Anda di halaman 1dari 8

59

Buana Sains Vol 6 No 1: 59-66, 2006

KAJIAN KOMPOSISI KIMIA AMPAS KEDELAI HASIL


SAMPING PENGOLAHAN KECAP

Sri Susanti
PS Produksi Ternak, Fak. Pertanian, Universitas Tribhuwana Tunggadewi

Abstract
The research was conducted from May-June 2004 at the Ketchup “Kinking” Factory
Turban regency. The aim of the research was to study of food substance content or soy
dregs chemical composition from two methods of ketchup making. Method used in this
research was a case study. Soy dregs from two methods of ketchup making, i.e.
fermentation (F) and sangria (S) were used in this research. Proximate analysis was
conducted at the Laboratory of Animal Feed and Nutrition, Animal Husbandry Faculty,
Brawijaya University Malang, and amino acid analysis was conducted at the Laboratory
of Food Processing Balitbangtan, Bogor Regency. The results showed that the soy dregs
from fermentation method (F) had a greater composition than that of sangrai method
(S), with a complete amino acid content. So that, the soy dregs from fermentation
method performed a good feed source for avian and non ruminant animals.

Key words: Soy dregs, Fermentation, Sangrai, Chemical composition

Pendahuluan hasil samping pengolahan biji kedelai


berupa ampas tahu, ampas susu sari
Kedelai (Glycine max) banyak digunakan
kedelai, ampas tauco, ampas kecap
sebagai bahan makanan terutama bahan
masih dimanfaatkan sebagai pakan
makanan yang banyak mengandung
ternak. Hasil samping dari pembuatan
protein tinggi. Jika ditinjau dari segi
tahu adalah ampas tahu. Ampas tahu
manfaat pakan, biji kedelai dapat
adalah limbah kacang kedelai setelah
dimanfaatkan sebagai sumber energi
kacang kedelai diambil sarinya dalam
dan protein jika dimasak pada suhu
proses pembuatan tahu sehingga sisa
yang memusnahkan semua aktivitas anti
dari sari tersebut berupa ampas.
tripsinnya, karena semua aktivitas anti
Diketahui bahwa kandungan protein biji
tripsin ini musnah jika dipanaskan
kedelai adalah 37% (NRC, 1994),
dalam air (Bowman dalam Aisyah, 1979).
sedangkan protein kasar ampas kedelai
Kedelai sebagai bahan pangan
hasil samping pengolahan kecap tidak
untuk manusia yaitu sebagai bahan
berbeda jauh dengan kandungan protein
pangan sumber protein nabati masih
kedelai, maka ampas kecap masih dapat
banyak dibutuhkan. Banyak penelitian
digunakan sebagai sumber pakan
menganjurkan bahwa by-product (hasil
alternatif untuk menyusun ransum
samping) dari pengolahan biji kedelai
unggas.
dapat dipakai sebagai bahan penyusun
Kandungan lemak kasar kedelai
ransum baik ransum ternak non
menurut NRC (1994) adalah 18%
ruminansia maupun ransum ternak
sedangkan pada ampas kedelai
ruminansia. Kandungan protein dari
60
Sri Susanti / Buana Sains Vol 6 No 1: 59-66, 2006

