Anda di halaman 1dari 15

LATAR BELAKANG

1. meningkatnya permintaan energi


2. Kenaikan harga bahan bakar minyak ,Untuk rumah tangga maupun industri. BBM juga sempat
langka di beberapa tempat di Indonesia.
3. pencemaran lingkungan. Kualitas lingkungan menurun akibat penggunaan bahan bakar fosil
yang berlebihan.Dan tekanan terhadap hutan juga meningkat dan perlu mendapatkan perhatian.

Oleh karena itu, pemanfaatan sumber-sumber energi alternatif yang terbarukan dan ramah
lingkungan harus menjadi pilihan.

KENAPA BIOGAS?

PENGERTIAN
Biogas merupakan gas yang mudah terbakar, gas yang dihasilkan oleh aktivitas
anaerobik atau fermentasi dari bahan-bahan organik termasuk di antaranya;
kotoran manusia dan hewan, limbah domestik (rumah tangga). sampah biodegradable atau setiap
limbah organik yang biodegradable dalam kondisi anaerobik.
Kandungan utama dalam biogas adalah metana dan karbon dioksida.Biogas dapat digunakan
sebagai bahan bakar kendaraan dan untuk menghasilkan listrik.
Biogas yang dihasilkan oleh aktivitas anaerobik sangat populer digunakan untuk mengolah
limbah biodegradable karena bahan bakar dapat dihasilkan sambil Mengurai dan sekaligus
mengurangi volume limbah buangan. 
Pada umumnya semua jenis bahan organik bisa diproses untukmenghasilkan biogas, namun demikian hanya
bahan organik (padat,cair) homogen seperti kotoran dan urine (air kencing) hewan ternakcocok untuk sistem
biogas sederhana

SEJARAH BIOGAS
Sejarah penemuan biogas diawalai dari proses anaerobik yang tersebar dibenua Eropa. Ilmuwan
Volta menemukan as yang ada dirawa-rawa pada tahun 1770, kemudian avogadro
mengidentifikasi tentang gas metana. Setelah tahun 1875 dipastikan bahwa biogas merupakan
produk dari proses anaerobik digestion. Pastoer melakukan penelitian tentang biogas
menggunakan kotoran hewan pada tahun 1884. Era penelitian Pastoer menjadi landasan untuk
penelitian biogas hingga saat ini.

Rentang komposisi biogas umumnya[sunting | sunting sumber]


Komposisi biogas bervariasi tergantung dengan asal proses anaerobik yang terjadi. Gas
landfill memiliki konsentrasi metana sekitar 50%, sedangkan sistem pengolahan limbah maju
dapat menghasilkan biogas dengan 55-75%CH4 [1]

KOMPOSISI BIOGAS

Komponen %
Metana (CH4) 55-75
Karbon dioksida (CO2) 25-45
Nitrogen (N2) 0-0.3
Hidrogen (H2) 1-5
Hidrogen sulfida (H2S) 0-3
Oksigen (O2) 0.1-0.5

Nilai kalori dari 1 meter kubik Biogas sekitar 6.000 watt jam yang setara dengan setengah liter
minyak diesel. Oleh karena itu Biogas sangat cocok digunakan sebagai bahan bakar alternatif
yang ramah lingkungan pengganti minyak tanah, LPG, butana, batu bara, maupun bahan-bahan
lain yang berasal dari fosil.

SUMBER FERMENTASI BIOGAS


Biogas berasal dari fermentasi bahan-bahan organik diantaranya :
 
a. Limbah tanaman : tebu, rumput-rumputan, jagung, dan lain-lain;
b. Limbah dan hasil produksi : minyak, gas, penggiling padi, limbahsagu;
c. Hasil samping industri : tembakau, limbah pengolahan buah-buahandan sayuran, dedak, kain dari tekstil,
ampas tebu dari industri gula dantapioka, limbah cair industri tahu;
d. Limbah Perairan : tumbuh-tumbuhan air, eceng gondok;
e. Limbah Peternakan : kotoran sapi, kotoran kerbau, kotoran kambing,kotoran unggas.

