Anda di halaman 1dari 36

USULAN PENELITIAN

PERUBAHAN POLA FIKIR ORANG TUA ETNIS MADURA TERHADAP


PENDIDIKAN AKAN PEREMPUAN DI DESA TANJUNG SALEH
KECAMATAN SUNGAI KAKAP KABUPATEN KUBU RAYA

Program Studi Sosiologi

Oleh :

Wahir
NIM. E1041161091

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK


UNIVERSITAS TANJUNG PURA
PONTIANAK
2021
KATA PENGANTAR

Segala puji hanya milik Allah SWT, karena berkat limpahan rahmat dan
karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan proposal penelitian ini dengan
judul “Perubahan Pola Fikir Orang Tua Etnis Madura Terhadap Pendidikan Anak
Perempuan di Desa Tanjung Saleh Kecamatan Sungai Kakap Kabupaten Kubu
Raya”. Sholat serta salam semoga senantiasa tercurah limpahkan kepada
junjungan Nabi Muhammad SAW yang selalu kita harapkan syafaatnya di hari
akhir kelak, yang menjadi panutan kehidupan bagi penulis dan pembacanya.

Dalam penyusunan proposal penelitian ini penulis banyak mendapatkan


bantuan serta masukan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis mengucapkan
terima kasih kepada :

1. Bapak Dr. H. Martoyo, MA selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu
Politik Universitas Tanjung Pura.
2. Bapak Viza Juliasnyah, S.Sos, MA, MIR selaku Ketua Program Studi
Sosiologi
3. Kepada orang tua yang telah memberi do’a dan dukungan, para senior dan
sahabat-sahabat mahasiswa khususnya mahasiswa Prodi Sosiologi angkatan
2016 yang telah memberikan motivasi dan saran yang diberikan kepada
penulis

Penulisan menyadari bahwa dalam penyusunan proposal ini masih banyak


terdapat kekurangan. Untuk itu, penulis mengharapkan kritik dan saran untuk
kesempurnaan penyusunan proposal ini. Semoga segala kebaikan, bantuan dan
dorongan yang telah diberikan kepada penulis mendapat balasan dari Tuhan yang
Maha Esa. Dan semoga hasil karya yang penulis lakukan dapat memberikan
sumbangan pemikiran serta manfaat yang cukup berarti untuk kita semua, amin.

Pontianak, 26 Mei 2020


Penulis

i
Wahir
E1041161091
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR…………………………………………………………..
….i
DAFTAR ISI……………………………………………………………………....ii
BAB I PENDAHULUAN……………………………………………………..….1
1.1. Latar
Belakang………………………………………………………...1
1.2. Identifikasi
Masalah…………………………………………………..6
1.3. Fokus
penelitian………………………………………………………6
1.4. Rumusan
Masalah…………………………………………………….7
1.5. Tujuan
Penelitian……………………………………………………...7
1.6. Manfaat
Penelitian…………………………………………………….7
1.6.1. Manfaat Teoritis……………………………………………….7
1.6.2. Manfaat

Praktis………………………………………………...8

BAB II TINJAUAN PUSTAKA…………………………………………………9


2.1. Definisi Konsep……………………………………………………….9
2.1.1. Pengertian
Perubahan…………………………………………..9
2.1.2. Pengertian Orang Tua…………………………………………
10

ii
2.1.3. Pengertian
Pendidikan………………………………………...14
2.1.4. Kesetaraan Gender Dalam
pendidikan………………………..17
2.2. Kajian
Teori………………………………………………………….19
2.2.1 Teori
Fungsionalis……………………………………………..19
2.2.2. Penelitian yang Relevan………………………………………

20

BAB III METODE


PENELITIAN……………………………………………..22
3.1. Jenis Penelitian………………………………………………………22
3.2. Langkah-langkah Penelitian…………………………………………23
3.2.1. Telaah Pustaka………………………………………………..23
3.2.2. Penelitian lapangan…………………………………………...23
3.3. Lokasi dan Waktu
Penelitian………………………………………...24
3.4. Teknik Mendapatkan
Informasi……………………………………...24
3.5. Teknik Pengumpulan
Data…………………………………………...25
3.5.1. Teknik Observasi………………………………………………
25
3.5.2. Teknik Wawancara…………………………………………….25
3.5.3. Teknik
Dokumentasi…………………………………………...25
3.6. Instrumen Penelitian…………………………………………………26
3.6.1. Pedoman Observasi……………………………………………26
3.6.2. Pedoman Wawancara………………………………………….26

iii
3.6.3. Alat Dokumentasi……………………………………………...26
3.7. Analisis Data…………………………………………………………
27
3.7.1. Keabsahan Data………………………………………………..27
3.7.2. Teknik Analisis Data…………………………………………..27

DAFTAR PUSTAKA…………………………………………………………...29

iv
BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Penelitian

Perubahan-perubahan di dalam masyarakat memang telah ada sejak zaman

dahulu. Namun dewasa ini perubahan-perubahan tersebut berjalan dengan

sangat cepatnya, sehingga seolah-olah membingungkan manusia yang

menghadapinya. Sehingga didalam masyarakat di dunia, kita melihat sering

terjadinya perubahan-perubahan atau suatu keadaan dimana perubahan

tersebut berjalan secara konstan. Perubahan-perubahan tersebut memang

terikat oleh waktu dan tempat, akan tetapi karena sifatnya yang berantai, maka

keadaan tersebut berlangsung terus walaupun terkadang diselingi keadaan

dimana masyarakat yang bersangkutan mengadakan reorganisasi unsur-unsur

struktur masyarakat yang terkena oleh proses perubahan tadi.

Pada dasarnya orang tua merupakan lingkungan pertama bagi anak untuk

mendapatkan suatu perubahan melalui pendidikan. Pendidikan yang diterima

oleh anak dalam keluarga sangat lah penting bagi masa depan anak itu sendiri,

karena akan menentukan sifat dan karakter anak pada masa yang akan datang.

Peran orang tua sangat penting dalam pendidikan, hal ini terbukti dari

banyaknya damapak positif dari anak. Dalam keluarga, anak dipersiapkan

untuk membangun pengetahuan tentang perkembangan sebelum memasuki

tingkatan-tingkatan perkembangan dunia lainnya, seperti dunia orang dewasa,

1
2

bahasa, adat istiadat dan kebudyaan. Disamping keluarga, masyarakat juga

menjadi salah satu tempat pendidikan bagi anak.

