Rodhiyasyfa Kirana - p17212195023 - PBL ICU - Kel 2
Rodhiyasyfa Kirana - p17212195023 - PBL ICU - Kel 2
ESRD
DI RUANG X
Rs X
Oleh :
RODHIYASYFA KIRANA
P17212195023
JURUSAN KEPERAWATAN
MALANG
2020
LAPORAN PENDAHULUAN CKD ( CHRONIC KIDNEY DISEASE )
A. PENGERTIAN
Gagal ginjal kronik (GGK) biasanya akibat akhir dari kehilangan fungsi ginjal lanjut secara bertahap
(Doenges, 1999; 626)
Gagal ginjal kronis atau penyakit renal tahap akhir (ESRD) merupakan gangguan fungsi renal yang
progresif dan irreversible dimana kemampuan tubuh gagal untuk mempertahankan metabolisme dan
keseimbangan cairan dan elektrolit,menyebabkan uremia (retensi urea dan sampah nitrogen lain dalam
darah). (Brunner & Suddarth, 2001; 1448)
Gagal ginjal kronik merupakan perkembangan gagal ginjal yang progresif dan lambat,biasanya
berlangsung beberapa tahun. (Price, 1992; 812)
Sesuai dengan topik yang saya tulis didepan cronic kidney disease ( CKD ),pada dasarnya pengelolaan
tidak jauh beda dengan cronoic renal failure ( CRF ), namun pada terminologi akhir CKD lebih baik
dalam rangka untuk membatasi kelainan klien pada kasus secara dini, kerena dengan CKD dibagi 5
grade, dengan harapan klien datang/merasa masih dalam stage – stage awal yaitu 1 dan 2. secara
konsep CKD, untuk menentukan derajat ( stage ) menggunakan terminology CCT ( clearance creatinin
test ) dengan rumus stage 1 sampai stage 5. sedangkan CRF ( cronic renal failure ) hanya 3 stage.
Secara umum ditentukan klien datang dengan derajat 2 dan 3 atau datang dengan terminal stage bila
menggunakan istilah CRF.
B. ETIOLOGI
• Penyakit vaskuler hipertensif misalnya nefrosklerosis benigna, nefrosklerosis maligna, stenosis arteria
renalis
• Gangguan kongenital dan herediter misalnya penyakit ginjal polikistik,asidosis tubulus ginjal
• Nefropati obstruktif misalnya saluran kemih bagian atas: kalkuli neoplasma, fibrosis netroperitoneal.
Saluran kemih bagian bawah: hipertropi prostat, striktur uretra, anomali kongenital pada leher kandung
kemih dan uretra.
C. PATOFISIOLOGI
Pada waktu terjadi kegagalan ginjal sebagian nefron (termasuk glomerulus dan tubulus) diduga utuh
sedangkan yang lain rusak (hipotesa nefron utuh). Nefron-nefron yang utuh hipertrofi dan
memproduksi volume filtrasi yang meningkat disertai reabsorpsi walaupun dalam keadaan penurunan
GFR / daya saring. Metode adaptif ini memungkinkan ginjal untuk berfungsi sampai ¾ dari nefron–
nefron rusak. Beban bahan yang harus dilarut menjadi lebih besar daripada yang bisa direabsorpsi
berakibat diuresis osmotik disertai poliuri dan haus. Selanjutnya karena jumlah nefron yang rusak
bertambah banyak oliguri timbul disertai retensi produk sisa. Titik dimana timbulnya gejala-gejala pada
pasien menjadi lebih jelas dan muncul gejala-gejala khas kegagalan ginjal bila kira-kira fungsi ginjal
telah hilang 80% – 90%. Pada tingkat ini fungsi renal yang demikian nilai kreatinin clearance turun
sampai 15 ml/menit atau lebih rendah itu. ( Barbara C Long, 1996, 368)
Fungsi renal menurun, produk akhir metabolisme protein (yang normalnya diekskresikan ke dalam
urin) tertimbun dalam darah. Terjadi uremia dan mempengaruhi setiap sistem tubuh. Semakin banyak
timbunan produk sampah maka gejala akan semakin berat. Banyak gejala uremia membaik setelah
dialisis. (Brunner & Suddarth, 2001 : 1448).
Klasifikasi
- Stadium 1 : penurunan cadangan ginjal, pada stadium kadar kreatinin serum normal dan penderita
asimptomatik.
- Stadium 2 : insufisiensi ginjal, dimana lebihb dari 75 % jaringan telah rusak, Blood Urea Nitrogen (
BUN ) meningkat, dan kreatinin serum meningkat.
