Anda di halaman 1dari 4

TINGKAT ANTUSIAS MAHASISWA DALAM MENJALANKAN PROGRAM

KAMPUS MERDEKA-MERDEKA BELAJAR

(AGAS)

Namun sungguh ironis sekali ketika kita melihat pendidikan di negara kita yang
sedang mengalami penurunan dengan keadaan kondisi saat ini. Terutama masalah pendidikan
di Indonesia seolah tidak ada habis-habisnya. Adanya ketidakmerataan tingkat pendidikan
masih menjadi sumber masalah yang belum dapat terselesaikan, terutama didaerah
perbatasan atau daerah terpencil. Perkembangan pendidikan di daerah “perbatasan” masih
jauh dari kata maju jiak dibandingkan dengan pendidikan di kota-kota besar. Karena
jangankan maju, dikatakan layak pun belum tentu. Fasilitas pendidikan yang masih kurang,
kualitas dan jumlah guru kurang, hingga akses pendidikan yang sulit turut melengkapi kata
tidak layak tersebut. Salah satu permasalahan masyarakat yang ada di daerah Terdepan,
Terluar, dan Tertinggal (3T) merupakan kurangnya tenaga pendidik di sekolah-sekolah. Maka
dari itu program dari Kebijakan Kampus Merdeka yang diharapkan dapat menjadi solusi dari
permasalahan ini adalah kegiatan mahasiswa mengajar.

Dilihat pada saat ini jumlah guru tidak sebanding dengan jumlah siswa. Hal ini
disebabkan banyak guru lebih memilih mengajar di kota jika dibandingkan di desa terutama
daerah perbatasan. Seorang guru juga bisa jadi harus bertanggung jawab terhadap 50 siswa
bahkan lebih. Namun sebaliknya di kota besar para guru tak jarang justru harus berebut
mendapatkan kelas untuk diajarkan. Ini juga menyesuaikan dengan proses pembelajaran di
dalam nya dikemas semenarik mungkin agar dapat dipahami oleh peserta didiknya dan dapat
menyebabkan kenyamanan dalam proses belajarnya. Menghadapi situasi ini, pemerintah
menggalakkan program KKN (Kuliah Kerja Nyata) bagi mahasiswa calon guru, untuk
menimbulkan rasa ketertarikan untuk mengajar di daerah-daerah perbatasan. Namun,
nyatanya program ini dinilai kurang berhasil, faktanya banyak lulusan guru yang telah
menyelesaikan KKN, tetap memilih mengajar di daerah perkotaan.

Mahasiswa memiliki peran dalam mewujudkan merdeka belajar dengan cara


merasakan kebijakan-kebijakan dari kampus, seperti kebebasan belajar, walaupun secara
daring dengan berbagai plus minusnya, lalu dapat merasakan fasilitas yang diberikan, bahkan
mengikuti kegiatan kampus dengan maksimal. Oleh karena itu, perguruan tinggi dituntut untuk
dapat merancang dan melaksanakan proses pembelajaran yang inovatif agar mahasiswa dapat
meraih pencapaian pembelajaran yang mana mencangkup aspek sikap, keterampilan secara
optimal dan relevan. Kebijakan tentang kampus merdeka ini memiliki empat kebijakan yakni
kemudahan pembukaan program studi baru, perubahan system akreditasi perguruan tinggi itu
sendiri, kemudahan perguruan tinggi negeri menjadi PTN berbadan hukum, serta hak belajar
tiga semester di luar program studi. Perkuliahan online bukanlah sebuah sistem baru dalam
dunia pendidikan, melainkan bentuk suatu sistem yang telah ada dari dulu dengan beriringnya
perkembangan dunia teknologi. Dunia boleh saja berbicara bahwa semua lini kehidupan telah
diwarnai dan harus beradaptasi dengan teknologi. Akan tetapi, fakta di lapangan berbicara
mengatakan berbeda. Salah satunya ialah sistem pendidikan yang sangat dianjurkan dan dapat
diharapkan dengan media digital atau daring masih sangat minimalis di Indonesia. Perkuliahan
daring tidak hanya dilakukan melalui virtual bahan pengajaran, tetapi juga soal fasilitas dan
penetrasi jaringan internet. Selain itu, kemampuan para dosen dalam memberikan materinya
dan daya tangkap mahasiswa lewat daring. Perkuliahan online atau daring menjadi salah satu
alternatif yang dapat membias di tengah merebaknya virus corona. Pandemic ini menuntut
semua lembaga, tanpa pengecualian untuk menggunakan sarana prasarana media digital dalam
menjalankan kegiatan belajarnya semaksimal mungkin. Berbagai universitas berlomba-lomba
menelisik cara-cara yang efektif dalam mentransmisikan sistem pengajarannya. Perkembangan
teknologi yang kian canggih mengakomodasi dan memobilisasi sistem perkuliahan ini.
Institusi pendidikan dinilai sebagai salah satu sektor yang cepat menanggapi gelombang
penyebaran virus corona. Institusi pendidikan membuat reaksi cepat karena dinilai potensial
meningkatkan penyebaran.