Karena memliki peluang yang besar dalam pengembangannya karena bahannya dapat diperoleh
disekitar kita.
TEKNOLOGI DIGESTER
Bagian utama dari proses produksi biogas yaitu tangki tertutup yang disebut digester. Desain
digester bermacam-macam sesuai dengan jenis bahan baku yang digunakan, temperatur yang
dipakai dan bahan konstruksi. Digester dapat terbuat dari cor beton, baja, bata atau plastik dan
bentuknya dapat berupa seperti silo, bak, kolam dan dapat diletakkan di bawah tanah. Sedangkan
untuk ukurannya bervariasi dari 4-35 m3 .Biogas dengan ukuran terkecil dapat dioperasikan
dengan kotoran ternak 3 ekor sapi, 7 ekor babi atau 500 ekor unggas. Gambar tersebut adalah
Beberapa macam digester Biogas yang dihasilkan dapat ditampung dalam penampung plastik
atau digunakan langsung pada kompor untuk memasak, menggerakan generator listrik, patromas
biogas, penghangat ruang/kotak penetasan telur dll

MANFAAT BIOGAS
1. Bahan Bakar Kendaraan
Penggunaan energy bahan bakar yang tak terbarukan sepertu energi fosil mulai semakin
diperhatikan, dengan cara merubah bahan bakar tersebut menjadi bahan bakar berbasis gas. Nah,
biogas menjadi salah satu bahan bakar gas yang memiliki banyak fungsi dan manfaatnya.Salah
satunya adalah lebih murah untuk biaya operasional.
 
2. Pengganti Gas LPG
Biogas menjadi energy yang baik dan mampu menggantikan gas LPG yang sering kita gunakan
di rumah. Daya beli masyarakat terhadap LPG yang kian memberatkan merupakan salah satu
alasan kenapa biogas menjadi pengganti LPG yang cocok, karena sumber bahan bakarnya yang
berasal dari limbah yang berarti bisa di dapat dengan cara mudah dan murah.
 
3. Menghasilkan Pupuk Organik
Pupuk organik yang berasal dari limbah memiliki banyak manfaat karena tidak mengandung
bahan kimia yang mampu menurunkan hasil panen atau hasil produksi pertanian.
 
4. Memanfaatkan Sampah Lingkungan
Dengan memanfaatkan jenis limbah yang mudah terurai atau recycle, maka kita mampu
mengurangi sampah yang tersebar dilingkungan. Kegiatan ini otomatis mampu menjaga
lingkungan kita tetap bersih dan terjaga.
 
5. Pembangkit Listrik
Pemasok listrik tunggal di Indonesia yaitu PLN, saat ini menggunakan bahan bakar jenis solar
sebagai alternatif untuk memasok ketersedian listriknya ke pelanggan.Faktanya, dengan
memanfaatkan biogas dengan baik dan benar, maka biogas mampu menjadi alternatif atau
energy tambahan untuk memasok ketersediaan listrik di Indonesia, diperkirakan 1 meter kubik
biogas mampu menghasilkan 6000 watt listrik per-jamnya.
LANGKAH KERJA
MISALKAN LIMBAH PETERNAKAN
Setelah pengerjaan digester selesai maka mulai dilakukan proses pembuatan biogas dengan
langkah langkah sebagai berikut:
1. Mencampur kotoran sapi dengan air sampai terbentuk lumpur dengan perbandingan 1:1
pada bak penampung sementara. Bentuk lumpur akan mempermudah pemasukan kedalam
digester

2. Mengalirkan lumpur kedalam digester melalui lubang pemasukan. Pada pengisian pertama
kran gas yang ada diatas digester dibuka agar pemasukan lebih mudah dan udara yang ada
didalam digester terdesak keluar. Pada pengisian pertama ini dibutuhkan lumpur kotoran
sapi dalam jumlah yang banyak sampai digester penuh.

3. Melakukan penambahan starter (banyak dijual dipasaran) sebanyak 1 liter dan isi rumen
segar dari rumah potong hewan (RPH) sebanyak 5 karung untuk kapasitas digester 3,5 –
5,0 m2. Setelah digester penuh, kran gas ditutup supaya terjadi proses fermentasi.

4. Membuang gas yang pertama dihasilkan pada hari ke-1 sampai ke-8 karena yang terbentuk
adalah gas CO2. Sedangkan pada hari ke-10 sampai hari ke-14 baru terbentuk gas metan
(CH4) dan CO2mulai menurun. Pada komposisi CH4 54% dan CO2 27% maka biogas akan
menyala.