Peran orang tua dalam mendidik anak adalah kunci keberhasilan

keberhasilan orang tua dalam membentuk kepribadian anak. Anak cenderung

meniru setiap hal yang dilihat dari orang tuanya, anak mengikuti perintah dari

yang diajarkan oleh orang tuanya. Orang tua juga dipandang memainkan peran

dalam peningkatan pembelajaran anak di sekolah. Orang tua tidak hanya

bertugas untuk membiayai pendidikan anak, namun juga harus berperan serta

dalam memberikan dukungan terhadap kegiatan belajar anak di sekolah.

Orang tua selain berperan dalam pendidikan anak, juga memiliki tanggung

jawab untuk menghidupi anggota keluarganya. Ayah sebagai kepala rumah

tangga bertugas menafkahi anak dan istrinya. Sehingga ayah cenderung lebih

membebankan tanggung jawab terhadap pendidikan anak kepada istrinya,

maka dari sini lah pendidikan terhadap wanita harus ditingkatkan untuk masa

depan dalam mendidik generasi yang selanjutnya. Kesibukan orang tua dalam

mencari nafkah untuk memenuhi kebutuhan keluarga akan mengurangi peran

sertanya dalam proses pendidikan anak.

Pendidikan memegang peranan yang sangat penting dan strategis dalam

membentuk sumber daya manusia yang produktif, inovatif, dan

berkepribadian yang sesuai dengan nilai-nilai budaya. Disamping

memberikian nilai-nilai yang kognitif, efektif dan psikomotorik kepada setiap

warga negara, pendidikan juga digunakan sebagai alat untuk

mentransformasikan nilai-nilai yang diharapkan berguna dalam kehidupan


3

bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Negara menjamin bahwa setiap

warga Negara (laki-laki dan perempuan) mempunyai hak dan kewajiban yang

sama untuk memperoleh pendidikan, yang dituangkan dalam Pasal 31

Undang-Undang Dasar (UUD) 1945.

Kedudukan kaum perempuan dalam masyarakat hingga dewasa ini,

perempuan dibawah kekuasaan laki-laki dalam kehidupan bermasyarakat

mensubordinasikan perempuan dibawah kekuasaanya. Tentunya hal ini

bertentangan dengan hakikat manusia yang dilahirkan sama, oleh sebab itu

kekuasaan laki-laki terhadap perempuan bertentangan dengan harkat manusia,

tidak mengherankan apabila berbagai jenis produk kekuasaan telah dihadirkan

dari tangan kaum laki-laki. Kekuasaan yang dipegang oleh kaum laki-laki

berarti membatasi kemerdekaan kaum perempuan.

Ketika mendengar kesetaraan gender, mungkin dibenak kita ada yang

berfikir ke arah emansipasi kaum perempuan, artinya perempuan memiliki hak

yang sama dengan laki-laki. Tak perlu berfikir manakah yang benar mengenai

gambaran kesetaraan gender itu sendiri. Emansipasi atas kaum perempuan

dapat dikatakan mulai lahir telah muncul kontroversi yang menyangkut sikap

atau prilaku atau pandangan seseorang dalam hal mengenai sikap dalam

menghargai perempuan. Peristiwa yang terjadi pada masa lampau bahwa

perempuan kurang dihargai bahkan ada yang beranggapan bahwa perempuan

belum memiliki kesempatan untuk berperan sentral diberbagai bidang seperti

sekarang ini. Sehingg orang tua lebih memilih menyekolahkan anak laki-laki

setinggi-tingginya, pemikiran orang tua terkotakkan bahwa perempuan dalam


4

kehidupan tidak lain adalah sebagai ibu rumah tangga yang tidak perlu

disekolahkan kejenjang yang tinggi.

Deskriminasi terhadap perempuan merupakan masalah yang kerap kali

terjadi dihampir seluruh lapisan kelompok masyarakat, bahkan disebagian

besar belahan dunia sekalipun. Alasannya cukup jelas, masyarakat belum

mampu melepaskan diri dari budaya patriakhis yang selama ribuan tahun

menjerat dan memaksa perempuan berada dibawah kekuasaan pria, sehingga

hal ini sangat sulit untuk dilakukan suatu perubahan pemikiran didalam

pentingnya pendidikan bagi kaum perempuan.

Bukan tanpa sebab bila pendidikan sangat penting bagi perempuan, karena

perempuan memiliki peran yang sangat penting dalam peningkatan kualitas

generasi muda. Dalam Islam disebutkan ibu adalah madrasah utama bagi

anak-anaknya. Dengan demikian, diperlukan kesadaran adanya peningkatan

kualitas pendidikan bagi seorang ibu, mengingat tanggung jawab dan

perannya sebagai pendidik pertama dan utama. Sudah menjadi suratan bahwa

perempuan lah yang melahirkan anak, membesarkan generasi bangsa yang

secara alamiah ia memiliki hubungan emosional yang paling dekat dengan

anak. Sesuai dengan harkat, martabat dan kodratnya, kaum perempuan

mempunyai peran dalam membentuk, dan memberi warna terhadap kualitas

generasi bangsa.

Namun saat ini merasa bahwa kesetaraan gender ini sudah diterapkan

dalam pemerintahan Negara Indonesia. Hal ini dapat dilihat bahwa pemerintah

menerapkan program pemerataan pendidikan di seluruh Indonesia yang dapat


5

dilihat sampai saat ini bahwa telah banyak generasi penerus bangsa yang

merupakan calon pembangunan negara ini mendapatkan kesempatan yang

sama dalam mengenyam pendidikan.

Terlepas dari permasalahan yang ada, namun dapat diakui bahwa

pandangan orang tua masa lalu yang tidak menyekolahkan anak

perempuannya kini telah berubah, terlihat bahwa pada saat sekarang ini kaum

perempaun banyak yang berpendidikan hingga ke jenjang yang tinggi. Selain

hak untuk mendapatkan pendidikan, di Negara Indonesia sebenarnya telah

menerpakan kesetaraan gender dalam tatanan organisasi, dari mulai organisasi

yang kecil hingga pemerintahan. Buktinya bahwa perempuan sekarang

memiliki peran yang sama, dalam hal ini menduduki jabatan tertentu dalam

suatu institusi antara lain mulai dari tingkat jabatan yang paling rendah hingga

yang paling tinggi, Presiden Republik Indonesia pernah diduduki oleh seorang

perempuan yaitu ibu Megawati Soekarno Putri.