Untuk menilai GFR ( Glomelular Filtration Rate ) / CCT ( Clearance Creatinin Test ) dapat digunakan
dengan rumus :
72 x creatini serum
MANIFESTASI KLINIS
a. Gangguan kardiovaskuler
Hipertensi, nyeri dada, dan sesak nafas akibat perikarditis, effusi perikardiac dan gagal jantung akibat
penimbunan cairan, gangguan irama jantung dan edema.
b. Gannguan Pulmoner
Nafas dangkal, kussmaul, batuk dengan sputum kental dan riak, suara krekels.
c. Gangguan gastrointestinal
Anoreksia, nausea, dan fomitus yang berhubungan dengan metabolisme protein dalam usus, perdarahan
pada saluran gastrointestinal, ulserasi dan perdarahan mulut, nafas bau ammonia.
d. Gangguan muskuloskeletal
Resiles leg sindrom ( pegal pada kakinya sehingga selalu digerakan ), burning feet syndrom ( rasa
kesemutan dan terbakar, terutama ditelapak kaki ), tremor, miopati ( kelemahan dan hipertropi otot –
otot ekstremitas.
e. Gangguan Integumen
kulit berwarna pucat akibat anemia dan kekuning – kuningan akibat penimbunan urokrom, gatal – gatal
akibat toksik, kuku tipis dan rapuh.
f. Gangguan endokrim
Gangguan seksual : libido fertilitas dan ereksi menurun, gangguan menstruasi dan aminore. Gangguan
metabolic glukosa, gangguan metabolic lemak dan vitamin D.
biasanya retensi garam dan air tetapi dapat juga terjadi kehilangan natrium dan dehidrasi, asidosis,
hiperkalemia, hipomagnesemia, hipokalsemia.
h. System hematologi
anemia yang disebabkan karena berkurangnya produksi eritopoetin, sehingga rangsangan eritopoesis
pada sum – sum tulang berkurang, hemolisis akibat berkurangnya masa hidup eritrosit dalam suasana
uremia toksik, dapat juga terjadi gangguan fungsi trombosis dan trombositopeni.
D. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Didalam memberikan pelayanan keperawatan terutama intervensi maka perlu pemeriksaan penunjang
yang dibutuhkan baik secara medis ataupun kolaborasi antara lain :
1.Pemeriksaan lab.darah
- hematologi
- Elektrolit
- koagulasi studi
PTT, PTTK
- BGA
2. Urine
- urine rutin
3. pemeriksaan kardiovaskuler
- ECG
- ECO
4. Radidiagnostik
- USG abdominal
- CT scan abdominal
- BNO/IVP, FPA
- Renogram
E. PENATALAKSANAAN KEPERAWATAN
a) Konservatif
b) Dialysis
- peritoneal dialysis
Sedangkan dialysis yang bisa dilakukan dimana saja yang tidak bersifat akut adalah CAPD ( Continues
Ambulatori Peritonial Dialysis )
- Hemodialisis
Yaitu dialisis yang dilakukan melalui tindakan infasif di vena dengan menggunakan mesin. Pada
awalnya hemodiliasis dilakukan melalui daerah femoralis namun untuk mempermudah maka dilakukan
:
c) Operasi
- Pengambilan batu
- transplantasi ginjal
I. DIAGNOSA KEPERAWATAN
Menurut Doenges (1999) dan Lynda Juall (2000), diagnosa keperawatan yang muncul pada pasien
CKD adalah:
3. Perubahan nutrisi
J. INTERVENSI
Tujuan:
mempertahankan curah jantung dengan bukti tekanan darah dan frekuensi jantung dalam batas normal,
nadi perifer kuat dan sama dengan waktu pengisian kapiler
Intervensi:
2. Gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit berhubungan dengan edema sekunder : volume cairan
tidak seimbang oleh karena retensi Na dan H2O)
Tujuan: Mempertahankan berat tubuh ideal tanpa kelebihan cairan dengan kriteria hasil: tidak ada
edema, keseimbangan antara input dan output
Intervensi:
a. Kaji status cairan dengan menimbang BB perhari, keseimbangan masukan dan haluaran, turgor kulit
tanda-tanda vital
R: Pembatasan cairan akn menentukan BB ideal, haluaran urin, dan respon terhadap terapi
d. Anjurkan pasien / ajari pasien untuk mencatat penggunaan cairan terutama pemasukan dan haluaran
3. Perubahan nutrisi: kurang dari kebutuhan berhubungan dengan anoreksia, mual, muntah
Tujuan: Mempertahankan masukan nutrisi yang adekuat dengan kriteria hasil: menunjukan BB stabil
Intervensi:
R: Gejala yang menyertai akumulasi toksin endogen yang dapat mengubah atau menurunkan
pemasukan dan memerlukan intervensi
R: Menurunkan ketidaknyamanan stomatitis oral dan rasa tak disukai dalam mulut yang dapat
mempengaruhi masukan makanan
4. Perubahan pola nafas berhubungan dengan hiperventilasi sekunder: kompensasi melalui alkalosis
respiratorik
Intervensi:
Intervensi:
a. Inspeksi kulit terhadap perubahan warna, turgor, vaskuler, perhatikan kadanya kemerahan
R: Menandakan area sirkulasi buruk atau kerusakan yang dapat menimbulkan pembentukan dekubitus /
infeksi.