5. Pada hari ke-14 gas yang terbentuk dapat digunakan untuk menyalakan api pada kompor gas
atau kebutuhan lainnya. Mulai hari ke-14 ini kita sudah bisa menghasilkan energi biogas yang
selalu terbarukan. Biogas ini tidak berbau seperti bau kotoran sapi. Selanjutnya, digester terus
diisi lumpur kotoran sapi secara kontinu sehingga dihasilkan biogas yang optimal

PROSES PEMBUATAN BIOGAS

1. Fase input material organic


2. Fase produksi

3. Hasil
BIOGAS DAN PEMBUANGAN YANG BISA MENJADI PUPUK.

KELOMPOK BAKTERI YANG BERPERAN


Kelompok 1: Bakteri Hidrolitik
Kelompok bakteri anaerobik memecah molekul organik komplek (protein, cellulose, lignin,
lipids) menjadi molekul monomer yang terlarut seperti asam amino, glukosa, asam lemak, dan
gliserol.Molekul monomer ini dapat langsung dimanfaatkan oleh kelompok bakteri
berikutnya.Hidrolisis molekul komplek dikatalisasi oleh enzim ekstra seluler seperti sellulase,
protease, dan lipase. Walaupun demikian proses penguraian anaerobik sangat lambat dan
menjadi terbatas dalam penguraian limbah sellulolitik yang mengandung lignin (Polprasert,
1989; Speece, 1983).

Kelompok 2 : Bakteri Asidogenik Fermentatif


Bakteri asidogenik (pembentuk asam) seperti Clostridium merubah gula, asam amino, dan asam
lemak menjadi asam organik (seperti asam asetat, propionik, formik, lactik, butirik, atau
suksinik), alkohol dan keton (seperti etanil, metanol, gliserol, aseton), asetat, CO2 dan H2.Asetat
adalah produk utama dalam fermentasi karbohidrat. Hasil dari fermentasi ini bervariasi
tergantung jenis bakteri dan kondisi kultur seperti temperatur, pH, potensial redok.Steptococci,
Bacteriodes, dan beberapa jenis Enterobactericeae,

Kelompok 3 : Bakteri Asetogenik


Bakteri asetogenik (bakteri yang memproduksi asetat dan H2) sepertiDesulfovibrio,
Syntrobacter wolinii dan Syntrophomonas wolfei (McInernay et al., 1981) merubah asam lemak
(seperti asam propionat, asam butirat) dan alkohol menjadi asetat, hidrogen, dan karbon dioksida,
yang digunakan oleh bakteri pembentuk metan (metanogen). Kelompok ini membutuhkan ikatan
hidrogen rendah untuk merubah asam lemak; dan oleh karenanya diperlukan monitoring
hidrogen yang ketat.

Dibawah kondisi tekanan H2 parsial yang relatif tinggi, pembentukan asetat berkurang dan
subtrat dirubah menjadi asam propionat, asam butirat, dan etanol dari pada metan.Ada hubungan
simbiotik antara bakteri asetonik dan metanogen.Metanogen membantu menghasilkan ikatan
hidrogen rendah yang dibutuhkan oleh bakteri asetogenik.

Etanol, asam propionat, dan asam butirat dirubah menjadi asam asetat oleh bakteri asetogenik
dengan reaksi seperti berikut:

CH3CH2OH + CO2 (Etanol) —> CH3COOH + 2H2 (Asam Asetat)


CH3CH2COOH + 2H2O (Asam Propionat) —> CH3COOH + CO2 + 3H2 (Asam asetat)
CH3CH2CH2COOH + 2H2O (Asam Butirat) —> 2CH3COOH + 2H2 (Asam Asetat)

Bakteri asetogenik tumbuh jauh lebih cepat dari pada bakteri metanogenik. Kecepatan
pertumbuhan bakteri asetogenik (m mak) mendekati 1 per jam sedangkan bakteri metanogenik
0,04 per jam (Hammer, 1986).

Kelompok 4 : Bakteri Metanogen(Mathanobacterium, Mathanobacillus, Methanosacaria, dan


Methanococcus.) Penguraian senyawa organik oleh bakteri anaerobik dilingkungan alam
melepas 500 – 800 juta ton metan ke atmosfir tiap tahun dan ini mewakili 0,5% bahan organik
yang dihasilkan oleh proses fotosintesis (Kirsop, 1984; Sahm, 1984). Bakteri metanogen terjadi
secara alami didalam sedimen yang dalam atau dalam pencernaan herbivora.Kelompok ini dapat
berupa kelompok bakteri gram positip dan gram negatif dengan variasi yang banyak dalam
bentuk.Mikroorganime metanogen tumbuh secara lambat dalam air limbah dan waktu tumbuh
berkisar 3 hari pada suhu 35oC sampai dengan 50 hari pada suhu 10oC.