Etnis Madura dikenal lebih mengutamakan keagamaan dan kebudayaan

nenek moyang mereka, sehingga pada zaman dahulu ilmu pengetahuan tidak

dinomor satukan oleh mereka. Hal ini telah terlihat pada grafik kependudukan

etnis Madura. Sebagian besar etnis Madura masih menggunakan religiusitas

dibandingkan pendidikan. Akan tetapi, pemikiran etnis Madura saat ini sudah

jauh berkembang, mereka tidak hanya bersekolah hingga Sekolah Dasar (SD)

saja melainkan mereka juga sudah melanjutkan pendidikan ke jenjang yang

lebih tinggi. Hal ini dikarenakan mereka telah memiliki kesadaran akan

pentingnya pendidikan. Oleh karena itu, tingkat pendidikan etnis Madura saat
6

ini sudah sederajat dengan etnis-etnis lain yaitu jawa, melayu, dayak dan lain-

lain.

Tujuan didalam berpendidikan merupakan salah satu komponen kehidupan

yang harus dipenuhi, karena dengan pendidikan seseorang dapat mengubah

kehidupannya menjadi lebih baik dan bermakna. Pendidikan bagi anak juga

dapat mempengaruhi tingkah lakunya yaitu dapat memicu kreativitas dan

semangat kerja, sehingga dapat mencerdaskan kehidupan masyarakat

sekitarnya untuk dijadikan suatu yang bernilai.

1.2. Identifikasi Masalah

Salah satu permasalahan yang dianggap paling berat untuk perempuan

adalah rendahnya pendidikan untuk perempuan, akan tetapi saat ini orang tua

telah sadar akan pentingnya pendidikan anak terutama terhadap perempuan.

Di zaman yang penuh dengan serba canggih ini, seorang anak jika tidak

mampu bersaing maka akan ketertinggalan, apalagi hidup dilingkungan

pedesaan yang dipenuhi dengan berbagai tuntutan, pendidikan sangat lah

berperan penting bagi mereka didalam melakukan suatu perubahan.

1.3. Fokus penelitian

Pembatasan msalah diperlukan dapat terarah dan tidak menyimpang.

Sehingga penelitian ini difokuskan terhadap perubahan perubahan pola fikir

orang tua etnis Madura terhadap pendidikan anak perempuan di Desa Tanjung

saleh
7

1.4. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas, maka yang menjadi masalah dalam

penelitian ini adalah Apa yang Menjadi Penyebab Berubahnya Pola Fikir

Orang Tua Etnis Madura Terhadap Pendidikan Anak Perempuan ?

Dari masalah umum tersebut dapat diuraikan kedalam beberapa sub

permasalahan, yaitu sebagai berikut :

1. Apa saja hal yang mendasari sehingga berubahnya pemikiran orang tua

etnis Madura terhadap pendidikan anak perempuan ?

2. Apa saja yang mempengaruhi anak perempuan harus berpendidikan tinggi ?

1.5. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dari penelitian yaitu menganalisis mengenai :

1. Mengangkat dan meneliti hal-hal yang mendasari perubahan pola fikir

orang tua etnis Madura terhadap pendidikan anak perempuan.

2. Mengetahui sesuatu yang mempengaruhi anak perempuan harus

berpendidikan tinggi.

1.6. Manfaat Penelitian

Manfaat penelitian ini ditinjau dari dua segi yakni, manfaat secara teoritis

dan manfaat secara praktis .

1.6.1. Manfaat teoritis

Memberikan tambahan wawasan dan khasanah ilmu pengetahuan,

serta sumbangan teori atau acuan bagi kepentingan ilmu sosial khususnya
8

ilmu sosiologi terutama untuk menganalisis perubahan pola fikir orang tua

etnis Madura terhadap pendidikan anak perempuan.

1.6.2. Manfaat praktis

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi pihak

pemerintah atau instansi terkait (pendidikan), penelitian ini dapat

memberikan suatu pemahaman mengenai apa saja yang terjadi didalam

lingkungan sekitar dan juga penelitian ini diharapkan dapat memberikan

manfaat bagi perguruan tinggi, hasil penelitian ini dapat memberikan

penjelasan di tengah-tengah masyarakat, membantu pembelajaran dan

penelitian selanjutnya.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Definisi Konsep

2.1.1. Pengertian Perubahan

Setiap masyarakat selama hidupnya pasti mengalami perubahan-

perubahan. Perubahan-perubahan tersebut bagi masyarakat yang

bersangkutan maupun bagi orang-orang luar yang menelaahnya, dapat

perubahan yang tidak menarik dalam artian kurang mencolok, ada pula

yang pengaruhnya terbatas maupun luas, serta ada pula perubahan-

perubahan yang sangat lambat sekali, akan tetapi ada pula yang berjalan

dengan cepat. Perubahan-perubahan tersebut hanya akan ditemukan oleh

seseorang yang sempat meneliti susunan dan kehidupan suatu masyarakat

pada suatu waktu dan membandingkannya dengan susunan dan kehidupan

masyarakat dalam waktu lampau. Sehingga dapat disimpulkan bahwa,

perubahan sosial adalah perubahan dalam masyarakat yang mempengaruhi

sistem sosial, nilai sikap, dan pola prilaku individu diantar kelompok.

Perubahan sosial sendiri sifatnya netral, bisa berakibat positif atau

negatif, bisa menjadi maju dan bisa menjadi mundur. Menurut Max Weber

yang dikutip Robert Lawang (1983), bahwa perubahan sosial itu

merupakan proses terjadinya perubahan-perubahan yang dapat diukur

yang terjadi dalam suatu masyarakat dalam kurun waktu tertentu.

Pengertian proses dan definisi tersebut mengandung dimensi gerak dan

9
10

waktu. Gerak artinya berangkat dari suatu titik menuju ke titik lain yang

berbeda, dan untuk melakukan suatu gerakan itu pasti memerlukan waktu.

