Anda di halaman 1dari 4

MAHASISWA SEBAGAI AGENT OF CHANGE DALAM MENINGKATKAN

PROGRAM KAMPUS MERDEKA-MERDEKA BELAJAR

(DINDA)

Dengan adanya beberapa perubahan yang ada yang berkembang pesat khususnya di
dalam bidang teknologi komunikasi dan informasi digital, maka diperguruan tinggi semakin
memiliki peran didalam ikut mendukung pengembangan riset dan teknologi nasional. Pada saat
ini Indonesia sedang menghadapi sebuah problematika yang sangat rumit di dalam segala
bidang baik dalam bidang ekonomi, pendidikan, sosial, moral dan lain sebagainya. Misalkan
dalam bidang ekonomi seperti masih terlihat tingginya angka kemiskinan, dikarenakan korupsi
yang merajalela. Hal ini juga sekaligus dapat mendukung adanya pembangunan nasional
dimana dapat menciptakan Bangsa Indonesia yang unggul secara global. Peran para mahasiswa
di dalam uapaya mengampanyekan program Kampus Merdeka-Merdeka Belajar di antaranya
sebagai student (pelaku pendidikan) maka harus mampu memanfaatkan semua fasilitas yang
telah disediakan oleh pihak kampus seperti perpustakaan dan laboratorium. Maka pemanfaatan
itu digunakan untuk kepentingan kajian ilmu, riset didalam ranah pengembangan ilmu
khususnya dalam penerapan program tersebut. Didalam melakukan pelaksanaan pembelajaran
daring maka dapat memberikan sebuah tantangan untuk tersendiri bagi pelaku pendidikan,
seperti pendidik, peserta didik, institusi dan bahkan memberikan tantangan bagi masyarakat
luas seperti para orang tua. Maka didalam pelaksanaannya pendidik juga harus mencari cara
agar bagaimana tetap bisa menyampaikan materi untuk pembelajaran dan nantinya dapat
diterima secara mudah oleh peserta didik. Jadi dengan begitu juga peserta didik maka harus
dituntut agar dapat menyesuaikan diri mereka dalam situasi dan kondisi seperti saat ini, maka
salah satunya yaitu mengenai kesiapan mental. Manajemen kinerja dosen adalah serangkaian
kegiatan yang merupakan suatu proses strategis dan terpadu guna menunjang keberhasilan
institusi perguruan tinggi melalui pengembangan performansi dosen sebagai SDM. Dalam
manajemen kinerja dosen, kemampuan dosen perlu ditingkatkan melalui pengembangan
profesional dosen.

Pada artian demoralisasi tidak dapat dipungkiri telah memasuki ranah para mahasiswa,
terdapat banyak kasus penyimpangan moral yang telah dilakukan para mahasiswa seperti
banyaknya masalah penyebaran video porno, Tindakan anarkisme, narkoba, seks bebas, dan
masih banyak lainnya. Kampus merdeka merupakan salah satu dari bagian kebijakan merdeka
belajar dari Menteri Pendidikan, kebudayaan, riset, dan teknologi. Dilihat dari kebijakan secara
umum kampus merdeka ini memiliki tujuan mendorong proses pembelajran di perguruan tinggi
agar berjalan efektivitas dan efisien, hal ini juga memiliki tujuan terciptanya kultur belajar yang
bervariatif dan tidak mengekang sesuai kebutuhan dari perguruan masing-masing.

Kampus merdeka yang dimaksud disini merupakan salah satu dari bagian kebijakan
merdeka belajar dari Menteri Pendidikan, kebudayaan, riset, dan teknologi. Dilihat dari
kebijakan secara umum kampus merdeka ini memiliki tujuan mendorong proses pembelajran
di perguruan tinggi agar berjalan efektivitas dan efisien, hal ini juga memiliki tujuan
terciptanya kultur belajar yang bervariatif dan tidak mengekang sesuai kebutuhan dari
perguruan masing-masing. Dalam pengembangan profesional dosen juga berfungsi sebagai
kontributor individu dan bagian dari beberapa kelompok yang nantinya dikembangkan melalui
proses bersama antara pimpinan dan individu yang lebih melandaskan berdasarkan
kesepakatan daripada intruksi. Karena mungkin sistem yang seperti ini yang akan mungkin
lebih efektif dan efisien karena kita dapat langsung berhubungan dengan para masyarakat. Bagi
mahasiswa yang sudah mapan dalam berfikir, merupakan mahasiswa yang tidak hanya sekedar
memikirkan kepentingan akademis semata, namun jauh di dalam benaknya memahami tentang
arti dari kualitas hidupnya sebagai pribadi yang mampu mengabdikan dirinya terhadap
masyarakat. Kesepakatan ini meliputi tujuan (objectives), persyaratan pengetahuan,
keterampilan dan kemampuan sekaitan kompetensi paedagogis dan profesional, serta
peningkatan kinerja dosen dan perencanaan pengembangan kompetensi kepribadian dan
kompetensi sosial dosen sesuai dengan tata aturan dan perundangan yang berlaku.

