Anda di halaman 1dari 25

Percobaan 12

LAPORAN PRAKTIKUM
ANALISIS DAN IDENTIFIKASI SENYAWA ORGANIK

IDENTIFIKASI ASAM AMINO DAN PROTEIN

Dosen Pengampu Matakuliah


Dr. Aman Santoso, M.Si.
Daratu Evina Kusuma Putri, S.Si., M.Sc.

oleh:
kelompok 2 Offering I
Hafiz Clevanota*** (190332622472)
Integralita Cahyanti (190332622424)
Irma Putri Asri (190332622447)
Muhammad Sauki Zamzam*** (190332622406)

JURUSAN KIMIA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS NEGERI MALANG
2021
A. Tujuan
Melalui percobaan ini, diharapkan mahasiswa:
1. Memiliki pemahaman tentang kelarutan asam amino dalam asam, basa, dan air.
2. Memiliki pemahaman tentang reaksi-reaksi asam amino terhadap reagen-reagen
tertentu.
3. Memiliki pemahaman tentang reaksi-reaksi protein terhadap reagen-reagen
tertentu.

B. Dasar Teori
Seperti ditunjukkan oleh namanya, asam amino merupakan senyawa organik
yang mengandung gugus asam (karboksil) dan gugus amino, sehingga asam amino
bersifat asam dan basa. Berdasarkan pengertian tersebut secara kimia jumlah asam
amino sangat banyak. Namun, jumlah asam amino yang terdapat di alam hanya sedikit.
Yang terdapat dalam protein hanya berjumlah 22 yang semuanya merupakan asam
amino-α.
Sifat asam amino tidak seperti senyawa organik dengan berat molekul rendah,
tetapi mirip dengan garam anorganik. Pada umumnya asam amino larut dalam air, tetapi
larut sangat sedikit atau tidak larut dalam pelarut organik. Titik leburnya lebih tinggi
bila dibandingkan dengan senyawa organik lain dengan berat molekul rendah. Sebagian
besar asam amino mempunyai titik lebur lebih besar dari 200℃.
Beberapa asam amino memiliki gugus yang terionisasi dalam gugus alkilnya.
Keberadaan gugus tersebut mempengaruhi sifat asam amino, misalnya apakah asam
amino tidak terikat dengan molekul lain dalam larutan ataukah terikat dengan molekul
lain seperti dalam protein.
Asam amino dapat digolongkan menjadi 7 golongan atas dasar struktur rantai
samping R. Golongan tersebut adalah:
1. Asam amino dengan rantai samping alifatik, misalnya glisin, alanin, valin, leusin,
dan isoleusin.
2. Asam amino dengan rantai samping yang mengandung gugus hidroksil, misalnya
serin, treonin, dan tirosin.
3. Asam amino dengan rantai samping yang mengandung sulifur, misalnya sistein dan
metionin.
4. Asam amino dengan rantai samping yang mengandung gugus asam atau amida,
misalnya asam aspartat, asparagin, asam glutamat, dan glutamin.
5. Asam amino dengan rantai samping yang mengandung gugus basa, misalnya
arginin, lisin, dan histidin.
6. Asam amino dengan rantai samping yang mengandung cincin aromatik, misalnya
fenil alanin, tirosin, dan triptofan.
7. Asam amino lain, misalnya prolin dan 4-hidroksiprolin.

Asam amino terdapat dalam molekul protein. Akan tetapi, ada juga asam amino
yang tidak terdapat dalam molekul protein, misalnya beta alanin, taurin, gamma amino
butirat, ornitin, dan sitrulin.
Asam amino memiliki beberapa sifat yang khas. Sifat-sifat tersebut di antaranya
adalah:
1. Kristal putih yang larut dalam asam dan alkali kuat.
2. Beberapa di antaranya mampunyai rasa manis, misalnya glisin, alanin, serin, dan
prolin; rasa tawar, misalnya triptofan dan leusin; dan rasa pahit, misalnya arginin.
3. Mempunyai atom C asimetris (kecuali glisin) sehingga mempunyai keaktifan optik.
4. Bersifat amfoter.
5. Pada pH isoelektrik, tidak bergerak dalam medan listrik.
Protein merupakan molekul besar (berat molekulnya dapat sampai beberapa
juta). Terdapat dalam seluruh sel tubuh. Protein tersusun atas kira-kira 20 macam asam
amino yang berikatan satu sama lain dengan ikatan peptida yang dibentuk antara gugus
karboksil asam amino dengan gugus amino dari asam amino berikutnya.
Protein pada umumnya diklasifikasikan atas daya larut dan komposisi kimianya.
Berdasarkan komposisi kimianya, protein dibagi atas:
1. Simple Protein
Merupakan protein yang hanya mengandung 1-alfa-asam amino atau
derivatnya. Beberapa contoh Simple Protein antara lain: albumin, globulin, glutein,
protamin, albuminoid, dan histon.
2. Conjugated Protein
Merupakan protein yang bergabung dengan zat yang bukan protein. Zat yang
bukan protein ini disebut gugus prostetik. Beberapa contoh Conjugated Protein
antara lain: nukleoprotein, glikoprotein, fosfoprotein, lipoprotein, dan
metalloprotein.

Sifat-sifat struktural protein dianggap berada dalam 4 buah susunan yaitu:


a. Struktur primer
Pada struktur ini terdapat rangkaian asam amino dan lokasi setiap ikatan
disulfida dikode dalam gen.
b. Struktur sekunder
Pada struktur ini ada pelipatan rantai polioeptida menjadi multiplikasi motif
terikat hidrogen seperti struktur α-heliks dan β-pleted sheet. Kombinasi motif-motif
ini dapat membentuk motif supersekunder.
c. Struktur tersier
Pada struktur ini hubungan antar-dominan struktural sekunder dan antara-residu
yang letaknya terpisah jauh dalam pengertian struktur primer.
d. Struktur kuartener
Struktur ini hanya terdapat dalam protein oligomerik (protein dengan dua atau
tiga rantai polipeptid), menjelaskan titik-titik kontak dan hubungan lainnya antara
polipeptida atau subunit ini.

