Anda di halaman 1dari 11

MAKALAH

ULUMUL QUR’AN

”METODE TAFSIR KONTEMPORER”

DISUSUN OLEH

MALIKA ISLAMI ARIFA (200209025)


ZAHRA (200209026)

FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN


PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYAH
UIN AR-RANIRY
2020
KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah SWT Rabb pemilik langit dan bumi, kami bersaksi bahwa tidak ada
Ilah selain Allah SWT dan Muhammad SAW sebagai Rasulnya, kami berlindung dari segala
keburukan perbuatan kami yang menyimpang, dan kami memohon selalu bimbingan-Nya.
Shalawat dan salam selalu tercurah atas Nabi yang mulia, manusia pilihan, contoh yang paling
terbaik bagi manusia yaitu baginda Nabi Muhammad SAW.

Makalah ini kami susun guna memenuhi tugas kuliah Ulumul Quran dengan tema Metode
Tafsir Kontemporer. Untuk itu kami telah berusaha sebaik mungkin dalam penyusunannya,
mulai dari pengumpulan sumber, pencarian informasi yang sesuai dengan tema sampai pada
tahap penyusunan telah kami lakukan sebaik mungkin, walaupun demikian kami selaku
penyusun menyadari masih terdapat kekurangan dalam makalah ini. Oleh sebab itu kami selaku
penyusun sangat mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun guna
menyempurnakan kekurangan yang tentunya ada pada makalah kami ini.

Demikianlah, semoga makalah ini bisa bermanfaat bagi penyusun dan pembaca sekalian.
Selamat membaca.

Banda Aceh, 18 Januari 2021

DAFTAR ISI

i
KATA PENGANTAR........................................................................................................................................i
DAFTAR ISI...................................................................................................................................................ii
BAB 1 PENDAHULUAN...........................................................................................................................1
A. Latar Belakang.................................................................................................................................1
B. Rumusan Masalah...........................................................................................................................1
BAB 2 PEMBAHASAN...................................................................................................................................2
A. Pengertian Tafsir Kontemporer.......................................................................................................2
B. Sejarah munculnya Tafsir Kontemporer..........................................................................................2
C. Metode Tafsir pada Masa Kontemporer..........................................................................................3
1. Metode Tahlili (Analitik)..................................................................................................................3
2. Metode Ijmali (Global).....................................................................................................................4
3. Metode Muqarin (Perbandingan)....................................................................................................4
4. Metode Maudhu’I (Tematik)............................................................................................................4
D. Metode Maudhu’I............................................................................................................................5
BAB 3 PENUTUP...........................................................................................................................................7
A. Kesimpulan......................................................................................................................................7
DAFTAR PUSTAKA........................................................................................................................................8

ii
BAB 1
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kajian seputar Al-qur’an dan tafsirnya sebenarnya selalu mengalami perkembangan yang
dinamis seiring dengan perkembangan peradaban manusia. Di masa Rasulullah Saw. Al-qur’an
langsung beliau tafsirkan jika ada hal-hal yang tidak dipahami oleh sahabat dangan pertanyaan-
pertanyaan yang disampaikan kepada Rasulullah saw. Setelah Rasulullah wafat penafsiran al-
Quran semakin berkembang mulai dari masa sahabat hingga sampai saat ini.

Seiring dengan adanya proses perkembangan zaman, pasti akan banyak perubahan situasi
dan kondisi, kebudayaan manusia semakin maju, teknologi semakin canggih, begitupun
transformasi informasi yang sangat cepat. Hal ini menjadi tantangan khususnya bagi umat Islam
dalam menjalani kehidupan dengan tetap memelihara nilai-nilai keislamannya. Agar penjelasan
ayat Al-qur’an mampu menyesuaikan dengan tuntutan zaman, maka dibutuhkan pemahaman
atau penafsiran yang sesuai dengan kondisi yang dihadapi. Penafsiran yang disesuaikan dengan
konteks sosial ini sering disebut tafsir kontekstual. Tafsir kontekstual ini mulai dikenal setelah
munculnya ulama-ulama kontemporer, yang menampakan diri sebagai ulama pembaharu.

B. Rumusan Masalah

1. Pengertian tafsir kontemporer.


2. Sejarah munculnya tafsir kontemporer.
3. Metode tafsir.
4. Metode Maudhu’I

1
BAB 2
PEMBAHASAN

A. Pengertian Tafsir Kontemporer

Tafsir kontemporer terbagi ke dalam dua kata, yakni Tafsir dan Kontemporer. Secara
etimologi, Tafsir berasal dari kata fassara-yufassiru-tafsiran yang berarti keterangan atau uraian.
Pada dasarnya, pengertian tafsir berdasarkan bahasa tidak akan lepas dari kandungan makna
menjelaskan,menerangkan mengungkapkan, dan menampakkan.

