Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH

PSIKOLOGI PENDIDIKAN

TENTANG

PERBEDAAN INDIVIDU

OLEH KELOMPOK V:

NADIA TULHUSNA (2001044)

RISKA YULIANTI (2001061)

DOSEN PENGAMPU:

MONA YULIA ZULFA, M.Pd

JURUSAN PAI

SEKOLAH TINGGI ILMU TARBIYAH (STIT)

SYEKH BURHANUDIN

1442 H/2021 M
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, segala puji atas kehadirat Allah ‘Azza wa jalla atas segala nikmat
yang telah diberikan kepada kita semua sehingga kita masih bisa menikmati
kehidupan sampai saat sekarang ini dan kami dapat menyelesaikan makalah kami
yang berjudul “Perbedaan Individu”. Shalawat dan salam tak lupa pula kita hadiahkan
kepada Nabi besar Muhammad Shalllallahu ‘alaihi wasallam yang telah membawa
kita dari zaman yang tidak berilmu pengetahuan ke zaman yang penuh dengan ilmu
pengetahuan yang kita rasakan pada saat sekarang ini.

Ucapan terima kasih kami ucapkan kepada dosen pengampu mata kuliah
Psikologi Pendidikan yang telah membimbing kami dalam penulisan makalah ini.
Ucapan terima kasih kami juga ucapkan kepada semua pihak yang memberikan
bantuan untuk menyelesaikan makalah kami.

Terlepas dari semua itu kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada
kekurangan baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu
kritik dan saran dari semua pihak yang bersifat membangun selalu kami harapkan
agar kami dapat memperbaiki makalah ilmiah ini.

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ...................................................................................i

DAFTAR ISI .................................................................................................ii

BAB I : PENDAHULUAN ...........................................................................1

A. Latar Belakang .....................................................................................1


B. Rumusan Masalah ................................................................................1

BAB II : PEMBAHASAN.............................................................................2

A. Hakikat Manusia Berbeda.....................................................................2


B. Pengaruh Lingkungan Terhadap Individu.............................................4
C. Perbedaan individual dalam kecerdasan...............................................7

BAB III : PENUTUP ...................................................................................13

A. Kesimpulan .........................................................................................13

DAFTAR PUSTAKA

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Perbedaan individu penting dibahas dan dipahami oleh pendidik agar para
pendidik bisa memahami perbedaan dari asing-masing peserta didik. Setiap individu
mempunyai karakteristik yang berbeda-beda, sehingga sering timbulnya
permasalahan akibat perbedaan itu. Permasalahan ini kita akan mengetahui berbagai
macam perbedaan individu, diantaranya perbedaan kognitif, perbedaan kecakapan
bahasa, perbedaan kecakapan motorik, perbedaan latar belakang, perbedaan bakat,
perbedaan kesiapan belajar, perbedaan tingkat pencapaian, perbedaaan lingkungan
keluarga, latar belakang budaya dan etnis, dan faktor pendidikan.

Perkembangan zaman menimbulkan perubahan dan kemajuan dalam


masyarakat. Aspek perubahan meliputi: sosial, politik, ekonomi, industri, informasi
dsb. Akibatnya ialah berbagai permasalahan yang dihadapi oleh individu, misalnya,
pengangguran, syarat-syarat pekerjaan, penyesuaian diri, jenis dan kesempatan
pendidikan, perencanaan dan pemilihan pendidikan, masalah hubungan sosial,
masalah keluarga, keuangan, masalah pribadi, dsb. Walaupun pada umumnya
masing-masing individu berhasil mengatasi dengan sempurna, sebagian lain masih
perlu mendapatkan bantuan.

B. Rumusan Masalah
1. Apakah yang membuat hakikat manusia itu berbeda?
2. Apa pengaruh lingkungan terhadap individu?
3. Apa saja perbedaan individu dalam kecerdasan?