Protein merupakan polimer asam amino. Dalam protein suatu asam amino
berikatan dengan asam amino lain melalui ikatan peptida (-CO-NH-) yang terbentuk
melalui kondensasi gugus karboksil asam amino pertama dengan gugus α-amino dalam
asam amino yang lain. Karena asam amino mempunyai gugus alkil yang bisa
mengandung gugus yang terionisasi, sifat protein ditentukan oleh gugus-gugus tersebut.
Asam amino dan protein secara umum mempunyai sifat-sifat fisik yang sama.
Dari keseluruhan asam amino yang terdapat di alam hanya 20 asam amino yang bisa
dijumpai pada protein. Dari struktur umumnya, asam amino mempunyai dua gugus
pada tiap molekulnya, yaitu gugus amino dan gugus karboksil yang digambarkan
sebagai strukturion dipolar. Gugus amino dan gugus karboksil pada asam amino
menunjukkan sifat-sifat spesifiknya. Karena asam amino mengandung kedua gugus
tersebut, senyawa ini akan memberikan reaksi kimia yang mencirikan gugus-gugusnya.
Sebagai contoh adalah reaksi asetilasi dan esterifikasi (Girindra, 1993).

(a) Struktur dasar asam amino (b) Struktur primer protein

C. Alat dan Bahan

No Alat yang digunakan No Bahan yang digunakan


1 Tabung reaksi 1 Glisin
2 Rak tabung reaksi 2 Asam glutamate
3 Penjepit tabung reaksi 3 Alanin
4 Beaker glass 4 Arginin (1 g/l)
5 Lampu spiritus 5 Glisin (1 g/l)
6 Kaki tiga 6 Tirosin (1 g/l)
7 Kasa asbes 7 Triptofan (1 g/l)
8 Fenilalanin (1 g/l)
9 Histidine (1 g/l)
10 Sistein (1 g/l)
11 Sistin (1 g/l)
12 Metionin (1 g/l)
13 Fenol (1 g/l)
14 Reagen Millon
15 Urea (1 g/l)
16 Albumin (5 g/l air garam)
17 Kasein (5 g/l NaOH encer)
18 Gelatin (5 g/l air garam)
19 Putih telur (5 g/l air garam)
20 Asam trikloroasetat (20%, b/v)
21 Asam sulfosalisilat (20%, b/v)
22 Asam pikrat jenuh
23 Kertas lakmus
24 Asam klorida 0,1 M
25 Asam klorida 1 M
26 Natrium hidroksida 0,1 M
27 Natrium hidroksida 1 M
28 Natrium hidroksida 10 M
29 Aquades
30 Etanol
31 Asam tanat (10%, b/v)
32 Kloroform
33 Ninhidrin baru (2 g/l)
34 Asam nitrat pekat
35 Natrium nitrit (10 g/l)
36 Natrium nitrit (50 g/l)
37 Asam asetat glasial
38 Asam sulfat pekat
38 Asam nitrat pekat
40 Asam sulfanilat (10 g/l larutan dalam 1 M HCl)
41 Natrium karbonat (10 g/l)
42 Natrium nitroprusida baru (20 g/l)
43 Amonium hidroksida
44 α-Naftol (10 g/l dalam alkohol)
45 Air brom (beberapa tetes dalam 100 ml air)
46 Tembaga sulfat (10 g/l CuSO4.5H2O)
47 Tembaga sulfat 0,1 M
48 Timbal asetat 0,1 M
49 Merkuri nitrat 0,1 M

D. Prosedur Percobaan
1. Sifat Umum Asam Amino
a. Kelarutan Asam Amino
Larutan Glisisn, Asam glutamat, anlanin

− Diambil beberapa tabung reaksi (bersih).


− Dimasukkan pelarut (air, HCl 0,1 M, NaOH 0,1 M, etanol, dan
kloroform).
− Diujilah kelarutan padatan asam amino (glisin, asam glutamat, dan
alanin dalam pelarut tersebut
hasil
b. Reaksi Ninhidrin
Larutan Glisisn, tirosin, triptopan

− Diambil 3 tabung reaksi (bersih).


− Dimasukkan ke dalam masing-masing tabung reaksi tersebut 1 mL
larutan glisin, tirosin, dan triptofan.
− Diatur pH-nya agar netral.
− Ditambahkan 3 - 5 tetes larutan ninhidrin.
− Dididihkan selama 2 menit, amati perubahan yang terjadi.
− Diambil sebuah tabung reaksi (bersih).
− Dimasukkan 1 mL larutan glisin.
− Tambah dengan 1 mL aquades.
− Diambil 1 mL larutan glisin tersebut.
− Diuji dengan larutan ninhidrin, sisanya disimpan.
− Jika masih dihasilkan warna ungu, ditambahkan 1 mL aquades pada
larutan ninhidrin sisa.
− Diambil 1 mL larutan ninhidrin tersebut, simpan sisanya.
− Diuji dengan larutan ninhidrin, bila masih dihasilkan warna ungu,
pengencer dan pengujian dilanjutkan sampai diperoleh hasil yang
negatif.
hasil

c. Reaksi Xanthoprotein
Larutan Glisisn, Tirosin, Triptofan, fenailin dan fenol

− Diambil 5 buah tabung reaksi (bersih) beri label.


− Dimasukkan pada masing-masing tabung reaksi 0,5 mL larutan
glisin, tirosin, triptofan, fenilalanin, dan fenol.
− Dimasukkan pada masing-masing tabung reaksi 0,5 mL larutan asam
nitrat pekat.
− Didinginkan dan catat perubahan warna yang terjadi.
− Ditambahkan larutan NaOH 10 M sampai larutan bersifat sangat basa.
− Diuji positif ditandai dengan perubahan warna dari kuning menjadi
oranye.
hasil

d. Reaksi Millon
larutan glisin, tirosin, dan fenilalanin.

− Diambil 3 tabung reaksi (bersih).


− Dimasukkan pada masing-masing tabung reaksi 0,5 mL larutan
glisin, tirosin, dan fenilalanin.
− Ditambahkan pada masing-masing tabung reaksi 3 – 5 tetes reagen
Millon.
− Dipanaskan dalam penangas air mendidih selama 10 menit.
− Didinginkan (sampai suhu kamar).
− Tambahkan 5 tetes larutan natrium nitrit (10 g/L).
− Diuji positif ditandai dengan terbentuknya larutan warna merah bata.
hasil

e. Uji Glioksilat untuk Triptofan (Hopkins-Cole)


larutan glisin, tirosin, dan Triptofan

− Diambil 3 tabung reaksi (bersih).


