Pengelolahan Kekayaan Milik Daerah Yang Dipisahkan

Hasil pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan berdasarkan

Permendagri Nomor 59 Tahun 2007 tentang Perubahan Permendagri Nomor 13

Tahun 2006 menurut objek pendapatan mencakup; bagian laba atas penyertaan

modal pada perusahaan milik daerah/BUMD, bagian laba atas penyertaan modal

pada perusahaan milik pemerintah/BUMN, dan bagian laba atas penyertaan modal

pada perusahaan milik swasta atau kelompok usaha masyarakat.

2.1.7 Pajak Penerangan Jalan (PPJ)

Pajak Penerangan Jalan merupakan salah satu sumber PAD yang potensial

bersumber dari pajak daerah dan terus diupayakan agar terealisasikan secara

efektif dan maksimal. PPJ di kabupaten dan Kota di Sulawesi Tengah menjadi

salah satu andalan pajak daerah karena perkembangan infrastruktur khususnya

jalan. Perkembangan infrastruktur khususnya jalan raya merupakan target

pembangunan Pemerintah yang merupakan salah satu upaya memperbaiki kualitas

layanan bagi masyarakat.

2.1.8 Target dan Realisasi PAD

Pemerintah daerah dapat menetapkan dan memungut beragam jenis pajak

daerah sesuai dengan potensi yang dimilikinya. Hal ini sangat dimungkinkan jika

pemerintah daerah memiliki kemampuan untuk menetapkan sendiri jenis-jenis

pajak daerah dan retribusi daerah yang dapat dipungutnya, tanpa ada intervensi

dari tingkatan pemerintahan yang lebih tinggi.


17

Target dan realisasi PAD merupakan rencana yang akan di capai setiap

tahunnya mengalami peningkatan hal ini merupakan indikasi bahwa pemerintah

provinsi Sulawesi Tengah dapat memaksimalkan potensi yang di kelola oleh

daerah sehingga dapat tercapai dengan maksimal.

Apabila PAD dapat dioptimalkan dan dikelola secara profesional dengan

menemukan keunggulan budaya dan potensi asli daerah serta pengelolaan yang

optimal dari pemerintah daerah dan seluruh stakeholder, maka akan dapat

menumbuhkan daya saing daerah yang kompetitif serta meningkatkan

kesejahteraan masyarakat melalui program yang prorakyat.

Pemerintah daerah diberi hak untuk mendapatkan sumber keuangan

berupa kepastian tersedianya pendanaan dari pemerintah sesuai urusan

pemerintahan yang diserahkan yakni kewenangan memungut sekaligus

mendayagunakan pajak dan retribusi daerah, hak untuk mendapatkan bagi hasil

dari sumbersumber daya nasional yang berada di daerah dan dana perimbangan

lainnya serta untuk mengelola kekayaan daerah dan mendapatkan sumbersumber

pembiayaan dengan prinsip dasarnya uang mengikuti fungsi (Money Follow

Function) (Yuwono : 2003).

Penerimaan daerah yang bersumber Pendapatan Asli Daerah (PAD)

diwujudkan di masing-masing daerah melalui kewenangan untuk memungut pajak

dan retribusi daerah yang telah diatur dalam peraturan perundang-undangan,

antara lain Undang-Undang Nomor 34 Tahun 2000 yang telah diperbaharui

dengan lahirnya Undang-Undang Nomor 28 tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan

Retribusi Daerah. Dimana Undang-Undang Nomor 34 tahun 2000 telah


18

memberikan kewenangan kepada pemerintah kabupaten/kota untuk memungut 7

jenis pajak daerah dan 25 jenis retribusi daerah dan setiap daerah masih diberikan

kewenangan untuk memungut retribusi lainnya sesuai dengan potensi yang

dimiliki masing-masing (open list) sepanjang tidak bertentang dengan peraturan

perundang-undangan di atas.

2.1.9 Pertumbuhan PAD

Kemampuan keuangan suatu daerah dapat dilihat dari besar kecilnya

Pendapatan Asli Daerah yang diperoleh daerah yang bersangkutan. Dalam

kaitannya dengan pemberian otonomi daerah yang lebih besar kepada daerah.

