Anda di halaman 1dari 11

PROSTAT

Mengenal Prostatektomi, Operasi untuk Masalah Penyakit Prostat

Salah satu pengobatan prostat terutama kanker prostat atau benign prostate hyperplasia (BPH)
adalah operasi prostat prostatektomi. Operasi ini dilakukan untuk mengangkat kelenjar prostat
yang bermasalah. Bagaimana prosedurnya? Simak ulasan berikut ini.

Sekilas tentang operasi prostat prostatektomi

Prostatektomi adalah prosedur operasi untuk mengangkat sebagian atau seluruh kelenjar prostat
akibat adanya penyakit kanker prostat atau penyakit BPH (pembesaran prostat jinak).

Operasi ini dapat dilakukan dengan berbagai cara, bergantung pada kondisi pasien. Untuk kanker
prostat biasanya akan dilakukan prostatektomi radikal, sedangkan untuk BPH akan dilakukan
prostatektomi sederhana.

Prostatektomi radikal

Operasi ini dilakukan sebagai cara pengobatan kanker prostat dengan mengangkat seluruh
kelenjar prostat, vesikula seminalis, dan beberapa jaringan sekitarnya, termasuk kelenjar getah
bening.

Tak terbatas pada kanker prostat saja, operasi ini juga bisa dilakukan pada pasien BPH bila prostat
sudah tumbuh terlalu besar dan sudah mulai menimbulkan kerusakan pada kandung kemih.
Berikut beberapa teknik yang dilakukan dalam prostatektomi radikal.

1. Prostatektomi radikal terbuka

Prostatektomi radikal terbuka adalah operasi yang dilakukan oleh ahli bedah dengan membuat
sayatan untuk mencapai kelenjar prostat. Operasi ini dilakukan melalui dua pendekatan, yaitu
pendekatan retropubik, pendekatan hemat saraf, dan pendekatan perineum.

Pendekatan retropubik

Jenis prostatektomi terbuka ini adalah yang paling umum dilakukan untuk menangani kanker
prostat. Pada operasi ini, ahli bedah akan membuat sayatan di perut bagian bawah, dari pusar ke
tulang kemaluan.

Jika kanker sudah menyebar ke getah bening, ahli bedah juga akan mengangkat sebagian dari
kelenjar ini. Setelah prosedur selesai, kateter (slang kecil) dipasangkan untuk membantu
pembuangan urine dan akan bertahan satu sampai dua minggu seiring dengan proses pemulihan.

Operasi ini memiliki risiko yang lebih rendah terhadap kerusakan saraf yang bisa menyebabkan
masalah pada pengendalian kandung kemih dan ereksi.

Pendekatan perineum

Sayatan pada pendekatan ini dibuat pada area perineum, yaitu area di antara anus dan skrotum.
Prostatektomi dengan pendekatan perineum termasuk jarang dilakukan karena dapat
menimbulkan masalah ereksi.
Hanya saja, pendekatan perineum cenderung lebih singkat dan pemulihannya juga lebih cepat
dibandingkan dengan yang lain. Pilihan pendekatan ini mungkin tepat dilakukan jika kanker belum
menyebar ke kelenjar getah bening.

Pendekatan hemat saraf

Pendekatan hemat saraf akan dijalani jika sel kanker terjerat dengan saraf, sehingga sebagian
struktur saraf yang sudah terkena harus dipotong untuk menghilangkan jaringan kanker.
Risikonya, pria mungkin tidak akan bisa mengalami ereksi lagi setelahnya.

2. Prostatektomi radikal laparoskopi

Operasi ini dilakukan dengan membuat beberapa sayatan kecil di perut dengan bantuan
laparoskop (digunakan untuk membuat sayatan kecil di dinding perut) yang dimasukkan ke dalam
salah satu sayatan tersebut. Pengangkatan kelenjar prostat dalam metode ini dilakukan dengan
menggunakan tangan.

