Anda di halaman 1dari 6

KEPUTUSAN DIREKTUR RUMAH SAKIT UMUM DAERAH GENTENG

NOMOR : 445/004.23/KEP/429.402/2019
TENTANG
PELAYANAN ANESTESI DAN TERAPI INTENSIF
RUMAH SAKIT UMUM DAERAH GENTENG

DIREKTUR RUMAH SAKIT UMUM DAERAH GENTENG

Menimbang : 1. Bahwa untuk meningkatkan mutu dan efisiensi pelayanan


anestesi dan terapi intensif di rumah sakit, perlu adanya
kebijakan pelayanan di rumah sakit;
2. Bahwa kebijakan pelayanan anestesi dan terapi intensif di
rumah sakit merupakan arahan untuk dilaksanakan oleh
seluruh rumah sakit;
3. Bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud
dalam butir 1 dan 2 perlu ditetapkan dengan Keputusan
Direktur RSUD Genteng.

Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan ;


2. Kepmenkes Nomor 1333/MENKES/SK/XII/1999 tentang
Standar Pelayanan Rumah Sakit;
3. Undang-Undang Nomor 44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit ;
4. Permenkes No.519/Menkes/Per/III/2011 tentang Pedoman
Penyelenggaraan Pelayanan Anestesiologi dan Terapi Intensif
Di rumah Sakit;
5. Permenkes I Nomor 11 tahun 2017 tentang Keselamatan
Pasien
6. Peraturan Daerah Kabupaten Banyuwangi Nomor 67 Tahun
2011 tentang Rincian Tugas, Fungsi dan Tata Kerja RSUD di
Kabupaten Banyuwangi ;
7. Keputusan Bupati Banyuwangi Nomor : 188/1561/KEP/
429.011/2011 Tanggal 30 Desember 2011 tentang Penetapan
Penerapan Rumah Sakit Umum Daerah Genteng sebagai
Badan Layanan Umum Daerah.
MEMUTUSKAN

Menetapkan : KEPUTUSAN DIREKTUR RUMAH SAKIT UMUM DAERAH


GENTENG TENTANG PELAYANAN ANESTESI DAN TERAPI
INTENSIF RUMAH SAKIT UMUM DAERAH GENTENG;
KESATU : Rumah Sakit Umum Daerah Genteng melaksanakan pelayanan
anestesi dan terapi intensif;
KEDUA : Ketentuan mengenai pelayanan anestesi dan terapi intensif
sebagaimana tercantum dalam lampiran dan merupakan bagian yang
tak terpisahkan dengan keputusan ini;
KETIGA : 1. Keputusan ini berlaku sejak tanggal ditetapkan.
2. Apabila dikemudian hari ternyata terdapat kekeliruan/
kekurangan dalam keputusan ini, akan diadakan perbaikan dan
pembetulan kembali sebagaimana mestinya.

Ditetapkan di : Banyuwangi
Pada tanggal : Mei 2019

DIREKTUR
RUMAH SAKIT UMUM DAERAH GENTENG
KABUPATEN BANYUWANGI

dr. TAUFIQ HIDAYAT,M.Kes.,Sp.And.


Lampiran
Pembina Tingkat I
Keputusan Direktur Rumah Sakit Umum
NIP. 19620101 198812 1 002
Daerah Genteng
Nomor : 445/004.23/KEP/429.402/2019

PELAYANAN ANESTESI DAN


TERAPI INTENSIF

Pelayanan Anestesi Dan Terapi Intensif terbentuk sebagai berikut:


