Anda di halaman 1dari 3

Nama :Andhika Fadhil Saputra

NIM :I1011211053

UAS Pendidikan Kewarganegaraan


Mengapa Warganegara Harus Menjaga Lingkungan ?
Peraturan Pemerintah Nomor 81 Tahun 2012 tentang Pengelolaan Sampah Rumah Tangga,
Peraturan Menteri Lingkungan Hidup Nomor 13 Tahun 2012 tentang Pedoman
Pelaksanaan 3R (Reduce, Reuse, Recycle).
Peran keterlibatan pemerintah dan masyarakat dalam pengelolaan lingkungan hidup
merupakan kesiapan untuk menerima tanggung jawab atas keberlanjutan pembangunan
lingkungan (Selman,2004). Konsep civic engagement hadir untuk membantu
mengembangkan segala aktivitas yang bertujuan untuk meningkatkan kualitas hidup
masyarakat dan tidak hanya menunjukkan dimana letak permasalahan sosialnya
(Stamm,2009). Civic engagement adalah kondisi atau norma bagaimana warga negara
secara individu dan kolektif berpartisipasi aktif dalam kehidupan masyarakat berdasarkan
pengetahuan, keterampilan, keahlian yang dipadukan dengan nilai, motivasi, dan
komitmen untuk melakukan perubahan dalam meningkatkan kualitas hidup masyarakat
menjadi lebih baik (Santinello, Cristini, Vieno, & Scacchi, 2012). Indikator dari civic
engagement adalah perasaan merupakan kompetensi wajib dalam civic engagement dalam
membangun kebutuhan untuk memelihara rasa kemanusiaan, empati, keterbukaan, etika,
dan tanggung jawab (Karliani, Kartadinata, Winataputra, & Komalasari,2019).Civic
engagement merupakan salah satu elemen dari civic community, yaitu tindakan seseorang
atas rasa tanggung jawab yang tinggi terhadap masyarakat (Stamm,2009). Tanggung jawab
terhadap sesuatu yang lebih dari sekedar kepentingan pribadi merupakan bagian yang
sangat esensial dari civic engagement, karena dengan adanya rasa tanggung jawab,
masyarakat akan termotivasi untuk ikut serta membangun lingkungan bersama sehingga
bermanfaat bagi kepentingan bersama (Lawry, Laurison, & Van Antwerpen,2006).
Salah satu contoh sekolah inklusi yang menggalakkan SDGs adalah SMK Negeri 3
Probolinggo. Sekolah juga melaksanakan program pendidikan karakter yaitu Program
Adiwiyata, dimana Adiwiyata berarti hijau. Program sekolah hijau diharapkan menjadi
laboratorium praktik kegiatan peduli lingkungan untuk mengurangi sampah seperti plastik,
hemat energi dan hemat air, dengan mengedepankan pola hidup sehat, dan
mengembangkan kemitraan aktif dengan masyarakat (Desfandi, 2015). Dengan demikian,
mahasiswa mendapat kesempatan untuk belajar tentang nilai-nilai peduli lingkungan
sehingga dapat menjadi agen pembangunan yang lebih berorientasi pada green
sustainability.

Go green merupakan kegiatan yang perlu dilakukan secara konseptual dalam menangani
krisis lingkungan. Dalam arti luas go green adalah segala upaya untuk memulihkan,
memelihara, dan memperbaiki kondisi lahan agar dapat berproduksi dan berfungsi secara
optimal, baik sebagai pengatur tata air maupun pelindung lingkungan. Nazarudin (1994)
dalam Pramono [18], menyatakan go green adalah upaya penataan lingkungan dengan
menggunakan tumbuhan sebagai bahan utamanya, sehingga dari tumbuhan tersebut dapat
diambil banyak manfaat. Go green dapat membuat lingkungan biotik dengan berbagai
fungsi dalam tatanan lingkungan. Fungsi-fungsi tersebut dapat berhubungan langsung
dengan kehidupan masyarakat yang hidup dalam lingkungan sebagai satu kesatuan
ekosistem. Go green bertujuan untuk menciptakan kawasan hunian yang berwawasan
lingkungan. Suasana asri, serasi dan sejuk coba ditampilkan kembali seperti rumah tinggal,
fasilitas umum, daerah aliran sungai, jalan raya dan di tempat lain yang ditanami berbagai
pepohonan dan tanaman.

Gotong royong berbasis go green berdampak pada pola pikir masyarakat bahwa dalam
membangun desa tidaklah mudah, oleh karena itu perlu menjaga desa dengan sepenuh hati
dan keikhlasan. Pembentukan jiwa kebangsaan dan kewargaan negara dimulai dari paksaan
dan kerja keras serta adanya pembinaan kepada masyarakat yang terus menerus dalam
mencapai sesuatu agar tertanam jiwa yang kuat dan rasa memiliki yang tinggi, dengan
adanya rangsangan kerja keras yang terus menerus dilakukan maka akan tercipta rasa
memiliki dan rasa puas dalam masyarakat akan berdampak psikologis pada rasa bangga
terhadap hasil yang dicapai.
program BUMDes dari pemerintah yang mampu bersinergi dengan masyarakat lokal yang
berkontribusi dalam pencegahan kebakaran lahan gambut, pelibatan masyarakat dalam
menjaga lingkungan, dan pemberdayaan masyarakat lokal di sekitar kawasan gambut.
Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan keberhasilan program BUMDes sebagai
kolaborasi baru antara Rezim Barang Milik Negara dan Rezim Barang Bersama, yang
dalam implementasinya dapat mengubah lahan gambut menjadi lahan pertanian sekaligus
bisnis untuk pemanfaatan bersama. Hal ini dilakukan oleh masyarakat Desa Rasau Jaya
Tiga untuk mengembangkan kebajikan di bidang lingkungan yang bertujuan untuk
membangun sumber daya alam dan penghidupan di atas kepemilikan tanah bersama.
Keberadaan BUMDes ini memiliki konsekuensi positif dan wajar bagi pengelolaan lahan
gambut yang awalnya menantang untuk mengolah aset yang menguntungkan bagi
masyarakat.

Anda mungkin juga menyukai