1
BAB II

PEMBAHASAN

A. Hakikat Manusia Itu Berbeda

Pemikiran tentang hakikat manusia, sejak zaman dahulu sampai zaman


modern ini juga belum berakhir dan tak akan berakhir. Ternyata orang menyelidiki
manusia dari berbagai sudut pandang, ada yang memandang manusia dari
sudut pandang budaya disebut Antropologi Budaya, ada juga yang
memandang dari segi hakikatnya disebut Antropologi Filsafat. Memikirkan dan
membicarakan mengenai hakikat manusia inilah, yang menyebabkan orang
tidak henti-hentinya berusaha mencari jawaban yang memuaskan tentang pertanyaan
yang mendasar tentang manusia yaitu apa, bagaimana, dan kemana manusia itu
nantinya. Berbicara mengenai apa itu manusia, ada beberapa aliran yang mendasari
yaitu :

1. Aliran serba zat, mengatakan bahwa yang sungguh-sungguh ada hanyalah zat atau
materi. Zat atau materi itulah hakekat dari sesuatu. Alam ini adalah materi dan
manusia adalah unsur dari alam maka dari itu hakikat dari manusia itu adalah zat
atau materi.
2. Aliran serba roh, berpendapat bahwa segala hakikat sesuatu yang ada di dunia ini
adalah roh, begitu juga hakikat manusia adalah roh. Adapun zat itu adalah
manifestasi daripada roh di dunia ini.
3. Aliran dualisme, mencoba untuk meyakinkan kedua aliran di atas. Aliran ini
menganggap bahwa manusia itu pada hakikatnya terdiri dari dua substansi yaitu
jasmani dan rohani. Kedua substansi ini masing-masing merupakan unsur
asalnya, tidak tergantung satu sama lain. Jadi badan tidak berasal dari roh,

2
juga sebaliknya. Hanya dalam perwujudannya manusia itu ada dua, jasad dan
roh, yang keduanya berintegrasi membentuk yang disebut manusia.
4. Aliran eksistensialisme, yang memandang manusia secara menyeluruh, artinya
aliran ini memandang manusia tidak dari sudut zat atau serba roh atau
dualisme, tetapi memandangnya dari segi eksistensi manusia itu sendiri yaitu
cara beradanya manusia itu sendiri di dunia ini.1

Dari keempat aliran tersebut dapat ditarik suatu kesimpulan bahwa hakikat
manusia yang sebenarnya adalah sesuatu yang melatar belakangi keberadaanya di
dunia ini sebagai manusia yang terdiri dari jasmani dan rohani. Sedangkan
dalam Islam sendiri, hakikat manusia didasarkan pada apa yang diterangkan dalam
Al-Qur’an dan As-Sunah, atau melalui pengenalan asal kejadian manusia itu sendiri.
Hakikat manusia dalam Islam merupakan suatu keberadaan yang mendasari
diciptakannya manusia yang telah diberi amanat untuk mengaturbumi (Khalifah)
yaitu untuk mengabdi atau beribadah kepada Allah SWT sebagaimana firman Allah
SWT dalam Q.S.Adh-Dhariyat [51:56] yang artinya “Dan aku tidak menciptakan
jin dan manusia melainkan supaya mereka mengabdi kepada-Ku.”

Hakikat manusia sebagai makhluk yang mulia ciptaan Allah


memberikan maknabahwa penciptaan merupakan pihak penentu dan yang
diciptakan adalah pihak yang ditentukan, baik mengenai kondisi maupun makna
penciptaannya. Manusia tidak mempunyai peranan apapun dalam proses dan hasil
penciptaan dirinya. Oleh karena itu ketidak mampuan manusia itu merupakan
peringatan bagi manusia. Seperti halnya manusia tidak ikut menentukan
atau memilih orang tuanya, suku atau bangsa dan lain-lain. Oleh
karenanya manusia harus menyadari atas ketentuan – ketentuan yang telah

1
Abdurrahman Mulyono, Pendidikan Bagi Anak Berkesulitan Belajar, Jakarta: Rineka
Cipta, (1999).h. 79

3
diberikan oleh Allah SWT. Sebagai makhluk yang mulia, manusia dapat dilihat dari
beberapa hal diantaranya :

