Anda di halaman 1dari 2

TUGAS 2

Nama: Hanief Budiman

NPM: 043616937

Mata Kuliah: Hukum Agraria

Menurut pandangan penulis, contoh kasus yang melibatkan Pak Alex dengan Pak
Fathan tergolong sebagai tanah guntai atau Absentee. Status kepemilikan dari
tanah guntai adalah dilarang karena bertentangan dengan tujuan dari program
Landreform, hal tersebut didasari oleh Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1960
tentang Peraturan Dasar Pokok-Pokok Agraria. Hal tersebut didasari dalam Pasal
10 ayat (1) UUPA yang menyatakan bahwa "Setiap orang dan badan hukum yang
mempunyai sesuatu hak atas tanah pertanian pada asasnya diwajibkan
mengerjakan atau mengusahakannya sendiri secara aktif, dengan mencegah cara-
cara pemerasan". Pada umumnya penciptaan program Landreform di Indonesia
bertujuan untuk membebaskan diri dari sisa-sisa penjajahan, memberikan petani
tanah garapan untuk penghasilan dan taraf hidup yang lebih baik, serta tercapainya
salah satu faktor dalam pembangunan ekonomi sehingga terciptanya masyarakat
yang adil dan makmur berdasarkan Pancasila, seperti yang tercantum dalam
Pembukaan UUD 1945.
Adapun larangan memiliki tanah guntai diatur secara khusus terdapat pada PP No.
41 Tahun 1964 Pasal 3d yang berbunyi "Dilarang untuk melakukan semua bentuk
pemindahan hak baru atas tanah pertanian yang mengakibatkan pemilik tanah
yang bersangkutan memiliki bidang tanah di luar Kecamatan di mana ia bertempat
tinggal". Maka dari itu, aturan tersebut secara tegas menyatakan bahwa semua
bentuk pemindahan hak atas tanah pertanian yang mengakibatkan penerima hak
memiliki tanah guntai adalah dilarang.
Menurut Budi Santoso, tertib administrasi khusus kepemilikan tanah pertanian
secara guntai, jika memohon untuk hak milik atas tanah tersebut akan lebih dilihat
terlebih dahulu terkait domisili dari pemilik tanah tersebut, kemudian akan
langsung ditolak jika terletak diluar Kecamatan letak tanah tersebut. Ketentuan
tersebut sejalan dengan Pasal 6 ayat (1) Peraturan Menteri Agraria/Kepala Bada
Pertahanan Nasional Nomor 9 Tahun 1999 Tentang Tata Cara Pemberian Dan
Pembatalan Hak Atas Tanah Negara Dan Hak Pengelolaan, yang menyatakan
"Keputusan pembatalan hak atas tanah karena cacad hukum administratif dalam
penerbitannya, dapat dilakukan karena permohonan yang berkepentingan atau
oleh Pejabat yang berwenang tanpa permohonan." (Prabowo, S. B. 2016)
Sehingga dapat disimpulkan bahwa, transaksi dari lahan pertanian yang
melibatkan Pak Alex yang berasal dari Kecamatan X dengan Pak Fathan yang
berasal dari Kecamatan Y adalah dilarang. Dan jika memang dipaksakan, maka
sertifikat kepemilikan lahan tersebut tidak akan bisa diterbitkan oleh BPN.

Referensi:
Alfariz, M., 2016. Larangan Pemilikan Tanah Pertanian Secara Absentee sebagai
Wujud Pelaksanaan Landreform. [online] Available at:
<https://ejournal.unisbablitar.ac.id/index.php/supremasi/article/view/394>
[Accessed 30 November 2021].
Butarbutar, D., 2015. Mengatasi Kepemilikan Tanah Absentee/Guntai. Pakuan
Law Review, [online] 1(2). Available at:
<https://journal.unpak.ac.id/index.php/palar/article/download/929/789> [Accessed
30 November 2021].
Prabowo, S., 2016. Pemilikan Tanah Pertanian Secara Absentee dan Pertanggung
Jawaban Hukum Badan Pertanahan Kabupaten Boalemo atas Penerbitan Sertifikat
(Studi Kasus di Kecamatan Paguyaman Kabupaten Boalemo). [online] pp.16-18.
Available at: <https://media.neliti.com/media/publications/117998-ID-pemilikan-
tanah-pertanian-secara-absente.pdf> [Accessed 30 November 2021].

Anda mungkin juga menyukai