pengolahan kecap 24,30% (Birowo, diperoleh kandungan energi metabolis


1995). Kandungan lemak kasar yang sekitar 3240 kkal per kg, kadar protein
tinggi pada ampas kedelai hasil kasar (PK) berkisar antara 23,50 hingga
sampingpengolahan kecap tersebut akan 30,86 %BK serta kadar serat kasar (SK)
mempengaruhi kandungan energi sekitar 13,10 hingga 16,30 %BK dan
metabolis pakan sehingga jumlah ini jauh di atas kadar SK biji
pemberiannnya pada unggas perlu kedelai yang hanya sebesar 5,00
dibatasi. %BK.(Santoso, 1987; Birowo, 1995;
Penggunaan ampas kedelai tersebut Sutardi, 1981 dan Wihandoyo, 1984).
sebagai bahan penyusun ransum Hasil survei di lapangan dijumpai
khususnya untuk ransum unggas perlu dua macam proses pengolahan kecap,
memperhatikan batasan-batasan yaitu pengolahan secara fermentasi dan
penggunaan, mengingat bahwa pengolahan dengan cara sangrai.
kandungan serat kasar ampas kedelai Komposisi kimia ampas kedelai yang
tersebut relatif tinggi yaitu 16,30% dihasilkan dari kedua proses tersebut
(Santosa, 1987) sedangkan kandungan belum diteliti, demikian pula tentang
serat kasar kedelai sekitar 5,5% (NRC, pemanfaatannya sebagai bahan pakan
1994). ternak.
Pada umumnya pembuatan kecap Oleh karena itu dengan
di Indonesia dilakukan secara memperhatikan adanya potensi dan
fermentasi (Kusumo dalam Sukaton, keterbatasan ampas kedelai hasil
1994). Menurut Kuswara (1992) samping pengolahan kecap serta
pembuatan kecap secara umum terdiri berdasarkan kenyataan di lapangan
dari dua tahap, yaitu: tahap fermentasi terdapat beberapa metoda dalam
kapang (solid stage fermentation) dan pengolahan kecap yaitu dengan
fermentasi kedua dengan larutan garam difermentasi dan disangrai, maka perlu
(brine fermentation). Pada tahap fermentasi diteliti dan dikaji komposisi kimia
kapang akan terjadi perubahan senyawa ampas kedelai dari dua metoda yang
kompleks yaitu protein dan karbohidrat berbeda tersebut.
menjadi bentuk yang lebih sederhana. Dalam penelitian ini akan dikaji
Sementara itu pada tahap fermentasi tentang komposisi kimia ampas kedelai
kedua, perendaman dalam larutan garam hasil samping pengolahan kecap dari
akan menyebabkan keluarnya molekul- dua metoda yang berbeda yaitu
molekul protein yang larut dalam air, difermentasi dan disangrai. Hasil
namun akibat aktivitas bakteri dan penelitian diharapkan dapat
khamir maka pada fermentasi kedua ini menghasilkan data tentang komposisi
akan dihasilkan flavor khas kecap. kimia serta mampu memberikan
Dari proses pengolahan kecap akan informasi dan pertimbangan tentang
diperoleh hasil samping berpa ampas pemanfaatan ampas kedelai hasil
kedelai. Komposisi ampas kedelai ini samping pengolahan kecap sebagai
berbeda dengan komposisi kedelai bahan pakan penyusun ransum ternak.
karena selama proses pembuatan kecap Dengan adanya metoda yang berbeda
biji kedelai mengalami perlakuan baik pada proses pengolahan kecap maka
fisik maupun kimiawi. Komposisi kimia diduga terdapat variasi yang nyata
ampas kedelai hasil samping proses tentang komposisi kimia ampas kedelai
pengolahan kecap dari berbagai sumber hasil samping pengolah kecap tersebut.
61
Sri Susanti / Buana Sains Vol 6 No 1: 59-66, 2006