Untuk terjadinya perubahan sosial, waktu yang diperlukan mesti cukup

lama. Gerakan dalam perubahan sosial itu bisa maju, bisa mundur, bisa

naik dan bisa turun.

Perubahan sosial maju atau naik berarti akibatnya sesuai dengan yang

dikehendaki, sebaliknya perubahan sosial mundur atau turun berarti akibat

perubahan itu tidak sesuai atau bertentangan dengan dengan apa yang

dikehendaki, kurang baik atau tidak baik. Dari dimensi waktu, dianalisis

bahwa perubahan sosial itu umumnya berlangsung dalam kurun waktu

yang cukup lama karena perubahan sosial itu menghadapi pro dan kontra,

yang menerima dan menolak, yang setuju dan tidak setuju. Bertemunya

arus yang bertentangan itu geraknya pasti akan melambat dan didalamya

terjadi pergolakan.

2.1.2. Pengertian Orang Tua

Orang tua adalah ayah dan ibu dari seorang anak, baik melalui

hubungan biologis maupun sosial. Orang tua berperan dalam pendidikan

anak untuk menjadikan generasi muda berkedudukan. Menurut Ramdani

(2001,49) penjelasan orang tua dalam pendidikan sebagai berikut “setelah

sebuah keluarga terbentuk, anggota keluarga yang ada didalamnya

memiliki tugas masing-masing”. Suatu pekerjaan yang harus dilakukan

dalam kehidupan keluarga ini lah yang disebut fungsi. Jadi, fungsi

keluarga adalah suatu pekerjaan atau tugas yang harus dilakukan didalam
11

atau diluar keluarga. Fungsi disini mengacu pada peranan individu dalam

mengetahui, yang pada akhirnya mewujudkan hak dan kewajiban.

Di dalam lingkungan keluarga, orang tua lah yang bertanggung jawab

dalam suatu keluarga atau rumah tangga, dan sudah layaknya orang tua

mencurahkan perhatian dan bimbingan untuk mendidik anak agar anak

tersebut memperoleh dasar-dasar dan pola pergaulan hidup pendidikan

yang baik dan benar, melalui penanaman disiplin dan kebebasan secara

demokrasi. Seperti yang dikemukakan oleh Nasution (2005,32) yakni

“orang tua dan anak hendaklah selalu damai, dengan demikian akan dapat

membangkitkan minat si anak untuk belajar”.

Pendidikan di lingkungan keluarga sangat strategis untuk membrikan

pendidikan kea rah kecerdasan, budi pekerti atau kepribadian serta

persiapan hidup di masyarakat. Orang tua akan menjadi contoh utama bagi

anak, anak biasanya akan menirukan apa saja yang dilakukan oleh orang

tua. Jadi, orang tua harus bisa memberikan keteladanan dan kebiasaan

sehari-hari yang baik sehingga dapat dijadikan contoh bagi anaknya.

Keteladanan dan kebiasaan yang baik itu, sebaiknya diberikan oleh orang

tua sejak dari kecil atau kanak-kanak, karena hal itu dapat berpengaruh

terhadap perkembangan jiwa anak.

Orang tua sebaiknya harus memperhatikan pendidikan anak-anaknya,

karena peran orang tua sangat penting dalam proses pendidikan bagi

mereka. Orang tua mampu menyediakan kebutuhan materil anak-anaknya

secara memuaskan tetapi kebutuhan pendidikan anak tidak pernah


12

terpenuhi. Anak tidak dipersiapkan menjadi manusia yang dewasa seperti

tujuan yang hendak dicapai oleh pendidikan. Anak berkembang tanpa

adanya pola yang dituju, sehingga anak berkembang dengan sendirinya.

Anak dibiarkan saja tumbuh tanpa tuntutan norma yang pasti. Tidak ada

kepastian dari anak, bagaimana seharusnya dia berbuat atau bersikap

karena memang tidak diberi tahu atau dibimbing oleh orang tuanya.

Situasi seperti ini disebut miss educated. Kadang-kadang hal demikian ini

oleh orang tua tidak disadari, jadi tidak sengaja.

Orang tua berbuat demikian mungkin karena tidak tahu, yaitu

bagaimana mendidik anaknya dan tahu tetapi situasi memaksa demikian,

seperti halnya factor ekonomi atau mungkin karena terlalu sibuk. Oleh

karena itu, untuk menjadi orang tua dituntut dengan syarat-syarat tertentu

agar anak-anaknya berkembang dengan baik. Jika suatu keluarga

dikaruniai seorang anak, maka pada pundak orang tua itu lah dibebankan

usaha bagaimana agar anak-anaknya berkembang dengan baik.

Jadi, anak tidak diterima begitu saja, akan tetapi harus memenuhi dari

segi makanan dan pakaian tetapi diusahakan anak mampu berkembang

dengan baik. Orang tua harus mampu membagi-bagi perhatiannya kepada

semua obyek didalam rumah tangganya, sebab didalam keluarga lah

terjadi interaksi orang tua terhadap anak, kasih sayang yang diberikan

orang tua pada awal kehidupan seorang anak sangat membantu terhadap

perkembangan bahkan mejadi dasar pertumbuhan kepribadian seorang

anak.
13

Pentingnya peran orang tua terhadap pendidikan anak terutama anak

perempuan bukanlah hal yang spele, karena pendidikan adalah modal

utama yang harus dimiliki oleh setiap individu yang hidup agar dapat

bertahan menghadapi perkembangan zaman. Seperti saat ini orang tua

semakin menyadari pentingnya memberikan pendidikan yang terbaik

kepada anak-anak mereka sejak dini. Ketrlibatan orang tua dalam

pendidikan anak terbukti memberikan banyak dampak positif bagi anak.

Banyak yang mencapai kesuksesan setelah mereka menginjak dewasa dan

terjun kedalam dunia sosial yang sebenarnya. Peran aktif orang tua tentu

saja perlu didukung oleh komunikasi yang baik antar orang tua dan pihak

sekolah, seperti orang tua yang terlibat dalam dunia pendidikan tingkat

dasar akan menuai efek positif yang akan berlangsung pada hidup anak.

Jadi, tidak hanya peran guru dang lingkungan yang penting tetapi peran

orang tua juga memegang peranan yang sangat penting dalam presatasi

belajar anak.