− Dimasukkan pada masing-masing tabung reaksi 2,0 mL larutan
glisin, tirosin, dan triptofan.
− Ditambahkan pada masing-masing tabung reaksi 2,0 mL asam asetat
glasial yang sudah dikenai cahaya.
− Ditambahkan 2 ,0 mL larutan asam sulfat pekat dengan hati-hati
melalui dinding tabung reaksi sehingga dihasilkan 2 lapisan latutan.
− Diamati perubahan warna yang terjadi pada batas kedua larutan.
− Diuji positif ditandai dengan terbentuknya cincicn berwarna ungu.
hasil
f. Uji Pauli
larutan glisin, tirosin, triptofan dan histidin

− Diambil 4 tabung reaksi (bersih).


− Dimasukkan pada masing-masing tabung reaksi 2,0 mL larutan
glisin, tirosin, triptofan, dan histidin.
− Ditambahkan pada masing-masing tabung reaksi 1,0 mL larutan asam
sulfanilat.
− Didinginkan dalam penangas es.
− Ditambahkan 1,0 mL larutan natrium nitrit (50 g/L) dan 3 – 5 tetes
larutan HCl 1,0 M.
− Dibiarkan dalam penangas es selama 3 menit.
− Ditambahkan 2 mL larutan natrium karbonat (10 g/L) sampai larutan
bersifat basa.
− Dicatat perubahan warna yang terjadi.
hasil

g. Uji Nitroprusida
larutan sistein, sistin, dan metionin

− Diambil 3 tabung reaksi (bersih).


− Dimasukkan pada masing-masing tabung reaksi 2 mL larutan
sistein, sistin, dan metionin.
− Ditambahkan dengan 0,5 mL larutan natrium nitroprusida (20 g/L)
baru.
− Dikocok hingga bercampur.
− Ditambahkan 0,5 mL larutan amonium hidroksida.
− Diamati perubahan warna yang terjadi.
hasil

h. Reaksi Sakaguchi
larutan arginin (1 g/L) dan glisin (1 g/L).

− Diambil 2 tabung reaksi (bersih).


− Dimasukkan pada masing-masing tabung reaksi 2 mL larutan arginin
(1 g/L) dan glisin (1 g/L).
− Ditambahkan 1 mL larutan natriun hidroksida 10 M. o Kocok hingga
bercampur.
− Ditambahkan 2 – 3 tetes larutan alfa naftol dalam alkohol (1 g/L).
− Dikocok hingga bercampur dengan baik.
− Ditambahkan 4 – 5 tetes air brom.
− Dicatat perubahan warna yang terjadi.
hasil

2. Reaksi-reaksi Umum untuk Protein


a. Uji Biuret untuk Ikatan Peptida
Larutan Albumin, Kasein, Gelatin, dan Putih Telur (2 g/L)
- Diambil 5 tabung reaksi (bersih).
- Dimasukkan pada masing-masing tabung reaksi 2 mL larutan albumin,
kasein, gelatin, dan putih telur (2 g/L).
- Ditambahkan 4-5 tetes larutan CuSO4 (10 g/L).
- Dikocok dan ditambahkan 2 mL larutan natrium hidroksida 10 M.
- Dikocok dan dicatat warna yang dihasilkan.

Hasil
b. Denaturasi oleh Panas, Asam, dan Basa
Larutan Albumin, Kasein, Gelatin, dan Putih Telur (5 g/L)
- Diambil 12 tabung reaksi (bersih).
- Dimasukkan pada 3 tabung reaksi I dua mL larutan albumin (5 g/L).
- Ditambahkan pada masing-masing tabung reaksi ke-1 0,5 mL larutan HCl
1,0 M, tabung reaksi ke-2 0,5 mL larutan NaOH 1,0 M, dan tabung reaksi
ke-3 0,5 mL air.
- Dimasukkan pada 3 tabung reaksi II dua mL larutan kasein (5 g/L).
- Ditambahkan pada masing-masing tabung reaksi ke-1 0,5 mL larutan 1,0 M,
tabung reaksi ke-2 0,5 mL larutan NaOH 1,0 M, dan tabung ke-3 0,5 mL
air.
- Dimasukkan pada 3 tabung reaksi III 2 mL larutan gelatin (5 g/L).
- Ditambahkan pada masing-masing tabung reaksi ke-1 0,5 mL larutan HCl
1,0 M, tabung reaksi ke-2 0,5 mL larutan NaOH 1,0 M, dan tabung reaksi
ke-3 0,5 mL air.
- Dimasukkan pada 3 tabung reaksi IV 2 mL larutan putih telur (5 g/L).
- Ditambahkan pada masing-masing tabung reaksi ke-1 0,5 mL larutan HCl
1,0 M, tabung reaksi ke-2 0,5 mL larutan NaOH 1,0 M, dan tabung reaksi
ke-3 0,5 mL air.
- Dimasukkan 12 tabung reaksi tersebut dalam penangas air mendidih selama
10 menit.
- Didinginkan sampai mencapai temperature kamar. Kemudian netralkan.
- Dicatat hasilnya.
- Diambil 4 tabung reaksi (bersih).
- Dimasukkan pada masing-masing tabung 2 mL larutan albumin, kasein,
gelatin, dan putih telur (5 g/L).
- Ditambahkan tetes demi tetes (sampai 2 mL) larutan asam nitrat pekat
melalui dinding tabung reaksi (jangan dikocok), sehingga terbentuk 2
lapisan.
- Dikocok dengan hati-hati.
- Dicatat hasil yang diperoleh.