PAD selalu dipandang sebagai salah satu indikator atau kriteria untuk mengukur

ketergantungan suatu daerah kepada pusat. Pada prinsipnya semakin besar

sumbangan PAD kepada APBD maka akan menunjukkan semain kecil

ketergantungan daerah kepada pusat sebagai konsekuensi pelaksanaan otonomi

daerah dari prinsip secara nyata dan bertanggung jawab.

Pertumbuhan ekonomi menunjukkan sejauh mana aktivitas perekonomian

akan menghasilkan tambahan pendapatan masyarakat pada suatu periode tertentu.

Menurut Todaro dan Smith, (2006) pertumbuhan ekonomi merupakan suatu

proses peningkatan kapasitas produktif dalam suatu perekonomian secara terus–

menerus atau berkesinambungan sepanjang waktu sehingga menghasilkan tingkat

pendapatan dan output nasional yang semakin lama semakin besar.

Pengukuran ekonomi merupakan ukuran relatif dalam suatu organisasi

pemerintah. Apakah belanja yang dikeluarkan lebih besar daripada yang

sesungguhnya diperlukan. Pengukuran efisiensi dapat diukur dengan rasio


19

output/keluaran dan input/masukan. Semakin besar output yang dihasilkan

dibandingkan dengan pengeluaran yang dilakukan,maka semakin efisien suatu

organisasi.

Menurut Mardiasmo (2002) secara garis besar, manjamen keuangan

daerah dapat dibagi menjadi dua bagian yaitu manjemen penerimaan daerah dan

manajemen pengeluaran daerah. Menurut Devas (1989) pengelolaan keuangan

berarti mengurus dan mengatur keuangan daerah itu sendiri berdasarkan prinsip –

prinsip sebagai berikut :

1. Accountability, pemerintah daerah harus mempertanggungjawabkan tugas

keuangannya kepada lembaga atau orang yang berkepentingan yang sah.

Lembaga tersebut termasuk pemerintah pusat, DPRD, kepala daerah dan

masyarakat umum. Unsur penting dalam accountability adalah keabsahan

dan pengawasan.

2. Mampu memenuhi kewajiban keuangan. Keuangan daerah harus di tata

sedemikian rupa sehingga mampu melunasi semua ikatan keuangan jangka

pendek dan jangka panjang.

3. Kejujuran. Urusan harus diserahkan pada pegawai yang jujur dan

mengurangi kesempatan pegawai untuk berbuat curang.

4. Hasil guna efektivitas dan daya guna efisiensi. Penggurusan keuangan

daerah harus sedemikian rupa sehingga memungkinkan program dapat

direncanakan dan dilaksanakan untuk mencapai tujuan pemerintah daerah

dengan biaya serendah – rendahnya dalam waktu yang sesingkat –

singkatnya.
20

5. Pengendalian. Petugas keuangan daerah, DPRD dan petugas pengawas

harus melakukan pengendalian agar semua tujuan dapat tercapai.

2.2 Penelitian Terdahulu

Penelitian terdahulu merupakan penelitian yang telah dilakukan oleh

peneliti sebelumnya sebagai referensi untuk menguatkan dan mengarahkan

peneliti agar ide pokok dalam penelitan lebih terfokus.

Beberapa penelitian terdahulu yang berkaitan dengan penelitian tersebut

yaitu:

1. Marina Irayani (2006) dengan judul Analisis Penerimaan Daerah

Pemerintah Kota Pekanbaru Tahun 1999-2003 (Studi Komparatif

Sebelum dan Sesudah Otonomi Daerah). Metode analisis data statistik

deskriptif dan kualitatif dengan kesimpulan Pajak daerah memberikan

kontribusi terbesar bagi pemerintahan kota Pekanbaru apabila

dibandingkan dengan retribusi dan sumber-sumber PAD lainnya. Rasio

yang paling tinggi adalah rasio pajak apabila dibandingkan dengan rasio

retribusi daerah dan ini juga berdampak pada peningkatan rasio PAD

terhadap PDRB. Tingkat desentralisasi fiskal Kota Pekanbaru adalah

masih besarnya ketergantungan daerah terhadap pemerintah pusat.

