Anda di halaman 1dari 14

BAB III

HADIS TENTANG METODE PENDIDIKAN ISLAM

A. Latar Belakang
Tidaklah berlebihan jika ada sebuah ungkapan “Aththariqah Ahammu
Minal Maddah”, bahwa metode jauh lebih penting dibanding materi karena
sebaik apapun tujuan pendidikan jika tidak didukung oleh metode yang
tepat,tujuan tersebut sangat sulit untuk dapat tercapai dengan baik. Sebuah
metode akan mempengaruhi sampai tidaknya suatu informasi secara lengkap atau
tidak. Oleh sebab itu pemilihan metode pendidikan harus dilakukan secara
cermat,disesuaikan dengan berbagai faktor terkait,sehingga hasil pendidikan
dapat memuaskan (Anwar, 2003: 42). Apa yang dilakukan Rasul saat
menyampaikan wahyu Allah kepada para sahabatnya bisa kita teladani,karena
Rasul sejak awal sudah mengimplementasikan metode pendidikan yang tepat
terhadap sahabatnya. Strategi pembelajaran yang beliau lakukan sangat akurat
dalam menyampaikan ajaran Islam. Rasul sangat memperhatikan
situasi,kondisi,dan karakter seseorang sehingga nilai-nilai Islami dapat di
salurkan dengan baik.
Rasul juga sangat memahami naluri dan kondisi setiap orang,sehingga
beliau mampu menjadikan mereka suka cita,baik material maupun
spiritual,beliau senantiasa mengajak orang untuk mendekati Allah SWT dan
syariatnya.

B. Pengertian Metode dan Pendekatan dalam Pendidikan Islam


Kata metode berasal dari bahasa Yunani. Secara etimologi, kata metode
berasal dari dari dua suku perkataan, yaitu meta dan hodos. Meta berarti “melalui
dan hodos berarti “jalan” atau “cara” (Ramayulis dan Samsu Nizar, 2009: 209).
Dalam Bahasa Arab metode dikenal dengan istilah thariqah yang berarti
langkah-langkah strategis yang harus dipersiapkan untuk melakukan suatu

1
pekerjaan (Shalih, 2008: 2-3). Sedangkan dalam bahasa Inggris metode disebut
method yang berarti cara dalam bahasa Indonesia (John dan Hasan, 1995: 379).
Sedangkan menurut terminologi (istilah) para ahli memberikan definisi
yang beragam tentang metode, terlebih jika metode itu sudah disandingkan
dengan kata pendidikan atau pengajaran diantaranya:
1. Winarno Surakhmad (1998: 96) mendefinisikan bahwa metode
adalah cara yang di dalam fungsinya merupakan alat untuk mencapai tujuan.
2. Abu Ahmadi (2005: 52) mendefinisikan bahwa metode adalah
suatu pengetahuan tentang cara-cara mengajar yang dipergunakan oleh
seorang guru atau instruktur.
3. Ramayulis (1990: 3) mendefinisikan bahwa metode mengajar
adalah cara yang dipergunakan guru dalam mengadakan hubungan dengan
peserta didik pada saat berlangsungnya proses pembelajaran. Dengan
demikian metode mengajar merupaka alat untuk menciptakan proses
pembelajaran.
4. Omar Mohammad (1979: 553) mendefinisikan bahwa metode
mengajar bermakna segala kegiatan yang terarah yang dikerjakan oleh guru
dalam rangka kemestian-kemestian mata pelajaran yang diajarkannya, ciri-ciri
perkembangan muridnya, dan suasana alam sekitarnya dan tujuan menolong
murid-muridnya untuk mencapai proses belajar yang diinginkan dan
perubahan yang dikehendaki pada tingkah laku mereka.
Berdasarkan definisi yang dikemukakan para ahli mengenai pengertian
metode di atas, beberapa hal yang harus ada dalam metode adalah:
1. Adanya tujuan yang hendak dicapai
2. Adanya aktivitas untuk mencapai tujuan
3. Aktivitas itu terjadi saat proses pembelaran berlangsung
4. Adanya perubahan tingkah laku setelah aktivitas itu dilakukan.
Ada istilah lain yang dalam pendidikan yang mengandung makna
berdekatan dengan metode, yaitu pendekatan dan teknik/strategi. Pendekatan

2
merupakan pandangan falsafi terhadap subject matter yang harus diajarkan dapat
juga diartikan sebagai pedoman mengajar yang bersifat realistis/konseptual.
Sedangkan teknik/strategi adalah siasat atau cara penyajian yang dikuasai
pendidik dalam mengajar atau menyajikan bahan pelajaran kepada peserta didik
di dalam kelas, agar bahan pelajaran dapat dipahami dan digunakan dengan baik
(Ramayulis dan Samsu Nizar, 2009: 209).