Bakteri metanogen dibagi menjadi dua katagori, yaitu :


Bakteri metanogen hidrogenotropik (seperti : chemolitotrof yang menggunakan hidrogen)
merubah hidrogen dan karbon dioksida menjadi metan.

CO2 + 4H2 —> CH4 + 2H2O (Metan)

Bakteri metanogen yang menggunakan hidrogen membantu memelihara tekanan parsial yang
sangat rendah yang dibutuhkan untuk proses konversi asam volatil dan alkohol menjadi asetat
(speece, 1983).

Bakteri metanogen Asetotropik, atau biasa disebut sebagai bakteri asetoklastik atau bakteri
penghilang asetat, merubah asam asetat menjadi metan dan CO2.

CH3COOH —> CH4 + CO2

Bakteri asetoklastik tumbuh jauh lebih lambat (waktu generasi = beberapa hari) dari pada bakteri
pembentuk asam (waktu generasi = beberapa jam). Kelompok ini terdiri dari dua kelompok,
yaitu : Metanosarkina (Smith dan Mah, 1978) dan Metanotrik (Huser et al., 1982). Selama
penguraian termofilik (58oC) dari limbah lignosellulosik, Metanosarkina adalah bakteri
asetotropik yang ditemukan dalam bioreaktor. Sesudah 4 minggu, Metanosarkina (m mak = 0,3
tiap hari; Ks = 200 mg/l) digantikan oleh Metanotrik (m mak = 0,1 tiap hari; Ks = 30 mg/l).

Kurang lebih sekitar 2/3 metan dihasilkan dari


konversi asetat oleh metanogen
asetotropik.Sepertiga sisanya adalah hasil
reduksi karbon dioksida oleh hidrogen
(Mackie dan Bryant, 1984).Diagram neraca
masa pada penguraian zat organik komplek
menjadi gas methan secara anaerobik.
Prinsip utama proses pembentukan biogas adalah pengumpulan kotoran ternak atau kotoran
manusia ke dalam tangki plastik/pralon yang kedap udara, yang disebut dengan tanki digester. Di
dalamnya kotorankotoran tersebut akan dicerna dan difermentasi oleh bakteri-bakteri seperti
disebutkan di atas. Gas yang dihasilkan akan tertampung dalam digester. Terjadinya
penumpukan produksi gas akan menimbulkan tekanan sehingga dari tekanan tersebut dapat
disalurkan melalui pipa yang dipergunakan untuk keperluan bahan bakar atau pembangkit listrik.
Gas tersebut sangat baik untuk pembakaran karena menghasilkan panas yang tinggi, tidak
berbau, tidak berasap, dan api yang dihasilkan berwarna biru. Selain itu, pupuk kandang yang
dihasilkan dari pembuangan bahan biogas ini akan menaikkan kandungan bahan organik
sehingga menjadi pupuk kandang yang sangat baik dan siap pakai

PEMURNIAN
biogas yang dihasilkan dari biodigester harus dilakukan peningkatan kualitas (upgrading) gas
terlebih dahulu agar diperoleh biogas dengan kandungan gas metana lebih dari 95%, terutama
jika biogas tersebut dimanfaatkan untuk bahan bakar kendaraan atau akan dimasukkan ke
jaringan pipa gas alam. Peningkatan kualitas biogas ini terkadang juga disebut sebagai proses
pemurnian (purification).
Biogas yang akan dimasukkan ke jaringan pipa gas alam ataupun untuk kebutuhan lainnya
setidaknya harus memenuhi tiga syarat berikut:
1. Tinggi kandungan metana, karena semakin tinggi kandungan metana, maka nilai kalor
biogas akan semakin tinggi.
2. Rendah kandungan hidrogen sulfida, karena belerang dapat menyebabkan karat pada
sistem perpipaan atau pada sistem generator listrik.
3. Rendah kandungan karbondioksida, karena kandungan karbondioksida menurunkan nilai
kalor biogas.

Mengapa biogas harus ditingkatkan kualitasnya?Dan bagaimana caranya?


Biogas mentah yang dihasilkan dari biodigester merupakan gas hasil fermentasi bakteri yang
memiliki komposisi metana (CH4), karbondioksida (CO2), hidrogen sulfida (H2S), uap air,
serta berbagai macam gas lainnya. Gas selain metana yang ada pada biogas mentah tersebut
justru dapat merusak sistem pembakaran jika langsung digunakan. Gas hidrogen sulfida,
misalnya, dapat menyebabkan karat pada sistem pipa gas jika ia tidak dibuang sementara gas
karbondioksida, uap air, dan gas lainnya menyebabkan nilai kalor dari pembakaran biogas
menjadi rendah. Oleh karena itu, gas-gas selain metana sering disebut sebagai gas pengotor
(impurities) di dalam biogas.