Bahan dan Metode dengan tepung pada tahapan


berikutnya.
Penelitian dilaksanakan pada bulan Mei
o Penambahan tepung. Tepung yang
hingga Juni 2004. Materi yang
digunakan adalah campuran tepung
digunakan dalam penelitian berupa
gandum dan ragi. Fungsinya untuk
ampas kedelai diambil dari pabrik kecap
mengurangi kelembabab pada biji
cap “Kangkung” di Tuban Jawa Timur,
sehingga tercipta kondisi yang
terdiri dari dua macam, yaitu ampas
optimal untuk pertumbuhan jamur.
kedelai hasil samping proses pengolahan
o Penumbuhan jamur, merupakan
secara fermentasi (F), dan ampas kedelai
tahapan yang memberikan
hasil samping proses pengolahan secara
kesempatan kepada ragi untuk
sangrai (S).
tumbuh menjadi spora jamur.
Sampel dianalisis proksimat di
o Penambahan garam dan
Laboratorium Nutrisi dan Makanan
perendaman, dilakukan terhadap biji
Ternak Fakultas Peternakan Universitas
kedelai yang telah melewati proses
Brawijaya Malang, sedangkan analisis
penjamuran sebelumnya.
asam-amino dilakukan di Laboratorium
o Perebusan kedua, dilakukan setelah
Pascapanen Balai Penelitian dan
kedelai fermentasi direndam dalam
Pengembangan Pascapanen Pertanian di
larutan garam.
Bogor. Alat-alat yang digunakan adalah
o Penyaringan, dilakukan setelah
seperangkat alat analisis proksimat,
perebusan kedua. Hasil saringan
seperangkat alat analisis asam amino.
berupa air rebusan, sedangkan hasil
Variabel yang diukur adalah
sampingnya disebut ampas kecap.
komposisi kimia ampas kedelai meliputi
o Perebusan ketiga, dilakukan setelah
kadar bahan kering (BK), bahan organik
hasil saringan berupa air rebusan
(BO), protein kasar (PK), serat kasar
ditambah dengan bumbu dan gula
(SK), lemak kasar (LK) serta kadar
merah. Perebusan dilakukan
sama-asam amino. Data yang diperoleh
bersama-sama dengan air rebusan
dianalisis secara deskriptif
hasil pengolahan secara sangrai.
(Yitnosumarto, 1994).
Hasil akhir perebusan setelah
disaring inilah yang disebut sebagai
Hasil dan Pembahasan kecap.
Proses pengolahan kecap secara fermentasi dan Sementara itu proses pengolahan kecap
sangrai secara sangrai lebih sederhana terdiri
dari beberapa tahapan berikut:
o Proses pengolahan kecap secara o Penyortiran, berfungsi memilah dan
fermentasi meliputi beberapa membersihkan biji kedelai dari
tahapan berikut: kotoran.
o Penyortiran dan pencucian biji o Disangrai, yaitu proses
kedelai, berfungsi untuk penggorengan biji kedelai mentah
membersihkan kedelai dari kotoran. tanpa menggunakan minyak goreng.
o Perebusan biji kedelai, dilakukan o Perebusan biji kedelai yang telah
selama lebih kurang 1 jam hingga biji disangrai. (perebusan pertama)
kedelai agak matang. o Penyaringan hasil perebusan
o Penirisan atau pendinginan, pertama, dengan menghasilkan
dilakukan agar biji kedelai terpisah ampas sebagai hasil samping.
dari air sehingga mempermudah o Perebusan kedua, dilakukan setelah
proses pencampuran biji kedelai air hasil saringan pada perebusan
62
Sri Susanti / Buana Sains Vol 6 No 1: 59-66, 2006

o pertama dicampurkan dengan air secara sangrai 7% lebih banyak daripada


hasil saringan dari proses fermentasi, kadar BK ampas kedelai secara
kemudian ditambahkan bumbu dan fermentasi. Di sisi lain kadar LK
gula merah. mengalami penurunan sebesar 6,67%.
o Penyaringan kedua, dilakukan setelah Hal ini disebabkan pada proses
perebusan kedua, hasil saringannya penggaraman selama fermentasi terjadi
disebut sebagai kecap. perbedaan tekanan osmosis sehingga
berakibat banyak air keluar beserta
Komposisi kimia ampas kedelai secara bahan yang terlarut di dalamnya. Selama
fermentasi dan sangrai proses fermentasi terjadi perubahan-
Hasil analisis proksimat dan analisis perubahan antara lain pemecahan
asam amino terhadap sampel ampas lemak, protein dan karbohidrat dari
kedelai dari proses pengolahan kecap bahan menjadi senyawa-senyawa yang
secara fermentasi dan sangrai disajikan lebih sederhana, seperti asam lemak,
pada Tabel 1. Berdasarkan data pada asam amino dan glukosa, sementara itu
Tabel 1 tampak bahwa kadar BK ampas kapang akan mati.
kedelai dari proses pengolahan kecap