C. Dasar-Dasar dari Pelaksanaan Metode Pendidikan Islam


Dalam penerapannya, metode pendidikan Islam menyangkut
permasalahan individual atau sosial peserta didik dan pendidik itu sendiri. Untuk
itu dalam menggunakan metode seorang pendidik harus memperhatikan dasar-
dasar umum metode pendidikan Islam. Sebab metode pendidikan merupakan
sarana atau jalan menuju tujuan pendidikan, sehingga segala jalan yang ditempuh
oleh seorang pendidik haruslah mengacu pada dasar-dasar metode pendidikan
tersebut. Dasar metode pendidikan Islam itu diantaranya adalah dasar agamis,
biologis, psikologis, dan sosiologis (Ramayulis dan Samsu Nizar, 2009: 216).
1. Dasar Agamis, maksudnya bahwa metode yang digunakan dalam pendidikan
Islam haruslah berdasarkan pada agama. Sementara agama Islam merujuk
pada Al Qur’an dan Hadits. Untuk itu, dalam pelaksanannya berbagai metode
yang digunakan oleh pendidik hendaknya disesuaikan dengan kebutuhan yang
muncul secara efektif dan efesien yang dilandasi nilai-nilai Al Qur’an dan
Hadits.
2. Dasar Biologis, Perkembangan biologis manusia mempunyai pengaruh dalam
perkembangan intelektualnya. Semakin dinamis perkembangan biologis
seseorang, maka dengan sendirinya makin meningkat pula daya
intelektualnya. Untuk itu dalam menggunakan metode pendidikan Islam
seorang guru harus memperhatikan perkembangan biologis peserta didik.
3. Dasar Psikologis. Perkembangan dan kondisi psikologis peserta didik akan
memberikan pengaruh yang sangat besar terhadap penerimaan nilai

3
pendidikan dan pengetahuan yang dilaksanakan, dalam kondisi yang labil
pemberian ilmu pengetahuan dan internalisasi nilai akan berjalan tidak sesuai
dengan yang diharapkan. Oleh Karenanya Metode pendidikan Islam baru
dapat diterapkan secara efektif bila didasarkan pada perkembangan dan
kondisi psikologis peserta didiknya. Untuk itu seorang pendidik dituntut untuk
mengembangkan potensi psikologis yang tumbuh pada peserta didik. Sebab
dalam konsep Islam akal termasuk dalam tatanan rohani.
4. Dasar Sosiologis. Saat pembelajaran berlangsung ada interaksi antara peserta
didik dengan peserta didik dan ada interaksi antara pendidik dengan peserta
didik, atas dasar hal ini maka pengguna metode dalam pendidikan Islam harus
memperhatikan landasan atau dasar ini. Jangan sampai terjadi ada metode
yang digunakan tapi tidak sesuai dengan kondisi sosiologis peserta didik, jika
hal ini terjadi bukan mustahil tujuan pendidikan akan sulit untuk dicapai.
Keempat dasar di atas merupakan satu kesatuan yang tidak dapat
dipisahkan dan harus diperhatikan oleh para pengguna metode pendidikan Islam
agar dalam mencapai tujuan tidak mengunakan metode yang tidak tepat dan tidak
cocok kondisi agamis, kondisi biologis, kondisi psikologis, dan kondisi
sosiologis peserta didik.

D. Macam-Macam Metode dan Pendekatan dalam Pendidikan Islam


Sebagai umat yang telah dianugerahi Allah Kitab Al-Qur’an yang lengkap
dengan petunjuk yang meliputi seluruh aspek kehidupan dan bersifat universal
sebaiknya menggunakan metode mengajar dalam pendidikan Islam yang prinsip
dasarnya dari Al-Qur’an dan Hadits. Diantara metode-metode tersebut adalah:
1. Metode Ceramah
Metode ceramah adalah cara penyampaian informasi melalui     
penuturan secara lisan oleh pendidik kepada peserta didik. Prinsip dasar   
metode ini terdapat di dalam Al-Qur’an:

4
ُ َّ‫ق يَاأَيُّ َها الن‬
‫اس إِنَّ َما‬ ِ ‫ون فِي ْاألَ ْر‬
ِّ ‫ض بِ َغ ْي ِر ا ْل َح‬ َ َ‫فَلَ َّمآ أ‬
َ ‫نجا ُه ْم إِ َذا ُه ْم يَ ْب ُغ‬
‫س ُكم َّمتَا َع ا ْل َحيَا ِة ال ُّد ْنيَا ثُ َّم إِلَ ْينَا َم ْر ِج ُع ُك ْم فَنُنَبِّئُ ُكم بِ َما‬ ِ ُ‫بَ ْغيُ ُك ْم َعلَى أَنف‬
َ ُ‫ُكنتُ ْم تَ ْع َمل‬
‫ون‬
Artinya: Maka tatkala Allah menyelamatkan mereka, tiba-tiba mereka
membuat kezaliman di muka bumi tanpa (alasan) yang benar. Hai manusia,
Sesungguhnya (bencana) kezalimanmu akan menimpa dirimu sendiri (hasil
kezalimanmu) itu hanyalah kenikmatan hidup duniawi, kemudian kepada
Kami-lah kembalimu, lalu Kami kabarkan kepadamu apa yang telah kamu
kerjakan (QS. Yunus ayat 23).