Hasil
c. Pengendapan oleh Logam Berat
Larutan Albumin, Kasein, Gelatin, dan Putih Telur (5 g/L)
- Diambil 12 tabung reaksi (bersih).
- Dimasukkan pada 3 tabung reaksi I dua mL larutan albumin (5 g/L).
- Ditambahkan pada masing-masing tabung 3–5 tetes larutan CuSO4 0,1 M,
Pb-asetat 0,1 M, dan merkuri nitrat 0,1 M.
- Diamati apa yang terjadi? Apa yang terjadi jika ion logam berat (Cu2+, Pb2+,
dan Hg2+) ditambahkan berlebih!
- Dimasukkan pada 3 tabung reaksi II dua mL larutan kasein (5 g/L).
- Ditambahkan pada masing-masing tabung 3–5 tetes larutan CuSO4 0,1 M,
Pb-asetat 0,1 M, dan merkuri nitrat 0,1 M.
- Diamati apa yang terjadi? Apa yang terjadi jika ion logam berat (Cu2+, Pb2+,
dan Hg2+) ditambahkan berlebih!
- Dimasukkan pada 3 tabung reaksi III dua mL larutan gelatin (5 g/L).
- Ditambahkan pada masing-masing tabung 3–5 tetes larutan CuSO4 0,1 M,
Pb-asetat 0,1 M, dan merkuri nitrat 0,1 M.
- Diamati apa yang terjadi? Apa yang terjadi jika ion logam berat (Cu2+, Pb2+,
dan Hg2+) ditambahkan berlebih!
- Dimasukkan pada 3 tabung reaksi IV dua mL larutan putih telur (5 g/L).
- Ditambahkan pada masing-masing tabung 3–5 tetes larutan CuSO4 0,1 M,
Pb-asetat 0,1 M, dan merkuri nitrat 0,1 M.
- Diamati apa yang terjadi? Apa yang terjadi jika ion logam berat (Cu2+, Pb2+,
dan Hg2+) ditambahkan berlebih!

Hasil
d. Pengendapan oleh Reagen Asam
Larutan Albumin, Kasein, Gelatin, dan Putih Telur (5 g/L)
- Diambil 16 tabung reaksi (bersih).
- Dimasukkan pada 4 tabung reaksi I dua mL larutan albumin (5 g/L).
- Ditambahkan pada masing-masing tabung 3–5 tetes larutan asam
sulfosalisilat 20%, asam pikrat 20%, asam trikloro asetat 10%, dan asam
tannat 10%.
- Diamati apa yang terjadi.
- Dimasukkan pada 4 tabung reaksi II dua mL larutan kasein (5 g/L).
- Ditambahkan pada masing-masing tabung 3–5 tetes larutan asam
sulfosalisilat 20%, asam pikrat 20%, asam trikloro asetat 10%, dan asam
tannat 10%.
- Diamati apa yang terjadi.
- Dimasukkan pada 4 tabung reaksi III dua mL larutan gelatin (5 g/L).
- Ditambahkan pada masing-masing tabung 3–5 tetes larutan asam
sulfosalisilat 20%, asam pikrat 20%, asam trikloro asetat 10%, dan asam
tannat 10%.
- Diamati apa yang terjadi.
- Dimasukkan pada 4 tabung reaksi IV dua mL larutan putih telur (5 g/L).
- Ditambahkan pada masing-masing tabung 3–5 tetes larutan asam
sulfosalisilat 20%, asam pikrat 20%, asam trikloro asetat 10%, dan asam
tannat 10%.
- Diamati apa yang terjadi.
- Ditambahkan perlahan 3–5 tetes larutan NaOH encer pada semua tabung
reaksi.
- Diamati apa yang terjadi bila pH dinaikkan.

Hasil

E. Data Hasil Pengamatan


1. Sifat Umum Asam Amino
a. Kelarutan Asam Amino
No Perlakuan Sampel
Glisin Asam Alanin
Glutamat
1 Dilarutkan dalam air Larut Larut Larut
2 Dilarutkan dalam HCl 0,1 M Larut Larut Larut
3 Dilarutkan dalam NaOH 0,1 M Larut Larut Larut
4 Dilarutkan dalam etanol Tidak larut Tidak larut Tidak larut
5 Dilarutkan dalam kloroform Tidak larut Tidak larut Tidak larut
b. Reaksi Ninhidrin
No Perlakuan Hasil Pengamatan
Glisin Tirosin Triptofan
1 Tambahkan 3-5 tetes larutan Tidak terjadi Tidak terjadi Tidak terjadi
ninhidrin perubahan warna perubahan perubahan
warna warna
2 Didihkan selama 2 menit. Larutan berubah Larutan Larutan
warna menjadi berubah warna berubah warna
ungu menjadi ungu menjadi ungu
3 Ambil tabung reaksi yang
bersih, masukkan 1 mL
larutan glisin. Ditambah 1
mL aquades, ambil 1 mL
dari larutan ini.
4 Uji menggunakan larutan Larutan berubah
ninhidrin (Tambahkan 3-5 warna menjadi
tetes larutan ninhidrin dan ungu
dididihkan selama 2 menit)

5 Dilakukan pengenceran Larutan berubah


terhadap larutan sampel warna menjadi
yang disimpan, kemudian ungu.
diuji dengan larutan
ninhidrin.
6 Dilakukan pengenceran Tidak terjadi
terhadap larutan sampel perubahan warna
yang disimpan (no 5), terhadap larutan
kemudian diuji dengan hasil uji.
larutan ninhidrin.

c. Reaksi Xanthoprotein
No Perlakuan Hasil Pengamatan
Glisin Tirosin Triptofan Fenilalanin Fenol
1 Masukkan Tidak Terbentuk Terbentuk Terbentuk Terbentuk
0,5 mL terbentuk lapisan lapisan lapisan larutan
larutan asam lapisan berwarna berwarna berwarna berwarna
itrat pekat. berwarna kekuningan kekuningan kekuningan kekuningan
Dinginkan. kuning

2 Ditambah Larutan Terbentuk Larutan Terbentuk Terbentuk


larutan tetap lapisan tetap lapisan lapisan
NaOH 10 M berwarna berwarna berwarna berwarna berwarna
sampai jernih oranye jernih oranye oranye
larutan bersifat
sangat basa.

d. Reaksi Millon
No Perlakuan Hasil Pengamatan
Glisin Tirosin Fenilalanin
1 Tambahkan 3-5 tetes reagen Tidak terjadi Tidak terjadi Tidak terjadi
Millon dan panaskan dalam perubahan warna perubahan perubahan
penangas air mendidih warna warna
selama 10 menit. Dinginkan
sampai suhu kamar.