Prostatektomi radikal laparoskopi memiliki beberapa kelebihan dibandingkan prostatektomi


radikal terbuka. Di antaranya adalah rasa sakit dan kehilangan darah yang lebih sedikit, durasi
rawat inap di rumah sakit yang lebih singkat, dan waktu pemulihan yang lebih cepat.

3. Robot-assisted radical prostatectomy

Tidakan ini sama dengan laparoskopi, tapi dibantu dengan lengan robot. Robot tersebut
membantu menerjemahkan gerakan tangan dokter bedah dari alat pengendali jarak jauh (remote)
menjadi tindakan yang lebih halus dan tepat. Operasi ini hanya dilakukan oleh dokter ahli yang
sudah terlatih.

Meski prostatektomi radikal dapat menghilangkan semua sel kanker, pastikan untuk mendapatkan
perawatan lanjutan. Hal ini dilakukan sebagai deteksi dini jika kanker terjadi kembali. Ada
beberapa risiko yang mungkin terjadi pada pasien yaitu:

 urine berdarah,

 cedera pada rektum,

 limfokel (komplikasi rusaknya sistem limfatik),

 infeksi saluran kemih (ISK),

 disfungsi ereksi (impotensi),

 terjadinya penyempitan uretra, dan

 tidak dapat mengontrol buang air kecil (inkontinensia urine).

Prostatektomi sederhana

Proses operasi yang ini berbeda dengan prostatektomi radikal karena tidak mengangkat seluruh
prostat, tapi memudahkan aliran urine yang tersumbat. Prostatektomi sederhana umumnya
direkomendasikan untuk pria dengan gejala kencing yang cukup parah dan pembesaran kelenjar
prostat (BPH), tapi bukan kanker prostat.

Selain itu, ada beberapa gejala lain yang menggunakan operasi prasektomi sederhana yaitu:

 kesulitan buang air kecil,


 infeksi saluran kemih,

 kencing melambat,

 ketidakmampuan untuk buang air kecil,

 makin sering buang air kecil di malam hari, dan

 sering terdesak untuk buang air kecil.

Ahli urologi Mayo Clinic menyarankan untuk mengatasi gejala pembesaran prostat dapat
dilakukan dengan menggunakan teknik endoskopi (pemeriksaan visual menggunakan teropong)
lanjut, tanpa prostatektomi terbuka, laparoskopi, atau dengan robot.

Ada beberapa risiko yang bisa terjadi dari prosedur ini, di antaranya:

 terjadi penyempitan uretra,

 urine berdarah,

 tidak dapat mengontrol buang air kecil (inkontinensia urine),

 orgasme kering, dan

 adanya cedera pada struktur yang berdekatan.

Apa saja yang harus dipersiapkan ketika akan melakukan operasi?

Sebelum operasi, dokter mungkin akan melakukan tes sistoskopi untuk melihat keadaan uretra
dan kandung kemih. Kemudian perlu juga melakukan tes darah, tes antigen spesifik prostat (PSA),
tes rektal digital, dan biopsi.

Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dan harus dikonsultasikan kepada dokter, seperti
penggunaan obat bebas atau suplemen yang pasien gunakan atau alergi yang dimiliki pasien,
terutama pada penggunaan obat-obatan tertentu.

Sebelum dilakukan operasi, pasien harus puasa dari makan atau minum pada masa waktu tertentu
dan melakukan prosedur enema (pemasukan cairan ke dalam usus melalui anus untuk
merangsang pasien untuk buang air besar sehingga usus menjadi bersih).

Yang perlu diperhatikan pasien setelah operasi

Perawatan dan pantangan yang harus dijalani pasien bisa berbeda-beda tergantung pada jenis
operasi dan kondisi pasien sendiri. Namun, pasien umumnya akan diberi tahu beberapa hal
meliputi:

 Pasien bisa memulai aktivitas kembali, tapi secara bertahap selama empat sampai enam
minggu.

 Pasien tidak bisa mengemudi setidaknya selama beberapa hari. Jangan mengemudi sampai
kateter pasien dilepaskan atau menggunakan obat nyeri lagi.