Oleh karena itu, orang tua harus lebih memperhatikan anak-anak

mereka terutama anak perempuannya, melihat potensi dan bakat yang ada

pada anak mereka, memberikan sarana dan prasarana untuk mendukung

proses pembelajaran mereka dijenjang pendidikan dan selalu memotivasi

anak agar tetap semngat dalam belajar. Peran orang tua juga diharapkan

dapat melakukan semua itu dengan niat yang tulus untuk menciptakan

generasi yang mempunyai moral, wawasan dan kreativitas yang tinggi

serta semangat pantang menyerah.


14

2.1.3. Pengertian pendidikan.

Pendidikan pada hakikatnya adalah unsur sadar manusia untuk

mengembangkan kepribadian di dalam maupun di luar sekolah dan

berlangsung seumur hidup. Oleh karenanya agar pendidikan dapat dimiliki

oleh seluruh rakyat sesuai dengan kemampuan masyarakat, maka

pendidikan adalah tanggung jawab keluarga, masyarakat dan pemerintah.

Tanggung jawab tersebut didasari kesadaran bahwa tinggi rendahnya

tingkat pendidikan masyarakat berpengaruh terhadap kebudayaan suatu

daerah, karena bagaimanapun juga, kebudayaan tidak hanya berpangkal

dari naluri semata-mata tapi terutama dilahirkan dari proses belajar dalam

arti yang sangat luas.

Bratanata dkk, (dalam Ahmadi 2007,44) mengartikan pendidikan

sebagai usaha yang sengaja diadakan baik langsung maupun dengan cara

tidak langsung untuk membantu mengingat sangat pentingnya pendidikan

itu bagi kehidupan bangsa dan negara, hamper seluruh negara di dunia ini

menangani secara langsung masalah-masalah secara langsung dengan

pendidikan. Dalam hal ini, masing-masing negara menentukan sendiri

dasar dan tujuan pendidikan di negaranya. Pendidikan dapat ditempuh

melalui tiga jalur yaitu :

1. Pendidikan Formal.

Menurut Undang-Undang No. 20 Tahun 2003, pendidikan formal

didefinisikan sebagai jalur pendidikan yang terstruktur dan berjenjang


15

yang terdiri atas pendidikan dasar, pendidikan menengah dan

pendidikan tinggi.

2. Pendidikan Non Formal

Pendidikan non formal dapat didefinisikan sebagai jalur

pendidikan diluar pendidikan formal yang dapat dilaksanakan secara

terstruktur dan berjenjang.

3. Pendidikan Informal

Pendidikan informal menurut Undang-Undang No. 20 Tahun 2003

adalah jalur pendidikan keluarga dan bentuk kegiatan secara mandiri.

Pendidikan sebagai salah satu wadah yang dapat memberikan bekal

keterampilan (competency), keahlian (skill), dan pengetahuan (know-

ladge). Kepemilikan tiga komponen tersebut menyebabkan seseorang

memperoleh posisi tertentu didalam suatu masyarakat atau didalam

lingkungan kerjanya. Secara lebih universal, pendidikan memiliki peran

besar terhadap perubahan bangsa, yaitu mengangkat harga diri, harkat dan

martabat suatu bangsa di tengah-tengah percaturan antar bangsa. Karena

peran pendidikan Indonesia mengalami pergeseran kedudukan dari bangsa

terjajah menjadi bangsa yang merdeka dan berdaulat yang setara dengan

bangsa lain. Melalui daya fikir dan perasaan kebangsaan kaum intelektual,

timbul semangat nasionalisme dalam membela bangsanya dari

pencengkeraman dan penindasan bangsa lain.


16

Didalam dunia pendidikan terdahulu, pendidikan bagi perempuan

masih terdeskriminasikan. Sejak masa kanak-kanak, terdapat orang tua

yang memberlakukan pendidikan yang berbeda berdasarkan konsep

gender. Pada masyarakat yang kondisi ekonominya terbatas banyak

dijumpai pendidikan lebih diutamakan bagi anak laki-laki meskipun anak

perempuannya jauh lebih pandai, sehingga keadaan ini menyebabkan lebih

sedikitnya jumlah perempuan yang berpendidikan.

Terdapat suatu pernyataan yang menciutkan semangat para kaum

perempuan “perempuan tidak perlu berpendidikan tinggi karena pada

akhirnya bekerja di dapur”, stigma seperti ini yang harus dihilangkan

dalam masyarakat karena pentingnya akan pendidikan bagi perempuan.

Perempuan memegang peranan besar akan seperti apa generasi muda

selanjutnya, itu sebabnya pendidikan tinggi untuk perempuan sangat

penting karena mereka akan lebih banyak menghabiskan waktu dengan

anak mereka. Walaupun nanti pada akhirnya perempuan hanya mengurus

dapur, tapi pendidikan itu diperlukan karena sebuah riset membuktikan

bahwa kecerdasan anak berasal dari sang ibu. Peneliti dari University of

Washington, mengatakan bahwa wanita cendrung mentransmisi gen

kecerdasan ke anak yang terbentuk dari kromosom X. Nah, wanita

memiliki dua kromosom X, sedangkan pria hanya memiliki satu

kromosom X. Artinya, wanita dua kali berpeluang mewariskan kecerdasan

pada anak ketimbang pria.


17

Dewasa ini dengan pendidikan, dapat kita akui bahwa transformasi

sosiokultural yang menempatkan kaum perempuan sebagai pemimpin

negara pernah terjadi di negeri ini. Sehingga dapat disimpulkan bahwa

dengan pendidikan, perempuan mempunyai kesempatan untuk bersaing

bukan hanya dalam sector keluarga akan tetapi perempuan mempunyai

peluang untuk bersaing didalam dunia perpolitikan.

2.1.4. Kesetaraan Gender Dalam Pendidikan.

Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan

suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif

mengambangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual

keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia,

serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat bangsa dan

Negara. Hal ini merupakan penegasan betapa pentingnya pendidikan untuk

mengubah pola tradisional menjadi pola modern yang lebih mampu

mensejahterakan masyarakat luas. Kondisi tersebut sekaligus

mengisyaratkan perlu adanya peningkatan kualitas pembelajaran pada

setiap jenis dan jenjang pendidikan.