1. Manusia adalah makhluk yang keberadaanya di dunia ini untuk


mengadakan sesuatu, artinya seorang manusia mempunyai tugas bekerja dalam
hidupnya.
2. Manusia ada untuk berbuat yang baik dan membahagiakan manusia, artinya
manusia ada untuk mengadakan sesuatu yang benar serta bermanfaat, dari
sanalah muncul segalabentuk karya manusia meliputi kreatifitas dan dinamika
di dalam kehidupanya.
3. Manusia adalah makhluk yang memiliki kebebasan dalam hidup, artinya
kebebasan manusia nampak melalui aneka kreasi dalam segala segi kehidupan
dan melalui kebebasan itulah muncul berbagai kegiatan.
4. Manusia adalah makhluk yang bertanggung jawab. Dalam diri manusia ada
kesadaran untuk mempertanggung jawabkan apa yang dilakukan dalam
hidupnya. Misalnya dalam salah satu wujud kesadaran religius, bahwa
manusia harus mempertanggung jawabkan perbuatannya pada ilahi.
5. Manusia adalah makhluk yang mempunyai keterbatasan, walaupun
manusia adalah makhluk mulia. 2

Kelima hal tersebut merupakan perincian dari kehidupan manusia


dalam islam sebagai makhluk yang istimewa.

B. Pengaruh Lingkungan Terhadap Individu

Lingkungan merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi terhadap


pembentukan dan perkembangan perilaku individu, baik lingkungan fisik maupun

2
Muhammad Ali, Guru dalam Proses Belajar Mengajar, Bandung: (Sinar Baru Algesindo,
2004).h. 42

4
lingkungan sosio-psikologis, termasuk didalamnya adalah belajar. Terhadap faktor
lingkungan ini ada pula yang menyebutnya sebagai empirik yang berarti pengalaman,
karena dengan lingkungan itu individu mulai mengalami dan mengecap alam
sekitarnya. Manusia tidak bisa melepaskan diri secara mutlak dari pengaruh
lingkungan itu, karena lingkungan itu senantiasa tersedia di sekitarnya. Sejauh mana
pengaruh lingkungan itu bagi diri individu, dapat kita lihat dari beberapa hal
diantaranya :

1. Lingkungan membuat individu sebagai makhluk sosial

Yang dimaksud dengan lingkungan pada uraian ini hanya meliputi orang-
orang atau manusia-manusia lain yang dapat memberikan pengaruh dan dapat
dipengaruhi, sehingga kenyataannya akan menuntut suatu keharusan sebagai makhluk
sosial yang dalam keadaan bergaul satu dengan yang lainnya.

Terputusnya hubungan manusia dengan masyarakat manusia pada tahun-tahun


permulaan perkembangannya, akan mengakibatkan berubahnya tabiat manusia
sebagai manusia. Berubahnya tabiat manusia sebagai manusia dalam arti bahwa ia
tidak akan mampu bergaul dan bertingkah laku dengan sesamanya.

Dapat kita bayangkan andaikata seorang anak manusia yang sejak lahirnya
dipisahkan dari pergaulan manusia sampai kira-kira berusia 10 tahun saja, walaupun
diberinya cukup makanan dan minuman, akan tetapi serentak dia dihadapkan kepada
pergaulan manusia, maka sudah dapat dipastikan bahwa dia tidak akan mampu
berbicara dengan bahasa yang biasa, canggung pemalu dan lain-lain. Sehingga
kalaupun dia kemudian dididik, maka penyesuaian dirinya itu akan berlangsung
sangat lambat sekali.

2. Lingkungan membuat wajah budaya bagi individu

Lingkungan dengan aneka ragam kekayaannya merupakan sumber inspirasi


dan daya cipta untuk diolah menjadi kekayaan budaya bagi dirinya. Lingkungan

5
dapat membentuk pribadi seseorang, karena manusia hidup adalah manusia yang
berfikir dan serba ingin tahu serta mencoba-coba terhadap segala apa yang tersedia di
alam sekitarnya.