R: Menurunkan tekanan pada udem , jaringan dengan perfusi buruk untuk menurunkan iskemia
g. Anjurkan pasien menggunakan kompres lembab dan dingin untuk memberikan tekanan pada area
pruritis
R: Mencegah iritasi dermal langsung dan meningkatkan evaporasi lembab pada kulit
6. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan oksigenasi jaringan yang tidak adekuat, keletihan
Intervensi:
7. Kurang pengetahuan tentang kondisi, prognosis dan tindakan medis (hemodialisa) b.d salah
interpretasi informasi.
b. Beri pendidikan kesehatan mengenai pengertian, penyebab, tanda dan gejala CKD serta
penatalaksanaannya (tindakan hemodialisa ).
c. Libatkan keluarga dalam memberikan tindakan.
DAFTAR PUSTAKA
Carpenito, Lynda Juall. (2000). Buku Saku Diagnosa Keperawatan. Edisi 8. Jakarta : EGC
Doenges E, Marilynn, dkk. (1999). Rencana Asuhan Keperawatan : Pedoman Untuk Perancanaan dan
Pendokumentasian Perawatan Pasien. Edisi 3. Jakarta : EGC
Long, B C. (1996). Perawatan Medikal Bedah (Suatu Pendekatan Proses Keperawatan) Jilid 3.
Bandung : Yayasan Ikatan Alumni Pendidikan Keperawatan
Price, Sylvia A dan Lorraine M Wilson. (1995). Patofisiologi Konsep Kllinis Proses-proses Penyakit.
Edisi 4. Jakarta : EGC
KASUS ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN ESRD DI ICU
KASUS
IDENTITAS KLIEN
1. Nama : Tn. A
2. Jenis Kelamin: Laki - laki
3. Umur : 30 tahun
4. Status Kawin : Lajang
5. Suku/ Bangsa: Jawa / Indonesia
6. Agama : Islam
7. Pendidikan : SMA
8. Pekerjaan : Tidak bekerja
9. Alamat : Malang
10.Sumber Biaya: -
KELUHAN UTAMA
Keluhan utama: Sesak
4. Riwayat
operasi: ya tidak
- Kapan : Tidak ada
- Jenis operasi: Tidak ada
5. Lain-lain:
Tidak ada masalah
RIWAYAT KESEHATAN KELUARGA
Ya tidak
- Jenis
: Tidak ada keluarga yang mempunyai riwayat seperti pasien
k. Tracheostomy: ya tidak
Pasien tidak menggunakan tracheostomy
l. Lain-lain:
Tidak ada masalah
OD OS
6/6 Visus 6/6
Palpebra
Bengkak (-) Bengkak (-)
Conjunctiva
Pupil
Jernih Jernih
Iris
Isokor 2/2 Lensa Isokor 2/2
TIO DBN
DBN
b. Keluhan nyeri ya tidak Jernih
P :.Tidak Jernih
ada masalah
Q : Tidak ada masalah DBN
DBNmasalah
R : Tidak ada
S : Tidak ada masalah
T : Tidak ada masalah
c. Luka operasi:
Tanggal
operasi Jenis :tidak ada
operasi Lokasi
:tidak ada
:tidak ada
Keadaan :tidak ada
:tidak ada
:tidak ada
:tidak ada
d. Pemeriksaan penunjang lain : tidak ada masalah
e. Lain-lain :
Tidak ada masalah
8. Sistem pendengaran
a. Pengkajian segmen anterior dan posterior
Masalah Keperawatan :
OD OS
Aurcicula Dbn
Dbn
MAE
Dbn Dbn
Membran
Dbn Dbn
Dbn Dbn
b. Tes Audiometri
Pasien mengalami penurunan kesadaran, pada saat di panggil perawat, pasien mencari arah
suara ( mata pasien mencari asal suara)
q. Lain-lain:
Pasien mengalami penurunan kesadasaran dengan GCS : E 4, V 2, V 2 sudah
diberikan pengaman bed, pasien tidak memiliki kelemahan anggota gerak, kondisi
umum pasien lemah
LABORATORIUM
TERAPI MEDIS
IVFD NS 0,9% 500 cc, jalan 4cc/jam
Injeksi : Furosemid 3x 20mg
Injeksi Valisabe 1x 5 mg
Program hemodialisa CITO UF :550 cc
HD tidak selesai, kurang 2 jam di karenakan pasien gelisah -> akses terlepas.