Jadi Tafsir Al-qur'an adalah ilmu pengetahuan untuk memahami dan menafsirkan yang
bersangkutan dengan Al-qur’an dan isinya yang berfungsi sebagai mubayyin (pemberi
penjelasan), menjelaskan tentang arti dan kandungan Al qur’an, khususnya menyangkut ayat-
ayat yang tidak di pahami dan samar artinya. Sedangkan kontemporer adalah sebagaimana yang
terdapat dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) berarti: “pada waktu yang sama, semasa,
sewaktu, pada masa kini, dan, dewasa ini.”

Jadi, Tafsir kontemporer dapat diartikan upaya mufassir untuk menjelaskan Al-Quran sesuai
dengan konteks ayat pada saat ini.

C. Sejarah munculnya Tafsir Kontemporer

Abad ke 14 H adalah abad di mana dunia islam mengalami kemajuan di berbagai bidang,
termasuk bidang kajian tafsir. Kemunculan metode tafsir kontemporer sendiri diantaranya dipicu
oleh kekhawatiran yang akan ditimbulkan ketika penafsiran al qur`an dilakukan secara tekstual,
dengan mengabaikan situasi dan latarbelakang turunnya suatu ayat sebagai data sejarah yang
penting.

Sebagaimana kita ketahui bahwa pada masa proses pewahyuan berlangsung, nabi
Muhammad Saw. sebagai penafsir terhadap ayat-ayat Al-qur’an terutama yang bersifat samar,
hal ini berlangsung sampai wafatnya beliau, namun harus kita akui bahwa riwayat-riwayat

2
tentangnya tidak sampai kepada kita atau memang penafsiran-penafsiran beliau tidak mencakup
seluruh Al-qur’an. Sehingga sepeninggal Rasulullah para sahabat menafsirkan Al-qur’an melalui
Ijtihad mereka sendiri terutama sahabat yang memiliki kemampuan dibidang itu seperti: 'Ali bin
Abi Thalib, Ibnu 'Abbas, Ubay bin Ka'ab, dan Ibnu Mas'ud.

Selanjutnya diawali dengan proses perkembangan hadits yang cepat, saat itu bermunculan
hadis-hadis palsu dan lemah di tengah-tengah masyarakat. Sementara itu perubahan sosial
semakin menonjol, dan timbullah beberapa persoalan yang belum pernah terjadi atau
dipersoalkan pada masa Nabi Muhammad Saw, para sahabat, dan tabi'in.

D. Metode Tafsir pada Masa Kontemporer

Pada perkembangan sekarang ini, yang merujuk pada temuan ulama kontemporer, yang
dianut sebagian pakar al qur`an misalnya al Farmawi (di Indonesia) yang dipopulerkan oleh M.
Quraish Shihab dalam berbagai tulisanya adalah pemilahan metode tafsir al qur`an kepada empat
metode yaitu Ijmali (Global), Tahlili (Analis), Muqarin (Perbandingan), Maudlu`I (Tematik).

1. Metode Tahlili (Analitik)

Menurut Muhammad Baqir ash-Shadr, metode ini, yang ia sebut sebagai metode tajzi’i
adalah metode yang mufasirnya berusaha menjelaskan kandungan ayat-ayat Alquran dari
berbagai seginya dengan memperhatikan runtutan ayat Alquran sebagaimana tercantum
dalam Alquran.

Tafsir ini dilakukan secara berurutan ayat demi ayat kemudian surat demi surat dari
awal hingga akhir sesuai dengan susunan Alquran. Dia menjelaskan kosa kata dan lafadz,
menjelaskan arti yang dikehendaki, sasaran yang dituju dan kandungan ayat, yaitu unsur-
unsur ’ijaz dan balaghah, dan keindahan susunan kalimat, menjelaskan apa yang dapat
diambil dari ayat yaitu hukum fiqih, dan dalil syar’i, arti secara bahasa, norma-norma
akhlak dan lain sebagainya.

3
2. Metode Ijmali (Global)

Metode ini adalah berusaha menafsirkan Alquran secara singkat dan global, dengan
menjelaskan makna yang dimaksud tiap kalimat dengan bahasa yang ringkas sehingga
mudah dipahami. Urutan penafsiran sama dengan metode tahlili namun memiliki
perbedaan dalam hal penjelasan yang singkat dan tidak panjang lebar.