Lingkungan memiliki peranan bagi individu, sebagai :

1) Alat untuk kepentingan dan kelangsungan hidup individu dan menjadi alat
pergaulan sosial individu. Contoh : air dapat dipergunakan untuk minum atau
menjamu teman ketika berkunjung ke rumah.
2) Tantangan bagi individu dan individu berusaha untuk dapat menundukkannya.
Contoh : air banjir pada musim hujan mendorong manusia untuk mencari cara-
cara untuk mengatasinya.
3) Sesuatu yang diikuti individu. Lingkungan yang beraneka ragam senantiasa
memberikan rangsangan kepada individu untuk berpartisipasi dan mengikutinya
serta berupaya untuk meniru dan mengidentifikasinya, apabila dianggap sesuai
dengan dirinya. Contoh : seorang anak yang senantiasa bergaul dengan temannya
yang rajin belajar, sedikit banyaknya sifat rajin dari temannya akan diikutinya
sehingga lama kelamaan dia pun berubah menjadi anak yang rajin.
4) Obyek penyesuaian diri bagi individu, baik secara alloplastis maupun autoplastis.
Penyesuaian diri alloplastis artinya individu itu berusaha untuk merubah
lingkungannya. Contoh : dalam keadaan cuaca panas individu memasang kipas
angin sehingga di kamarnya menjadi sejuk. Dalam hal ini, individu melakukan
manipulation yaitu mengadakan usaha untuk memalsukan lingkungan panas
menjadi sejuk sehingga sesuai dengan dirinya. Sedangkan penyesuaian diri
autoplastis, penyesusian diri yang dilakukan individu agar dirinya sesuai dengan
lingkungannya. Contoh : seorang juru rawat di rumah sakit, pada awalnya dia
merasa mual karena bau obat-obatan, namun lama-kelamaan dia menjadi terbiasa

6
dan tidak menjadi gangguan lagi, karena dirinya telah sesuai dengan
lingkungannya.3
C. Perbedaan Individual Dalam Kecerdasan

Variasi individual dalam kecerdasan adalah perbedaan antara indvidu siswa


yang satu dengan individu siswa lainnya dalam proses belajar di sekolah. Oleh karena
proses belajar di sekolah dilakukan dengan menerima dan menyerap pelajaran maka
berarti variasi individu dalam belajar disini harus diartikan dengan perbedaan
individual siswa dalam menerima atau menyerap pelajaran. Sunarto dan B. Agung
Hartono mengategorikan variasi individual seperti berikut:

1. Perbedaan fisik, seperti jenis kelamin, berat badan, pendengaran, penglihatan, dan
kemampuan bertindak.
2. Perbedaan sosial, status ekonomi, agama, hubungan keluarga, dan suku.
3. Perbedaan kepribadian termasuk watak, motif, minat, dan sikap.
4. Perbedaan inteligensi dan kemampuan dasar.
5. Perbedaan kecakapan atau kepribadian di sekolah.4

Dari beberapa pengertian diatas, dapat disimpulkan bahwa variasi individual


adalah hal-hal yang berkaitan dengan “psikologi pribadi” yang menjelaskan
perbedaan psikologis maupun fisik antara siswa-siswa.

Adapun faktor–faktor yang mempengaruhi variasi individual dalam belajar di


sekolah kebanyakan berasal dari faktor internal siswa dari pada eksternal. Latar
belakang sosial siswa seperti latar belakang keluarga dan teman-temannya adalah
merupakan faktor eksternal yang mempengaruhi perbedaan individual siswa dalam
belajar. Sedangkan faktor internal yang mempengaruhi perbedaan individual dalam
3
Sabri M Alisuf, Psikologi Pendidikan Berdasarkan Kurikulum Nasional: Gaya Belajar
Siswa, cet.II, (Jakarta: Pedoman Ilmu Jaya, 1996).h. 56

4
Sunarto dan B. Agung Hartono,.Perkembangan Peserta Didik. (Jakarta: PT. Rineka Cipta,
2006), h. 214

7
belajar adalah faktor-faktor yang berkaitan dengan fisik, mental intelektual/kognitif
dan faktor psikologis. Faktor fisik meliputi faktor kesehatan/kesegaran fisik dan
faktor alat indra (fungsi alat indra mata dan telinga). Faktor mental intelektual terdiri
dari faktor kecerdasan/inteligensi dan faktor kognitif yang meliputi faktor
kemampuan mengenal/mengamati, berpikir, kemampuan mengingat serta faktor
appersepsi (dasar pengetahuan/ pengalaman yang dimiliki siswa). Faktor psikologis
adalah sikap, minat, dan motivasi siswa terhadap belajar/pelajaran. 5 Dari ketiga faktor
di atas, dari faktor fisik, faktor mental intelektual dan faktor psikologis yang banyak
mempengaruhi perbedaan individual dalam menerima pelajaran, sedangkan faktor-
faktor yang akan mempengaruhi perbedaan individual dalam menyerap pelajaran
adalah faktor psikilogis dan faktor mental intelektual siswa.