LAPORAN PENDAHULUAN DAN ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN
DENGAN SYOK
DI RUANG X
Rs X
Oleh :
RODHIYASYFA KIRANA
P17212195023
JURUSAN KEPERAWATAN
MALANG
2020
LAPORAN PENDAHULUAN SYOK
A. Definisi
diikuti perfusi jaringan dan organ yang tidak adekuat, yang akibat akhirnya gangguan
Syok adalah suatu sindrom klinis kegagalan akut fungsi sirkulasi yang
menyebabkan tidak adekuatnya perfusi dan oksigenasi jaringan. Bahaya syok adalah
tidak adekuatnya perfusi ke jaringan atau tidak adekuatnya aliran darah ke jaringan.
B. Etiologi
Menurut Toni Ashadi, 2006, Syok hipovolemik yang dapat disebabkan oleh
a) kehilangan darah atau syok hemorargik karena perdarahan yang mengalir keluar
b) trauma yang berakibat fraktur tulang besar, dapat menampung kehilangan darah
C. Manifestasi Kinik
Pasian muda dapat dengan mudah mengkompensasi kehilangan cairan dengan jumlah
sedang vasokontriksinya dan takikardia. Kehilangan volume yang cukup besar dalam
waktu lambat, meskipun terjadi pada pasien usia lanjut, masih dapat ditolerir juga
dibandingkan kehilangan dalam waktu yang cepat atau singkat. (Toni Ashadi, 2006).
hipovolemia, penurunan darah lebih dari 15 mmHg dan tidak segera kembali dalam
beberapa menit. Tanda-tanda syok adalah menurut (Toni Ashadi, 2006) adalah:
a) Kilit dingin, pucat, dan vena kulit kolaps akibat penurunan pengisian kapiler
sistemik dan curah jantung, vasokontriksi perifer adalah faktor yang esensial
dalam mempertahankan tekanan darah. Autoregulasi aliran darah otak dapat
Oliguria pada orang dewasa terjadi jika jumlah urin kurang dari 30ml/jam
D. Patofisiologi
yaitu :
a) Fase Kompensasi
untuk menaikkan aliran darah ke jantung, otak dan otot skelet dan penurunan
aliran darah ke tempat yang kurang vital. Faktor humoral dilepaskan untuk
arteri. Jadi pada fase kompensasi ini terjadi peningkatan detak dan kontraktilitas
otot jantung untuk menaikkan curah jantung dan peningkatan respirasi untuk
glomeruler. Akan tetapi jika tekanan darah menurun, maka filtrasi glomeruler
juga menurun.
b) Fase Progresif
kebutuhan tubuh. Faktor utama yang berperan adalah jantung. Curah jantung
tidak lagi mencukupi sehingga terjadi gangguan seluler di seluruh tubuh. Pada
saat tekanan darah arteri menurun, aliran darah menurun, hipoksia jaringan
menumpuk, dan akhirnya terjadi kematian sel. Dinding pembuluh darah menjadi
lemah, tak mampu berkonstriksi sehingga terjadi bendungan vena, vena balik
(venous return) menurun. Relaksasi sfinkter prekapiler diikuti dengan aliran darah
terlepasnya toksin dan bahan lainnya dari jaringan (histamin dan bradikinin) yang
toksin dan invasi bakteri usus ke sirkulasi. Invasi bakteri dan penurunan fungsi
c) Fase Irevesibel
syok. Gagal sistem kardiorespirasi, jantung tidak mampu lagi memompa darah
yang cukup, paru menjadi kaku, timbul edema interstisial, daya respirasi
E. Komplikasi
d) Dehidrasi kronis
F. Pemeriksaan Penunjang
a) Pasien dengan hipotensi dan/atau kondisi tidak stabil harus pertama kali
radiologi dan menjadi intervensi segera dan membawa pasien cepat ke ruang
operasi.
b) Langkah diagnosis pasien dengan trauma, dan tanda serta gejala hipovolemia
dipasang selang nasogastrik, dan gastric lavage harus dilakukan. Foto polos dada
posisi tegak dilakukan jika dicurigai ulkus perforasi atau Sindrom Boerhaave.