Manajemen kinerja dosen juga bertujuan untuk dapat memperkuat budaya atau iklim akademik
kampus yang akan berorientasi pada kinerja melalui pengembangan keterampilan, kemampuan
dan potensi-potensi dosen. Disini sifat dari manajemen yang interaktif diharapkan untuk
meningkatkan motivasi bagi kinerja dosen dan dapa memberdayakan dosen serta dapat
membentuk suatu kerangka kerja dalam pengembangan kinerja dosen secara jelas dan terukur.

Maka selayaknya diperguruan tinggi maka harus menjadi organisasi pembelajararan (learning
organization), yaitu organisasi yang semua anggotanya terus meningkatkan kemampuannya
untuk mencapai kinerja yang diharapkan. Ini juga merupakan salah satu organisasi dimana
nantinya pemikiran baru dapat dihargai dan dapat senantiasa dapat ditumbuhkembangkan.
Semua aspirasi dari anggota-anggota secara individu dan kelompok diberi kebebasan dalam
mengembangkan kreatifitas dan inovasi yang relevan dengan visi dan misi institusi. Pada
intinya pada organisasi pembelajaran merupakan suatu organisasi yang berkemampuan belajar
secara kolektif dan terus menerus dapat mengubah dirinya sendiri menjadi lebih baik lagi,
memadai dan dapat menggunakan pengetahuan untuk kesuksesan organisasinya. Perguruan
tinggi juga harus mampu untuk menjadi organisasi yang berkemampuan belajar secara kolektif
dan juga berkesinambungan, sehingga dapat menghadapi berbagai tantangan dan tuntutan
perubahan nantinya. Perubahan merupakan suatu keniscayaan yang perlu disikapi dengan bijak
dan terkendali. Maka dari itu perlu suatu model manajemen kinerja yang relevan dengan
karakteristik perguruan masing-masing.

Dilihat dari kebijakan secara umum kampus merdeka ini memiliki tujuan mendorong
proses pembelajran di perguruan tinggi agar berjalan efektivitas dan efisien, hal ini juga
memiliki tujuan terciptanya kultur belajar yang bervariatif dan tidak mengekang sesuai
kebutuhan dari perguruan masing-masing. Penyampaiannya pun dikemas secara lebih mudah,
fleksibel dan bervariasi agar mudah penyampaiannya dan mudah diserap oleh peserta didik. Ini
juga mengefesienkan perguruan tinggi dalam proses pembelajaran dikarenakan kondisi saat ini
sehingga mampu mengstabilkan proses pembelajaran saat ini. Berbagai program dalam
kebijakan kampus merdeka diharapkan dapat menjawab pertanyaan perguruan tinggi untuk
menghasilkan lulusan sesuai dengan yang diharapkan sesuai dengan kebijakan sesuai IPTEK,
tuntutan dunia usaha, dunia industry, dan dunia di kemasyarakatan. Dengan adanya kampus
merdeka ini bukan hanya akan menghasilkan lulusan dibidang usaha, industri, dan
kemasyarakatan, tetapi juga akan menghasilkan lulusan lainnya yang sesuai dengan masa
depan dengan perubahan yang cepat. Dalam hal ini proses pembelajaran dengan konsep
kampus merdeka memberikan kesempatan dan tantangan untuk membangun inovasi,
kreativitas, kepribadian, kapasitas, dan kebutuhan mahasiswa dan mengembangkan tingkat
kemandirian dalam mencari dan menemukan pengetahuan lebih melalui kenyataan dan
dinamika lapangan seperti persyaratan kemampuan, permasalahan riil, interaksi sosial,
kolaborasi, memenajemen diri, tuntutan kinerja, target dalam pencapaiannya. Jika dikaitkan
dengan kondisi lapangan itu sendiri mencangkup bagaimana cara mereka berinteraksi satu
sama lain, sehingga mereka bisa memenejemen waktu dan diri mereka dengan baik dalam
berkolaborasi demi mencari wawasan atau pengetahuan lebih dalam proses pembelajaran, dari
kondisi lapangan ini sudah menargetkan pencapaian dalam proses pembelajaran dimana
pesertadidik dalam mengikuti proses pembelajaran harus bisa memenuhi target pencapaian
agar tidak ketinggalan materi di semester yang ditempuh. Dalam upaya untuk pengembangan
profesional dibedakan dalam tiga bentuk kegiatan, yaitu: pelatihan profesional, pendidikan profesional
dan dukungan profesional. Pertama, dimensi Professional Training (Pelatihan Profesional), meliputi
indikator: (1) short courses, (2) work shop, (3) converence. Kedua, dimensi Professional Education
(Pendidikan Profesional), meliputi: (1) long cources (kursus jangka Panjang), (2) Secondments
emphasizeing theory (penugasan yang menekankan teori), (3) Research based knowledge (pengetahuan
berbasis riset/penelitian). Ketiga, dimensi Professional Support (dukungan profesional), meliputi
indikator: (1) Aktifitas yang bertujuan untuk pengembangan pengalaman kerja, (2) Aktivitas yang
bertujuan untuk meningkatkan kinerja.

Anda mungkin juga menyukai