Dalam proses pembelajaran setiap siswa pasti memiliki kecerdasan,


kreativitas, dan gaya kognitif yang berbeda-beda, disinilah peran guru sangat
diperlukan dalam memahami setiap perbedaan. Variasi individual dapat diperbaiki
dengan beberapa cara, antara lain penggunaan metode atau straegi belajar mengajar
yang bervariasi sehingga perbedaan-perbedaan kemampuan siswa dapat di atasi.
Selain itu penggunaan media akan membantu mengatasi perbedaan siswa dalam cara
belajar. Usaha lain untuk memperbaiki pembelajaran klasikal adalah dengan
memberikan tambahan pelajaran atau pengayaan pelajaran bagi siswa yang pandai,
dan memberikan bimbingan belajar bagi anak yang kurang. Disamping ini dalam
memberikan tugas hendaknya disesuaikan dengan minat dan kemampuan siswa
sehingga bagi siswa yang pandai, sedang, maupun kurang akan merasakan berhasil
didalam belajar.

Pengelompokan siswa perlu dilakukan untuk mengatasi variasi individual


dalam proses pembelajaran. Pengelompokan yang dimaksud adalah penyatuan
beberapa individu yang memiliki kesamaan karakter dan sifat untuk tujuan tertentu.
5
Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru. (Bandung; PT. Remaja
Rosdakarya Offset, 2007), h. 132-137

8
Dikatakan untuk tujuan tertentu karena perilaku individu tidak selalu memiliki tingkat
kesamaan fungsi dan arah walaupun memiliki karakter yang sama atau hampir sama.
Jadi kesamaan yang dimaksud adalah kesamaan berdasarkan kedekatan tujuan, minat,
dan bakatnya.

Setiap individu memiliki kemampuan, minat, dan bakat yang dapat


dikelompokkan guna menunjang efektifitas pendidikan. Setiap individu juga
memiliki tingkat kemampuan intelektual dan kognitif yang dapat dikelompokkan
terutama bidang pengetahuan sehingga proses pendidikan dapat lebih efisien. Bagi
individu yang memiliki kesamaan cacat fisik, (baik cacat mental, maupun cacat fisik)
dapat dikelompokkan untuk memberi peluang agar mereka tidak terhambat dalam
memperoleh pendidikan. Keterampilan-keterampilan individu yang bersifat spesifik
nantinya akan dikelompokkan sesuai dengan jenis keterampilannya. Hal ini tentu
akan membantu penyelenggaraan program pendidikan yang sangat terbatas
kemampuannya dalam melayani setiap kebutuhan individu.

Perbedaan–perbedaan antara satu dengan yang lainnya dan juga


kesamaankesamaan diantara siswa merupakan ciri-ciri dari semua pelajaran pada
suatu tingkatan belajar. Sebab-sebab dan pengaruh perbedaan individu ini dan sejauh
mana tingkat tujuan pendidikan, isi dan tekhnik-tekhnik pendidikan di tetapkan,
hendaknya di sesuaikan dengan perbedaan-perbedaan tersebut. Antara lain perbedaan
tersebut seperti:

1. Perbedaan Kognitif; Kemampuan kognitif merupakan kemampuan yang berkaitan


dengan penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi. Setiap siswa memiliki
persepsi tentang hasil pengamatan atau penyerapan atas suatu obyek. Yang berarti
ia menguasai segala segala sesuatu yang di ketahui, dalam arti dirinya terbentuk
suatu persepsi, dan pengetahuan itu diorganisasikan secara sistematik untuk
menjadi miliknya.