2 Tambahkan 5 tetes larutan Tidak terjadi Terjadi Tidak terjadi


natrium nitrit (10 g/L) perubahan warna perubahan perubahan
warna menjadi warna
merah bata.
e. Uji Glioksilat untuk Triptofan (Hopkins-Cole)
No Perlakuan Hasil Pengamatan
Glisin Tirosin Triptofan
1 Ditambahkan 2,0 mL asam Tidak terjadi Tidak terjadi Tidak terjadi
asetat glasial yang sudah perubahan pada perubahan pada perubahan pada
dikenai cahaya. larutan. larutan larutan.
2 Ditambahkan 2,0 mL Tidak terbentuk Tidak terbentuk Terbentuk
larutan asam sulfat pekat cicin berwarna cincin cincin berwarna
dengan hati-hati melalui ungu berwarna ungu ungu.
dinding tabung reaksi.

f. Uji Pauli
No Perlakuan Hasil Pengamatan
Glisin Tirosin Triptofan Histidine
1 Ditambah 1,0 mL Tidak Tidak terjadi Tidak terjadi Tidak
larutan asam terjadi perubahan perubahan terjadi
sulfanilat. perubahan perubahan
2 Ditambah 1,0 mL Tidak Tidak terjadi Tidak terjadi Tidak
natrium nitrit (50 terjadi perubahan perubahan terjadi
g/L) dan 3-5 tetes perubahan perubahan
larutan HCl 1,0 M.
Dibiarkan dalam
penangas es selama
3 menit.
3 Ditambah 2 mL Tidak Terjadi Tidak terjadi Terjadi
larutan natrium terjadi perubahan perubahan perubahan
karbonat (10 g/L) perubahan warna larutan warna dan warna
sampai larutan warna dan menjadi tidak larutan
bersifat basa tidak merah dan terbentuk menjadi
terbentuk terbentuk padatan. merah dan
padatan. padatan terbentuk
hitam padatan
hitam

g. Uji Nitroprusida
No Perlakuan Hasil pengamatan
Sistein Sistin Metionin
1 Ditambah 0,5 mL larutan Terjadi Terjadi Tidak terjadi
natrium nitroprusida (20 perubahan perubahan perubahan warna
g/L) baru. warna menjadi warna menjadi
sedikit merah sedikit merah
muda. muda.
2 Ditambah 0,5 mL larutan Terjadi Terjadi Tidak terjadi
ammonium hidroksida. perubahan perubahan perubahan warna
warna menjadi warna menjadi
merah muda merah muda
pekat pekat

h. Reaksi Sakaguchi
No Perlakuan Hasil Pengamatan
Arginin Glisin
1 Ditambah 1,0 mL larutan Tidak terjadi perubahan Tidak terjadi perubahan
natrium hidroksida 10 M. warna warna
2 Ditambah 2-3 tetes larutan Warna larutan berubah Warna larutan berubah
alfa naftol dalam alkohol (1 menjadi kekuningan. menjadi kekuningan.
g/L).
3 Ditambahkan 4-5 tetes air Warna berubah menjadi Tidak terjadi perubahan
brom. coklat kemerahan warna

2. Reaksi-reaksi Umum untuk Protein


a. Uji Biuret untuk Ikatan Peptida

Hasil Pengamatan
Larutan Larutan Larutan Larutan
No Perlakuan
Albumin Kasein Gelatin Putih Telur
(2 g/L) (2 g/L) (2 g/L) (2 g/L)
Tidak terjadi Tidak terjadi Tidak terjadi Tidak terjadi
Penambahan
perubahan, perubahan, perubahan, perubahan,
1 larutan CuSO4
sampel tidak sampel tidak sampel tidak sampel tidak
(10 g/L)
berwarna berwarna berwarna berwarna
Sampel Sampel Sampel Sampel
Penambahan
berubah berubah berubah berubah warna
2 larutan
warna warna warna menjadi ungu
NaOH 10 M
menjadi ungu menjadi ungu menjadi biru

b. Denaturasi oleh Panas, Asam, dan Basa

Larutan Albumin (5 g/L)


No Perlakuan
Tabung 1 Tabung 2 Tabung 3
Penambahan larutan Larutan tidak
1 - -
HCl 1 M pada tabung 1 berwarna
Penambahan Larutan tidak
2 NaOH 1,0 M pada - berwarna -
tabung 2
Penambahan air pada Tidak terjadi
3 - -
tabung 3 perubahan
Didihkan selama Larutan tidak Larutan tidak Tetap tidak
4
10 menit berwarna berwarna terjadi perubahan

No Perlakuan Larutan Kasein (5 g/L)


Tabung 1 Tabung 2 Tabung 3
Terbentuk
Penambahan larutan
1 gumpalan - -
HCl 1 M pada tabung 1
berwarna putih
Penambahan Terbentuk
2 NaOH 1,0 M pada - endapan -
tabung 2 berwarna putih
Penambahan air pada Tidak terjadi
3 - -
tabung 3 perubahan
Terbentuk Terbentuk Tidak terjadi
Didihkan selama
4 endapan endapan perubahan
10 menit
berwarna putih berwarna putih

Larutan Gelatin (5 g/L)


No Perlakuan
Tabung 1 Tabung 2 Tabung 3
Penambahan larutan Larutan tidak
1 - -
HCl 1 M pada tabung 1 berwarna
Penambahan Larutan tidak
2 NaOH 1,0 M pada - berwarna -
tabung 2
Penambahan air pada Tidak terjadi
3 - -
tabung 3 perubahan
Didihkan selama Tidak terjadi Tidak terjadi Tidak terjadi
4
10 menit perubahan perubahan perubahan

Larutan Putih Telur (5 g/L)


No Perlakuan
Tabung 1 Tabung 2 Tabung 3
Penambahan larutan Larutan tidak
1 - -
HCl 1 M pada tabung 1 berwarna
Penambahan Larutan tidak
2 NaOH 1,0 M pada - berwarna -
tabung 2
Penambahan air pada Tidak terjadi
3 - -
tabung 3 perubahan
Larutan Larutan menjadi Terbentuk
Didihkan selama menjadi keruh berwarna endapan
4
10 menit dan terbentuk kuning berwarna putih
endapan

Hasil Pengamatan
Larutan Larutan Larutan Larutan
No Perlakuan
Albumin Kasein Gelatin Putih Telur
(5 g/L) (5 g/L) (5 g/L) (5 g/L)
Terbentuk Terbentuk
dua lapisan Terbentuk gumpalan
Penambahan
(atas keruh gumpalan Larutan tidak berwarna
1 Asam Nitrat
dan bawah berwarna berwarna kuning
Pekat
tidak kuning
berwarna)
c. Pengendapan oleh Logam Berat