Tabel 1. Komposisi kimia ampas kedelai secara fermentasi dan sangrai


Komposisi kimia Kadar
Ampas Ampas Selisih kadar F Persentase
kedelai (F) kedelai (S) dan S Selisih *)
Hasil analisis proksimat:
Energi metabolis (Kkal/kg) 33297,00 33546,00
BK (%) 24,75 26,49 1,74 (+) 7,00
BO (%BK) 89,36 95,06 5,70 (+) 0,06
PK (%BK) 16,70 41,59 24,89 (+) 149,00
SK (%BK) 9,884 7,98 1,86 (-) 18,00
LK (%BK) 21,27 19,85 1,42 (-) 6,67
Hasil analisis asam amino:
Asam aspartat 0,424 0,134 0,29 (-) 68,40
Asam glutamat 0,539 0,340 0,199 (-) 36,90
Serin - - - -
Glisin 0,054 0,024 0,030 (-) 55,00
Histidin - - - -
Arginin 0,066 0,005 0,061 (-) 92,40
Threonin 0,752 0,673 0,079 (-) 5,90
Alanin 0,114 0,102 0,012 (-) 0,13
Prolin 0,137 0,092 0,045 (-) 32,80
Tirosin 0,560 0,354 0,206 (-) 20,60
Valin 1,024 0,736 0,288 (-) 28,80
Methionin 0,089 0,020 0,069 (-) 0,60
Sistin - - - -
Isoleusin 0,673 0,442 0,231 (-) 34,30
Leusin 1,182 0,842 0,340 (-) 40,20
Fenilalanin 0,835 0,550 0,285 (-) 28,50
Lisin 1,028 0,786 0,242 (-) 24,20
Ket: *) Yang dimaksud % selisih adalah persentase peningkatan (+) atau penurunan (-) komposisi kimia
dari ampas kedelai S terhadap ampas kedelai F
63
Sri Susanti / Buana Sains Vol 6 No 1: 59-66, 2006