Saat ini kebijakan ini mengatur bahwa mahasiswa dapat menggunakan hak tiga
semester dari keseluruhan delapan semester masa perkuliahan untuk mengasah kompetensi
melalui setidaknya delapan model pembelajaran non-konvensional delapan model ini meliputi
pertukaran pelajar, magang, asistensi mengajar, asistensi penelitian, proyek kemanusiaan,
proyek kewirausahaan, proyek belajar mandiri dan proyek pengembangan masyarakat
pedesaan. Dalam pengembangan profesional dosen juga berfungsi sebagai kontributor individu
dan bagian dari beberapa kelompok yang nantinya dikembangkan melalui proses bersama
antara pimpinan dan individu yang lebih melandaskan berdasarkan kesepakatan daripada
intruksi. penerapan kebijakan mbkm diharapkan dapat membawa penyegaran yang telah
tertunda lama dalam pengelolaan pendidikan tinggi di indonesia, terutama dalam hal
menjembatani peran perguruan tinggi dalam menjawab tantangan riil di masyarakat.

Dalam hal ini proses pembelajaran dengan konsep kampus merdeka memberikan
kesempatan dan tantangan untuk membangun inovasi, kreativitas, kepribadian, kapasitas, dan
kebutuhan mahasiswa dan mengembangkan tingkat kemandirian dalam mencari dan
menemukan pengetahuan lebih melalui kenyataan dan dinamika lapangan seperti persyaratan
kemampuan, permasalahan riil, interaksi sosial, kolaborasi, memenajemen diri, tuntutan
kinerja, target dalam pencapaiannya. Namun pada saat ini kita juga sedang dihadapkan pada
sebuah kenyataan dunia yang berubah lebih cepat daripada yang dapat kita antisipasi. evolusi
teknologi telah mengubah struktur dunia kerja dan melahirkan tuntutan profil kompetensi baru.
Dan didalam dinamika perubahan ini, berbagai data statistik memperlihatkan bahwa perguruan
tinggi mulai tertinggal. Maka tingkat keberhasilan para mahasiswa dapat menarik gerbong
perubahan selama ini lebih disebabkan oleh idealismenya yang masih murni. Karena mungkin
sistem yang seperti ini yang akan mungkin lebih efektif dan efisien karena kita dapat langsung
berhubungan dengan para masyarakat.

Realita yang terjadi saat ini lebih dari sepertiga dosen di Indonesia tidak dapat
menerbitkan riset. Disinyalir dari kelemahan dosen dalam bidang riset dipicu dari kesibukan
dosen dengan kegiatan rutinitas di kampus dan mengajar dalam kelas. Namun saat ini dengan
adanya kebijakan kampus merdeka dan merdeka belajar memberi peluang bagi dosen aktif
meneliti dan menerbitkan hasil risetnya. Dan adanya perubahan pola pikir pada masyarakat
akan sangat berpengaruh bagi perubahan bangsa ini kedepannya. Ini sudah wajib menjadi
sebuah keharusan bagi seorang atau sekelompok mahasiswa untuk aktif dalam menyoroti
kebijakan yang dikeluarkan oleh pemerintah, mengingat tuntutan dari status sosial yang cukup
strategis bagi para mahasiswa dari pada elemen masyarakat lainnya, dan ini juga bukan berarti
para mahasiswa bergerak atau aktif dalam melakukan kontrol sosial yang dapat berkembang
dengan tanpa ideologi dan orientasi perjuangan yang jelas. Kemudian dengan adanya tantangan
bagi dosen agar dapat meningkatkan kualitas darid kinerjanya diddalam bidang penelitian
sesuai dengan standar yang berlaku. Intinya kampus merdeka dan merdeka belajar adalah
peluang dan tantangan bagi kinerja dosen yang unggul dan berprestasi didalam bidang
akademik dan riset. Pertama, “kampus merdeka” dan “merdeka belajar” dimana ini dapat
memberi peluang optimalisasi kinerja dosen dalam bidang pendidikan dan pengajaran yang
terintegrasi dengan kinerja dosen dalam bidang penelitian.

Kita juga sangat meyakini, adanya pembelajaran dapat terjadi di manapun, semesta belajar tak
berbatas, tidak hanya di ruang kelas, perpustakaan dan laboratorium, tetapi juga di desa,
industri, tempat-tempat kerja, tempat-tempat pengabdian, pusat riset, maupun di masyarakat.
Maka dari itu program dari Kebijakan Kampus Merdeka yang diharapkan dapat menjadi solusi
dari permasalahan ini adalah kegiatan mahasiswa mengajar. Manajemen kinerja dosen juga
bertujuan untuk dapat memperkuat budaya atau iklim akademik kampus yang akan berorientasi
pada kinerja melalui pengembangan keterampilan, kemampuan dan potensi-potensi dosen.
Disini sifat dari manajemen yang interaktif diharapkan untuk meningkatkan motivasi bagi
kinerja dosen dan dapa memberdayakan dosen serta dapat membentuk suatu kerangka kerja
dalam pengembangan kinerja dosen secara jelas dan terukur. Maka selayaknya diperguruan
tinggi maka harus menjadi organisasi pembelajararan (learning organization), yaitu organisasi
yang semua anggotanya terus meningkatkan kemampuannya untuk mencapai kinerja yang
diharapkan.

Anda mungkin juga menyukai