A. Latar Belakang
1
B. Pengertian Peran dan Tanggung Jawab Orang Tua terhadap Anak
َوا ْعلَ ُم ْ ٓوا اَنَّ َمآ اَ ْم َوالُ ُك ْم َواَ ْواَل ُد ُك ْم فِ ْتنَةٌ ۙ َّواَ َّن اللّٰهَ ِع ْن َدهٗ ٓ اَجْ ٌر َع ِظ ْي ٌم
Artinya: Dan ketahuilah, bahwa hartamu dan anak-anakmu itu hanyalah
sebagai cobaan dan sesungguhnya di sisi Allah-lah pahala yang besar (QS. Al-
Anfal ayat 28).
2
Hadis juga menjelaskan kewajiban orang tua terhadap anaknya, adapun
hadisnya adalah sebagai berikut:
(حق الولد على والده ان يحسن اسمه ويحسن موضعه )رواه البيحقى
ويحسن ادبه
Artinya: Sesungguhnya kewajiban orang tua dalam memenuhi hak anak ada
tiga, yakni: Pertama memberi nama yang baik ketika lahir. Kedua mendidiknya
dengan Al-Qur’an dan ketiga mengawinkan ketika menginjak dewasa (Sunan
Baihaqi) (Adawiyah, 2017: 3).
Pada hakikatnya, semua orang tua di muka bumi ini pasti menaruh
harapan dari keberhasilan anaknya ketika dewasa. Tidak ada orang tua yang
menginginkan anaknya gagal di masa depan. Untuk merealisasikan harapan
tersebut, orang tua harus senantiasa berusaha semaksimal mungkin untuk
memberikan yang terbaik yang mencakup segala aspek. Baik perhatian, nutrisi,
pendidikan, dan lain sebagainya. Dalam Islam, anak yang sedang tumbuh dan
berkembang mempunyai hak untuk dicukupi kebutuhan makan dan minum oleh
orang tuanya agar menjadi orang dengan fisik sehat, normal dan kelak menjadi
insan yang cerdas dan kreatif. Anak yang sedang berkembang harus diperlakukan
secara penuh perhatian oleh orang tuanya (Fahimah, 2019: 36-37). Berikut
beberapa kewajiban orang tua terhadap anak menurut Islam:
Secara etimologi nasab berarti hubungan, dan dalam hal ini adalah
hubungan darah antara seorang anak dengan ayah dan ibunya karena sebab-
sebab yang sah menurut syara’. Yakni jika anak dilahirkan atas dasar
perkawinan dan dalam kandungan tertentu yang oleh syara’ diakui
3
keabsahannya. Sehingga setiap anak yang lahir langsung dinasabkan pada
ayahnya agar lebih menguatkan perkawinan kedua orang tuanya. Berkaitan
dengan nasab ini, anak berhak mendapatkan nama dari orang tuanya. Ketika
anak dilahirkan, orang tua memberikan sebuah nama kepadanya, sehingga ia
akan dapat dikenal oleh orang-orang. Pemberian nama dapat dilakukan pada
hari pertama setelah kelahiran anak, dan boleh diakhirkan hingga hari ketiga
atau hari ketujuh. Islam telah menetapkan dasar hukum yang jelas berkaitan
dengan perkara nama tersebut (Fahimah, 2019: 37).
4
mengandung doa yang baik. Kemudian nama yang tidak disarankan, adalah
nama yang mengandung makna buruk (Barroh, 2017: 96-97).
Air susu ibu (ASI) adalah nutrisi terbaik untuk sang bayi. Asi
merupakan makanan bayi yang paling sempurna, karena tidak hanya kaya
akan zat pertumbuhan, tapi juga berisi zat-zat penangkal atau melindungi
berbagai macam penyakit. Asi merupakan zat anti kuman yang kuat sebab
adanya beberapa faktor yang bekerja secara sinergis membentuk suatu sistem
biologis untuk membunuh kuman. Asi merupakan makanan alamiah bayi. Asi
steril dan suhunya akan secara alamiah pula sesuai dengan kebutuhan bayi.