Dengan adanya perlakuan pemanasan, yang termasuk dalam karbohidrat akan


bahan ekstrak tanpa nitrogen (BETN) hilang sehingga apabila kandungan
lemaknya banyak maka BETN akan yang tumbuh pada bahan baku kecap
berkurang dan akan menurunkan kadar harus merupakan kapang yang mampu
BK. Apabila kadar lemak rendah maka menghasilkan enzim protease yang aktif,
BETN akan tinggal sehingga akan supaya protein dari bahan yang
meningkatkan nilai BK. dijamurkan sebagian besar akan
Pada ampas kedelai dari proses terekstrak ke dalam larutan kecap (Enie,
sangrai kadar BK 26,49% sedangkan 1980). Sementara itu selama
kadar lemak kasar 19,85%. Ampas perendaman dalam larutan garam,
kedelai dari proses pengolahan kecap garam berfungsi untuk menarik air
secara disangrai ternyata memiliki kadar dalam bahan yang direndam. Hal ini
PK jauh lebih tinggi (41,59 %BK) terjadi akibat adanya perbedaan tekanan
sekitar 1,5 kali lipat daripada kadar PK osmosis antara larutan garam dengan air
ampas kedelai dari proses secara dalam bahan yang direndam.
fermentasi (16,70 %BK). Apabila Perbedaan tekanan ini akan
dibandingkan dengan kadar PK biji menyebabkan keluarnya air dalam
kedelai yaitu sekitar 42,78 %BK bahan menujunlarutan perendam
(Ketaren, 1986) maka hal ini berarti dengan diikuti keluarnya molekul-
bahwa proses sangrai tidak molekul protein yang larut dalam air
menghasilkan perubahan struktur (Mackie et al., 1971). Untuk kadar SK
protein dalam bahan baku. dan LK, proses pengolahan kecap
Protein terikat bersama-sama lemak secara sangrai justru menghasilkan
dalam jaringan hewan atau tumbuhan ampas kedelai dengan kadar SK dan LK
misalnya dalam bentuk lipoprotein dan yang berkurang. Kadar SK yang tinggi
glukolipid sehingga apabila dibakar dipengaruhi oleh adanya proses
maka lemaknya banyak yang hilang. pengolahan. Pati akan dihidrolisa oleh
Akibatnya secara kuantitatif akan enzim amilase menjadi dekstrin, maltosa
mempengaruhi kadar protein bahan. dan glukosa (Enie, 1980).
Rendahnya kadar PK pada ampas Menurut Winarno (1986)
kedelai dari proses pengolahan secara polisakarida dalam bahan makanan
fermentasi terjadi akibat adanya berfungsi sebagai penguat tekstur yaitu
perombakan yang cukup besar selama selulosa, hemiselulosa, lignin dan
proses fermentasi dan perendaman sebagai sumber energi yaitu pati,
dalam larutan garam berlangsung, dekstrin, glikogen dan fruktosa.
disamping juga akibat perebusan. Polisakarida penguat tekstur ini tidak
Hartadi dan Kabiran (1977) dapat dicerna oleh enzim pencernaan
mengemukakan bahwa tahap fermentasi tetapi merupakan serat-serat (dietary
merupakan tahapan yang penting pada fiber) yang dapat menstimulasi enzim-
proses pengolahan kecap. Namun enzim pencernaan. Sementara itu, akibat
selama fermentasi berlangsung akan proses sangrai, lemak akan terbakar
terjadi proses pemecahan protein, sehingga lemak rantai pendek akan
karbohidrat dan lemak menjadi terbang.
senyawa-senyawa yang lebih sederhana. Oleh sebab itu kandungan lemak
Pada umumnya tahapan ini dapat kasar pada ampas kedelai dari proses
dilakukan secara spontan sedangkan pengolahan kecap yang disangrai lebih
jamur yang tumbuh tidak dapat rendah (19,85%) daripada ampas kedelai
dikendalikan dengan baik. Jenis kapang dari proses fermentasi (21,27%).
64
Sri Susanti / Buana Sains Vol 6 No 1: 59-66, 2006