Endoskopi dapat dilakukan (biasanya setelah pasien tertangani) untuk selanjutnya
d) Tes kehamilan sebaiknya dilakukan pada semua pasien perempuan usia subur.
Jika pasien hamil dan sementara mengalami syok, konsultasi bedah dan
terjadi. Syok hipovolemik akibat kehamilan ektopik pada pasien dengan hasil tes
e) Jika dicurigai terjadi diseksi dada karena mekanisme dan penemuan dari foto
(Focused Abdominal Sonography for Trauma) yang bisa dilakukan pada pasien
yang stabil atau tidak stabil. CT-Scan umumnya dilakukan pada pasien yang
stabil.
(Gultom, 2005)
G. Penatalaksanaan
sebagai berikut:
berbahaya.
b) Pemberian Cairan
muntah, atau kejang karena bahaya terjadinya aspirasi cairan ke dalam paru.
2) Jangan memberi minum kepada penderita yang akan dioperasi atau dibius
3) Penderita hanya boleh minum bila penderita sadar betul dan tidak ada
intravaskuler, volume interstitial, dan intra sel. Cairan plasma atau pengganti
dengan jumlah cairan yang hilang. Sedapat mungkin diberikan jenis cairan
yang sama dengan cairan yang hilang, darah pada perdarahan, plasma pada
Kehilangan cairan berupa air dan elektrolit harus diganti dengan larutan
memerlukan volume 3–4 kali volume perdarahan yang hilang, sedang bila
yang dikombinasi dengan larutan ringer laktat sama efektifnya dengan darah
lengkap.
yang berlebihan.
7) Pemberian cairan pada syok septik harus dalam pemantauan ketat, mengingat
pemasangan CVP, “Swan Ganz” kateter, dan pemeriksaan analisa gas darah.
H. Primari survay
Pemeriksaaan jasmaninya diarahkan kepada diagnosis cidera yang
mengancam nyawa dan meliputi penilaian dari A,B,C,D,E. Mencatat tanda vital awal
Yang harus diperiksa adalah tanda-tanda vital, produksi urin dan tingkat kesadaran.
Pemeriksaan penderita yang lebih rinci akan menyusul bila keadaan penderita
mengijinkan.
terlihat, memperoleh akses intra vena yang cukup, dan menilai perfusi
pelvis atau ekstremitas bawah, namun tidak boleh menganggu resusitasi cairan
perdarahan internal.
kesadaran, pergerakan mata dan respon pupil, fungsi motorik dan sensorik.
otak harus dicapai sebelum penemuan tersebut dapat dianggap berasal dari
penderita harus ditelanjangi dan diperiksa dari ubun-ubun sampai jari kaki
yang tidak dapat diterangkan, biasanya berupa bradikardi dari stimulasi saraf
fagus yang berlabihan. Distensi lambung membuat terapi syok menjadi sulit.
respirasi isi lambung, ini merupakan suatu komplikasi yang bisa menjadi fatal.
perut melalui hidung atau mulut dan memasangnya pada penyedot untuk
mengeluarkan isi lambung. Namun, walaupun penempatan pipa sudah baik,
hematuria dan evaluasi dari perfusi ginjal dengan memantau produksi urine.
Darah pada uretra atau prostad pada letak tinggi, mudah bergerak, atau tidak
keteter uretra sebelum ada konfirmasi kardiografis tentang uretra yang utuh.