1. Instalasi Anestesi dan Terapi intensif dipimpin oleh Kepala Instalasi
Anestesi dan Terapi intensif yaitu dokter spesialis anestesi dan dibantu
oleh Kepala Ruang Anestesi.
2. RS menetapkan regulasi tentang pelayanan anestesi, sedasi moderat
dan dalam yang memenuhi standar profesi, peraturan per undang-
undangan.
3. Pelayanan anestesi, sedasi moderat dan dalam yang adekuat, reguler
dan nyaman, tersedia untuk memenuhi kebutuhan pasien
4. Pelayanan anestesi, sedasi moderat dan dalam (termasuk pelayanan
yang diperlukan untuk kegawat daruratan) tersedia 24 jam
5. Pelayanan anestesi,sedasi moderat dan dalam berada dibawah
penanggung jawab pelayanan anestesi yang memenuhi peraturan
perundang- undangan. Tanggung jawab pelayanan anestesi, sedasi
moderat dan dalam meliputi;
a Mengembangkan, menerapkan dan menjaga regulasi
b Melakukan pengawasan administrasi
c Menjalankan program, pengendalian mutu yang dibutuhkan
d Memonitor dan evaluasi pelayanan anestesi,sedasi moderat dan
dalam.
6. Pengaturan pelayanan anestesi, sedasi moderat dan dalam seragam
di seluruh RS dan berada dibawah tanggung jawab seorang dokter
anestesi sesuai peraturan per undang- undangan dan diatur dalam
regulasi rumah sakit.
7. Penanggung jawab pelayanan anestesi mampu mengembangkan,
melaksanakan dan menjaga regulasi.
8. Penanggung jawab pelayanan anestesi menjalankan program
pengendalian mutu
9. Melaksanakan supervisi dan evaluasi pelaksanaan pelayanan
anestesi, sedasi moderat dan dalam di seluruh RS
10. Pemberian sedasi yang seragam di semua tempat di RS sesuai
peraturan per undang- undanganan ditetapkan dan dilaksanakan
sesuai regulasi.
11. RS menetapkan program mutu dan keselamatan pasien pada
pelayanan anestesi,sedasi moderat dan dalam yang merupakan
bagian dari program mutu dan keselamatan pasien meliputi antara lain
tapi tidak terbatas pada;
a Pelaksanaan asesmen pra sedasi dan pra anestesi
b Proses monitoring status fisiologis selama anestesi
c Proses monitoring proses pemulihan anestesi dan sedasi dalam
d Evaluasi ulang bila terjadi konversi tindakan dari lokal/ regional ke
general
12. RS menetapkan program mutu dan keselamatan pasien dalam
pelayanan anestesi, sedasi moderat dan dalam
13. Ada bukti monitoring dan evaluasi pelaksanaan asesmen pra sedasi
dan pra anestesi
14. Ada bukti monitoring dan evaluasi proses monitoring status fisiologis
selama anestesi.
15. Ada bukti monitoring dan evaluasi proses monitoring, proses
pemulihan anestesi dan sedasi dalam.
16. Ada bukti monitoring dan evaluasi evaluasi ulang bila terjadi konversi
tindakan dari lokal/ regional ke general
17. Progam mutu dan keselamatan pasien dalam anestesi, sedasi moderat
dan dalam dan diintegrasikan dengan program mutu RS.
18. Prosedur pemberian sedasi seperti layaknya anestesi mengandung
risiko potensial kepada pasien sehingga harus dilakukan seragam dan
sama disemua tempat di RS. Pemberian sedasi yang seragam
meliputi;
a Kualifikasi staf yang memberikan sedasi
b Peralatan medis yang digunakan
c Bahan yang dipakai
d Cara pemonitoran di RS
19. Peralatan emergency tersedia dan digunakan sesuai dengan jenis
sedasi, umur dan kondisi pasien
20. Staf yang terlatih dan berpengalaman dalam memberikan bantuan
hidup lanjut (advance) tersedia dan siaga selama tindakan sedasi
dikerjakan
21. Staf yang bertanggung jawab memberikan sedasi berkompeten dalam
hal:
a) Teknik dan berbagai macam cara sedasi
b) Farmakologi obat sedasi dan penggunaaan zat reversal
c) Memonitor pasien
d) Bertindak jika ada komplikasi
22. Staf lain yang kompeten dapat melakukan pemantauan dibawah
supervisi dan berkompeten dalam hal:
a) Pemonitoran yang diperlukan
b) Bertindak jika ada komplikasi
c) Penggunaaan zat reversal (anti-dot)
d) Kriteria pemulihan
23. PPA yang bertanggung jawab memberikan sedasi adalah staf yang
kompeten dalam hal
a) Teknik dan berbagai macam cara sedasi
b) Farmakologi obat sedasi dan penggunaaan zat reversal
c) Memonitor pasien
d) Bertindak jika ada komplikasi
24. PPA yang bertanggung jawab melakukan pemantauan selama
diberikan sedasi adalah staf yang kompeten dalam hal
a) Pemonitoran yang diperlukan
b) Bertindak jika ada komplikasi
c) Penggunaaan zat reversal (anti-dot)
d) Kriteria pemulihan
25. Kompetensi semua staf yang terlibat dalam sedasi tercatat dalam
dokumen kepegawaian.
26. PPA yang kompeten dan berwenang melakukan asesmen pra sedasi
adalah;
a) Mengidentifikasi setiap masalah saluran pernafasan yang dapat
mempengaruhi jenis sedasi
b) Evaluasi pasien terhadap risiko tindakan sedasi
c) Merencanakan jenis sedasi dan tingkat kedalaman sedasi yang
diperlukan pasien berdasar sedasi yang diterapkan
