Anda di halaman 1dari 4

ANTARA PELUANG DAN TANTANGAN DALAM MENGIMPLEMENTASIKAN

PROGRAM KAMPUS MERDEKA-MERDEKA BELAJAR KEPADA MAHASISWA

(DEPIK)

Pada tahun 2015 ada tiga keterampilan utama yang harus dimiliki lulusan pendidikan
tinggi versi pemberi kerja pada 2015 adalah complex problem solving, coordination with
others, dan people management. Akan tetapi, terjadi perubahan signifikan antara pada 2015
dan 2020 critical thinking yang sebelumnya urutan ke-10 menjadi urutan ke-2 pada 2020. Ini
artinya kemampuan berpikir kritis akan menjadi kompetensi penting lulusan. Selain itu, salah
satu keterampilan yang tidak ada pada tahun 2015 dan yang menjadi keterampilan penting 2020
adalah cognitive flexibility. Amin Abdullah (2017) mendefinisikan bahwa “Cognitive
Flexibility” sebagai kemampuan guna beradaptasi dengan proses kognitif dalam menghadapi
hal-hal baru dan lingkungan yang berubah-ubah. Keterampilan ini terkait dengan kemampuan
dalam berpikir dan bertindak cepat dalam menghadapi hal-hal atau persoalan baru yang belum
pernah ada.

Untuk menumbukan kemampuan Cognitive flexibility dan complex problem solving


yang menandakan berpikir tingkat tinggi, maka dibutuhkan apa yang disebut sebagai Liberal
Arts Education, yakni mendekatkan kembali, mengintegrasikan, atau mengait-hubungkan
secara intrinsik dan sistemis antara sains, ilmu sosial, dan humaniora, antara keterampilan
berpikir ilmiah (scientific skill) dan pemikiran kemanusiaan (humanistic thought).
Pembelajaran Liberal Arts adalah pembelajaran yang mengutamakan pembelajaran yang luas,
keluasan cara pandang, komprehensif, integratif, dan terbuka. Selanjutnya para
mahasiswa mampu dalam berpikir kritis dan kreatif, dan multicultural serta kolaboratif dalam
artian bekerja sama secara kolaboratif. Istilah “liberal” dalam konteks tata nilai masyarakat
Indonesia perlu digarisbawahi di sini. Apa yang dimaksud dengan Liberal Arts Education atau
kadang disebut Liberal Arts and Sciences adalah menyatunya pendidikan sains, seni, sosial dan
humaniora, termasuk agama dalam satu kesatuan yang utuh, tidak terpisah-pisah seperti yang
umumnya terjadi selama ini. Jadi, istilah liberal di sini tidak ada hubungannya dengan istilah
konservatif, radikal dan liberal dalam konteks kontestasi politik, ekonomi, apalagi agama.
Istilah semakna dengan Liberal Arts disebut juga “General Education”, yakni pendekatan
belajar mendorong kemampuan untuk menghadapi kekompleksan, kebinekaan, dan perubahan.
Pendidikan yang memberikan wawasan luas, membantu mahasiswa untuk mengembangkan
rasa tanggung jawab sosial maupun keterampilan intelektual.
Di samping itu, mereka juga diharapkan dapat memiliki pengetahuan mengenai science
of data yang artinya sensitivitas mahasiswa terhadap analisa multidisiplin-interdisiplin, dan
transdisiplin keilmuan. Dan dengan ini para mahasiswa bisa berpikir holistic, menyeluruh dan
solutif. Para mahasiswa tidak berpikir hitam-putih, malainkan berpikir multiaspek dan
bijaksana dalam melihat dan juga dalam menyelesaikan persoalan kehidupan. Satu
permasalahan yang sedang dihadapi oleh umat manusia didekati, dianalisis, dan diselesaikan
dari berbagai perspektif keilmuan secara terpadu-terintegrasi. Inilah inti model berpikir dan
pembelajaran di pendidikan tinggi di masa depan. Mahasiswa perlu disiapkan agar memiliki
higher order of thinking, complex problem solving capability, dan cognitive flexibility. Dengan
dibekali dengan pengetahuan Liberal Arts alumni perguruan tinggi tidak akan mudah menyerah
kalah dalam menghadapi segala perubahan, tetapi akan lebih siap beradaptasi atau mereka
malah mampu ikut mengubah keadaan dengan ide baru. Jadi di sini nampaknya perlu
diluruskan. Bukan menyesuaikan dengan lapangan pekerjaan, akan tetapi mendorong
mahasiswa supaya mampu melahirkan pekerjaan-pekerjaan baru di dunia yang kompleks.
Sehingga mahasiswa melalui konsep kampus merdeka terhindar dari liberalisasi Pendidikan.

Merdeka Belajar – Kampus Merdeka merupakan salah satu kebijakan dari Menteri
Pendidikan dan Kebudayaan, Nadiem Makariem. Salah satu program dari kebijakan Merdeka
Belajar – Kampus Merdeka adalah Hak Belajar Tiga Semester di Luar Program Studi. Program
tersebut merupakan amanah dari berbagai regulasi/landasan hukum pendidikan tinggi dalam
rangka peningkatan mutu pembelajaran dan lulusan pendidikan tinggi. Peran para mahasiswa
di dalam uapaya mengampanyekan program Kampus Merdeka-Merdeka Belajar di antaranya
sebagai student (pelaku pendidikan) maka harus mampu memanfaatkan semua fasilitas yang
telah disediakan oleh pihak kampus seperti perpustakaan dan laboratorium.