Usaha meningkatkan mutu pendidikan pada setiap jenis dan jenjang

pendidikan dapat terlaksana dan mencapai hasil yang optimal bila proses

pembelajaran berlangsung dalam suasana kelas yang kondusif serta dibina

dan dibimbing oleh guru yang professional. Melalui pendidikan

diharapkan dapat tercipta manusia berkualitas yang mampu membangun

dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat pada umumnya. Hal ini guru


18

dapat membantu siswa yaitu melalui kegiatan belajar yang efektif, karena

dengan pembelajaran tersebut dapat membawa hasil belajar yang efektif

pula.

Keadilan dan kesetaraan adalah gagasan dasar, tujuan dan misi utama

peradaban manusia untuk mencapai kesejahteraan, membangun

keharmonisan kehidupan bermasyarakat dan bernegara, dan membangun

keluarga berkualitas. Jumlah penduduk perempuan hamper setengah dari

seluruh penduduk Indonesia dan merupakan potensi yang sangat besar

dalam mencapai kemajuan dan kehidupan yang lebih berkualitas.

Kesamaan kondisi bagi laki-laki dan perempuan untuk memperoleh

kesempatan serta hak-haknya sebagai manusia agar mampu berperan dan

berpartisispasi dalam kegiatan politik, ekonomi, hukum, sosial budaya,

pendidikan pertahanan dan keamanan sosial, serta kesamaan dalam

menikmati hasil pembangunan.

Undang-Undang Dasar 1945 Bab X tentang warga Negara, pasal 27

ayat (1) berbunyi “ setiap warga negara bersamaan kedudukannya didalam

hukum dan pemerintahan, dan wajib menjunjung tinggi hukum dan

pemerintah itu tidak terkecualinya”. Pasal tersebut jelas menentukan

semua orang mempunyai kedudukan yang sama dimuka hukum dan

pemerintah tanpa ada diskriminasi antara laki-laki dan perempuan. Sejak

tahun 1945 perinsip kesetaraan laki-laki dan perempuan sebenarnya telah

diakui, terbukti dalam ketentuan didalam Undang-Undang Dasar 1945


19

tentang pengakuan warga negara dan penduduk jelas tidak membedakan

jenis kelamin.

Terwujudnya kesetaraan dan keadilan gender ditandai dengan tidak

adanya diskriminasi antara perempuan dan laki-laki, sehingga mereka

akses, kesempatan berpartisipasi dan kontrol atas pembangunan dan

memperolah manfaat yang setara dan adil dari pembangunan. Secara

historis telah terjadi dominasi laki-laki dalam lapisan masyarakat

disepanjang zaman, dimana perempuan dianggap lebih rendah dari pada

laki-laki.

2.2. Kajian Teori

2.2.1. Teori Fungsionalis

Didalam penelitian ini, peneliti menggunakan toeri fungsionalis.

Menurut Ogburn dalam Setiadi dan Usman (2011 : 618) fungsional lebih

mengarah kepada perubahan sosial yang diarahkan selalu menjadi jalan

dalam terbentuknya masyarakat yang sesuai dengan keadaan dan

kenyataan yang ada. Teori fungsionalis melacak actor adanya penyebab

perubahan sosial masyarakat sampai ketidak puasan masyarakat akan

kondisi sosialnya yang secara pribadi mempengaruhi kehidupan

masyarakat.

Menurut Setiadi dan Usman (2011 : 618 ) Teori Fungsionalis

merupakan suatu teori yang memandang bahwa suatu perubahan terjadi

akibat adanya ketidak puasan masyarakat karena kondisi sosial yang terus
20

saja mempengaruhi keperibadian mereka. Terdapat hubungan yang

berkesinambungan antara unsur sosial yang satu dengan unsur sosial yang

lainnya. Namun dalam suatu perubahan yang terjadi, ada yang mengikuti

mengalami perubahan ada juga yang masih dalam keadaan tetap. Menurut

Setiadi dan Usman, suatu perubahan tidak selalu membawa perubahan

semua unsur-unsur sosialnya karena sebagian perubahan yang terjadi tidak

menyebabkan unsur lainnya berubah.

2.2.2. Penelitian yang Relevan

Ari (2006), dalam proses pendidikan setidaknya terdiri atas dua

komponen yakni pendidik dan peserta didik. Masing-masing dari

keduanya memiliki peranan yang berbeda-beda. Pendidikan pada anak

yang menitik beratkan segala proses pendidikan pada anak tidak lepas dari

peran orang tua sebagai pendidik yang utama. Orang tua adalah sosok

utama yang memutuskan perkembangan maupun masa depan anak, dalam

hal ini orang tua berperan untuk mendidik dan mengarahkan anaknya

dalam melalui kehidupan di masa mendatang.

Setiap orang tua tentu harus berperan langsung dalam proses

pendidikan anaknya. Selain itu juga, orang tua berperan untuk mengasuh

dan mendidik anaknya langsung. Orang tua yang sadar akan pentingnya

pendidikan bagi anak perempuan pasti akan berusaha untuk memberikan

pendidikan terbaik untuk anaknya. Hal ini juga didukung dengan kondisi

sosial ekonomi orang tua tersebut. Penelitian ini mengenai pendidikan

terhadap wanita yang mana banyak orang-orang menganggap wanita itu


21

lemah sehingga terkucilkan, akan tetapi dengan tuntutan zaman saat ini

telah membuat kesadaran terhadap orang tua untuk memberikan

pendidikan terhadap anak perempuan.