Menurut Enie (1980) lemak pada proses dihidrolisa oleh enzim lipase menjadi
pengolahan secara fermentasi akan asam-asam lemak dan gliserol. Dari
analisis asam-asam amino diperoleh bagi ternak ruminansia penggunaan
hasil bahwa secara keseluruhan terjadi ampas kedelai sebagai bahan pakan
penurunan kadar asam amino pada tidak menjadi masalah, mengingat
ampas kedelai dari proses pengolahan bahwa ternak ruminansia tidak menutut
secara sangrai. bahan pakan yang senantiasa berkualitas
tinggi meskipun untuk produktivitas
Potensi ampas kedelai sebagai pakan ternak yang tinggi juga perlu didukung pakan
Apabila ditinjau dari komposisi konsentrat yang cukup. Seperti halnya
kimianya, maka ampas kedelai hasil pakan konsentrat untuk unggas dan non
samping proses pengolahan kecap baik ruminansia, maka ampas kedelai hasil
dari proses sangrai maupun fermentasi samping proses pengolahan kecap ini
memiliki potensi sebagai bahan pakan juga dapat digunakan sebagai salah satu
ternak, terutama pakan konsentrat. bahan penyusun pakan konsentrat
Ampas kedelai hasil samping untuk ruminansia. Kadar PK cukup
proses fermentasi secara umum tinggi, namun apabila digunakan sebagai
mempunyai komposisi kimia dengan pakan ternak ruminansia masih perlu
kadar yang relatif lebih tinggi daripada kajian lebih mendalam tentang tingkat
ampas kedelai hasil samping proses degradasinya di dalam rumen. Hal ini
pengolahan secara sangrai. Kadar yang perlu diperhatikan karena bahan pakan
relatif lebih tinggi ini terutama pada dengan kadar PK yang tinggi tidak akan
kandungan asam-asam amino, dapat dimanfaatkan secara optimal
memberikan makna bahwa ampas dalam waktu yang relatif cepat bagi
kedelai dari proses fermentasi lebih ternak induk semang, apabila diikuti
cocok dan memadai apabila digunakan dengan tingkat degradasi yang tinggi
sebagai bahan pakan untuk unggas pula.
ataupun non ruminansia. Hal ini belum Kajian lebih mendalam tentang
dibuktikan secara biologis, namun bagi tingkat degradasi PK dalam rumen pada
ternak non ruminansia dan unggas ampas kedelai perlu dilakukan. Dengan
kandungan asam-asam amino dalam demikian perlu penelitian lebih lanjut
pakan ikut menentukan terhadap tingkat penggunaan ampas kedelai hasil
konsumsi pakan (Williamson dan Payne, samping pengolahan kecap ini baik
1978). Demikian pula menurut Wahju sebagai pakan ternak unggas, non
(1992), bahwa keseimbangan asam-asam ruminansia ataupun ruminansia. Apabila
amino mempengaruhi konsumsi pakan. ditinjau dari proses pengolahan kedelai
Konsumsi pakan cenderung hingga menjadi kecap dan ampas kedelai
mengalami penurunan apabila sebagai hasil sampingnya, maka dapat
kandungan asam-asam amino dalam diduga bahwa ampas kedelai yang
pakan tidak seimbang, sebaliknya dihasilkan mempunyai kandungan anti
keseimbangan asam-asam amino nutrisi yang relatif berkurang
cenderung akan meningkatkan dibandingkan biji kedelai sebagai bahan
konsumsi pakan. Oleh karenanya, bakunya.
keseimbangan asam-asam amino dalam Gohl (1975) menyatakan bahwa
bahan pakan perlu dipertimbangkan sebagai bahan pakan ternak, biji kedelai
dalam menyusun ransum ternak unggas memiliki keterbatasan karena
ataupun non ruminansia. Sementara itu, kandungan anti nutrisi berupa anti
tripsin, hemaglutinin, glukosida dan
65
Sri Susanti / Buana Sains Vol 6 No 1: 59-66, 2006