2. Ana Prihatiningsih (2010) dengan judul :Analisis kemampuan

keuangan daerah dalam pelaksanaan otonomi daerah di kota

Surakarta Hasil analisis deskriptif menunjukkan bahwa dari tahun 2003-

2008 pendapatan Kota Surakarta terus meningkat, tetapi peningkatan ini

juga disertai dengan peningkatan jumlah belanja daerah (kecuali pada


21

tahun 2004) sehingga pada akhirnya pada tahun 2008 terjadi defisit

anggaran.

3. Yanuar Frediyanto (2010) dengan judul : Analisis Kemampuan

Keuangan Kabupaten/Kota di Propinsi Jawa Tengah Sebelum Dan

Sesudah Kebijakan Otonomi Daerah metode penelitian yang digunakan

adalah deskripsi kuantitatif dengan kesimpulan ada perbedaan penerimaan

daerah yang signifikan antara sebelum dengan sesudah otonomi daerah,

kecuali rasio PAD. Setelah otonomi daerah, pemerintah daerah berusaha

untuk meningkatkan penerimaan PAD melalui peningkatan penerimaan

pajak dan retribusi. Meski demikian, peningkatan penerimaan PAD tidak

secara otomatis meningkatkan kontribusi PAD dalam APBD. Ada

perbedaan kemampuan keuangan daerah yang signifikan antara sebelum

dan sesudah otonomi daerah, kecuali indeks share. Pemerintah daerah pada

era otonomi daerah mampu meningkatkan penerimaan PAD. Meski

demikian, meningkatnya penerimaan PAD belum memberikan kontribusi

yang besar dalam APBD. Sebelum otonomi daerah diketahui bahwa

sebagian besar (88,57%) daerah memiliki kemampuan keuangan yang

rendah, sehingga masih mengandalkan dana dari pusat untuk membiayai

belanja modal.

4. Irfan Khairul Umam (2014) dengan judul : Potensi Pendapatan Asli

Daerah Dalam Rangka Pelaksanaan Otonomi Daerah Di Kabupaten

Indramayu. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penerimaan PAD terdiri

dari pajak daerah, retribusi daerah, hasil pengelolaan kekayaan daerah


22

yang dipisahkan serta lain-lain PAD yang sah dan pelaksanaan

pemungutannya dilakukan oleh unit kerja atau dinas-dinas terkait. Potensi

Pendapatan Asli Daerah Kabupaten Indramayu dari tahun 2009 ke 2010

mengalami peningkatan yang signifikan, yaitu sebesar

Rp.11.027.141.869,67 atau 12,47% dari Rp. 88.412.080.689,33 pada

Pendapatan Asli Daerah tahun 2009 dan Rp. 99.439.222.559,00 pada

Pendapatan Asli Daerah tahun 2010. peningkatan tersebut terjadi karena

keberadaan otonomi daerah. Pendapatan ini akan berpengaruh terhadap

pencapaian sasaran program pembangunan dan penyelenggaraan

pemerintahan daerah kabupaten Indramayu sebagai pemerintahan daerah

yang otonom.