Larutan Albumin (5 g/L)


No Perlakuan
Tabung 1 Tabung 2 Tabung 3
Terbentuk
Penambahan larutan larutan
1 - -
CuSO4 0,1 M berwarna biru
sedikit keruh
Penambahan
2 - Larutan keruh -
Pb-asetat 0,1 M
Penambahan merkuri Tidak sedikit
3 - -
nitrat 0,1 M keruh

Larutan Kasein (5 g/L)


No Perlakuan
Tabung 1 Tabung 2 Tabung 3
Larutan dan
Penambahan larutan endapan
1 - -
CuSO4 0,1 M berwarna biru
muda
Larutan tidak
Penambahan berubah dan
2 - -
Pb-asetat 0,1 M endapan
berwarna putih
Larutan tidak
Penambahan merkuri berwarna dan
3 - -
nitrat 0,1 M endapan
berwarna kuning

Larutan Gelatin (5 g/L)


No Perlakuan
Tabung 1 Tabung 2 Tabung 3
Larutan
Penambahan larutan
1 menjadi - -
CuSO4 0,1 M
berwarna biru
Larutan tidak
Penambahan berwarna dan
2 - -
Pb-asetat 0,1 M sedikit endapan
berwarna putih
Larutan tidak
Penambahan merkuri berwarna dan
3 - -
nitrat 0,1 M endapan
berwarna putih

Larutan Putih Telur (5 g/L)


No Perlakuan
Tabung 1 Tabung 2 Tabung 3
Larutan
Penambahan larutan
1 menjadi - -
CuSO4 0,1 M
berwarna biru
Larutan tidak
Penambahan berwarna dan
2 - -
Pb-asetat 0,1 M sedikit endapan
berwarna putih
Larutan tidak
Penambahan merkuri berwarna dan
3 - -
nitrat 0,1 M endapan
berwarna putih

d. Pengendapan oleh Reagen Asam

Larutan Albumin (5 g/L)


No Perlakuan
Tabung 1 Tabung 2 Tabung 3 Tabung 4
Penambahan
Larutan tidak
1 larutan asam - - -
berwarna
sulfosalisilat 20%
Terbentuk - -
Penambahan asam endapan
2 -
pikrat 20% berwarna
putih
Penambahan asam - - Larutan
3 trikloro asetat berwarna -
10% putih keruh
- - - Larutan
Penambahan asam
4 berwarna
tannat 10%
coklat muda
Ditambahkan Tidak
Tidak terjadi Tidak terjadi Tidak terjadi
5 larutan NaOH terjadi
perubahan perubahan perubahan
encer perubahan

Larutan Kasein (5 g/L)


No Perlakuan
Tabung 1 Tabung 2 Tabung 3 Tabung 4
Penambahan
Larutan tidak
1 larutan asam - - -
berwarna
sulfosalisilat 20%
Terbentuk - -
Penambahan asam endapan
2 -
pikrat 20% berwarna
putih
Penambahan asam - - Larutan
3 trikloro asetat berwarna -
10% putih keruh
- - - Larutan
Penambahan asam
4 berwarna
tannat 10%
coklat muda
Ditambahkan Tidak terjadi Tidak terjadi Tidak Tidak terjadi
5 larutan NaOH perubahan perubahan terjadi perubahan
encer perubahan
Larutan Gelatin (5 g/L)
No Perlakuan
Tabung 1 Tabung 2 Tabung 3 Tabung 4
Penambahan
Larutan tidak
1 larutan asam - - -
berwarna
sulfosalisilat 20%
Terbentuk - -
Penambahan asam endapan
2 -
pikrat 20% berwarna
putih
Penambahan asam - - Larutan
3 trikloro asetat berwarna -
10% putih keruh
- - - Larutan
Penambahan asam
4 berwarna
tannat 10%
putih keruh
Ditambahkan Tidak terjadi Tidak terjadi Tidak Tidak terjadi
5 larutan NaOH perubahan perubahan terjadi perubahan
encer perubahan

Larutan Putih Telur (5 g/L)


No Perlakuan
Tabung 1 Tabung 2 Tabung 3 Tabung 4
Penambahan
Larutan
1 larutan asam - - -
sedikit keruh
sulfosalisilat 20%
Terbentuk - -
Penambahan asam endapan
2 -
pikrat 20% berwarna
putih
Penambahan asam - - Larutan
3 trikloro asetat berwarna -
10% putih keruh
Penambahan asam - - - Larutan tidak
4
tannat 10% berwarna
Ditambahkan Tidak terjadi Tidak terjadi Tidak Tidak terjadi
5 larutan NaOH perubahan perubahan terjadi perubahan
encer perubahan

F. Analisis dan Pembahasan


1. Sifat Umum Asam Amino
a. Kelarutan Asam Amino
Pertama uji kelarutan pada asam amino. Asam amino yang digunakan
adalah glisin, asam glutamat dan analin. Larutan tersebut larut dalam air, larutan
HCl dan NaOH. Larutan tersebut merupakan larutan ysederhana yang dapat
menyesuaikan dengan berbagai keadaan. Ketiga larutan tersebut tidak larut
dalam ethanol dan kloroform
b. Reaksi Ninhidrin
Uji Ninhidrin atau tes ninhidrin digunakan untuk menunjukkan adanya
asam amino dalam zat yang di uji .Dalam uji ini digunakan larutan ninhidrin
untuk mendeteksi semua jenis asam amino. Ninhidrin (2,2-Dihydroxyindane-
1,3-dione) merupakan senyawa kimia yang digunakan untuk mendeteksi gugus
amina dalam molekul asam amino. Asam amino bereaksi dengan ninhidrin
membentuk aldehida dengan satu atom C lebih rendah dan melepaskan molekul
NH3 dan CO2. Ninhidrin yang telah bereaksi akan membentuk hidrindantin.
Ketiga larutan Glisisn, tirosin, triptopan harus menunggu 2 menit agar
larutan tersebut berubah warna menjadi ungu. Kemudian diambil dari larutan
glisin dan diuji dengan larutan ninhydin menghasilkan larutan berwarna ungu.
Ditambahkan akuades 1 mL dan jika masih berwarna ungu dilakukan
pengenceran hingga diperoleh hasil negatif