Ada beberapa cara untuk menghilangkan pengotor-pengotor di dalam biogas


diantaranya Pressure Swing Adsorption (PSA), water scrubbing,dan membrane technology.
Teknologi PSA, terdiri dari 4 kolom adsorpsi, unit desulfurisasi, dan dehydrator. Biogas akan
masuk terlebih dahulu ke unit desulfurisasi dan dehydrator untuk menghilangkan kandungan
H2S dan air. Pada kolom adsorpsi terjadi proses penghilangan gas CO2 di dalam biogas
melalui adsorben pada tekanan 4 -- 7 bar. Jika adsorben sudah jenuh, gas CO2 akan dibuang ke
lingkungan. Proses pemurnian biogas melalui teknologi PSA ditunjukkanoleh Gambar 2.
FAKTOR YANG MEMPENGARUHI
Keberhasilan proses pembuatan biogas dipengaruhi oleh beberapa faktor. Lingkungan sangat
berpengaruh terhadap kehidupan dan aktivitas bakteri dalam poses fermentasi anaerob. Kondisi
lingkungan yang optimal, akan mendukung  aktivitas bakteri dalam melakukan proses
fermentasi anaerob yang optimal, sehingga menghasilkan produksi biogas yang optimal. Kondisi
lingkungan yang perlu diperhatikan, antara lain adalah sebagai berikut:

1. Lingkungan Abiotis
Proses methanogenesis dalam reaktor yang dilakukan oleh bakteri methanogen terjadi
secara anaerob sempurna. Oleh karena itu tabung reaktor / digester harus kedap, sehingga
oksigen (O2) yang masuk jumlahnya minimal. Meskipun, masuknya oksigen tidak menyebabkan
kegagalan total dari pross fermentasi anaerob, namun pertumbuhan dan produksi biogas tidak
sepenuhnya dalam kondisi anaerob. Dengan demikian, adanya konsentrasi O2 dalam
fermentasi anaerob akan menghambat produksi gas metana. Penurunan gas metana seiring
dengan jumlah penambahan O2 dalam fermentasi anaerob.

2. Temperatur
Aktifitas mikroorganisme pada pembentukan biogas juga dipengaruhi oleh temperatur.
Secara umum ada tiga range temperatur dalam proses fermentasi anaerob, yaitu:
1). Thermophilic, fermentasi terjadi pada range temperatur 47 – 55 ºC; 2). Mesophilic, fermentasi
terjadi pada range temperatur 35 – 38 ºC; 3). Psicrophilic, fermentasi terjadi pada range
temperatur 4 – 20 ºC. Menurut Harahap, F. (1978), fermentasi anaerob pada digester dapat
berlangsung pada temperatur 5 – 55  ºC. sedangkan temperatur optimal untuk
fermentasi anaerob adalah 35 ºC.

3. Derajat Keasaman (pH)


            Fermentasi anaerob dapat berlangsung dengan baik jika pH bahan organik di dalam
digester diupayakan 6,6 – 7,0 dengan pH optimum 7,0 – 7,2. Pada awal pencernaan
dalam digester, pH bahan isian dalam digester dapat turun menjadi 6 atau lebih
rendah.Walaupun bakteri pembentuk asam dapat berkembang dengan baik pada pH kurang dari
6, berbanding terbalik dengan bakteri methanogen yang pertumbuhannya malah menjadi
terhambat.

4. Rasio C/N
            Unsur karbon (C) dalam proses fermentasi anaerob diperlukan untuk pembentukan gas
metana, sedangkan unsur nitrogen (N) diperlukan oleh bakteri untuk pembentukan sel yang baru.
Ratio C/N yang ideal adalah 25 – 30,  apabila ratio C/N bahan organik tinggi, berarti kadar
karbon lebih banyak dari pada kadar nitrogen, sehingga mikrooganisme akan kekurangan
nitrogen untuk metabolisme yang akan mengakibatkan terhambatnya proses perkembangan dari
organisme dan menyebabkan produksi biogas akan berkurang. Sebaliknya, jika ratio C/N rendah,
maka unsur karbon akan habis terlebih dahulu dan unsur nitrogen akan hilang membentuk
ammonia (NH3). Untuk mendapatkan ratio C/N yang ideal, perlu dilakukan penambahan bahan
yang mengandung karbon atau nitrogen yang tinggi.