3. Metode Muqarin (Perbandingan)

Tafsir ini menggunakan metode perbandingan antara ayat dengan ayat lainnya, yaitu
ayat-ayat yang mempunyai kemiripan redaksi dalam dua atau lebih kasus yang berbeda,
atau ayat dengan hadis, atau antara pendapat-pendapat para ulamatafsir dengan
menonjolkan perbedaan tertentu dari obyek yang diperbandingkan itu.

4. Metode Maudhu’I (Tematik)

Tafsir berdasarkan tema, yaitu memilih satu tema dalam Alquran untuk kemudian
menghimpun seluruh ayat Alquran yang berkaitan dengan tema tersebut baru kemudian
ditafsirkan untuk menjelaskan makna tema tersebut. Metode ini adalah metode tafsir yang
berusaha mencari jawaban Alquran dengan cara mengumpulkan ayat-ayat Alquran yang
mempunyai tujuan satu, yang bersama-sama membahas topik atau judul tertentu dan
menertibkannya sesuai dengan masa turunnya selaras dengan sebab-sebab turunnya,
kemudian memperhatikan ayat-ayat tersebut dengan penjelasan-penjelasan, keterangan-
keterangan dan hubungan-hubungannya dengan ayat lain kemudian mengambil hukum-
hukum darinya.

Adanya pengklasifikasian metode tafsir ini tentunya tidak dimaksudkan untuk


mendekonstruksi mana yang favorit dan yang tidak favorit, tapi lebih ditunjukkan untuk
mempermudah penelusuran sejarah metode tersebut, dan untuk melengkapi satu sama
lainnya.

4
E. Metode Maudhu’I

Di antara berbagai metode yang berkembang di masa kontemporer, metode maudhu’i


tampaknya merupakan yang paling banyak diminati oleh para mufassir kontemporer. Sesuai
dengan namanya, metode penafsiran maudhu’i adalah upaya untuk memahami ayat-ayat al-
Qur’an dengan memfokuskan pada judul(tema) yang telah di tetapkan.

Kata maudhu’i berasal dari bahasa Arab (‫ )موضوع‬yang merupakan isim maf’ul dari fi’il
madhi (‫ )وضع‬yang berarti meletakkan, menjadikan, menghina, mendustakan, dan membuat-buat.
Secara semantik, tafsir maudhu’i berarti menafsirkan Al-Qur’an menurut tema atau topik
tertentu. Dalam bahasa Indonesia biasa disebut dengan tafsir tematik. Tafsir maudhu’i menurut
pendapat mayoritas ulama’ adalah “Menghimpun seluruh ayat Al-Qur’an yang memiliki tujuan
dan tema yang sama”.

Metode maudhu’I memiliki beberapa kelebihan dan kekurangan. Kelebihan metode


maudhu’i diantara-Nya adalah:

a) Menjawab tantangan zaman: Permasalahan dalam kehidupan selalu tumbuh dan


berkembang sesuai dengan perkembangan kehidupan itu sendiri. Maka metode maudhu’i
sebagai upaya metode penafsiran untuk menjawab tantangan tersebut. Untuk kajian
tematik ini diupayakan untuk menyelesaikan permasalahan yang dihadapi masyarakat.
b) Praktis dan sistematis: Tafsir dengan metode tematik disusun secara praktis dan
sistematis dalam usaha memecahkan permasalahan yang timbul.
c) Dinamis: Metode tematik membuat tafsir al-Qur’an selalu dinamis sesuai dengan tuntutan
zaman sehingga menimbulkan image di dalam pikiran pembaca dan pendengarnya bahwa
al-Qur’an senantiasa mengayomi dan membimbing kehidupan di muka bumi ini pada
semua lapisan dan starata sosial.
d) Membuat pemahaman menjadi utuh: Dengan ditetapkannya judul-judul yang akan
dibahas, maka pemahaman ayat-ayat al-Qur’an dapat diserap secara utuh. Pemahaman
semacam ini sulit ditemukan dalam metode tafsir yang dikemukakan di muka. Maka
metode tematik ini dapat diandalkan untuk pemecahan suatu permasalahan secara lebih
baik dan tuntas.