 Pasien perlu menemui dokter beberapa kali untuk check up sekitar enam minggu dan
dilanjutkan setelah beberapa bulan.
 Pasien bisa melanjutkan aktivitas seksual setelah pulih dari operasi. Pada prostatektomi
sederhana, pasien masih bisa mengalami orgasme saat berhubungan seks.

 Pasien sebaiknya tidak melakukan olahraga atau aktivitas yang meliputi angkat beban berat
selama kurang lebih enam minggu.

Operasi prostat selain prostatektomi

Selain prostatektomi, ada juga berbagai operasi yang bisa dilakukan untuk mengatasi penyakit BPH
dengan risiko yang lebih sedikit. Berbagai prosedur ini bersifat minimal invasif, sehingga luka yang
ditimbulkan tidak akan terlalu parah.

Prosedur itu bernama transurethral yang dilakukan dengan memasukkan tabung kecil melalui
uretra sampai ke bagian prostat untuk menghancurkan atau mengambil sebagian jaringan prostat

Diakses pada 9 Juli 2020.

Urine adalah hasil buangan dari seluruh proses metabolisme di tubuh. Zat yang sudah tak
dibutuhkan akan dikeluarkan melalui urine agar tidak menumpuk dan menjadi racun. Jika Anda
baru menjalani tes urine, mungkin akan melihat ‘sel epitel positif’.

Lantas, apa artinya kondisi ini dan berbahayakah memiliki sel epitel dalam urine?

Mengenal sel epitel dan hubungannya jika ada di dalam urine

Sel epitel adalah sel yang berasal dari permukaan tubuh, seperti kulit, pembuluh darah, saluran
kemih, dan organ tubuh lainnya. Sel ini berperan sebagai penghalang antara bagian dalam dan luar
tubuh, sehingga dapat melindungi bagian dalam tubuh dari virus.

Jika dokter menjumpai adanya sejumlah kecil sel epitel di dalam urine lewat mikroskop, kondisi ini
terbilang normal. Kadar normal sel epitel di dalam kencing manusia biasanya berkisar 0 – 4 sel per
lapang pandang.

Bila angka sel epitel melebihi dari jumlah tersebut, artinya tubuh sedang mengalami masalah,
terutama di bagian sistem urologi, seperti ginjal dan kandung kemih.

Dokter biasanya menyarankan Anda untuk menjalani pemeriksaan jumlah sel epitel jika tes urine
secara visual atau kimia menunjukkan hasil yang tidak normal. Anda mungkin juga membutuhkan
tes ini ketika mengalami gejala penyakit ginjal atau saluran kemih, seperti:

 sering buang air kecil (anyang-anyangan),

 sakit kencing,

 sakit perut, dan

 sakit punggung.

Mengulik Lebih Dalam Berbagai Fungsi dan Jenis Tes Urine (Urinalisis)
Ada beragam pilihan tes yang dapat dilakukan untuk memeriksa organ-organ di tubuh Anda. Jenis
pemeriksaan yang sering digunakan untuk mengetahui kondisi kesehatan adalah tes urine yang
penting bagi sistem urologi (perkemihan) Anda. Yuk, kenali fungsi pemeriksaan urine dan apa saja
jenis dari pengujian air kencing berikut ini! Apa itu tes urine? Tes urine (urinalisis) adalah metode
pemeriksaan yang […]

Cara membaca hasil tes sel epitel dalam urine

Pada umumnya, tes untuk memeriksa sel epitel di dalam urine dianalisis secara mikroskopik dan
akan ada tiga kemungkinan hasil, yaitu:

 sel epitel sedikit,

 sel epitel sedang, dan

 sel epitel banyak.

Jika hasil tes urine menunjukkan adanya 1-5 sel epitel per HPF (satuan pengukuran jumlah sel
epitel) jenis squamous, hal ini masih dalam kategori normal. Pasalnya, ada kemungkinan sel epitel
mengelupas dari tubuh secara alamiah.