5. Kadar Bahan Kering Isian


Kadar bahan kering dalam bahan organik yang dimasukan digester ikut berperan terhadap
jumlah biogas yang dihasilkan.Kebutuhan air tiap bakteri berbeda-beda untuk aktifitasnya.Jika
air yang terkandung dalam bahan dalam kapasitas tepat, maka aktifitas bakteri dapat berlangsung
secara optimal, sehingga fermentasi anaerob juga menjadi optimal. Oleh karena itu produksi
biogas juga ditentukan oleh kadar kering bahan isian. Kadar kering bahan isian yang optimal
adalah 7 – 9%. Menurut penelitian Basuki, (1990), kadar bahan kering kotoran sapi potong
adalah 20,86% dan kadar bahan kering isian adalah 7,82% (Fitri 2006).

6. Pengadukan
            Pengadukan kotoran sapi dan air sangat penting dilakukan agar kontak antara bahan isian
dengan mikroorganisme berjalan secara optimal, sehingga produksi biogas optimal.
Pengadukan slurry dalam digester dilakukan untuk menghindari terbentuknya lapisan kerak pada
dasar digester dan permukaan atas slurry, yang akan menghambat keluarnya biogas dari digester.
Selain itu, pengadukan juga bermanfaat untuk memberikan kondisi temperatur yang seragam
pada digester.

7. Zat Toxic (Zat Penghambat)


            Zat toxic adalah zat yang dapat membunuh mikroorganisme yang diperlukan dalam
pembuatan biogas, seperti air sabun, creolin dan lain-lain.Oleh karena itu, bahan pembuatan
biogas harus dihindarkan dari terkontaminasi oleh zat toxic agar fermentasi anaerob dapat
berlangsung dengan baik.

8. Starter Yang Digunakan

            Starter adalah bahan yang mengandung bakteri methanogen yang berfungsi untuk
mempercepat proses fermentasi anaerob. Berdasarkan jenisnya, dikenal beberapa macam starter,
yaitu: 1). Starter alami : berasal dari alam, misalnya : Lumpur aktif, sludge, timbunan kotoran
dan timbunan sampah; 2). Starter semi buatan:berasal dari instalasi unit biogas yang dalam
keadaan aktif; 3). Starter buatan: bakteri methanogen yang dibiakkan secara laboratoris dengan
media buatan.

Gas-gas pengotor tersebut dapat dikurangi menggunakan beberapa metode, salah satu
diantaranya adalah metode scrubbing yaitu dengan melewatkan biogas pada adsorbent atau
material yang dapat menyerap gas pengotor tersebut.Gas karbondioksida dan hidrogen sulfida
dapat dikurangi menggunakan metode water scrubbing.Gas hidrogen sulfida juga dapat diatasi
menggunakan adsorbent berupa karbon aktif, yaitu karbon yang memiliki permukaan sangat
luas sehingga dapat menyerap gas lebih banyak. Proses pembersihan biogas dari hidrogen
sulfida ini juga terkadang disebut sebagai proses desulfurisasi. Sementara itu, kelembaban
biogas yang berkaitan dengan kandungan air di dalam biogas dapat diatasi dengan
menggunakan gel silika.
Biasanya, proses pemurnian biogas ini mengikuti alur berikut:
Setelah diperoleh biogas dengan kandungan metana di atas 95% (atau sesuai dengan standar
gas alam masing-masing negara) maka biogas telah siap untuk didistribusikan melalui jaringan
pipa gas negara ataupun untuk pemanfaatan lainnya. Perlu dicatat bahwa jika biogas hasil
olahan ini akan didistribusikan bersama gas alam melalui jaringan pipa gas, biogas hasil olahan
tersebut harus diberi bau atau dilakukan odorisasi agar jika terjadi kebocoran pada pipa gas
maka dapat dideteksi dengan mudah. Namun jika langsung digunakan untuk bahan bakar
generator pada pembangkit listrik atau pada kendaraan bermotor, biogas tidak perlu diberi bau
dan bisa langsung digunakan.