5. Ni Luh Putu Wiagustini (2018) dengan judul Efektivitas Dan Efisiensi

Penerimaan Daerah Distrik Dili metode penelitian yang digunakan

adalah deskripsi kuantitatif Berdasarkan hasil analisis. Tingkat efektivitas

penerimaan pendapatan kabupaten tergolong sangat efektif. Tingkat

efisiensi penerimaan pendapatan kabupaten Dili dari hasil analisis

tergolong sangat efisien.Hal ini menunjukkan bahwa pemerintah daerah

Kabupaten Dili telah mampu bekerja dengan sangat baik. karena telah

mampu memenuhi target yang telah ditetapkan bahkan melampaui target

itu sendiri, ini menunjukkan bahwa kinerja pemerintah sudah sangat baik.
24

Tabel 2.1
Penelitian Terdahulu

No. Peneliti/Judul Penelitian Metode Analisis Hasil Penelitian


1. Marina Irayani (2006) Data
 Statistik Pajak daerah memberikan kontribusi terbesar bagi pemerintahan kota Pekanbaru apabila
dengan judul Analisis deskriptif dan dibandingkan dengan retribusi dan sumber-sumber PAD lainnya. Rasio yang paling tinggi
Penerimaan Daerah kualitatif adalah rasio pajak apabila dibandingkan dengan rasio retribusi daerah dan ini juga
Pemerintah Kota berdampak pada peningkatan rasio PAD terhadap PDRB. Sedangkan tingkat
Pekanbaru Tahun 1999- desentralisasi fiskal Kota Pekanbaru adalah masih besarnya ketergantungan daerah
2003 (Studi Komparatif terhadap pemerintah pusat, apabila ditinjau dari pendanaan yang bersumber dari PAD
Sebelum dan Sesudah maka Kota Pekanbaru masih belum mampu membiayai seluruh belanja daerah dari PAD.
Otonomi Daerah).
2. Ana prihatiningsih (2010) Statistik deskriptif Hasil analisis deskriptif menunjukkan bahwa dari tahun 2003-2008 pendapatan Kota
dengan judul :Analisis dan kualitatif Surakarta terus meningkat, tetapi peningkatan ini juga disertai dengan peningkatan jumlah
kemampuan keuangan belanja daerah (kecuali pada tahun 2004) sehingga pada akhirnya pada tahun 2008 terjadi
daerah dalam pelaksanaan defisit anggaran.
otonomi daerah di kota
surakarta
3. Yanuar Frediyanto (2010) Statistik deskriptif a. ada perbedaan penerimaan daerah yang signifikan antara sebelum dengan sesudah
dengan judul : Analisis dan kuantitatif otonomi daerah, kecuali rasio PAD. Setelah otonomi daerah, pemerintah daerah
Kemampuan Keuangan berusaha untuk meningkatkan penerimaan PAD melalui peningkatan penerimaan pajak
Kabupaten/Kota Di dan retribusi. Meski demikian, peningkatan penerimaan PAD tidak secara otomatis
Propinsi Jawa Tengah meningkatkan kontribusi PAD dalam APBD.
Sebelum Dan Sesudah b. Ada perbedaan kemampuan keuangan daerah yang signifikan antara sebelum dan
KebijakanOtonomi Daerah sesudah otonomi daerah, kecuali indeks share. Pemerintah daerah pada era otonomi
daerah mampu meningkatkan penerimaan PAD.
25

4. Irfan Khairul Umam  Statistik Hasil penelitian menunjukkan bahwa penerimaan PAD terdiri dari pajak daerah, retribusi
(2014) dengan judul : deskriptif dan daerah, hasil pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan serta lain-lain PAD yang sah
Potensi Pendapatan Asli kualitatif dan pelaksanaan pemungutannya dilakukan oleh unit kerja atau dinas-dinas terkait.
Daerah Dalam Rangka Potensi Pendapatan Asli Daerah kabupaten Indramayu dari tahun 2009 ke 2010
Pelaksanaan Otonomi mengalami peningkatan yang signifikan. peningkatan tersebut terjadi karena keberadaan
Daerah Di Kabupaten otonomi daerah. Pendapatan ini akan berpengaruh terhadap pencapaian sasaran program
Indramayu. pembangunan dan penyelenggaraan pemerintahan daerah kabupaten Indramayu sebagai
pemerintahan daerah yang otonom.

5. Ni Luh Putu  Statistik hasil analisis. Tingkat efektivitas penerimaan pendapatan kabupaten
Wiagustini (2018) deskriptif dan tergolong sangat efektif. Tingkat efisiensi penerimaan pendapatan
kuantitatif
dengan judul kabupaten Dili dari hasil analisis tergolong sangat efisien.Hal ini
Efektivitas menunjukkan bahwa pemerintah daerah Kabupaten Dili telah mampu
DanEfisiensi bekerja dengan sangat baik karena telah mampu memenuhi target yang
Penerimaan Daerah telah ditetapkan bahkan melampaui target itu sendiri, ini menunjukkan
Distrik Dili bahwa kinerja pemerintah sudah sangat baik.
26

2.5 Kerangka Pikir


Adapun kerangka pikir dari penelitian ini di gambarkan sebagai berikut:

Pendapatan Asli Daerah (PAD)


Provinsi Sulawesi Tengah
menurut Wilayah

Pajak Pajak Penerangan pengelolaan kekayaan


Retribusi milik daerah yang
Daerah Daerah Jalan
dipisahkan

Target dan Realisasi


PAD Kabupaten/ Pertumbuhan
Kota di Sulawesi PAD
Tengah

Gambar 2.1
Kerangka Pemikiran

Anda mungkin juga menyukai