Gambar 2.1

Bagan alur fikir penelitian


Judul :
Perubahan Pola Fikir Orang Tua Etnis Madura Terhadap Pendidikan
Anak Perempuan di Desa Tanjung Saleh Kecamatan Sungai kakap
Kabupaten Kubu raya

Identifikasi masalah :
Pentingnya pendidikan anak terutama terhadap perempuan. Dizaman
yang penuh dengan tuntutan, seorang anak jika tidak mampu bersaing
maka akan ketertinggalan, apalagi hidup di lingkungan pedesaan yang
dipenuhi dengan tuntutan suatu perubahan. Pendidikan sangat lah
berperan penting bagi mereka didalam melakukan suatu perubahan

Teori :
Fungsinalisme
Menurut Setiadi dan Usman (2011 : 618) Teori Fungsionalis merupakan
suatu teori yang memandang bahwa suatu perubahan terjadi akibat
adanya ketidak puasan masyarakat karena kondisi sosial yang terus saja
mempengaruhi pribadi meraka

Hasil Penelitian :
Dengan pendidikan, perempuan mempunyai kesempatan untuk bersaing
bukan hanya dalam sektor keluarga akan tetapi perempuan mempunya
peluang untuk bersaing didalam sektor ekonomi dan politik.
22
BAB III

METODE PENELITIAN

3.1. Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif. Dengan pendekatan

kualitatif adalah suatu proses penelitian dan pemahaman yang berdasarkan

pada metodologi yang menyelidiki suatu fenomena sosial dan masalah

manusia. Pada pendekatan ini peneliti membuat suatu gambaran kompleks,

meneliti kata-kata, laporan terperinci, pandangan responden dan melakukan

studi pada situasi yang alami. Bogdan dan Biklen (dalam Nasution 2002,64)

dalam menentukan fokus penelitian kualitatif, pada awalnya masalah yang

akan diteliti masih umum dan samar, akan bertambah jelas dan mendapat

fokus setelah penulis berada di lapangan. Fokus itu mungkin masih

mengalami perubahan selama berlangsungnya penelitian, dengan perumusan

fokus penelitian yang baik maka penulis akan terhindar dari pengumpulan data

yang tidak relevan dan tidak terjebak pada bidang yang umum dan luas.

Moleong (2007,72) menjelaskan bahwa penelitian kualitatif adalah

penelitian yang menghasilkan prosedur analisis yang tidak menggunakan

prosedur analisis statistik atau cara kuantifikasi lainnya. Jelas bahwa

pengertian ini mempertentangkan penelitian kualitatif dengan penelitian

kuantitatif yaitu dengan menonjolkan bahwa usaha kuantitatif apapun tidak

perlu digunakan pada penelitian kualitatif. Denzin dan Lincoln (dalam

Moleong 2007,23) menjelaskan, bahwa penelitian kualitatif adalah penelitian

23
24

yang menggunakan latar alamiah, dengan maksud menafsirkan fenomena yang

terjadi dan dilakukan dengan jalan melibatkan berbagai metode yang ada dan

dalam penelitian kualitatif metode yang biasanya digunakan adalah

wawancara, pengamalan dan dokumentasi.

Bogdan dan Taylor (dalam Moleong 2007,99) mengemukakan bahwa

metodologi kualitatif sebagai prosedur penelitian yang mengahsilkan data

deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan pelaku yang

dapat diamati. Penelitian kualitatif bertujuan memperoleh gambaran seutuhnya

mengenai suatu hal menurut pandangan manusia yang diteliti. Penelitian

kualitatif berhubungan dengan ide, persepsi, pendapat atau kepercayaan orang

yang diteliti dan kesemuanya tidak dapat diukur dengan angka.

3.2. Langkah-langkah Penelitian

3.2.1. Telaah Pustaka

Kegiatan yang harus dilakukan dalam penelitian kualitatif pada tahap

pra-lapangan adalah menyusun rancangan penelitian yang memuat latar

belakang masalah dan alas an pelaksanaan penelitian, studi pustaka,

penentuan lapangan penelitian, penentuan jadwal penelitian, pemilihan alat

penelitian, rancangan pengumpulan data, rancangan prosedur analisa data,

rancangan perlengkapan yang diperlukan di lapangan, dan rancangan

pengecekan kebenaran data.

3.2.2. Penelitian Lapangan


25

Pemilihan lapangan penelitian didasarkan pada kondisi lapangan itu

sendiri untuk dapat dilakukan penelitian sesuai dengan tema penelitian.

Pertimbangan lain adalah kondisi geografis, keterbatasan waktu, biaya dan

tenaga. Mengurus izin penelitian hendaknya dilakukan dengan mengetahui

terlebih dahulu siapa-siapa yang berwewenang memberikan izin.

Pendekatan yang simpatik sangat perlu, baik kepada pemberi izin di jalur

formal maupun informal.

3.3. Lokasi dan Waktu Penelitian

Lokasi ini dilaksanakan di Dusun Parit Pangeran bertepatan di rumah-

rumah warga yang beretnis Madura dan juga terkadang penelitian ini

dilakukan di warung-warung tempat biasanya orang tua ngopi santai, di Desa

Tanjung Saleh. Adapun alasan penulis memilih tempat tersebut sebagai lokasi

dimana akan dilaksanakan penelitian adalah sebagai berikut :

1. Di lokasi tersebut semua penduduk yang beretnis Madura bermukim

2. Di lokasi tersebut kesadaran orang tua etnis Madura mulai berkembang

akan pentingnya pendidikan terhadap anak perempuan.

3.4. Teknik Mendapatkan Informasi

berdasarkan masalah yang akan dibahas dalam penelitian, maka penelitian

menggunakan teknik pursposive sampling dalam mendapatkan informan.

Pursposive Sampling adalah cara yang digunakan untuk menentukan subjek

atau objek sesuai dengan tujuan. Pemilihan didasarkan pada pertimbangan


26

pribadi yang sesuai dengan topic penelitian. Subjek penelitian digunakan agar

peneliti mendapatkan informasi yang memadai, sehingga dapat membantu

dalam penelitian ini.

3.5. Teknik Pengumpulan Data

Adapun teknik yang digunakan dalam pengumpulan data adalah :

3.5.1. Teknik Observasi

Yaitu mengadakan pengamatan secara langsung terhadap objek

penelitian guna memperoleh gambaran yang sebenarnya. Dalam hal ini,

peneliti datang langsung ke rumah-rumah warga dan juga warung-warung

kopi yang biasa menjadi tempat tongkrongan orang tua

3.5.2. Teknik Wawancara

Yaitu berhubungan langsung secara lisan dan tatap muka dengan

sumber data atau objek penelitian. Wawancara dilakukan peneliti secara

terbuka dengan informan menggunakan pedoman wawancara yang sudah

disusun. Wawancara dilakukan di tempat-tempat yang sekiranya dapat

mempermudah dalam pengambilan data, seperti rumah warga dan warung

kopi.