Sementara itu, ketika hasil memperlihatkan sedang dan banyak, ada beberapa gangguan
kesehatan yang mungkin sedang dialami, meliputi:

 infeksi saluran kemih (ISK),

 penyakit ginjal atau hati,

 jenis kanker tertentu, dan

 infeksi jamur.

Selain jumlahnya, jenis sel epitel juga dapat menandakan kondisi tertentu. Sebagai contoh, sel
epitel dalam urine yang mengandung hemoglobin atau partikel darah dalam jumlah besar dapat
mengindikasikan hematuria sebelum pemeriksaan visual.

Tidak hanya itu, sel epitel yang berjumlah lebih dari 15 sel epitel per HPF jenis tubular ginjal juga
dapat menandakan fungsi ginjal menurun.

Penyakit Kandung Kemih

Penyakit kandung kemih adalah berbagai gangguan yang menyerang fungsi kandung kemih.
Kandung kemih merupakan organ berbentuk kantong yang terletak pada rongga panggul. Fungsi
kandung kemih yaitu menampung urine (air kencing) sebelum dikeluarkan dari tubuh.  Urine yang
diproduksi pada organ ginjal dialirkan menuju kandung kemih melalui saluran kencing ureter.
Kandung kemih lalu akan menampung urine selama beberapa jam. Lapisan […]

Faktor risiko kemunculan sel epitel pada urine


Tidak semua orang yang menjalani tes urine akan diminta untuk menjalani pemeriksaan jumlah sel
epitel. Uji sel epitel dalam urine biasanya hanya dilakukan pada mereka yang memiliki kondisi
tertentu, antara lain:

 batu ginjal,

 sistem kekebalan tubuh menurun,

 penyandang diabetes,

 tekanan darah tinggi (hipertensi),

 gagal ginjal kronis,

 pembesaran kelenjar prostat (penyakit BPH), dan

 ibu hamil.

Definisi

Apa itu kreatinin?

Kreatinin adalah produk limbah hasil metabolisme otot yang digunakan selama kontraksi otot.
Kreatinin dihasilkan oleh kreatin, yaitu molekul penting dalam otot yang berfungsi memproduksi
energi.

Sebelum dikeluarkan dari tubuh melalui urine, kreatin harus disaring terlebih dahulu oleh ginjal.
Tingkat konsentrasi dari serum kreatinin seharusnya tidak berubah jika fungsi ginjal bekerja
dengan baik.

Jika ginjal mengalami masalah, kadar kreatinin dapat meningkat dan menumpuk di dalam darah.
Akibatnya, berbagai penyakit ginjal dan sistem perkemihan (urologi) lainnya pun bisa muncul.

Oleh sebab itu, pemeriksaan diperlukan untuk menguji kadar kreatinin, baik dalam darah maupun
urine. Dengan begitu, Anda dapat mengetahui seberapa baik fungsi ginjal dalam menyaring atau
biasa disebut laju filtrasi glomerulus (GFR).

Fungsi

Apa fungsi pemeriksaan kreatinin?

Pemeriksaan kreatinin berfungsi untuk menguji kemampuan ginjal dalam menyaring darah dan
urine. Apabila fungsi ginjal terganggu, laju pembersihan ginjal pun akan ikut terganggu.

Uji kreatinin biasanya juga dilakukan bersamaan dengan pemeriksaan fungsi ginjal lainnya,
termasuk tes kadar urea dalam darah (BUN). Maka dari itu, tes kreatinin sering direkomendasikan
ketika seseorang melakukan pemeriksaan rutin.

Siapa yang membutuhkan tes kreatinin?

Pemeriksaan kadar kreatinin mungkin akan diperlukan jika Anda atau orang terdekat mengalami
gejala yang disebabkan oleh sakit ginjal, seperti:

 nyeri pinggang di dekat daerah ginjal,


 pembengkakan pada lengan dan pergelangan kaki,

 tekanan darah tinggi,

 frekuensi buang air kecil berkurang,

 kencing berbusa, dan

 darah dalam urine (hematuria).