Salah satu permasalahan masyarakat yang ada di daerah Terdepan, Terluar, dan
Tertinggal (3T) merupakan kurangnya tenaga pendidik di sekolah-sekolah. Maka dari itu
program dari Kebijakan Kampus Merdeka yang diharapkan dapat menjadi solusi dari
permasalahan ini adalah kegiatan mahasiswa mengajar. Dimana kegiatan ini merupakan bagian
dari kebijakan Hak Belajar Tiga Semester di Luar Program Studi. Dengan adanya kampus
merdeka ini bukan hanya akan menghasilkan lulusan dibidang usaha, industri, dan
kemasyarakatan, tetapi juga akan menghasilkan lulusan lainnya yang sesuai dengan masa
depan dengan perubahan yang cepat.
Dalam rangka menyiapkan mahasiswa menghadapi perubahan sosial, budaya, dunia
kerja dan kemajuan teknologi yang pesat, kompetensi mahasiswa harus disiapkan untuk lebih
gayut dengan kebutuhan zaman. Ini selanjutnya tidak saja dengan dunia industri dan dunia
kerja tetapi juga dengan masa depan yang berubah dengan cepat. Perguruan Tinggi dituntut
untuk dapat merancang dan melaksanakan proses pembelajaran yang inovatif agar mahasiswa
dapat meraih capaian pembelajaran mencakup aspek sikap, pengetahuan, dan keterampilan
secara optimal dan selalu relevan.

Kebijakan Merdeka Belajar – Kampus Merdeka diharapkan dapat menjadi jawaban atas
tuntutan tersebut. Kampus Merdeka merupakan wujud pembelajaran di perguruan tinggi yang
otonom dan fleksibel sehingga tercipta kultur belajar yang inovatif, tidak mengekang, dan
sesuai dengan kebutuhan mahasiswa.

Tujuan kebijakan Merdeka Belajar – Kampus Merdeka, program “hak belajar tiga
semester di luar program studi” adalah untuk meningkatkan kompetensi lulusan, baik soft skills
maupun hard skills, agar lebih siap dan relevan dengan kebutuhan zaman, menyiapkan lulusan
sebagai pemimpin masa depan bangsa yang unggul dan berkepribadian. Ini juga merupakan
sebuah implementasi dari visi misi yang dimiliki oleh Presiden Joko Widodo guna menciptakan
adanya SDM yang lebih unggul. Sebagai salah satu Program Kampus Merdeka, Pertukaran
Mahasiswa Merdeka (PMM) adalah menyiapkan generasi penerus Indonesia yang harus belajar
dari satu sama lain untuk memperkuat persatuan bangsa.

Program-program experiential learning dengan jalur yang fleksibel diharapkan akan dapat
memfasilitasi mahasiswa mengembangkan potensinya sesuai dengan passion dan bakatnya.
Didalam melakukan pelaksanaan pembelajaran daring maka dapat memberikan sebuah
tantangan untuk tersendiri bagi pelaku pendidikan, seperti pendidik, peserta didik, institusi dan
bahkan memberikan tantangan bagi masyarakat luas seperti para orang tua. Maka didalam
pelaksanaannya pendidik juga harus mencari cara agar bagaimana tetap bisa menyampaikan
materi untuk pembelajaran dan nantinya dapat diterima secara mudah oleh peserta didik. Jadi
dengan begitu juga peserta didik maka harus dituntut agar dapat menyesuaikan diri mereka
dalam situasi dan kondisi seperti saat ini, maka salah satunya yaitu mengenai kesiapan mental.

Kesepakatan ini meliputi tujuan (objectives), persyaratan pengetahuan, keterampilan


dan kemampuan sekaitan kompetensi paedagogis dan profesional, serta peningkatan kinerja
dosen dan perencanaan pengembangan kompetensi kepribadian dan kompetensi sosial dosen
sesuai dengan tata aturan dan perundangan yang berlaku. Dilihat dari kebijakan secara umum
kampus merdeka ini memiliki tujuan mendorong proses pembelajran di perguruan tinggi agar
berjalan efektivitas dan efisien, hal ini juga memiliki tujuan terciptanya kultur belajar yang
bervariatif dan tidak mengekang sesuai kebutuhan dari perguruan masing-masing. Dan adanya
perubahan pola pikir pada masyarakat akan sangat berpengaruh bagi perubahan bangsa ini
kedepannya. Ini sudah wajib menjadi sebuah keharusan bagi seorang atau sekelompok
mahasiswa untuk aktif dalam menyoroti kebijakan yang dikeluarkan oleh pemerintah,
mengingat tuntutan dari status sosial yang cukup strategis bagi para mahasiswa dari pada
elemen masyarakat lainnya, dan ini juga bukan berarti para mahasiswa bergerak atau aktif
dalam melakukan kontrol sosial yang dapat berkembang dengan tanpa ideologi dan orientasi
perjuangan yang jelas.

Anda mungkin juga menyukai