c. Reaksi Xanthoprotein
Uji xanthoprotein digunakan untuk menunjukkan adanya asam amino
tirosin, fenilalanin, dan triptofan dalam protein. Inti benzen yang terdapat di
dalam molekul tirosin, fenilalanin, dan triptofan akan ter-nitrasi dengan
penambahan HNO3. Senyawa nitro yang terbentuk berwarna kuning dan dalam
lingkungan alkalis akan terionisasi dengan bebas dan warnanya menjadi lebih
tua atau berubah menjadi jingga.
Larutan tersebut menghasilkan larutan berwarna jingga setelah
dilakukan penambahan laritan NaOh hingga bersifat sangat basah

d. Reaksi Millon
Uji millon umumnya digunakan untuk menunjukkan adanya asam
amino tirosin pada suatu zat. Uji millon bekerja terhadap derivat-derivat
monofenol seperti tirosin. Pereaksi yang digunakan merupakan larutan merkuri
(Hg) dalam asam nitrat (HNO3). Tirosin akan ter-nitrasi oleh asam nitrat
sehingga memperoleh penambahan gugus N=O, gugus tersebut secara
reversibel (bolak-balik) dapat berubah menjadi N-OH (hidroksifenil). Merkuri
dalam pereaksi millon akan bereaksi dengan gugus hidroksifenil dari tirosin
membentuk warna merah.
Pada ketiga larutan (glisin, tirosin, dan fenilalanin) setelah ditambahkan
larutan 3-5 tetes reagen dan dipanaskan, larutan tetap tidak berwarna.
Dilanjutkan dengan penambahan 5 tetes natrium nitrit, hanya larutan tirosin
yang menunjukkan uji positif dengan terdapatnya endapan berwarna merah

e. Uji Glioksilat untuk Triptofan (Hopkins-Cole)


Uji hopkins cole atau tes hopkins cole merupakan uji kimia yang
digunakan untuk menunjukkan adanya asam amino triptofan. Pereaksi yang
dipakai mengandung asam glioksilat. Kondensasi 2 inti induk dari triptofan oleh
asam glioksilat akan menghasilkan senyawa berwarna ungu. Reaksi positif
ditunjukkan dengan adanya cincin ungu pada bidang batas. Reaksi kondensasi
merupakan penggabungan monomer-monomer menjadi polimer disertai dengan
pelepasan molekul kecil seperti H2O, NH3, atau HCl.
Larutan tirosin dan triptofan ditambahkan dengan 2 mL asam asetat
glasial tidak terjadi perubahan warna. Dilanjutkan dengan penambahan asam
sulfat pekat menghasilkan cincicn yang berwarna ungu dan menunjukkan hasil
positif
f. Uji Pauli
Uji Pauly atau tes Pauly adalah uji kimia untuk mendeteksi asam amino
histidin dan tirosin. Prinsip dasar dalam uji pauly adalah diazotisasi. Asam
sulfanilat akan terdiazotisasi dengan penambahan sodium nitrit dan sodium
karbonat. Asam sulfanilat yang telah terdiazotisasi akan mmembentuk
komponen diazonium. Komponen diazonium akan bereaksi dengan cincin
imidazole dari histidin dan gugus fenol dari tirosin membentuk senyawa
berwarna merah gelap. Diazotisasi adalah reaksi antara amina aromatik (dalam
hal ini asam sulfanilat) dengan sodium nitrit dengan sodium karbonat
membentuk komponen diazonium. Komponen diazonium hanya terbentuk
dalam kondisi dingin.
Dengan menguji 4 larutan yakni larutan glisin, tirosin, triptofan, dan
histidin. Larutan yang menunjukkan uji positif adalah ketika tirosin dan hisditin
dengan berubahnya warna larutan menjadi warna merah dan terdapat endapan
hitam

g. Uji Nitroprusida
Ada percobaan ini, yang meraksikan natrium nitropusida pada
larutan sistein, sistin, dan metionin ini memeberikan sedikit warna merah
muda. Warna ini terjadi karena antara natrium nitroprussida dalam asm
amino akan menghasilkan warna merah merah muda. Setelah larutan
dipanaskan dengan cara pemanasan langsung, pemanasan berfungsi untuk
mempercepat terjadinya reaksi. Kemudian ditambahkan ammonium
hidroksida warna larutan tersebut berubah menjadi warna merah muda pekat.
Gugus yang nampak adalah sulfuhidril. Pada larutan yang menggunakan
mmetionin, hasil akhirnya larutan tersebut tetap tidak berwarna

h. Reaksi Sakaguchi
Uji Sakaguchi adalah uji kimia yang digunakan untuk mendeteksi asam
amino arginin. Arginin memiliki kelompok-R propil (3 metil) dengan gugus
guanidin di ujungnya. Gugus guanidin merupakan atom C yang mengikat N2
dengan ikatan tunggal dan mengikat N dengan ikatan ganda. Gugus guanidin
akan bereaksi dalam uji sakaguchi. Dalam kondisi basa, alpha naphtol akan
bereaksi dengan gugus guanidin dalam arginin yang telah teroksidasi sodium
hipoklorit, menghasilkan senyawa berwarna merah.
Larutan arginin dan glisin ditambahkan dengan larutan natrium
hidroksida 10 M tetap tidak berwarna. Ditambahkan alpha naftol dalam alkohol,
keduanya menghasilkan warna kuning. Setelah itu ditambahkan dengan air
brom, arginin menghasilkan larutan berwarna merah dan glisin tidak berwarna

2. Reaksi-reaksi Umum untuk Protein


a. Uji Biuret untuk Ikatan Peptida
Uji biuret ditujukan untuk mengetahui adanya ikatan peptida pada
protein. Tembaga sulfat atau CuSO4 akan bereaksi dengan senyawa protein
yang mengandung dua atau lebih ikatan peptida e. Uji positif dengan reagen
Biuret akan memberikan warna ungu (violet). Uji didasarkan pada pembentukan
kompleks Cu2+ dengan gugus –CO dan –NH dari rantai peptida dalam suasana
basa. Dari percobaan, didapatkan hasil positif pada larutan albumin, kasein,
putih yang mengalami perubahan warna menjadi ungu. Sedangkan pada gelatin
menunjukkan hasil negatif karna terbentuknya warna biru pada hasil akhirnya.