d) Pemberian sedasi secara aman
e) Evaluasi dan menyimpulkan temuan dari monitor selama dan
sesudah sedasi.
27. Dokter spesialis anestesi melakukan asesmen pra anestesi. Asesmen
pra anestesi dapat dilakukan sebelum masuk rawat inap atau sebelum
dilakukan tindakan bedah atau sesaat menjelang operasi yaitu pada
pasien darurat.
28. Asesmen pra anestesi dilakukan untuk setiap pasien yang akan
operasi dan hasil asesmen dicatat dalam rekam medis pasien.
29. Seorang yang kompeten melakukan pemantauan pasien selama
sedasi dan mencatat monitor dalam rekam medis.
30. Kriteria pemulihan digunakan dan didokumentasikan setelah selesai
tindakan sedasi.
31. Pasien dan atau keluarga pasien atau pihak lain yang berwenang
memberikan keputusan dijelaskan tentang risiko, keuntungan dan
alternatif tindakan sedasi.
32. Pasien dan atau keluarga pasien atau pihak lain yang berwenang
diberi edukasi tentang pemberian analgesik pasca tindakan sedasi.
33. Dokter anestesi melakukan edukasi dan melaksanakannya.
34. Asesmen pra anestesi, berbasis IAR (Informasi, Analisis, Rencana)
memberikan informasi yang diperlukan untuk:
a) Mengetahui masalah saluran pernapasan
b) Memilih anestesi dan rencana asuhan anestesi
c) Memberikan anestesi yang aman berdasarkan asesmen pasien,
risiko yang diketemukan, dan jenis tindakan
d) Menafsirkan temuan pada waktu monitoring selama anestesi dan
pemulihan
e) Memberikan informasi obat analgesia yang akan digunakan pasca
operasi.
35. Asesmen pra anestesi dilakukan untuk setiap pasien yang akan di
operasi.
36. Hasil asesmen didokumentasikan dalam rekam medis pasien
37. Profesional pemberi asuhan (PPA) yang kompeten dan berwenang
pada pelayanan anestesi melakukan asesmen pra induksi
38. Asemen pra induksi dilakukan untuk setiap pasien sebelum dilakukan
induksi dan didokumentasikan dalam rekam medis pasien.
39. Asesmen pra induksi berbasis IAR, terpisah dari asesmen pra
anestesi, fokus pada stabilitas fisiologis dan kesiapan pasien untuk
tindakan anestesi, berlangsung sesaat sebelum induksi anestesi.
40. Jika anestesi diberikan secara darurat, asesmen pra anestesi dan pra
induksi dapat dilakukan berurutan atau simultan, namun dicatat
secara terpisah
41. Pelayanan anestesi setiap pasien direncanakan dan
didokumentasikan.
42. Obat-obat anestesi, dosis, rute seta teknik anestesi didokumentasikan
di rekam medis pasien.
43. Dokter anestesi dan perawat yang mendampingi/ penata anestesi
ditulis di form anestesi.
44. Pasien dan atau keluarga atau pihak lain yang berwenang yang
memberikan keputusan dijelaskan tentang risiko, keuntungan dan
alternatif tindakan anestesi
45. Pasien dan atau keluarga atau pihak lain yang berwenang diberi
edukasi tentang pemberian analgesi pasca tindakan anestesi
46. Dokter spesialis anestesi melaksanakan edukasi dan
mendokumentasikannya.
47. Rencana, tindakan anestesi dan teknik yang digunakan dicatat dan
didokumentasikan di rekam medis pasien dan dilaksanakan sesuai
regulasi kecuali kondisi darurat dan live saving.
48. RS menetapkan jenis dan frekuensi pemantauan selama anestesi dan
operasi dilakukan berdasar status pasien pada pra anestesi, metoda
anestesi yang dipakai, dan tindakan operasi yang dilakukan.
49. Monitoring status fisiologis pasien sesuai dengan panduan praktik
klinis.
50. Hasil pemonitoran dicatat di form anestesi
51. Pasien dipindahkan dari ruang pemulihan (atau jika monitoring
pemulihan dihentikan) sesuai alternatif ,
a) Pasien dipindahkan (atau monitoring pemulihan dihentikan) oleh
dokter anestesi.
b) Pasien dipindahkan (atau monitoring pemulihan dihentikan) oleh
penata anestesi sesuai kriteria yang ditetapkan RS, dan rekam
medis pasien membuktikan bahwa kriteria yang dipakai dipenuhi
c) Pasien dipindahkan ke unit yang mampu memberikan asuhan
pasca anestesi atau pasca sedasi pasien tertentu, seperti ICU.
Waktu tiba di ruang pemulihan dan waktu keluar didokumentasikan
dalam form anestesi.
52. Waktu masuk ruang pemulihan dan dipindahkan dari ruang pemulihan
dicatat dalam form anestesi dengan waktu pemindahan maksimal 2
jam.
53. Pasien dimonitor dalam masa pemulihan pasca anestesi sesuai
regulasi RS dan hasil monitoring dicatat di form anestesi .
54. Pemberian anestesi lokal dapat dilakukan oleh profesional pemberi
asuhan dengan melakukan asesmen pra anestesi, monitoring selama
dilakukan anestesi dan mendokumentasikannya dalam form
pemberian anestesi lokal.

Ditetapkan di : Banyuwangi
Pada tanggal : Maret 2019

DIREKTUR
RUMAH SAKIT UMUM DAERAH GENTENG
KABUPATEN BANYUWANGI

dr. TAUFIQ HIDAYAT,M.Kes.,Sp.And.


Pembina Tingkat I
NIP. 19620101 198812 1 002

Anda mungkin juga menyukai