9
2. Perbedaan Kecakapan Berbahasa; bahasa merupakan salah satu kemampuan
individu yang sangat penting dalam kehidupan. Kemampuan tiap siswa dalam
berbahasa berbeda-beda. Kemampuan berbahasa merupakan kemampuan
seseorang untuk menyatakan pemikirannya dalam bentuk ungkapan kata dan
kalimat yang penuh makna, logis, dan sistematik. Kemampuan berbahasa sangat
di pengaruhi oleh faktor kecerdasan dan faktor lingkungan serta faktor
fisik( organ bicara).
3. Perbedaan Kecakapan Motorik; Kecakapan motorik atau kemampuan
psikomotorik merupakan kemampuan untuk melakukan koordinasi gerakan syarat
motorik yang dilakukan oleh syaraf pusat untuk melakukan kegiatan.
4. Perbedaan Latar Belakang; perbedaan latar belakang dan pengalaman mereka
masing-masing dapat memperlancar atau memperhambat prestasinya, terlepas
dari potensi untuk menguasai bahan.
5. Perbedaan Bakat; bakat merupakan kemampuan khusus yang dibawa sejak lahir.
Kemampuan tersebut akan berkebang dengan baik apabila mendapatkan
rangsangan dan pemupukan secara tepat sebaliknya bakat tidak berkembang
sama, maka lingkungan tidak memberikan kesempatan untuk berkembang., dalam
arti ada rangsangan dan pemupukan yang menyentuhnya.
6. Perbedaan Kesiapan Belajar; perbedaan latar belakang, yang meliputi perbedaan
sosio-ekonomi, sosio-cultural, amat penting artinyabagi perkembangan anak.
Akibatnya siswa-siswa pada umur yang sama tidak selalu berada pada tingkat
persiapan yang sama dalam menerima pengaruh dari luar yang lebih luas.
7. Perbedaan Jenis Kelamin dan Gender; istilah jenis kelamin dan gender sering
dipertukarkan dan dianggap sama. Jenis kelamin merujuk kepada perbedaan
biologis dari laki-laki dan perempuan, sementara gender merupakan aspek
psikososial dari lakilaki dan perempuan berupa perbedaan antara laki-laki dan
perempuan yang dibangun secara sosial budaya. Perbedaan gender termasuk
dalam hal peran, tingkah laku, kecenderungan, sifat, dan atribut lain yang

10
menjelaskan arti menjadi seorang laki-laki atau perempuan dalam kebudayaan
yang ada.
8. Perbedaan Kepribadian; kepribadian adalah pola perilaku dan cara berpikir yang
khas yang menetukan penyesuaian diri seseorang terhadap lingkungan.
Kepribadian sesesorang dapat kita tinjau melalui dua model yaitu model big five
dan model briggmyers.6
a. Model Big Five

Merupakan model yang diajukan oleh Lewis yang terdiri dari model
kepribadian lima dimensi.

1) Extroversion; tipe ini menikmati keberadaannya bersama orang lain, penuh


energi, serta mengalami emosi positif.
2) Agreeableness; tipe ini penuh perhatian, bersahabat, dermawan, suka
menolong, dan mau menyesuaikan keinginannya dengan orang lain.
3) Conscientiousness; tipe ini selalu menghindari kesalahan dan mencapai
kesuksesan tingkat tinggi melalui perencanaan yang penuh tujuan dan gigih.
Mereka terlihat cerdas dan dapat dipercaya. Akan tetapi individu ini juga
terlihat kaku dan membosankan.
4) Neoriticism atau sebaliknya stabilitas emosional; tipe yang neoriticsm-nya
tinggi memiliki reaksi emosi negatif. Sedangkan orang yang memiliki
neoriticsm rendah cenderung tidak mudah terganggu, kurang reaktif secara
emosi, tenang, serta bebas dari emosi negatif yang menetap.
5) Opennes to experience; tipe ini cenderung terbuka secara intelektual selalu
ingin tau, memiliki apresiasi terhadap seni, serta sensitive terhadap
kecantikan.
b. Model Brigg-Myers

6
Syaiful Bahri Djamarah dan Aswan Zain, Strategi Belajar Mengajar, (Jakarta: PT. Rineka
Cipta 1997), hal. 42.

11
Dikemukakan oleh Brigg, T.W, model ini meliputi empat dimensi yaitu:

1) Extraversion (E) versus Introversion (I)

Orang yang introvert menemukan tenaga didalam ide, konsep, dan abstraksi.
Mereka selalu ingin memahami dunia dan merupakan pemikir reflektif serta
konsentrator. Sementara orang yang extrovert, menemukan energy pada orang dan
benda benda. Mereka memilih berinteraksi dengan orang lain dan berorientasi pada
tindakan.