b. Denaturasi oleh Panas, Asam, dan Basa


Dalam kondisi dan pH tertentu protein mudah larut dan berinteraksi
dengan air. Bila salah satu kondisi berubah, struktur tersier dari protein juga
berubah dan molekul protein tidak dapat lagi berinteraksi dengan air, akibatnya
daya larut protein menjadi hilang dan berkoagulasi atau terdenaturasi. Dari hasil
percobaan didapat saat sampel direaksikan dengan basa ataupun asam
mengalami terbentuknya endapan berwarna putih dan saat direaksikan dengan
air sampel tidak mengalami perubahan, saat dilakukan pemanasan hanya putih
telur yang membentuk gumpalan.

c. Pengendapan oleh Logam Berat


Karena untuk mengendapkan protein dengan ion logam, diperlukan pH
larutan diatas titik isoelektrik sedangkan pengendapan oleh ion negatif
memerlukan pH dibawah titik isoelektrik. Pengendapan dengan logam berat,
larutan albumin, kasein, gelatin, dan putih telur akan membentuk endapan
karena adanya gugus sulfurhidril yang dikandung oleh protein. Jadi dalam hal
ini Hg dan Pb bereaksi dengan protein membentuk endapan karena logam
tersebut diikat sehingga logam tersebut mengendap.

d. Pengendapan oleh Reagen Asam


Pada percobaan ini memiliki tujuan yaitu untuk memperlihatkan bahwa
asam dapat mengendapkan protein secara denaturasi irreversible. Dengan
prinsip adanya nitrogen Trivalen pada protein dapat diendapkan oleh asam-
asam organik. Asam organik yang digunakan ada asam sulfosalisilat, asam
pikrat, asam trikloro asetat, dan asam tannat. Sedangkan penambahan larutan
NaOH ini ditujukan untuk mengubah larutan menjadi bersifat basa.

G. Kesimpulan
1. Sifat Umum Asam Amino
a. Kelarutan Asam Amino
Asam amino dari glisin, asam glutamate dan alanin larut dalam air,
larutan HCl dan larutan NaOH namun tidak larut dalam ethanol dan kloroform
b. Reaksi Ninhidrin
Uji Ninhidrin atau tes ninhidrin digunakan untuk menunjukkan adanya
asam amino dalam zat yang di uji dengan menunjukkan perubahan warna
larutan dari tidak berwarna menjadi warna ungu
c. Reaksi Xanthoprotein
Uji xanthoprotein digunakan untuk menunjukkan adanya asam amino
tirosin, fenilalanin, dan triptofan dalam protein. Larutan yang mengandung
asam amino tersebut akan berubah warna menjadi warna jingga
d. Reaksi Millon
Uji millon umumnya digunakan untuk menunjukkan adanya asam
amino tirosin pada suatu zat. Uji positif ditunjukkan denhan terdapatnya
endapan berwarna merah
e. Uji Glioksilat untuk Triptofan (Hopkins-Cole)
Uji hopkins cole atau tes hopkins cole merupakan uji kimia yang
digunakan untuk menunjukkan adanya asam amino triptofan. Uji positif
ditunjukkan dengan terdapatnya cincin berwarna ungu
f. Uji Pauli
Uji Pauly atau tes Pauly adalah uji kimia untuk mendeteksi asam amino
histidin dan tirosin. Tirosin dan hisditin dengan berubahnya warna larutan
menjadi warna merah dan terdapat endapan hitam

g. Uji Nitroprusida
Uji nitroprusside merupakan uji kimia yang digunakan untuk
mendeteksi adanya asam amino sistein. Gugus tiol (-SH) dalam sistein akan
bereaksi dengan sodium nitroprusside dalam keadaan amonia berlebih
membentuk senyawa berwarna merah.
h. Reaksi Sakaguchi
Uji Sakaguchi adalah uji kimia yang digunakan untuk mendeteksi asam amino
arginin. Aglisin menghasilkan larutan berwarna merah.

2. Reaksi-reaksi Umum untuk Protein


a. Uji Biuret untuk Ikatan Peptida
Ketiga larutan mengalami perubahan warna menjadi ungu kecuali pada
larutan gelatin yang menunjukkan hasil yang negatif dengan menjadi berwarna
biru.

b. Denaturasi oleh Panas, Asam, dan Basa


Terjadinya denaturasi protein menunjukkan hasil yang positif apabila
terbentuknya endapan pada larutan.

c. Pengendapan oleh Logam Berat


Bertambahnya logam pada protein menyebabkan terbentuknya endapan
pada larutan.

d. Pengendapan oleh Reagen Asam


Terbentuknya endapan sebagai garam protein.

Dapat disimpulkan bahwa sampel glisin, asam glutamate, dan alanine dapat larut dalam
air, HCl, dan NaOH. Tidak larut dalam kloroform dan etanol.

H. Daftar Pusataka
[1]Lehninger, A.L., 1997, Dasar-dasar Biokimia Jilid 1, Erlangga, Jakarta

[2] Poedjiadi, A., 1994, Dasar-dasar Biokimia, UI-Press, Jakarta

[3]Tim Biokimia. 2018. Petunujuk Praktikum Biokimia 1. Malang: FMIPA


Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang. Dari
http://kimia.uin-malang.ac.id/wp-content/uploads/2019/07/Buku-Petunjuk-
Praktikum-Biokimia-I.pdf. Diakses pada 23 Mei 2021.

[4]Tim Kimia Organik. 2020. Petunujuk Praktikum Analisis dan Identifikasi Senyawa
Organik. Malang: FMIPA Universitas Negeri Malang.

I. Lampiran-Lampiran
Semua lampiran diakses pada link video berikut
Amrita University. 2012. Qualytative Analysis of Amino Acids. Alamat Youtube :
https://youtu.be/wmhmAESv72E. Diakses pada 23 mei 2021

a. Kelarutan Asam Amino

b. Reaksi Ninhidrin

c. Reaksi Xanthoprotein
-

d. Reaksi Millon

e. Uji Glioksilat untuk Triptofan (Hopkins-Cole)


f. Uji Pauli

g. Uji Nitroprusida

h. Reaksi Sakaguchi

Anda mungkin juga menyukai