Jika asi diberikan oleh ibu kandungnya sendiri maka akan memberikan
manfaat ganda, yaitu untuk kepentingan biologis bayi dan baik untuk
membentuk sikap dan kepribadian anaknya kelak. Karena didalam
penyusunan terdapat mekanisme emosional yang membuat ibu dekat dengan
anaknya. Setiap bayi yang lahir berhak atas susuan pada periode tertentu
dalam kehidupannya, yaitu periode pertama ketika ia hidup. Adalah satu fitrah
bahwa ketika bayi dilahirkan ia membutuhkan makanan yang cocok dan
paling baik untuknya, yakni asi. Secara klinis, juga terbukti bahwa asi
mengandung unsur-unsur penting dan vital yang dibutuhkan bayi bagi
perkembangannya.
5
Konsep ar-rada’ah menurut Ibn Katsir Rahimahullah merupakan
petunjuk dari Allah SWT kepada para ibu, yang menganjurkan agar mereka
menyusui anak-anak mereka dengan penyusuan yang sempurna, yakni 2 tahun
penuh. Apabila ayah dan ibu si bayi sepakat untuk menyapih anaknya sebelum
si bayi berusia 2 tahun dan keduanya memandang bahwa keputusan ini
mengandung maslahat bagi diri bayi, serta keduanya bermusyawarah dahulu
dan membuahkan kesepakatan, maka tidak ada dosa atas keduanya untuk
melakukan hal itu (Asnawati dkk, 2019: 97).
ْس ِمنّا
َ يرنَا فَلَي ْ ْر
َّ ف َح
ِ ِق َكب ِ يرنَا َويَع َ َم ْن لَ ْم يَرْ َح ْم
َ ص ِغ
Artinya: “Bukan termasuk golongan kami orang yang tidak mengasihi yang
kecil dan tidak mengenal hak orang yang lebih besar (HR. Abu Dawud).
6
Dengan demikian, hak asuh bagi setiap anak adalah agar dirawat
dengan penuh kasih sayang, diperhatikan, dan dipilihkan makanan dan
minuman yang baik serta dilindungi dari berbagai penyakit demi
kelangsungan pertumbuhan dan perkembangan hidupnya. Dengan kasih
sayang anak akan tumbuh dengan kepribadian yang sempurna dan sehat
sehingga menghasilkan manusia-manusia yang baik. Dan dengan
memperhatikan makanan, minuman, dan kesehatannya berarti akan
menciptakan manusia-manusia yang sehat jasmani dan rohaninya (Fahimah,
2019: 39-40).
7
mazhab Imam Syafi’i ataupun Kompilasi Hukum Islam sama-sama
mewajibkan ayah untuk memberikan nafkah kepada anak-anaknya. Adapun
dasar hukum kewajiban orang tua menafkahi anak dalam mazhab Imam
Syafi’i ialah berdasarkan Al-Qur’an dan Sunnah Nabi Muhammad Saw.
Sedangkan Kompilasi Hukum Islam menjelaskan kewajiban nafkah orang tua
kepada anak terdapat dalam pasal 77 ayat 3, pasal 80 ayat 4, pasal 81 ayat 1
serta pasal 98 ayat 1 tentang pemeliharaan anak (Mukharis, 2018: 62).
ِ فَ ْليَنض
ُر اإلنسٰ ُن إلَىٰ طَ َعا ِم ِه
Artinya: “Maka hendaklah manusia memperhatikan makanannya” (Abbas/80:
24) (Fahimah, 2019: 40-42).
8
sikap dan perilaku orang tua sebagai teladan yang dapat dicontoh anak. Dalam
melakukan pendidikan akhlak kepada anaknya, orang tua hendaknya
menggunakan metode pembiasan. Maksudnya anak dilatih untuk berakhlak
yang baik dan bertindak laku yang sopan kepada orang tua. Jangan sampai
kedua orang tua menunjukkan kekerasan yang terjadi antara keduanya di
depan anaknya, sebab hal itu akan mengakibatkan anak meniru kekerasan
tersebut dan menganggap bahwa orang tuanya tidak dapat memberi contoh
yang baik.