5
Kekurangan metode maudhu’i antara lain:

a) Memenggal ayat al-Qur’an: Yang dimaksud memenggal ayat al-Qur’an ialah suatu kasus
yang terdapat di dalam suatu ayat atau lebih mengandung banyak permasalahan yang
berbeda. Misalnya, petunjuk tentang shalat dan zakat. Biasanya kedua ibadah itu
diungkapkan bersama dalam satu ayat. Apabila ingin membahas kajian tentang zakat
misalnya, maka mau tidak mau ayat tentang shalat harus di tinggalkan ketika
menukilkannya dari mushaf agar tidak mengganggu pada waktu melakukan analisis.
b) Membatasi pemahaman ayat: Dengan diterapkannya judul penafsiran, maka pemahaman
suatu ayat menjadi terbatas pada permasalahan yang dibahas tersebut. Akibatnya
mufassir terikat oleh judul itu. Padahal tidak mustahil satu ayat itu dapat ditinjau dari
berbagai aspek, karena dinyatakan Darraz bahwa, ayat al-Qur’an itu bagaikan permata
yang setiap sudutnya memantulkan cahaya. Jadi, dengan diterapkannya judul
pembahasan, berarti yang akan dikaji hanya satu sudut dari permata tersebut.

Dari berbagai uraian tersebut, menurut kebutuhan ummat pada zaman modern ini, metode
Maudhu’i mempunyai peran yang sangat besar dalam penyelesaian suatu tema dengan
mendasarkan ayat-ayat Al-qur’an, walaupun setiap metode memiliki karakteristik sendiri-sendiri
yang tentu tergantung pada kepentingan dan kebutuhan mufassir serta situasi dan kondisi yang
ada.

Dengan demikian metode maudhu’i dapat digunakan untuk menyelesaikan permasalahan


yang dihadapi oleh ummat dewasa ini, karena metode maudhu’i mampu menghantarkan ummat
(pembaca tafsir) ke suatu maksud dan hakekat suatu persoalan dengan cara yang paling mudah,
sebab tanpa harus bersusah payah dan memenuhi kesulitan dalam memahami tafsir. Selain itu
sisi lain yang dilihat adalah dengan metode maudhu’i, mufassir berusaha berdialog aktif dengan
al-Qur’an untuk menjawab tema yang dikehendaki secara utuh. sementara kalau kita perhatikan
penafsiran al-Qur’an dengan metode tahlili, mufassir justru bersikap pasif sebab hanya mengikuti
urutan ayat dan surat dalam al-Qur’an.

6
BAB 3
PENUTUP

A. Kesimpulan

 Tafsir kontemporer dapat diartikan upaya mufasir untuk menjelaskan Al-Quran sesuai
dengan konteks ayat pada saat ini
 Kemunculan metode tafsir kontemporer diantara-Nya dipicu oleh kekhawatiran yang
akan ditimbulkan ketika penafsiran Al Quran dilakukan secara tekstual, dengan
mengabaikan situasi dan latar belakang turunnya suatu ayat sebagai data sejarah yang
penting
Merujuk pada temuan ulama kontemporer, pemilahan metode penafsiran Al-Quran dibagi
ke dalam empat metode, yaitu metode Ijmali (Global), Tahlili (Analis), Muqarin
(Perbandingan), Maudlu`I (Tematik).
 Metode penafsiran maudhu’i adalah upaya untuk memahami ayat-ayat Al-Qur’an dengan
memfokuskan pada judul(tema) yang telah di tetapkan.
 Metode maudhu’I memiliki beberapa kelebihan dan kekurangan. Kelebihan metode
maudhu’i diantara-Nya adalah, menjawab tantangan zaman, praktis dan sistematis,
dinamis, membuat pemahaman menjadi utuh. Kekurangannya antara lain yaitu
memenggal ayat-ayat Al-Quran dan membatasi pemahaman ayat.
 Menurut Hujair A.H Sanaky kebutuhan umat pada zaman modern, metode maudhu’i
mempunyai peran yang sangat besar dalam penyelesaian suatu tema dengan mendasarkan
ayat-ayat Al-Quran.

7
DAFTAR PUSTAKA

A.W Munawir, Kamus Al-Munawir Arab-Indonesia Lengkap, Bandung: Pustaka Progresip,


1997.

http.sejarah perkembangan tafsir_Dr.M. Quraisy Shihab.

Rosihon Anwar, Ulum Al-Qur’an, Bandung: CP PUSTAKA SETIA, 2010.

Anwar Rosikhun, Samudra Al Qur`an ( Bandung) : Pustaka Setia, 2001

http://miftahul-falah-miftahul-falah.blogspot.com/2010/07/metodologi-tafsir-kontemporer-
tafsir_12.html

Anda mungkin juga menyukai