Lalu bagaimana metode yang digunakan untuk mengubah biogas menjadi listrik?
Ada beberapa metode yang dapat digunakan untuk mengubah biogas menjadi listrik.
1. Biogas dapat digunakan secara langsung untuk memanaskan air dan menghasilkan uap
bertekanan. Uap air yang bertekanan tinggi ini kemudian digunakan untuk menggerakkan
generator turbin yang kemudian menghasilkan listrik, seperti sistem pembangkit listrik
konvensional yang biasa digunakan.
2. Biogas dapat digunakan secara langsung untuk menggerakkan motor stirling. Kelebihan
dari metode ini adalah biogas yang digunakan tidak harus dimurnikan terlebih dahulu karena
motor stirling menggunakan sistem pembakaran eksternal (yaitu proses pembakaran dilakukan di
luar sistem mesin) namun metode ini memiliki kelemahan pada efisiensinya yang rendah.
3. Biogas digunakan sebagai bahan bakar pada generator yang menggunakan BBM sebagai
bahan bakarnya, baik diesel maupun bensin. Untuk metode ini, generator dapat menggunakan
biogas murni maupun menggunakan sistem hibrid bersama dengan solar ataupun bensin.
Diantara ketiga metode di atas, metode ketiga adalah yang paling banyak digunakan. Hal ini
karena metode ini memungkinkan hibridisasi dengan bahan bakar lain dan memiliki efisiensi
yang paling tinggi. Pak Yusmin, salah satu pengguna Biogas Rumah (BIRU), pun
menggunakan metode ketiga yang digunakan untuk menggerakkan genset miliknya baik untuk
menghasilkan listrik jika terjadi pemadaman listrik maupun untuk menggerakkan mesin
pencacah rumput miliknya. Meski demikian, Pak Yusmin tidak melakukan pembersihan gas
pengotor terlebih dahulu dan langsung mengalirkan biogas ke genset miliknya.Hal ini
menyebabkankan Pak Yusmin harus membersihkan katup saluran bahan bakar pada genset
miliknya secara berkala karena adanya kerak akibat kandungan belerang pada biogas.
Untuk dapat memanfaatkan biogas agar dapat digunakan untuk menghasilkan listrik yang terus
menerus, maka ukuran biodigesternya pun harus berukuran besar, bergantung pada masukan
daya yang dibutuhkan oleh generator yang digunakan. Hal ini diperlukan agar pasokan biogas
selalu mencukupi agar generator terus berputar dengan stabil. Dikutip dari majalah Trendsetter
Report, agar listrik yang dihasilkan oleh biogas ini memiliki nilai ekonomis, maka biogas yang
dihasilkan setidaknya harus lebih dari 700 Nm3/jam, yaitu lebih dari 700 m3/jam jika diukur
pada suhu kamar dan tekanan 1 atmosfer. (Jihan A. As-sya’bani)

Teknologi Digester Saat ini berbagai bahan dan jenis peralatan biogas telah banyak
dikembangkan sehingga dapat disesuaikan dengan karakteristik wilayah, jenis, jumlah dan
pengelolaan kotoran ternak.Secara umum terdapat dua teknologi yang digunakan untuk
memperoleh biogas.Pertama, proses yang sangat umum yaitu fermentasi kotoran ternak
menggunakan digester yang didesain khusus dalam kondisi anaerob.Kedua, teknologi yang baru
dikembangkan yaitu dengan menangkap langsung gas metan dari lokasi tumpukan sampah tanpa
harus membuat digester khusus. Peralatan dan proses pengolahan dan pemanfaatan biogas
ditampilkan pada gambar berikut.
Gambar 1.2 Peralatan dan proses pengolahan dan pemanfaatan biogas
Beberapa keuntungan kenapa digester anaerobik lebih banyak digunakan antara lain :

1. Keuntungan pengolahan limbah


a. Digester anaerobik merupakan proses pengolahan limbah yang alami
b. Membutuhkan lahan yang lepenebih kecil dibandingkan dengan proses kompos
aerobik ataupun penumpukan sampah
c. Memperkecil volume atau berat limbah yang dibuang
d. Memperkecil rembesan polutan
2. Keuntungan energi
a. Proses produksi energi bersih
b. Memperoleh bahan bakar berkualitas tinggi dan dapat diperbaharui
c. Biogas dapat dipergunakan untuk berbagai penggunaan 11
3. Keuntungan lingkungan .
a. Menurunkan emisi gas metan dan karbondioksida secara signifikan
b. Menghilangkan bau
c. Menghasilkan kompos yang bersih dan pupuk yang kaya nutrisi
d. Memaksimalkan proses daur ulang
e. Menghilangkan bakteri coliform sampai 99% sehingga memperkecil kontaminasi
sumber air
4. Keuntungan ekonomi Lebih ekonomis dibandingkan dengan proses lainnya ditinjau dari siklus
ulang proses