3.5.3. Teknik Dokumentasi

Teknik dokumentasi adalah cara pengumpulan data melalui

peninggalan tertulis berupa arsip, buku-buku tentang teori, dalil dan

lainnya yang berhubungan dengan masalah penelitian (Nawawi 1995,

133).
27

3.6. Instrument Penelitian

Dalam penelitian ini, instrument pengumpulan data yang penulis gunakan

yaitu:

3.6.1. Pedoman Observasi

Sekumpulan data pemeriksaan terhadap penelitian atas Perubahan

Orang Tua Etnis Madura Terhadap Pendidikan Anak Perempuan.

Pedoman ini dilakukan dengan android dan alat tulis, penulis melihat

fenomena dengan merekam atau mendokumentasikan secara langsung

menggunakan android dan alat tulis agar semua informasi yang

disampaikan tidak tertinggal sedikit pun.

3.6.2. Pedoman Wawancara

Sekumpulan data pertanyaan yang akan ditunjukkan kepada informan

untuk memperoleh data yang diinginkan. Materi yang telah dipersiapkan

dengan catatan yang berisikan pertanyaan pokok, agar data yang diperoleh

lebih tepat dan mampu mengungkapkan hasil penelitian. Wawancara yang

digunakan pada penelitian ini yaitu wawancara tidak terstruktur,

maksudnya adalah wawancara yang bebas dimana peneliti tidak

menggunakan pedoman wawancara yang telah tersusun secara sistematis

dan lengkap untuk mendapatkan datanya. Pedoman wawancara yang

digunakan hanyalah berupa garis besar permasalahan yang akan

ditanyakan kepada informan.

3.6.3. Alat Dokumentasi


28

Alat dokumentasi merupakan suatu cara mencari, mengumpulkan dan

sekaligus mempelajari jurnal, dokumen maupun buku. Dalam pedoman

dokumentasi penulis menggunakan kamera untuk merekam objek yang

berguna untuk pembuktian data penelitian. Selain itu, peneliti juga

menggunakan buku catatan yang digunakan untuk mencatat setiap

kejadian atau keterangan dari informan.

3.7. Analisis Data

3.7.1. Keabsahan Data

Pada penelitian ini, peneliti menggunakan triangulasi dalam pengujian

keabsahan data terhadap Perubahan Pola Fikir Orang Tua Etnis Madura

Terhadap Pendidikan Anak Perempuan di Desa Tanjung Saleh.

Triangulasi merupakan teknik pemeriksaan keabsahan data yang

memanfaatkan sesuatu yang lain dari luar data itu untuk keperluan

pengecekan atau sebagai pembanding terhadap data tersebut.

Menurut Sugiyono (2011: 274) menyatakan bahwa triangulasi adalah

teknik untuk menguji kredibilitas data dilakukan dengan cara mengecek

data kepada sumber yang sama dengan teknik yang berbeda. Hal ini bisa

dilakukan dengan mengganti teknik seperti wawancara kedalam teknik

observasi, dokumentasi ataupun koesioner. Dengan teknik triangulasi ini

peneliti melakukan pemeriksaan observasi untuk memastikan data yang

diperoleh peneliti di lapangan sesuai dengan data yang disajikan. Selain


29

itu, peneliti mengecek ulang data yang diperoleh dari informan agar data

tersebut benar-benar valid dan dapat dipertanggung jawabkan secara utuh.

3.7.2. Teknik Analisi Data

1. Teknik Analisis Komponensial

Menurut Bungin (2013 : 291) teknik analisis komponensial adalah

teknik yang menggunakan “pendekatan kontras antar-elemen”, kedua

teknik analisis tersebut pada umumnya digunakan dalam ilmu-ilmu

sosial karena kedua cara ini adalah yang termudah untuk mengenal

gejala-gejala sosial. Pertama, kita mengenal gejala sosial dengan

unsur-unsur yang sama, maka ini akan memudahkan kita untuk

mengenali gejala tersebut karena setiap gejala sosial yang memiliki

kesamaan unsur, dipisahkan atau tidak, tetap akan mengelompokkan

secara alamiah. Kedua, setiap gejala sosial yang tidak memiliki

kesamaan unsur, dipisahkan atau tidak, tetap akan menampakkan

gejala untuk memisahkan diri. Gejala untuk memisahkan diri atau

berkelompok, ini adalah dua sifat dalam ilmu-ilmu sosial yang sangat

mudah untuk diamati.

Menurut Bugin (2013 : 292) teknik analisis komponensial baru

layak dilakukan jika seluruh kegiatan observasi dan wawancara yang

berulang-ulang telah memperoleh hasil maksimal sesuai dengan yang

diharapkan dalam penelitian.


30
DAFTAR PUSTAKA

Anwar, Yesmil & Adang. 2007. Sosiologi Untuk Universitas. Bandung : PT.
Refika Aditama.
M. Setiadi, Elly & Kolip, Usman. 2015. Pengantar Sosiologi. Jakarta : Prenada
Media.
Sztompk, Piotr. 2004. Sosiologi Perubahan Sosial. Jakarta : Kencana Prenada
Media Group.
Ahmadi, Abu. 2007. Sosiologi Pendidikan. Jakarta : Rineka Cipta.
Hasbullah. 2005. Dasar-Dasar Ilmu Pendidikan. Jakarta : PT. Raja Grafindo
Persadas.
Nasution. 2005. Peranan Orang Tua dalam Meningkatkan Prestasi Belajar Anak.
Jakarta : BPK Gunung Mulia.
Saptari, Ratna & Holzner, Brigette. 1997. Perempuan, Kerja & Perubahan Sosial.
Jakarta : PT. Pustaka Utama Grafitis.
Muhammad, Ari. 2015. Peran Orang Tua terhadap Pendidikan Anak, Skripsi,
Universitas Negeri Semarang.
Moleong, Lexy J. 2007. Metode Penelitian Kualitatif. Bandung : PT. Remaja
Rosdakarya.
Nawawi, Hadari. 2005. Metode Penelitian Bidang Sosial. Yogyakarta :
Gajahmada University Press
Bungin, Burhan. 2013. Metode Penelitian Sosial & Ekonomi. Jakarta : Prenada
Media Group.

31

Anda mungkin juga menyukai