9
yang diinginkan syariat Islam (Danial, 2018: 28). Ada beberapa alasan
pentingnya mendidik anak, diantaranya sebagai berikut:
10
hendaknya orang tua memerintahkan untuk shalat dan puasa. Orang tua
diperkenankan menghukum anak pada umur sepuluh tahun, kalau ia lalai
menunaikan kewajiban. Hukuman bagi anak tidak boleh bersifat menyakiti
dan menimbulkan cacat. Jika orang tua memerintahkan sesuatu kepada anak,
maka mereka juga harus melaksanakan perintah tersebut. Perintah orang tua
yang tidak disertai dengan teladan akan sulit dipatuhi anak. Karena,
kecenderungan anak adalah meniru orang tua.
E. Simpulan
11
termasuk mengetahui dan menjalankan amanah sebagai orang tua bagi anak-
anaknya. Peran orang tua adalah seperangkat tingkah laku dan tindakan yang
dikenakan oleh orang tua dalam mendidik anaknya yang dikontrol oleh norma-
norma yang berlaku di masyarakat. Sedangkan tanggung jawab orang tua adalah
serangkaian kewajiban yang harus dilakukan orag tua terhadap anaknya, karena
anak adalah amanah yang harus diemban dan dipertanggung jawabkan oleh
orang tua. Ada beberapa kewajiban-kewajiban orang tua terhadap anak menurut
perspektif Islam, seperti: kewajiban memberikan nasab, kewajiban memberikan
asi, kewajiban mengasuh, kewajiban memberi nafkah dan nutrisi yang baik,
kewajiban memberikan pendidikan dan kewajiban mengawinkan anak ketika
sudah waktunya.
DAFTAR PISTAKA
Adawiyah, Novi Mahfudhotul . 2017. Kewajiban Orang Tua Terhadap Anak yang
Sudah Berumah Tangga dalam Keluarga Y+A di Desa Singajaya Kecamatan
Cibalong Kabupaten Taikmalaya. Thesis. Bandung: UIN Sunan Gunung
Djati.
Asnawati., Bafadhol, Ibrahim., dan Wahidin, Ade. 2019. Pemberian Asi pada Anak
dalam Perspektif Al-Qur'an. Jurnal Ilmu Al-Qur'an dan Tafsir, Vol. 4, No. 1,
85-98.
Bahri, Syamsul. 2016. Nafkah Anak Kepada Orang Tua dalam Pandangan Hukum
Islam. Jurnal Hukum Samudra Keadilan, Vol. 2, No. 2, 157-171.
Barroh, Hamilatul. 2017. Pemberian Nama Kepada Anak Menurut Hadis. Skripsi.
Semarang: UIN Walisongo.
Danial, Andi Safar. 2018. Peran dan Tangggung Jawab Orang Tua tentang
Pendidikan Anak dalam Perspektif Hadis. Skripsi. Makassar: UIN Alauddin.
Fahimah, Iim. 2019. Kewajiban Orang Tua terhadap Anak dalam Perspektif Islam.
Jurnal Hawa, 1(1), 35-50.
12
Fauzi, Muhammad., dkk. 2016. Hadis Tentang Kewajiban Orang Tua Terhadap
Anak. Makalah Hadis Tarbawi.
https://www.academia.edu/35497335/MAKALAH_HADITS_TARBAWI_doc
x
Mukharis, Akhmad. 2018. Kewajiban Orang Tua Menafkahi Anak Perspektif Mazhab
Syafi'i Dan Kompilasi Hukum Islam. Skripsi. Purwokwerto: IAIN Purwokerto.
Sere, Idrus. 2018. Tanggung Jawab Orang Tua dalam Mendidik Anak Menurut Al-
Qur'an Surah Luqman Ayat 12-19 (Analisis Tafsir Ibnu Katsir). Laporan Hasil
Penelitian. Ambon: IAIN Ambon.
Usman, A. Samad. 2015. Tanggung Jawab Orang Tua terhadap Pendidikan Anak
dalam Perspektif Islam. Jurnal Pendidikan Anak Bunayya, Vol. 1, No. 2, 112-
127.
13