Anda mungkin juga memerlukan pemeriksaan ini jika hasil tes darah atau urine menunjukkan
bahwa ada masalah pada ginjal.

Selain itu, ada beberapa kondisi lainnya yang juga dapat memengaruhi fungsi ginjal yang mungkin
membutuhkan tes kreatinin, yaitu:

 diabetes,

 hipertensi,

 penyakit gagal jantung, dan

 menggunakan obat-obatan yang memengaruhi ginjal.

Persiapan

Apa yang perlu dipersiapkan untuk uji kreatinin?

Pemeriksaan kreatinin dibagi menjadi dua metode, yaitu menggunakan sampel darah dan urine.
Meski begitu, persiapan pemeriksaan ginjal ini tidak jauh berbeda.

Pada umumnya, sebelum uji kreatinin dilakukan, Anda akan diminta untuk berpuasa semalaman.
Bila tidak memungkinkan, setidaknya Anda tidak mengonsumsi daging yang dimasak karena dapat
memengaruhi kadar kreatinin.

Selain itu, petugas medis juga akan meminta Anda untuk berhenti memakai obat-obatan di bawah
ini sementara waktu.

 Aminoglikosida

 Cimetidine

 Obat-obatan kemoterapi (cisplatin)

 Obat-obatan yang merusak ginjal, seperti cephalosporin

 Obat non-steroid anti inflamasi (NSAIDS)

 Trimethoprim

Prosedur

Bagaimana prosedur pemeriksaan kreatinin?

Prosedur pemeriksaan kreatinin dibagi menjadi dua metode, yaitu tes darah dan tes urine.

Tes urine
Pemeriksaan kadar kreatinin yang dilakukan dengan urine mungkin akan membutuhkan waktu
yang lebih lama dibandingkan tes darah, yaitu 24 jam.

Petugas kesehatan biasanya akan memberi Anda wadah untuk menampung urine dan berbagai
instruksi tentang cara mengumpulkan dan menyimpan sampel. Berikut ini beberapa langkah-
langkahnya.

 Langsung buang air kecil pada pagi hari setelah bangun tidur dan catat waktunya.

 Selama 24 jam ke depan, simpan semua urine yang dikeluarkan di wadah.

 Simpan wadah urine di lemari es atau pendingin dengan es.

 Berikan wadah berisi sampel urine ke laboratorium seperti yang diinstruksikan.

Tes darah

Pada saat kadar kreatinin diuji dengan sampel darah, petugas kesehatan akan mengambil darah
dari pembuluh darah di lengan Anda. Hal ini dilakukan dengan bantuan jarum kecil.

Setelah jarum dimasukkan, darah dalam jumlah yang sedikit akan dikumpulkan ke dalam tabung.
Anda mungkin akan merasa sedikit sakit ketika jarum dimasukkan dan dikeluarkan.

Prosedur ini biasanya hanya memakan waktu kurang dari lima menit dan tidak jauh berbeda
dengan prosedur pengambilan sampel darah lainnya.

Hasil

Apa saja hasil yang ditunjukkan dari tes kreatinin?

Tes urine

Kadar kreatinin dalam urine yang dikumpulkan selama 24 jam normalnya berkisar dari 500 hingga
2000 mg/hari. Hasil setiap orang mungkin akan berbeda karena tergantung pada usia dan jumlah
massa tubuh tanpa lemak.

Berikut ini cara lain untuk menyatakan kisaran normal untuk hasil pemeriksaan kreatinin dalam
urine.

 14-26 mg/kg massa tubuh per hari untuk pria (123,8 hingga 229,8 µmol/kg per hari)

 11-20 mg/kg massa tubuh per hari untuk wanita (97,2 hingga 176,8 µmol/kg per hari)

Perlu diingat bahwa angka normal kreatinin dalam urine mungkin akan berbeda pada setiap
laboratorium. Hal ini dikarenakan beberapa laboratorium memakai pengukuran atau sampel yang
berbeda.