a. Hidrolisis, pada tahap ini terjadi penguraian bahan-bahan organik mudah larut dan
pencernaan bahan organik kompleks menjadi sederhana;
b. Pengasaman, pada tahap pengasaman komponen monomer yang terbentuk pada tahap
hidrolisis akan menjadi bahan makanan bakteri asam. Produk akhir dari perombakan
gula-gula sederhana ini yaitu asam asetat, propionat, format, laktat, alkohol, dan sedikit
butirat, gas karbondioksida, hidrogen dan amonia.
c. Metanogenik, pada tahap ini terjadi proses pembentukan gas metan. Bakteri pereduksi
sulfat juga terdapat dalam proses ini, yaitu untuk mereduksi sulfat dan komponen sulfur
lainnya menjadi hidrogen sulfida.
Syah, Johan. 2011. Makalah Biogas. Dikutip dari http://ekologimanusia.blogspot.com/
2011/12/makalah-biogas.html. 10 Oktober 2018.

Latif, Abdul. 2015. Makalah Biogas. Dikutip dari https://www.academia.edu/12201593/


Makalah_Biogas. 10 Oktober 2018.

Kontributor Wikipedia. 2018. Biogas. Dikutip dari https://id.wikipedia.org/wiki/Biogas.


10 Oktober 2018.

Pendong, Lexi. 2013. Biogas. Dikutip dari https://www.slideshare.net/lexipendong/


biogas-22017876. 10 Oktober 2018.

As-sya’bani, Jihan A. 2017. Mengubah Biogas Menjadi Listrik. Dikutip dari http://www.
biru.or.id/index.php/news/2017/03/19/279/mengubah-biogas-menjadi-listrik.html.
10 Oktober 2018.

Tridi News. 2017. 5 Manfaat Biogas Dalam Kehidupan Sehari-hari. Dikutip dari http://
news.tridinamika.com/6142/5-manfaat-biogas-dalam-kehidupan-sehari-hari. 10
Oktober 2018.

Agrinak. 2016. Tahapan Proses Pembuatan Biogas. Dikutip dari https://www.agrinak.


com/2016/01/tahapan-proses-pembuatan-biogas.html. 10 Oktober 2018.

Agrotekno Lab. 2015. Proses Pembuatan Biogas. Dikutip dari http://www.agrotekno


lab.com/2015/07/proses-pembuatan-biogas.html. 10 Oktober 2018.

Pertanianku. 2015. Jenis-jenis Reaktor Biogas (Digester). Dikutip dari https://www.perta


nianku.com/jenis-jenis-reaktor-biogas-digester/. 16 Oktober 2018.

Fendy, dek. 2009. Membuat Biogas dari Kotoran Ternak. Dikutip dari http://dekfendy.
blog.uns.ac.id/2009/12/15/membuat-biogas-dari-kotoran-ternak/. 16 Oktober
2018.

Sari, Dewi Yuli Puspita. 2014. Bentuk dan Jenis-jenis Reaktor Biogas. Dikutip dari
http://dewiyulipuspitasari09.blogspot.com/2014/04/bentiuk-dan-jenis-jenis
reaktor-biogas.html#!/tcmbck. 16 Oktober 2018.
Ayubsetyajii. 2017. 132799771 Reaksi-Biogas. Dikutip dari https://www.slideshare.net/
ayubsetyajii/132799771-reaksibiogas?from_action=save. 17 Oktober 2018.

Jasc, Tinaa. 2008. Biogas. Dikutip dari https://www.academia.edu/25184807/biogas. 17


Oktober 2018.

Yusupandi, Fauzi. 2017. Biogas As Vehicle Fuel. Dikutip dari https://www.kompasiana.


com/fauziyusupandi/59a82210cf01b40454705632/biogas-as-vehiclefuel?page=
all. 17 Oktober 2018.

Eka,Rina. 2015. Pemurnian dan Peningkatan Biogas dengan Adsorpsi Pressure Swing.
Dikutip dari Pemurnian_Dan_Peningkatan_Biogas_Dengan_Adsorpsi_Pressure_
Swing. 17 Oktober 2018.

Agustin, Novembri. 2011. Biogas sebagai Alternatif Energi Biomassa. Dikutip dari
http://irbmevonnovembri.blogspot.com/2011/08/biogas-sebagai-alternatif
energi.html. 17 Oktober 2018.

Apryanti, Fini. 2018. Biogas (Artikel Biofuel). Dikutip dari https://www.academia.edu


/36191743/BIOGAS_artikel_biofuel_. 17 Oktober 2018.

Anda mungkin juga menyukai