Anda di halaman 1dari 2

Ketidaktegasan Badan Hukum Indonesia Terhadap Pelaku Kekerasan Seksual`

Media, terutama televisi dan internet kembali diramaikan dengan berita mengenai kekerasan
seksual yang dlakukan oleh tujuh pegawai KPI (Komisi Penyiaran Indonesia) terhadap seorang
pegawai KPI Pusat. Kasus tersebut menjadi hangat diperbincangkan. Karena pasalnya kasus ini
baru diusut oleh kepolisian setelah dilaporkan oleh salah satu pegawai KPI.
Dalam laporannya, seorang pria yang mengaku sebagai pegawai KPI Pusat mengaku sebagai
korban perundingan dan pelecehan seksual yang dilakukan oleh tujuh pegawai di kantor PKI
Pusat selama periode 2011-2021. Pria itu juga mengaku sampai mengalami trauma dan stres
akibat pelecehan seksual dan perudungan yang menjatuhkan martabat dan harga diri korban.
Pengakuan tersebut pun mumcul ke ranah publik melalui siaran tertulis yang kemudain diterima
oleh sejumlah media nasional di Jakarta, Rabu.
Korban pun sempat melaporkan hal tersebut kepada Komnas HAM dan kepolisian. Namun hasil
yang didapatkan sangat mengecewakan. Dari pihak kepolisian meminta korban untuk
menyelesaikan masalahnya hanya di lingkungan internal kantor. Dan lebih nyarisnya, aduan
tersebut hanya berujung pada pemindahan devisi kerja dan para pelaku tidk mendapat hukuman.
Hal tersebut diungkapkannya lewat siaran tertulis.
Sementara respon dari KPI sendiri mengenai aduan terbuka dari korban, “KPI Pusat hanya
melakukan langkah-langkah investigasi internal dengan meminta penjelasan kepada kedua belah
pihak”, kata Agung Suprio sebagaimana dikutip dari pernyataan sikap KPI Pusat.
Dan hasil sejauh ini, korban belum dapat dihubungi Kembali untuk diminta konfirmasinya
terkait aduan terbuka itu. Tujuh pegawai KPI Pusat yang diduga sebagai pelaku seksual juga
belum dapat dihubungi untuk diminta tanggapannya.
Dampak Pelecehan Seksual Terhadap Korban
Ketika seseorang berada di posisi korban pelecehan, ia akan minder atau ingin menjauh dari
orang-oang atau mengurung diri. Hal tersebut terjadi karena korban merasa malu, menyalahkan
diri sendiri, direndakan oleh masyarakat dan sebagainya. Tidak banyak yang bisa dilakukan oleh
korban selain menahan malu dan tamparan kata-kata dari lingkungannya.
Dampak daam kehidupan pribadi dan sosial korban pun merasa direndahkan, hubungan keluarga
dan bersosialisasi sangat sulit dalam membina hubungan dengan orang-orang terutama kepada
lawan jenis. Pada saat penyerangan berlangsung, korban tidak percaya dan menganggap
penyerangan pelecehan seksual hanya terjadi pada orang lain, bukan dirinya, kemudin muncul
rasa takut, minder atau menutupi bagian-bagian tubuh yang dapat mengundang pelaku untuk
melakukan pelecehan seksual.
Pandangan Hukum Islam Terhadap Perbuatan Pelecehan Seksual
Dalam agama Islam perbuatan pelecehan seksual ini sangat tidak terpuji. Agama Islam adalah
agama yang sangat fitrah, universal yang paling kafah sepanjang zaman. Agama yang mampu
menjawab tantangan zaman, mengatasi setiap permasalahan hidup dan kehidupan manusia.
Dalam agama Islm sifat ini dipandang sebagai perbuatan tercela karena agama Islam telah
mengajarkan kepada setiap umat-Nya untuk saling hormat-menghormati kepada siapapun tanpa
melihat posisi dan jabatan seseorang.
Agar manusia menjauh dari perbuatan mendekati zina, maka Allah SWT telah memberi rambu-
rambu melalui firman-Nya dalam surah Al-Isra ayat 32 yang berbunyi “Dan janganlah kamu
mendekat zina; Sesungguhnya zin aitu adalah suatu perbuatan yang keji, dan suatu jalan yang
buruk.”
Bila ayat di atas dipahami dan diaplikasikan dalam kehidan sehari-hari, maka dengan sendirinya
perbuatan yang dapat mendatangkan zina dapat dihindari. Adapun di antara aktivitas atau
perbuatan yang menyebabkan zina adalah bentuk-bentuk perbuatan pelecehan seksual seperti:
memandang wanita dari atas hingga bawah, lelucon seksual yang menyinggung perasaan,
gambar atau foto yang bersifat pornografis dan bentuk-bentuk yang lain.
Pelecehan seksual merupakan permasalahan yang timbul dalam pergaulan sosial masyarakat.
Untuk itu ajaran agama Islam telah memberi aturan-aturan dalam pergaulan sosial masyarakat
khususnya hubungan antara laki-laki dan perempuan, seperti sopan santun, etika berpakaian, dan
memandang seseorang dalam berinteraksi dan bergaul.
Dengan demikian ukuran moral yang sangat tinggi dapat diukur dari pengakuan masyarakat
bahwa suatu perbuatan tersebut tidak dianggap menyalahi aturan dan kebiasaan yang ada di
dalam masyarakat, apa yang patut dan tidak patut untuk dilakukan.
Sanksi Pelaku Pelecehan Seksual Menurut Hukum Islam
Menyangkut tindakan pelecehan seksual dalam hukum Islam tidak terdapat aturan dan ketentuan
yang jelas mengenai sanksi dan hukumnya secara terperinci, karena baik dalam Al-Qur’an
maupun dalam hadis istilah pelecehan seksual tidak dapat ditemukan. Dalam syariat Islam
perbuatan yang belum terdapat ketentuan hukum tersebut menjadi ijtihad para ulama yang akan
menghasilkan ketentuan hukum terhadap permasalahan yang dihadapi dengan mengacu pada
ketentuan Al-Qur’an dan hadis.
Produk hukum tersebut dapat berbentuk takzir, yaitu jenis hukuman yang tidak ditentukan oleh
nash baik dalam Al-Qur’an maupun hadis, diberlakukan kepada orang yang bermaksiat atau
melakukan jenis pidana tertentu yang tidak ada sanksi atau kifaratnya. Dengan demikian
hukuman bagi pelaku pelecehan seksual akan diserahkan kepada seorang hakim atau penguasa
yang berhak menentukan perkara tersebut.

Anda mungkin juga menyukai