Maka dari itu, selalu konsultasikan dengan dokter tentang arti dari hasil uji kreatinin Anda.

Tes darah

Pada pemeriksaan kreatinin dengan darah biasanya akan diukur dalam bentuk miligram per
desiliter atau mikromol per liter. Berikut angka yang menunjukkan kadar kreatinin dikategorikan
normal.

 0,6 – 1,2 mg/dL pada pasien pria dewasa


 0,5 – 1,1 mg/dL pada pasien wanita

 0,5 – 1,0 mg/dL pada pasien remaja

 0,3 – 0,7 mg/dL pada pasien anak-anak

 0,2 – 0,4 mg/dL pada pasien balita

 0,3 – 1,2 mg/dL pada pasien bayi

Bagi pasien lansia mungkin akan mengalami penurunan kadar kreatinin karena dipengaruhi oleh
massa otot yang berkurang. Angka-angka di atas tentu dapat bervariasi karena jumlah kreatinin
dalam darah akan meningkat seiring dengan massa otot.

Oleh sebab itu, pria biasanya mempunyai tingkat kreatinin lebih tinggi dibandingkan wanita.

Apa artinya bila hasil pemeriksaan kreatinin tinggi?

Jika kadar kreatinin Anda termasuk tinggi, artinya ginjal sedang tidak berfungsi dengan baik. Ada
beberapa faktor yang memicu kondisi ini dalam waktu yang singkat, yaitu dehidrasi, menggunakan
obat tertentu, atau volume darah rendah.

Apabila hasil pemeriksaan menujukkan kadar kreatinin lebih tinggi daripada angka normal, dokter
mungkin akan meminta Anda menjalani serangkaian tes tambahan.

Hal ini bertujuan untuk memastikan apakah kreatinin tinggi disebabkan oleh berbagai kondisi
kesehatan, seperti:

 glomerulonefritis,

 infeksi ginjal (pielonefritis),

 penyakit kandung kemih,

 peradangan ginjal, dan

 rabdomiolisis.

Sementara itu, bila kadar kreatinin termasuk rendah, artinya Anda mungkin mengalami depresi
atau massa otot berkurang.

Kebanyakan orang mungkin tidak membutuhkan dialisis hingga GFR atau uji bersihan kreatinin
dilaporkan sangat rendah. Meski begitu, fungsi ginjal akan terus menurun seiring dengan
bertambahnya usia.

Maka dari itu, penting bagi setiap orang untuk menjaga kesehatan ginjal agar tetap bekerja
dengan baik dalam menyaring darah.

Ginjal adalah organ penting yang berperan penting dalam menyaring zat beracun di tubuh. Jika
tidak dijaga dengan baik, bukan tidak mungkin Anda berisiko terkena penyakit ginjal. Lantas,
bagaimana menjaga kesehatan ginjal agar terhindar dari penyakit? Cara menjaga kesehatan ginjal
untuk mencegah penyakit Salah satu cara mencegah penyakit ginjal adalah menjaga organ yang
berbentu kacang ini tetap sehat. […]
Efek samping

Adakah efek samping dari tes kreatinin?

Tidak ada efek samping serius yang ditimbulkan dari pemeriksaan kreatinin, baik tes urine maupun
tes darah.

Walaupun demikian, Anda mungkin akan merasakan nyeri atau memar di tempat jarum
disuntikkan. Anda tidak perlu khawatir karena biasanya gejala ini akan hilang dengan cepat.

Bila Anda memiliki pertanyaan lebih lanjut, silakan diskusikan dengan dokter untuk mendapatkan
solusi yang tepat.

Hasil Tes Urine Menunjukkan Adanya Sel Darah Putih (Leukosit), Apa Artinya?

Melalui berbagai komponen yang diuji di dalamnya, hasil tes urine dapat menjadi indikator akan
adanya gangguan kesehatan pada tubuh seseorang. Begitu pula ketika dijumpai sel darah putih
(leukosit) dalam urine Anda yang bisa menjadi pertanda dari kondisi tertentu.