2) Sensing (S) versus Intuition (N)

Orang sensing berorientasi pada detail, menginginkan fakta, dan


mempercayainya. Orang-orang yang intuitif mencari pola dan hubungan diantara
fakta fakta yang diperoleh.

3) Thingking (T) versus Feeling (F)

Individu yang thingking menghargai kebebasan, mereka membuat keputusan


dengan mempertimbangkan kriteria objektiv dan logika dari situasi. Individu yang
feeling menghargai harmoni, mereka memusatkan pada nilai-nilai dan kebutuhan-
kebutuhan-kemanusiaan pada saat membuat keputusan atau penilaian.

4) Judging (J) dan Perceptive (P)

Orang orang judging cenderung tegas, penuh rencana, dan mengatur diri.
Mereka fokus untuk menyelesaikan tugas hanya ingin mengetahui esensi, dan
bertindak cepat. Orang orang perceptive selalu ingin tahu, dapat menyesuaikan diri,
dan spontan.8 Dengan demikian jenis perbedaan individual dalam belajar di sekolah
itu dapat dibagi dalam dua bagian yaitu, perbedaan individu siswa dalam menerima
pelajaran dan perbedaan individu siswa dalam menyerap pelajaran.

12
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Dalam proses pembelajaran terdapat berbagai macam variasi individual.


Setiap individu memiliki perbedaan, baik dari segi watak, fisik, psikologis,
inteligensi, dan faktor lainnya. Variasi individual adalah hal-hal yang berkaitan
dengan “psikologi pribadi” yang menjelaskan perbedaan psikologis maupun fisik
antara orang-orang. Sumber dari variasi individual dipengaruhi oleh dua faktor yaitu
faktor bawaan dan faktor lingkungan. di mana kemampuan yang bersifat umum untuk
mengadakan penyesuaian terhadap suatu situasi atau masalah. Kemampuan yang
bersifat umum tersebut meliputi berbagai jenis kemampuan psikis seperti abstrak,
berfikir mekanis, matematis, memahami, mengingat, berbahasa dan sebagainya.

Setiap siswa memiliki gaya dan berpikir belajar masing-masing. Pengenalan


gaya dan berfikir belajar sangat penting. Bagi guru dengan mengetahui gaya dan
berfikir belajar tiap siswa, maka guru dapat menerapkan teknik dan strategi yang
tepat, baik dalam pembelajaran maupun dalam pengembangan diri. Seorang siswa
juga harus memahami jenis gaya dan berpikir belajarnya. Dengan demikian, ia telah
memiliki kemampuan mengenal diri yang lebih baik dan mengetahui kebutuhannya.
Pengenalan gaya dan berpikir belajar akan memberikan pelayanan dan usaha-usaha
yang tepat terhadap apa dan bagaimana sebaliknya disediakan dan dilakukan agar
pembelajaran dapat berlangsung optimal.

13
DAFTAR PUSAKA

Abdurrahman Mulyono, Pendidikan Bagi Anak Berkesulitan Belajar, Jakarta:


(Rineka Cipta, 1999)

Muhammad Ali, Guru dalam Proses Belajar Mengajar, Bandung: (Sinar Baru
Algesindo, 2004)

Sabri M Alisuf, Psikologi Pendidikan Berdasarkan Kurikulum Nasional: Gaya


Belajar Siswa, cet.II, (Jakarta: Pedoman Ilmu Jaya, 1996).

Sunarto dan B. Agung Hartono, Perkembangan Peserta Didik. (Jakarta: PT. Rineka
Cipta, 2006).

Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru. (Bandung; PT.


Remaja Rosdakarya Offset, 2007).

Syaiful Bahri Djamarah dan Aswan Zain, Strategi Belajar Mengajar, (Jakarta: PT.
Rineka Cipta 1997).

Anda mungkin juga menyukai