2. Metode Tanya Jawab


Metode Tanya jawab adalah suatu cara mengajar dimana seorang guru
mengajukan beberapa pertanyaan kepada murid tentang bahan pelajaran yang
telah diajarkan atau bacaan yang telah mereka baca. Prinsip dasar metode ini
terdapat dalam hadits Tanya jawab antara Jibril dan Nabi Muhammad tentang
Iman, Islam, dan Ihsan.
Selain itu ada juga hadits yang lainnya seperti hadits berikut ini:

‫ث ح َوقَا َل قُتَ ْيبَةُ َح َّدثَنَا بَ ْك ٌر يَ ْعنِي ا ْب َن‬ ٌ ‫س ِعي ٍد َح َّدثَنَا لَ ْي‬َ ُ‫َح َّدثَنَا قُتَ ْيبَةُ ْبن‬
‫سلَ َمةَ ْب ِن‬ َ ‫ض َر ِكاَل ُه َما عَنْ ا ْب ِن ا ْل َها ِد عَنْ ُم َح َّم ِد ْب ِن إِ ْب َرا ِهي َم عَنْ أَبِي‬ َ ‫ُم‬
‫سلَّ َم قَا َل‬ َ ‫صلَّى هَّللا ُ َعلَ ْي ِه َو‬
َ ِ ‫سو َل هَّللا‬ ُ ‫َع ْب ِد ال َّر ْح َم ِن عَنْ أَبِي ه َُر ْي َرةَ أَنَّ َر‬
‫سلَّ َم يَقُو ُل‬
َ ‫صلَّى هَّللا ُ َعلَ ْي ِه َو‬َ ِ ‫سو َل هَّللا‬ ُ ‫س ِم َع َر‬ َ ُ‫ث بَ ْك ٍر أَنَّه‬
ِ ‫َوفِي َح ِدي‬
‫ت َه ْل‬ ٍ ‫س َم َّرا‬ َ ‫ب أَ َح ِد ُك ْم يَ ْغت َِس ُل ِم ْنهُ ُك َّل يَ ْو ٍم َخ ْم‬ ِ ‫أَ َرأَ ْيتُ ْم لَ ْو أَنَّ نَ ْه ًرا بِبَا‬
‫َي ٌء قَا َل فَ َذلِ َك َمثَ ُل‬ ْ ‫َي ٌء قَالُوا اَل يَ ْبقَى ِمنْ َد َرنِ ِه ش‬ ْ ‫يَ ْبقَى ِمنْ َد َرنِ ِه ش‬
‫س يَ ْم ُحو هَّللا ُ بِ ِهنَّ ا ْل َخطَايَا‬ ِ ‫ت ا ْل َخ ْم‬ِ ‫صلَ َوا‬ َّ ‫ال‬.
Artinya: Hadis Qutaibah ibn Sa’id, hadis Lâis kata Qutaibah hadis Bakr yaitu
ibn Mudhar dari ibn Hâd dari Muhammad ibn Ibrahim dari Abi Salmah ibn
Abdurrahmân dari Abu Hurairah r.a. Rasulullah saw. bersabda; Bagaimana
pendapat kalian seandainya ada sungai di depan pintu salah seorang di
antara kalian. Ia mandi di sana lima kali sehari. Bagaimana pendapat
kalian? Apakah masih akan tersisa kotorannya? Mereka menjawab, tidak

5
akan tersisa kotorannya sedikitpun. Beliau bersabda; Begitulah
perumpamaan salat lima waktu, dengannya Allah menghapus dosa-dosa.

3. Metode Diskusi
Metode diskusi adalah suatu cara penyajian/penyampaian bahan
pelajaran dimana pendidik memberikan kesempatan kepada peserta
didik/membicarakan dan menganalisis secara ilmiyah guna mengumpulkan
pendapat, membuat kesimpulan atau menyusun   berbagai alternatif
pemecahan atas sesuatu masalah. Abdurrahman Annahlawi menyebut metode
ini dengan sebutan hiwar (dialog).
4. Metode Pemberian Tugas
Metode pemberian tugas adalah suatu cara mengajar dimana seorang
guru memberikan tugas-tugas tertentu kepada murid-murid, sedangkan hasil
tersebut diperiksa oleh guru dan murid harus mempertanggung jawabkannya.
5. Metode Demontrasi
Metode demontrasi adalah suatu cara mengajar dimana guru
mempertunjukkan tentang proses sesuatu, atau pelaksanaan sesuatu sedangkan
murid memperhatikannya. Prinsip dasarnya terdapat dalam hadits yang
berbunyi:

ْ‫وب عَن‬ ُ ُّ‫ب قَا َل َح َّدثَنَا أَي‬ ِ ‫َح َّدثَنَا ُم َح َّم ُد ْبنُ ا ْل ُمثَنَّى قَا َل َح َّدثَنَا َع ْب ُد ا ْل َوهَّا‬
ُ‫سلَّ َم َونَ ْحن‬ َ ‫صلَّى هَّللا ُ َعلَ ْي ِه َو‬ َ ‫أَبِي قِاَل بَةَ قَا َل َح َّدثَنَا َمالِ ٌك أَتَ ْينَا إِلَى النَّبِ ِّي‬
ِ ‫سو ُل هَّللا‬ َ ‫ين يَ ْو ًما َولَ ْيلَةً َو َك‬
ُ ‫ان َر‬ َ ‫ش ِر‬ْ ‫ون فَأَقَ ْمنَا ِع ْن َدهُ ِع‬ َ ُ‫شبَبَةٌ ُمتَقَا ِرب‬ َ
‫شتَ َه ْينَا أَ ْهلَنَا أَ ْو قَ ْد‬ ْ ‫سلَّ َم َر ِحي ًما َرفِيقًا فَلَ َّما ظَنَّ أَنَّا قَ ْد ا‬ َ ‫صلَّى هَّللا ُ َعلَ ْي ِه َو‬ َ
‫ار ِج ُعوا إِلَى أَ ْهلِي ُك ْم‬ ْ ‫سأَلَنَا َع َّمنْ ت ََر ْكنَا بَ ْع َدنَا فَأ َ ْخبَ ْرنَاهُ قَا َل‬ َ ‫شتَ ْقنَا‬ ْ ‫ا‬
‫شيَا َء أَ ْحفَظُ َها أَ ْو ال أَ ْحفَظُ َها‬ ْ َ‫فَأَقِي ُموا فِي ِه ْم َو َعلِّ ُمو ُه ْم َو ُم ُرو ُه ْم َو َذ َك َر أ‬
‫صلِّي‬َ ُ‫صلُّوا َك َما َرأَ ْيتُ ُمونِي أ‬ َ ‫َو‬
Artinya: Hadis dari Muhammad ibn Muşanna, katanya hadis dari Abdul
Wahhâb katanya Ayyũb dari Abi Qilâbah katanya hadis dari Mâlik. Kami

6
mendatangi Rasulullah saw. dan kami pemuda yang sebaya. Kami tinggal
bersama beliau selama (dua puluh malam) 20 malam. Rasulullah saw adalah
seorang yang penyayang dan memiliki sifat lembut. Ketika beliau menduga
kami ingin pulang dan rindu pada keluarga, beliau menanyakan tentang
orang-orang yang kami tinggalkan dan kami memberitahukannya. Beliau
bersabda; kembalilah bersama keluargamu dan tinggallah bersama mereka,
ajarilah mereka dan suruhlah mereka. Beliau menyebutkan hal-hal yang saya
hapal dan yang saya tidak hapal. Dan salatlah sebagaimana kalian melihat
aku salat.

6. Metode Eksperimen
Suatu cara mengajar dengan menyuruh murid melakukan suatu
percobaan, dan setiap proses dan hasil percobaan itu diamati oleh setiap
murid, sedangkan guru memperhatikan yang dilakukan oleh murid sambil
memberikan arahan. Prinsip dasar metode ini ada dalam hadits:

‫س ِعي ِد ْب ِن َع ْب ِد‬ َ ْ‫ش ْعبَةُ َح َّدثَنَا ا ْل َح َك ُم عَنْ َذ ٍّر عَن‬ ُ ‫َح َّدثَنَا آ َد ُم قَا َل َح َّدثَنَا‬
‫ب فَقَا َل‬ ِ ‫ال َّر ْح َم ِن ْب ِن أَ ْب َزى عَنْ أَبِي ِه قَا َل َجا َء َر ُج ٌل إِلَى ُع َم َر ْب ِن ا ْل َخطَّا‬
‫ب أَ َما‬ ِ ‫اس ٍر لِ ُع َم َر ْب ِن ا ْل َخطَّا‬ ِ َ‫ص ْب ا ْل َما َء فَقَا َل َع َّما ُر ْبنُ ي‬ ِ ُ‫إِنِّي أَ ْجنَ ْبتُ فَلَ ْم أ‬
ُ‫ص ِّل َوأَ َّما أَنَا فَتَ َمعَّ ْكت‬ َ ُ‫سفَ ٍر أَنَا َوأَ ْنتَ فَأ َ َّما أَ ْنتَ فَلَ ْم ت‬َ ‫ت َْذ ُك ُر أَنَّا ُكنَّا فِي‬
‫صلَّى هَّللا ُ َعلَ ْي ِه‬ َ ‫سلَّ َم فَقَا َل النَّبِ ُّي‬ َ ‫صلَّى هَّللا ُ َعلَ ْي ِه َو‬َ ‫صلَّ ْيتُ فَ َذ َك ْرتُ لِلنَّبِ ِّي‬ َ َ‫ف‬
‫سلَّ َم بِ َكفَّ ْي ِه‬َ ‫صلَّى هَّللا ُ َعلَ ْي ِه َو‬
َ ‫ب النَّبِ ُّي‬ َ ‫ض َر‬ َ َ‫ان يَ ْكفِيكَ َه َك َذا ف‬ َ ‫سلَّ َم إِنَّ َما َك‬
َ ‫َو‬
ُ‫س َح بِ ِه َما َو ْج َهه‬ َ ‫ض َونَفَ َخ فِي ِه َما ثُ َّم َم‬ َ ‫اأْل َ ْر‬

Artinya: Hadis Adam, katanya hadis Syu’bah ibn Abdurrahmân ibn Abzâ dari
ayahnya, katanya seorang laki-laki datang kepada Umar ibn Khattâb, maka
katanya saya sedang janabat dan tidak menemukan air, kata Ammar ibn Yasir
kepada Umar ibn Khattâb, tidakkah anda ingat ketika saya dan anda dalam
sebuah perjalanan, ketika itu anda belum salat, sedangkan saya berguling-
guling di tanah, kemudian saya salat. Saya menceritakannya kepada Rasul
SAW. kemudian Rasulullah SAW. bersabda: “Sebenarnya anda cukup

7
begini”. Rasul memukulkan kedua telapak tangannya ke tanah dan
meniupnya kemudian mengusapkan keduanya pada wajah”.

Hadis di atas tergolong syarîf marfu’ dengan kualitas perawi yang


sebagian tergolong şiqah dan şiqah hafiz, şiqah şubut. Menurut al-Asqalani,
hadis ini mengajarkan sahabat tentang tata cara tayammum dengan perbuatan
(Al-Asqalani, 2001: 444). Sahabat Rasulullah SAW melakukan upaya
pensucian diri dengan berguling di tanah ketika mereka tidak menemukan air
untuk mandi janabat. Pada akhirnya Rasulullah SAW. memperbaiki ekperimen
mereka dengan mencontohkan tata cara bersuci menggunakan debu.
7. Metode Amsal/Perumpamaan
Yaitu cara mengajar dimana guru menyampaikan materi pembelajaran
melalui contoh atau perumpamaan. Prinsip metode ini terdapat dalam Hadits:

‫ب يَ ْعنِي الثَّقَفِ َّي‬ ِ ‫َح َّدثَنَا ُم َح َّم ُد ْبنُ ا ْل ُمثَنَّى َواللَّ ْفظُ لَهُ أَ ْخبَ َرنَا َع ْب ُد ا ْل َوهَّا‬
َ ‫َح َّدثَنَا ُعبَ ْي ُد هَّللا ِ عَنْ نَافِ ٍع عَنْ ا ْب ِن ُع َم َر عَنْ النَّبِ ِّي‬
‫صلَّى هَّللا ُ َعلَ ْي ِه‬
‫ق َك َمثَ ِل الشَّا ِة ا ْل َعائِ َر ِة بَ ْي َن ا ْل َغنَ َم ْي ِن تَ ِعي ُر إِلَى َه ِذ ِه‬
ِ ِ‫سلَّ َم قَا َل َمثَ ُل ا ْل ُمنَاف‬
َ ‫َو‬
ً‫َم َّرةً َوإِلَى َه ِذ ِه َم َّرة‬
Artinya: Hadis dari Muhammad ibn Mutsanna dan lafaz darinya, hadis dari
Abdul Wahhâb yakni as- Śaqafi, hadis Abdullah dari Nâfi’ dari ibn Umar,
Nabi saw. bersabda: Perumpamaan orang munafik dalam keraguan mereka
adalah seperti kambing yang kebingungan di tengah kambing-kambing yang
lain. Ia bolak balik ke sana ke sini (Muslim, IV: 2146).

Hadis di atas tergolong syarîf marfu’ dengan kualitas perawi yang


sebagian tergolong şiqah dan şiqah şubut, şiqah hâfiz, sedangkan ibn Umar
adalah sahabat Rasulullah SAW. Perumpamaan dilakukan oleh Rasul SAW.
sebagai satu metode pembelajaran untuk memberikan pemahaman kepada
sahabat, sehingga materi pelajaran dapat dicerna dengan baik. Metode ini
dilakukan dengan cara menyerupakan sesuatu dengan sesuatu yang lain,

8
mendekatkan sesuatu yang abstrak dengan yang lebih konkrit. Perumpamaan
yang digunakan oleh Rasulullah SAW. sebagai satu metode pembelajaran
selalu syarat dengan makna, sehinga benar-benar dapat membawa sesuatu
yang abstrak kepada yang konkrit atau menjadikan sesuatu yang masih samar
dalam makna menjadi sesuatu yang sangat jelas.
8. Metode Targhib dan Tarhib
Yaitu cara mengajar dimana guru memberikan materi pembelajaran
dengan menggunakan ganjaran terhadap kebaikan dan hukuman terhadap
keburukan agar peserta didik melakukan kebaikan dan menjauhi keburukan.
Prinsip dasarnya terdapat dalam hadits berikut ini:

‫سلَ ْي َمانُ عَنْ َع ْم ِرو ْب ِن أَبِي‬ ُ ‫َح َّدثَنَا َع ْب ُد ا ْل َع ِزي ِز ْبنُ َع ْب ِد هَّللا ِ قَا َل َح َّدثَنِي‬
‫ي عَنْ أَبِي ُه َر ْي َرةَ أَنَّهُ قَا َل قِي َل‬ َ ‫س ِعي ِد ْب ِن أَبِي‬
ِّ ‫س ِعي ٍد ا ْل َم ْقبُ ِر‬ َ ْ‫َع ْم ٍرو عَن‬
ِ ‫سو ُل هَّللا‬ ُ ‫شفَا َعتِكَ يَ ْو َم ا ْلقِيَا َم ِة قَا َل َر‬ َ ِ‫س ب‬ ْ َ‫سو َل هَّللا ِ َمنْ أ‬
ِ ‫س َع ُد النَّا‬ ُ ‫يَا َر‬
‫سأَلُنِي عَنْ َه َذا‬ ْ َ‫سلَّ َم لَقَ ْد ظَنَ ْنتُ يَا أَبَا ه َُر ْي َرةَ أَنْ اَل ي‬ َ ‫صلَّى هَّللا ُ َعلَ ْي ِه َو‬ َ
ْ َ‫ث أ‬
‫س َع ُد‬ ِ ‫صكَ َعلَى ا ْل َح ِدي‬ ِ ‫ث أَ َح ٌد أَ َّو ُل ِم ْنكَ لِ َما َرأَ ْيتُ ِمنْ ِح ْر‬ ِ ‫ا ْل َح ِدي‬
‫صا ِمنْ قَ ْلبِ ِه أَ ْو‬ ً ِ‫شفَا َعتِي يَ ْو َم ا ْلقِيَا َم ِة َمنْ قَا َل اَل إِلَهَ إِاَّل هَّللا ُ َخال‬ َ ِ‫س ب‬ ِ ‫النَّا‬
ِ ‫نَ ْف‬
‫س ِه‬
Artinya: Hadis Abdul Aziz ibn Abdillah katanya menyampaikan padaku
Sulaiman dari Umar ibn Abi Umar dari Sâ’id ibn Abi Sa’id al-Makbârî dari
Abu Hurairah, ia berkata: Ya Rasulullah, siapakah yang paling bahagia
mendapat syafa’atmu pada hari kiamat?, Rasulullah saw bersabda: Saya
sudah menyangka, wahai Abu Hurairah, bahwa tidak ada yang bertanya
tentang hadis ini seorangpun yang mendahului mu, karena saya melihat
semangatmu untuk hadis. Orang yang paling bahagia dengan syafaatku ada
hari kiamat adalah orang yang mengucapkan “Lâilaha illa Allah” dengan
ikhlas dari hatinya atau dari dirinya (al-Bukhari, 1998: 49).

Sanksi dalam pendidikan mempunyai arti penting, pendidikan yang


terlalu lunak akan membentuk pelajar kurang disiplin dan tidak mempunyai
keteguhan hati. Sanksi tersebut dapat dilakukan dengan tahapan sebagai

9
berikut, dengan teguran, kemudian diasingkan dan terakhir dipukul dalam arti
tidak untuk menyakiti tetapi untuk mendidik. Kemudian dalam menerapkan
sanksi fisik hendaknya dihindari kalau tidak memungkinkan, hindari memukul
wajah, memukul sekedarnya saja dengan tujuan mendidik, bukan balas
dendam.
9. Metode Pengulangan (Tikror)
Yaitu cara mengajar dimana guru memberikan materi ajar dengan cara
mengulang-ngulang materi tersebut dengan harapan siswa bisa mengingat
lebih lama materi yang disampaikan. Prinsip dasarnya terdapat dalam hadits
berikut:

‫يم قَا َل َح َّدثَنِي أَبِي‬


ٍ ‫س ْر َه ٍد َح َّدثَنَا يَ ْحيَى عَنْ بَ ْه ِز ْب ِن َح ِك‬ َ ‫َح َّدثَنَا ُم‬
َ ‫س َّد ُد ْبنُ ُم‬
‫سلَّ َم يَقُو ُل َو ْي ٌل لِلَّ ِذي‬
َ ‫صلَّى هَّللا ُ َعلَ ْي ِه َو‬
َ ِ ‫سو َل هَّللا‬ ُ ‫س ِم ْعتُ َر‬َ ‫عَنْ أَبِي ِه قَا َل‬
ُ‫ض ِحكَ بِ ِه ا ْلقَ ْو َم َو ْي ٌل لَهُ َو ْي ٌل لَه‬ْ ُ‫ب لِي‬ُ ‫ِّث فَيَ ْك ِذ‬
ُ ‫يُ َحد‬
Artinya: Hadis Musaddad ibn Musarhad hadis Yahya dari Bahzâ ibn Hâkim,
katanya hadis dari ayahnya katanya ia mendengar Rasulullah saw bersabda:
Celakalah bagi orang yang berbicara dan berdusta agar orang-orang
tertawa. Kecelakaan baginya, kecelakaan baginya.

Satu proses yang penting dalam pembelajaran adalah


pengulangan/latihan atau praktek yang diulang-ulang. Baik latihan mental
dimana seseorang membayangkan dirinya melakukan perbuatan tertentu
maupun latihan motorik yaitu melakukan perbuatan secara nyata merupakan
alat-alat bantu ingatan yang penting. Latihan mental, mengaktifkan orang
yang belajar untuk membayangkan kejadian-kejadian yang sudah tidak ada
untuk berikutnya bayangan-bayangan ini membimbing latihan motorik. Proses
pengulangan juga dipengaruhi oleh taraf perkembangan seseorang.
Kemampuan melukiskan tingkah laku dan kecakapan membuat model
menjadi kode verbal atau kode visual mempermudah pengulangan. Metode

10
pengulangan dilakukan Rasulullah SAW. ketika menjelaskan sesuatu yang
penting untuk diingat para sahabat (Ramayulis, 2008: 193).

E. Hadist yang Berkaitan dengan Metode Pendidikan


1. Metode Demonstrasi

‫صلَّى هَّللا ُ َعلَ ْي ِه‬ ُ ‫ قَا َل َر‬: ‫س ْع ٍد قَا َل‬


َ ِ ‫سو ُل هَّللا‬ َ ‫س ْه ٍل ْب ِن‬
َ ْ‫عَن‬
‫سبَّابَ ِة‬
َّ ‫َار بِال‬ َ ‫ َوأَش‬، ‫يم فِي ا ْل َجنَّ ِة َه َك َذا‬ ِ ِ‫ ” أَنَا َو َكافِ ُل ا ْليَت‬: ‫سلَّ َم‬َ ‫َو‬
َ ‫سطَى َوفَ َّر َج بَ ْينَ ُه َما‬
‫ش ْيئًا‬ ْ ‫َوا ْل ُو‬
Artinya: Dari Abu Hurairah r.a, Ia berkata: Rasulullah SAW bersabda: orang
yang menanggung hidup anak yatim atau yang lainnya, maka saya ( Nabi)
dan dia seperti ini di dalam syurga dan Imam Malik mengisyaratkan seperti
jari telunjuk dan tengah (HR. Muslim) (An-Naisaburi, 2005: 234).

2. Metode Kisah atau Cerita

‫سلَّ َم‬َ ‫صلَّى هَّللا ُ َعلَ ْي ِه َو‬ َ ِ ‫سو ِل هَّللا‬ُ ‫ض َي هَّللا ُ َع ْنهُ عَنْ َر‬ ِ ‫عَنْ أَبِي ه َُر ْي َرةَ َر‬
‫ش فَ َو َج َد بِ ْئ ًرا فَنَ َز َل فِي َها‬ ُ َ‫شتَ َّد َعلَ ْي ِه ا ْل َعط‬
ْ ‫يق ا‬ ٍ ‫شي بِطَ ِر‬ ِ ‫قَالَبَ ْينَ َما َر ُج ٌل يَ ْم‬
‫ش فَقَا َل ال َّر ُج ُل‬ ِ َ‫ث يَأْ ُك ُل الثَّ َرى ِمنْ ا ْل َعط‬ ٌ ‫ب ثُ َّم َخ َر َج فَإِ َذا َك ْل‬
ُ ‫ب يَ ْل َه‬ َ ‫ش ِر‬ َ َ‫ف‬
َ ‫ان بَلَ َغ بِي فَنَ َز َل ا ْلبِ ْئ َر فَ َمأَل‬
َ ‫ش ِم ْث ُل الَّ ِذي َك‬ ِ َ‫ب ِمنْ ا ْل َعط‬ َ ‫لَقَ ْد بَلَ َغ َه َذا ا ْل َك ْل‬
‫ش َك َر هَّللا ُ لَهُ فَ َغفَ َر لَهُ قَالُوا يَا‬َ َ‫ب ف‬ َ ‫سقَى ا ْل َك ْل‬َ َ‫س َكهُ بِفِي ِه ف‬ َ ‫ُخفَّهُ ثُ َّم أَ ْم‬
‫ت َكبِ ٍد َر ْطبَ ٍة‬ ِ ‫سو َل هَّللا ِ َوإِنَّ لَنَا فِي ا ْلبَ َهائِ ِم أَ ْج ًرا فَقَا َل نَ َع ْم فِي ُك ِّل َذا‬ ُ ‫َر‬
‫أَ ْج ٌر‬
Artinya: Dari Abu Hurairah r.a, Ia berkata sesungguhnya Rasululllah SAW
bersabda: “Ketika seorang laki-laki sedang berjalan-jalan tiba-tiba ia
merasa sangat haus sekali kemudian ia menemukan sumur lalu ia masuk
kedalamnya dan minum, kemudian ia keluar (dari sumur). Tiba-tiba datang
seekor anjing menjulur-julurkan lidahnya ia menjilati tanah karena sangat
haus, lelaki itu berkata : anjing itu sangat haus sebagaimana aku, kemudian
masuk kesumur lagi dan ia penuhi sepatunya (dengan air), kemudian ia (haus
lagi) sambil menggigit sepatunya dan ia beri minum anjing itu kemudian
Allah bersyukur kepadanya dan mengampuni, sahabat bertanya wahai

11
Rasulullah: adakah kita mendapat pahala karena kita menolong hewan ?
Nabi SAW menjawab: disetiap yang mempunyai limpa basah ada pahalanya”
(HR. Bukhori) (Al-Ju’fi, 1999: 201).

F. Simpulan
Apa yang dilakukan Rasul saat menyampaikan wahyu Allah kepada para
sahabatnya bisa kita teladani,karena Rasul sejak awal sudah
mengimplementasikan metode pendidikan yang tepat terhadap sahabatnya.
Strategi pembelajaran yang beliau lakukan sangat akurat dalam menyampaikan
ajaran Islam. Rasul sangat memperhatikan situasi,kondisi,dan karakter seseorang
sehingga nilai-nilai Islami dapat di salurkan dengan baik.
Dasar metode pendidikan Islam itu diantaranya adalah dasar agamis,
biologis, psikologis, dan sosiologis. Keempat dasar di atas merupakan satu
kesatuan yang tidak dapat dipisahkan dan harus diperhatikan oleh para pengguna
metode pendidikan Islam agar dalam mencapai tujuan tidak mengunakan metode
yang tidak tepat dan tidak cocok kondisi agamis, kondisi biologis, kondisi
psikologis, dan kondisi sosiologis peserta didik.
Sebagai umat yang telah dianugerahi Allah Kitab Al-Qur’an yang lengkap
dengan petunjuk yang meliputi seluruh aspek kehidupan dan bersifat universal
sebaiknya menggunakan metode mengajar dalam pendidikan Islam yang prinsip
dasarnya dari Al-Qur’an dan Hadits. Diantara metode-metode tersebut adalah
Metode Ceramah, Metode tanya jawab, metode diskusi, metode pemberian tugas,
metode demonstrasi, metode eksperimen, metode amsal/perumpamaan, metode
targhib dan tarhib, metode pengulangan (tikror). Banyak diantaranya hadist yang
berkaitan dengan metode pendidikan.

12
13
DAFTAR PUSTAKA

Abu Dawud, Sulaiman bin al-Asy‟as al-Sijistani. 1998 H. Sunan Abu Dawud. Beirut: Dar
Ibn Hazm. Juz III
Ahmadi, Abu dan Joko Triprasetyo, 2005. Strategi Belajar Mengajar. Bandung: Pustaka
Setia.
Al-Asqalani, Ibnu Hajar.2001.Manaqib Imam Syafi’i.Jakarta : Cendekia Sentra Muslim.
Al-Bukhari, Abu Abdullah Muhammad ibn Ismail. 2003. Shahih Bukhari. Beirut: Darul
Fikri. An-Naisaburi, Muslim Bin Hajjaj, Shahih Muslim, Cet.I, Bairut
Lebanon:Daar al-Ma’rifah Littiba’ah Wannasyri Wattauzi’, 1426H/2005M
Al-Ju’fi, Abi Abdillah Muhammad bin Isma’il an-Najari, Shahih Bukhari, Hadis no.
7448, Riyadh: Daar Assalam Linnasyri Wattauzi’, 1419H/1999M.
Al-Naisburi. 2005. Shohih Muslim. Riyadh: Darel Hadith
Al-Syaibani, Omar Mohammad, 1979. Falsafah Pendidikan Islam. Jakarta: Bulan
Bintang.
Anwar, Qamari, 2003. Pendidikan sebagai Karakter Budaya Bangsa. Jakarta: UHAMKA
Press.
Echol, Jhon M dan Shadily, Hasan, 1995. Kamus Inggris Indonesia. Jakarta: Gramedia
Pustaka Utama.
Ramayulis, 2008. Ilmu Pendidikan Islam. Jakarta: Kalam Mulia.
Ramayulis dan Samsu Nizar, 2009. Filsafat Pendidikan Islam. Jakarta: Kalam Mulia.
Ramayulis. 1990. Metodologi Pengajaran Agama Islam. Jakarta:Kalam Mulia.
Surakhmad, Winarno, 1998. Pengantar Interaksi Belajar Mengajar. Bandung: Tarsito.

Anda mungkin juga menyukai