I. Sekundery survey
Harus segera dapat akses kesistem pembulu darah. Ini paling baik dilakukan
sebelum dipertimbangkan jalur vena sentral kecepatan aliran berbanding lirus dengan
empat kali radius kanul, dan berbanding terbalik dengan panjangnya (hukum
poiseuille). Karena itu lebih baik kateter pendek dan kaliber besar agar dapat
Tempat yang terbaik untuk jalur intravena bagi orang dewasa adalah lengan
bawah atau pembulu darah lengan bawah. Kalau keadaan tidak memungkunkan
pembulu darah periver, maka digunakan akses pembulu sentral (vena-vena femuralis,
jugularis atau vena subklavia dengan kateter besar) dengan menggunakan tektik
seldinger atau melakukan vena seksi pada vena safena dikaki, tergantung tingkat
ketrampilan dokternya. Seringkali akses vena sentral didalam situasi gawat darurat
tidak bisa dilaksanakan dengan sempurna atau pu tidak seratus persen steril, karena
itu bila keadaan penderita sedah memungkinya, maka jalur vena sentral ini harus
dengan usaha penempatan kateter vena sentral, yaitu pneumo- atau hemotorak, pada
penderita pada saat itu mungkin sudah tidak stabil. Pada anak-anak dibawah 6 tahun,
teknik penempatan jarum intra-osseus harus dicoba sebelum menggunakan jalur vena
sentral. Faktor penentu yang penting untuk memilih prosedur atau caranya adalah
Kalau kateter intravena telah terpasang, diambil contoh darah untuk jenis dan
kehamilan pada wanita usia subur. Analisis gas darah arteri juga harus dilakukan pada
saat ini. Foto torak haris diambil setelah pemasangan CVP pada vena subklavia atau
J. Tersieri survey
Larutan elektrolit isotonik digunakan untuk resusitasi awal. Jenis cairan ini
mengisi intravaskuler dalam wakti singkat dan juga menstabilkan volume vaskuler
dengan cara menggantikan kehilangan cairan berikutnya kedalam ruang intersisial dan
intraseluler. Larutan Ringer Laktat adalah cairan pilihan pertama. NaCl fisiologis
adalah pilihan kedua. Walaupun NaCL fisiologis merupakan pengganti cairan terbaik
mOsm/L
Laktat
Asetat
0.9%
* sebagai laktat
: sebagai asetat
K. Diagnosa
efektif b/d diharapkan pola nafas adanya dispnea, penggunaan alat bantu
ekspansi paru dengan kriteria hasil: Ø Tinggikan kepala tempat tidur, letakkan
Ø Area paru bersih pada posisi duduk tinggi atau semi fowler
tanda atau gejala lain selama nafas dalam, gunakan alat bantu
kebutuhan.
Kolaborasi :
pengobatan)
kering kehangatan
indikasi
contoh: Hb/Ht
trauma hebat dengan kriteria hasil: yang sakit dengan tirah baring, pembebat.
(toradol, flekseril)
Kolaborasi :
compazin).
sesuai indikasi
diperlukan dan
menjelaskan alasan
tindakan
DAFTAR PUSTAKA
3. Brunner & Suddarth. 2002. Keperawatan Medikal Bedah. (Edisi 8, Vol.3). EGC,
Jakarta.
5. Price, A, Sylvia & Lorraine M. Willson. 1995. Patofisiologi Konsep Klinis Proses-
7. Tambunan Karmell., et. All., 1990., Buku Panduan Penatalaksanaan Gawat Darurat.,
FKUI, Jakarta
FORMAT AST]HAN KEPERAWATAN ICU
FORMAT PENGKAJIAN KEPERAWATAIY
TanggalMRS lA /t /zo Jam Masuk ' 'LC 'i a
Tanggal Pengkajian l{/t /'t-o No. RM :
Hari rawat ke I
IDENTITAS KLIEN
2. Jenis Kelamin : I aV-,r -G"Jgi
3.Umw :t{ -L
4. Status Kawin :
5. Sulfl./ Bangsa
6. Agama
7. Pendidikan
8. Pekerjaan
9. Alamat
10. Sumber Biaya
KELUHAN UTAMA"
Keluhanutama:..fgl!,u..u.!:.':,.if:..,..i'v.\E:f'::.f::1.:if3.:..*.:. C-e*-r,.^* : [raer
.F..*&.g1 ...,. 1*::4.s^t*@^- Q
3. Riwayat alergi:
I obat ya fl tidakf]
I Makanan ya f] tidakfl
I Lain-lain ya f] tidak[
4. Riwayat operasi: ya fl tidak E
- Kapan :
- Jenis operasi : . ..... .........
5. Lain-lain:
- Genogram :
i-ltitt(-*cr
l4o. ! gs 7.
-
j. Penggunaan WSD:
- Jenis
k. Tracheostomy: ya ! tidak I
l. Lain-lain:
g. Cnr :.............detik
h. Akral: f! uangat E kering fl merah I basah flp,r"ut
E punas f] ainsin
i. Sikulasi perifer:f] normal I menurun
j. IVP :....................
k. CVP :....................