isoflavon. Selain itu menurut Cheeke Daftar Pustaka


dan Shull (1985) juga terdapat anti Aisyah, G. 1979. Faktor Anti Tripik
nutrisi berupa lektin, goitrogen, Kedelai. Desertasi. Institut Pertanian
saponin, phytat dan mycotoxin. Anti Bogor. Indonesia.
nutrisi tersebut tersebut sifatnya tidak Birowo, S.A. 1995. Tingkat Penggunaan
stabil dan akan berkurang aktivitasnya Ampas Kecap pada Ransum Ayam
dengan pemanasan pada biji kedelai Pedaging Periode Awal. Skripsi. Fakultas
mentah. Peternakan. Universitas Brawijaya.
Efek anti nutrisi tersebut terutama Malang.
pada ternak non ruminansia antara lain Cheeke, P.R., and Shull, J. 1985. Natural
pertumbuhan yang rendah akibat Toxicants in Feeds dand Poisonous
plants. Avi Publishing Company, Inc.
berkurangnya tingkat konsumsi pakan,
Westport. Connecticut.
rendahnya kecernaan protein, Enie, B. 1980. Mempelajari Proses
memperbesar pankreas dan defisiensi Pembuatan Kecap secara Fermentasi
belerang pada asam aminonya. Oleh dengan Menggunakan Laru Tempe.
karena itu, perlu juga dilakukan Fakultas Mekanisasi dan Teknologi
pengujian kadar anti nutrisi pada ampas Hasil Pertanian. Institut Pertanian
kedelai hasil samping pengolahan kecap Bogor. Bogor.
ini sehingga dapat diprediksi seberapa Gohl, B. 1975. Tropical Feeds. Feed
besar potensi penggunaan ampas Information Summaries Nutritive
kedelai sebagai bahan pakan ternak Values. FAO of the United Nations of
khususnya ternak unggas dan non Rome.
Hartadi, S. dan Kabiran. 1977. Survey
ruminansia.
Mikrobia yang Aktif dalam Fermentasi
Kecap. Lokakarya Bahan Pangan
Kesimpulan Berprotein Tinggi. Lembaga Kimia
Nasional (LIPI). Jakarta.
1. Ampas kedelai hasil samping proses Ketaren, S. 1986. Minyak dan Lemak
pengolahan kecap secara fermentasi Pangan. Balai Pustaka. Jakarta.
secara umum mempunyai komposisi Kuswara. 1992. Teknologi Pengolahan
kimia dengan kadar yang relatif Kedelai. Pustaka Sinar Harapan. Jakarta.
lebih tinggi daripada ampas kedelai Mackie, I.M., Hardy, R. and Hobbs, G.
hasil samping proses pengolahan 1971. Fermented Fish Product. FAO
secara sangrai, terutama pada Fishery Report.
kandungan asam-asam amino, NRC. 1994. Nutrient Requirement of
kecuali kadar BK dan PK. Poultry. National Academy Press.
2. Ampas kedelai hasil samping proses Washington.
Santosa, U. 1987. Limbah Bahan Ransum
pengolahan kecap tersebut Unggas yang Rasional. Bharata Karya
mempunyai peluang sebagai bahan Aksara. Jakarta.
pakan ternak terutama ternak Santoso, H.B. 1994. Kecap dan Tauco
unggas dan non ruminansia. Namun Kedelai. Kanisius. Yogyakarta.
untuk pakan ternak ruminansia Sukaton, B.G. 1994. Pemanfaatan Tempe
masih perlu dikaji lebih mendalam Kedelai dan Bekatul untuk Pembuatan
tentang tingkat degradasi PK dalam Kecap. Kajian dari Lama Penundaan
rumen. Tempe dan Konsentrasi Larutan Garam
terhadap Mutu Kecap. Skripsi.
Teknologi Hasil Pertanian. Universitas
Brawijaya Malang.
Sutardi, T. 1981. Sapi Perah dan Pemberian
Makanannya. Fakultas Peternakan.
66
Sri Susanti / Buana Sains Vol 6 No 1: 59-66, 2006

Institut Pertanian Bogor. Departemen Bogor. Bogor. Williamson, G. and


Ilmu Makanan Ternak. Payne, W.J.A. 1978. An Introduction to
Wahju, J. 1992. Cara Pemberian dan Animal Husbandry in the Tropics. Third
Penyusunan ransum Unggas. Edition. Published by Longman Inc.
Departemen Ilmu Makanan Ternak. New York.
Fakultas Peternakan. Institut Pertanian Winarno, F.G. 1986. Kimia Pangan dan
Bogor. Bogor. Gizi. PT. Gramedia Pustaka Utama.
Wihandoyo. 1984. Pemanfaatan Limbah Jakarta.
Pembuatan Kecap sebagai Sumber Yitnosumarto, S. 1994. Dasar-dasar
Protein dalam Pakan Ayam Pedaging. Statistika. Raja Grafindo Persada.
Fakultas Peternakan. Institut Pertanian Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai