Anda di halaman 1dari 2

LEGENDA BATU MENANGIS

Alkisah, hiduplah seorang janda miskin dan anak perempuannya bernama Darmi. Mereka
hidup di sebuah bukit jauh dari pedesaan. Darmi memiliki paras yang sangat cantik, semua orang
terpesona melihatnya. Ia selalu membanggakan kecantikannya. Namun dibalik parasnya yang cantik,
sifat yang dimilikinya sama sekali tidak cantik. Ia sangat malas dan tidak pernah membantu ibunya.
Setiap hari ia hanya sibuk bersolek dan tidak pernah membantu ibunya. Baik bekerja di ladang
maupun mengerjakan pekerjaan rumah. Ibunya hanya bisa sabar dan menasihati anaknya yang keras
kepala tersebut. Tiap hari ibunya berdoa pada tuhan agar putrinya bisa sadar akan perbuatannya.

Pada suatu hari, Darmi meminta pada ibunya untuk dibelikan alat kecantikannya yang habis.
Ibu tak tahu alat kecantikan seperti apa yang darmi maksud. Akhirnya ia mengajak darmi untuk ikut
ke pasar bersamanya. Darmi sempat menolak tak mau ke pasar dengan alasan ia tidak mau kulitnya
menjadi hitam karena kepanasan. Tetapi dengan terpaksa darmi pun mau ikut dan mengajukan syarat.
Syarat nya yaitu ibunya harus berjalan dibelakang darmi, ia tak mau orang lain melihat ibu dan darmi
berjalan beriringan. Karena rumah mereka yang jauh, mereka harus berjalan jauh untuk sampai ke
pasar. Darmi berjalan didepan ibunya dengan mengenakan pakaian yang sangat bagus. Sedangkan
ibunya berjalan di belakang Darmi dengan pakaian yang lusuh dan kotor. Saat memasuki desa, semua
orang yang melihat darmi langsung terpesona akan kecantikannya. Banyak pemuda desa yang
mengagumi kecantikannya

Namun penduduk desa dibuat heran dengan orang yang berada di belakang Darmi. Salah satu
dari mereka pun bertanya siapa orang yang berjalan dibelakang Darmi. Dengan sombongnya, darmi
berkata bahwa ibunya adalah seorang pembantu. Setiap orang yang bertanya, darmi akan menjawab
bahwa orang yang di belakangnya itu adalah pembantunya. Sang ibu hanya bisa menahan diri dan
menangis dalam hati.

Tiap mendengar jawaban anaknya yang menyakitkan hatinya itu, sang ibu lama kelamaan
tidak dapat menahan diri lagi. Ia bersimpuh di pinggir jalan dan menangis. Darmi yang heran
mengapa ibunya berhenti akhirnya bertanya mengapa ibunya malah duduk dan berhenti. Ibunya hanya
diam tak memberi jawaban. Tiba-tiba ibu mengangkat tangannya dan berdoa. Darmi semakin heran
dengan apa yang dilakukan ibunya. Ibu tak menjawab darmi dan meneruskan doanya. Ia berdoa agar
tuhan menghukum anaknya yang durhaka kepadanya. Tak lama setelah ibu berdoa, langit menjadi
mendung, petir datang dan mulai turun hujan. Perlahan-lahan tubuh Darmi mulai membatu. Dimulai
dari kakinya yang tidak bisa digerakkan lalu seluruh tubuhnya yang berubah menjadi batu. Darmi
menangis ketakutan dan memohon ampun pada ibunya. Ibu tidak dapat berbuat apa apa lagi.
Hukuman untuk darmi tidak bisa dibatalkan lagi. Darmi menangis dan menyesali perbuatannya. Saat
kepala darmi belum menjadi batu, ibunya melihat darmi menitikkan air mata. Semua orang disana
menyaksikan peristiwa tersebut. 

Penduduk setempat percaya, bahwa cerita legenda batu menangis benar benar terjadi. Oleh
karena itu pesan moral yang bisa dipetik adalah kita harus berbakti kepada orang tua. Kita harus taat
dan patuh terhadap perintah orang tua. Karena murka orang tua adalah murka tuhan juga. Legenda
batu menangis dipercaya sebagai kutukan berupa batu dan menyerupai orang yang sedang menangis.
Sampai saat ini, batu menangis masih ada di Kalimantan Barat. 
Kuning konjungsi

Merah nomina

Hijau verba

Anda mungkin juga menyukai