1. CTR :....................
m. ECG & Interpretasinya:
n. Lain-lain:
.w*-.(..:.SI r:ils
-
Masalah Keperawatan :
I uiceps
lc€h-dax_e
fl kernig
P*.F*.- Jqrfrg4^^
S,arQkr*J
Kemampuan berkemih:
I Spontan I Ahtbantu,
sebutkan:
Llkuran
Hari ke
-
k. Lain-lain:
I an60^l nner9qt
r---1, ----.---1
-il i
i -,u ai i:. .j
v' ^- s ^^-
;-;;*' ,-^J--+;J-i-
i I hitn
UU
I i iillah
r--*-i-L
= .r ti ! il aalu
ii,-^---^
^ ,'t^--;:^^1 i::-
.^ D^..;!.^ f-+..!..
r.. rf,it..rr!ia\a/^a a t^mttr
L'i!LrF{sEr A.riLL, Si.-rsE-L, Eii!f t}}r ..}E!-+erl5*-J..1 E UFI A-r.a-=--i l-:==--,=:E.L=i1.,
iKAliAi! ! lrriL/rr !,\,Jr.
r iD:.,,^-, r :^*,L. ^-,..!-..L !-.-^:^ ^.,--..1.
r-rtati#j i-,r..L l^l^- 2 L.,l^.- lT:,!,,!. I
i. ii\ii'ididi jiitu!- {L,rir1i;ii l:irtiilr jdiu uil:.-irt! -! r-ii!trlrr i; rttl:r'
I
I
I
t, l. - I I
I
I I
i tb4lu utirrYaar}l a
F---+-
tii:
7\
i l- 3..,!':1_ U
i_"4-i__'r-"i'-_*'--"__- ! ! i
iti
t!!
; l^:--: *-;^\ !il
! i I
'!'
it -'-T;- :*.;ieir
ir.*-: i*.---.---. ^r,--r:^^.:-:r---^;..**.1
^^t i-i t-.^^:.. :-f . ! iT: t..!. !a '
!a a !
I1.
ii
! I L!.lri! rrrll4lL
!lL!.lri!rrrll4ll
i!
---r--.!- $rr.rr
$rr.rrrlrrrdri\idLlll,,L\rrtlgtlttu\-
rlrr rdri\id LLll,,L\rrtlg tlttu\- i I rudh
ilrudh
i..-
iru
-------i";-l
Fv !
<u
f^ !
i
I
!_- !_- I 'tt
i5. i(iava i;r;r ptiiii.r r;zirii i-rciprrldat]:
' i i i i
llIittil i lu
i i".--- i\c{i113r,!,!-.!-.r
.:!-!.frfaF4r
.. Deryi:iair i rrltai i."
iiiiiak .iapai'r:eryr:rak
iinii*rii., laifl4i< ii tr> i
i i- i{cs*raii rleii ir;u/
iieti ir:,ir iinjii;L-iia: i iu"
i,; i i
r:iidirilltl
llqtiiriirillill ! t i
I
I
1' -
..[,e.f;tqa...r
t_
i
I
Aspek Yang 1 2 _) 4
Dinrlai
Persepsi Terbatas Sangat Keterbatasan Tidak Ada
J
Sensori Seoenuhnva Terbatas Rinqan Gangguan
KelellrttaDaii Tenis bangai Kailaiig/ tiasali Jaraiig I
Menerus Lembab Basah
Basali
A.ktifitrs Darlfo ct Chairfast I{rr{onc? Talon T ohih Q orin *
ialan
Mobilisasi Immobile Sangat Keterbatasan Tidak Ada
Sepenuhnva Terbatas Ringan Keterbatasan
Nutrisr Sangat Kemungkinan Adekuat Sangat Baik
Buruk Tidak
t'
Adekuat
Gesekan & i I
Bermasalah Potensial Tidak
I
Pergeseran i
Bermasaiah Menimbulkan
Masalah
NL)'IE' Pasir:l dengan nilai total < 16 uraka ciapat dikatakan Totai Nilai
bahwa pasien beresiko mengalami dekubrsus (pressure ulcers) C
(15 or 16 -'low ri,vk, i3 or i4 - moderate ri,sk, 12 or less: high
b. Warna
Masalah Keperawatan :
c. Pitting ederna: */- grade:................