Kadar normal sel darah putih (leukosit) dalam urine

Idealnya, jumlah sel darah putih dalam sedimen urine tergolong rendah, yaitu 0-5 sel darah putih
per HPF (high power field). Bila hasil tes urine menunjukkan jumlah sel darah putih melebihi angka
tersebut, artinya Anda sedang mengalami kondisi tertentu.

Begini, sel darah putih berperan untuk melawan bakteri yang sedang menginfeksi tubuh. Jika
leukosit ditemukan pada urine, ada kemungkinan sistem urologi Anda mengalami sejumlah
masalah.

Penyebab sel darah putih di urine

Peningkatan jumlah leukosit yang terlihat pada urine lewat mikroskop biasanya menandakan
tubuh sedang mengalami infeksi atau peradangan di saluran kemih. Berikut ini beberapa
penyebab adanya sel darah putih di urine Anda.

1. Infeksi saluran kemih

Infeksi saluran kemih (ISK) adalah kondisi yang disebabkan oleh bakteri yang menyerang kandung
kemih, uretra, dan ginjal. Jika dibiarkan, penyakit saluran kemih ini dapat menghambat aliran urine
pada saluran kemih dan infeksi pun semakin parah.

Umumnya, tubuh akan melawan infeksi dengan menggunakan sel darah putih. Hal ini yang
menyebabkan jumlah leukosit dalam urine pun meningkat.

2. Penyakit batu ginjal

Selain ISK, batu ginjal juga menjadi salah satu penyebab jumlah sel darah putih di urine menjadi
lebih banyak. Kondisi ini terjadi karena batu ginjal ditandai dengan tingginya kadar mineral dan
garam yang tidak tersaring dengan baik dari darah.

Mineral yang tidak tersaring tersebut terbawa bersama urine dan terkadang disertai dengan nilai
sel darah putih. Batu ginjal yang terbawa ke ureter pun menghambat aliran urine dan jumlah
bakteri berlipat ganda di area tersebut. Alhasil infeksi pun terjadi dan memicu naiknya jumlah
leukosit dalam urine.

7 Gejala Batu Ginjal yang Mudah Anda Kenali

Batu ginjal adalah endapan padat yang terbentuk dari mineral dan bahan kimia lainnya dalam
urine. Jika tidak diatasi dengan baik, batu ginjal dapat menyumbat aliran kemih dan menyebabkan
infeksi hingga penyakit ginjal lainnya. Oleh sebab itu, mengenali apa saja tanda dan gejala batu
ginjal penting agar Anda mendapatkan perawatan sedini mungkin.  Tanda dan gejala batu ginjal
Kebanyakan […]

3. Pielonefritis (infeksi ginjal)

Pielonefritis adalah infeksi ginjal yang biasanya disebabkan oleh bakteri E.coli. Bakteri yang
terdapat pada anus ini masuk ke saluran kemih melalui vagina dan bergerak menuju ginjal serta
memicu infeksi.

Infeksi ginjal biasanya terbilang cukup parah dibandingkan infeksi saluran kemih. Pasalnya, infeksi
dapat menyebar melalui aliran darah dan menyebabkan infeksi pada organ lainnya.

Oleh sebab itu, tubuh pun merespons kondisi ini dengan memproduksi lebih banyak leukosit untuk
melawan bakteri yang sudah menyebar.

4. Penyebab lainnya

Selain beberapa penyebab umum di atas, adanya sel darah putih di urine juga dapat disebabkan
oleh gangguan kesehatan lainnya, meliputi:

 infeksi menular seksual,

 piuria steril, kondisi ketika tubuh mengalami gejala infeksi saluran kemih, tetapi tidak
terdapat bakteri dalam urine,

 cystitis atau peradangan pada kandung kemih,

 infeksi pada panggul (infeksi intraabdomen),

 pneumonia dan tuberkulosis,

 ginjal polikistik, serta

 Donor ginjal yang tidak cocok.

Anda mungkin juga menyukai