d. EkskoriasisLj ya I ticiak
e. rsorlasls: L_J ya I ririak
f. Pruritus: il ya X ridak
b. Urtikarriu: L:j Js LJ L'uu'\
h. Lain-lain:
Kulit kaki
t/tt{:
T-t- I-_!-i
--!- Kilhi
! EiZi-i)A-K
-tafl kal(1
!rteEsl lt \tu !-- t!+a\
Klu/fivfiT lIIKa Scnitnlmva tt va ,r{}?.4-
Li
Jika ya:
- r a&liuii
i ^--:- ! --i--
- I i-ulufi
- r_1rN6t
i a-ui
---!': "- --------.-.
g. Lain-lain:
o. Laln-lallr:
PENGKAJIAN SPTRITUAL
a. Kebiasaanberibatiah Masalah Keperawatan :
- Sebelum sakit I sering f] kadang- kadang I tidak pernah
- Selama sakit fl sering I kadang- kadang I tidak pemah
TERAPI MEDIS
Nama Pasien ,G -l
Umur , 64G
No. Register
Hari/
Tgv DATA ETIOLOGI MASALAH
Jam
D.!.: V&tatryt w0nrytfui ProSeS pery&fr flt-gerkrru,,'
gx 3ltari deU,,a*
1,.
:^9
' b4,7"C
97
>6C9: I
p<stvo
gs, l4t@g- Mevgtabh T *tuL=n* atcPq*-,Efihl
tc€hdak
VLr"onn g$qb
\ep\e
y"- vevv3ila,r'*i ?eborurw\
,e.
Re!- fus-,-
,qe 614
9q
'*'l
Jo.
YAtot4'ar-an
DC , 6cs LGs'
7Y-
6-CS (Cq:3Vl
Lq9 " 9a*'r'dla'--'
lDt''
@ayaVtl frc"(
loo,t\{r:'a4,G p-loY1va n5ekt'
| {-g,},'? . g,L
I ** og* ' 5,1
I Eo! , tc.lz
I grro ' o,t
I
lDr'-
: ro , )o/oo ,^*& puf",tt
100
t-0 $ealo Syok
I t,',71Q.
Ii {ffi"{ffioa
Ees.' ?cmaolen
DIAGNOSA KEPERAWATAN
Nama Pasien t Tn S
Umur , Qa *L
No. Register :
NarnaPasien : r" \
v39lgo
J. w/,zo VeAd.Pt a1a?fiPa
pet fut; ,)a,frrAat^
'rer'e6*)l h.A @
Ewdfine
(.(
1 't/, - {LogLVo tnfakct
,y4otffi.l,ctf [c6- pnr(-
$ff
I *Lt sS s*\g
FS S
J\**gtg $it+,$U$I $
O
(,
\J .=
7t
!i
b,
0
z
$rtiiHSss ulrsltif,iiii
I J, , ,
l \ I I r I 1 t \ , I . I
t* Y
r t I
z
d:^ q t,
Vs[ :] i
F La
'- si
tv &; I s s
dtx 1c F rd
-8-a-
F]
lri
.)
3 S\J-.6 fl\ i d
Ei
v
z ..Q
\JE
ZA
ilsl f €S iiu-,
ti
)f
a U
4
z
a
z sti{i11,{ilt
U
zIr1
tl, $s*$J
SE\\\,'
E t$ t;r;
$3-d,
z
3 vl
I
Ln
E
.A
hl
bl -v
o'r
o <Ag
s)
J
?
€ sirt$ e$ t$1 - v.f. $.
s t,eis
- -l- F t(g' }- g(
I--= ,St 4r
-r-r Jr5 v.
s=i,o
e<
t-
6E =E*+ ,{--)')'F- \.)
1) a
1
$
*t 5s€jf"$i 36(
U
J d
+
;
5 {r ss dFj'J .(-'
(D' \s
i{fJd$
v\c\-!
!\)
t I
{ .N;
t$e( =i-
\,,O
Z
F
6x
q-t\- St'
$e
rs { $: r
t<-$,
a,(
F]
f-l
V
E€
v8- .i,
{
l)J
4 $$$ s$
n 3t
z CT
d
r$ il"lJ i\
J
\
l+'{
a
-s
(I s)
s
-s.i
\
c
.\I
&$ .
z
3r 6
-d g$
a
vb
U
zf=I
$$$ s
a__
-?
${$-
\
z4 a -s
< F-I
a4 ;t,,, ..:3
5"* 86
qfr L
(-o u\:
EH - -.t_
qT ss_
-tt
Lf-*U {J
Y$
-
s$ C{- a
t:
\
&
o
.:.: el
oS
*-^ D'* }-
Oi OO
()
H/.
(6o
ZZ