Anda di halaman 1dari 11

KATALOG 1

ASPEK PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 24 TAHUN 2018


PELAYANAN PERIZINAN BERUSAHA
JUDUL
TERINTEGRASI SECARA ELEKTRONIK
1. dalam rangka percepatan dan peningkatan penanaman modal
LATAR BELAKANG/ dan berusaha, perlu menerapkan pelayanan Perizinan
ALASAN Berusaha terintegrasi secara elektronik
DITERBITKAN 2. perlu menetapkan Peraturan Pemerintah tentang Pelayanan
Perizinan Berusaha Terintegrasi Secara Elektronik
1. Pasal 5 ayat (2) Undang-Undang Dasar Negara Republik
Indonesia Tahun 1945
2. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2007 tentang Penanaman
DASAR HUKUM
Modal
3. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang
Pemerintahan Daerah
Definisi: Pemerintah Pusat, Pemerintahan Daerah, Pemerintah
Daerah, Perizinan Usaha, Perizinan Usaha Teintegrasi secara
elektronik, Pelaku Usaha, Pendaftaran, Izin Usaha, Izin
Komersial, Komitmen, Lembaga Pengelola dan Penyelenggara,
Nomor Induk Berusaha, Nomor Pokok Wajib Pajak, Tanda
Daftar Perusahaan, Angka Pengenal Importir, Nomor Induk
Kependudukan, Rencana Penggunaan Tenaga Kerja Asing, Izin
KETENTUAN UMUM
Lokasi, Izin lokasi perairan, Rencana Detail Tata Ruang, Izin
Lingkungan, Upaya Pengelolaan Lingkungan Hidup, Analisis
mengenai dampak lingkungan, Analisis dampak lingkungan
hidup, rencana pengelolaan lingkungan hidup, rencana
pemantauan lingkungan hidup, izin mendirikan bangunan
gedung, Pelayanan terpadu satu pintu, dokumen elektronik,
tanda tangan elektronik, hari
Presiden Republik Indonesia memegang kekuasaan
pemerintahan sesuai dengan Undang-Undang Dasar Negara
Republik Indonesia Tahun 1945 yang diuraikan dalam berbagai
TUJUAN urusan pemerintahan yang pelaksanaannya dilakukan oleh
kementerian negara dan penyelenggara Pemerintahan Daerah
yang mencakup kewenangan pemberian Perizinan Berusaha,
fasilitas, dan/atau kemudahan untuk pelaksanaan berusaha.
Kriteria, Jemis, Pemohon,, dan Penerbit Perizinan Berusaha,
Pelaksanaan Perizinan Berusaha, Reformasi Perizinan dan
MATERI
Berusaha Sektor, Online Single Submission, Insentif atau
MUATAN/ASPEK
Disinsentif Pelaksanaan Perizinan Berusaha melalui Online
YANG DIATUR
Single Submission, Penyelesaian Permasalahan dan Hambatan
Perizinan Berusaha melalui Online Single Submission, Sanksi
MATERI FARMASI Jenis Perizinan Berusaha, Pemohon Perizinan Berusaha,
Penerbit Perizinan Usaha, Pendaftaran, Penerbitan Izin Usaha
dan Penerbitan Izin Komersial atau Operasional Berdasarkan
Komitmen, Pemenuhan Komitmen Izin Lokasi, Izin Lokasi
Perairan, Izin Lingkungan, dan/atau Izin Mendirikan Bangunan,
Pemenuhan Komitmen Izin Lingkungan
Teguran tertulis dan sanksi dilakukan sesuai dengan ketentuan
SANKSI
peraturan perundang-undangan di bidang aparatur sipil negara.
Perizinan Berusaha yang telah diajukan oleh Pelaku Usaha
ATURAN
sebelum berlakunya Peraturan Pemerintah ini dan belum
PERALIHAN/PENUTU
diterbitkan Perizinan Berusahanya, diproses melalui sistem OSS
P
sesuai dengan ketentuan Peraturan Pemerintah ini.
KATALOG 2
ASPEK PP Nomor 25 Tahun 2000

Judul KEWENANGAN PEMERINTAH DAN


KEWENANGAN PROPINSI SEBAGAI
OTONOM

Latar Belakang untuk melaksanakan ketentuan Pasal 12 UU


No.22/1999 tentang Pemerintahan Daerah, perlu
menetapkan Peraturan Pemerintah tentang
Kewenangan Pemerintah dan Kewenangan Propinsi
sebagai Daerah Otonom dalam Bidang
Pemerintahan

Dasar Hukum Pasal 5 ayat (2) UUD 1945, UU No. 22 Tahun 1999,
UU No. 25 Tahun 1999

Ketentuan Umum Definisi : Pemerintah pusat, propinsi, kewenangan


pemerintah

Tujuan Menetapkan peraturan pemerintah tentang


kewenangan pemerintah dan kewenangan propinsi
sebagai daerah yang otonom

Materi Muatan KEWENANGAN PEMERINTAH DAN


KEWENANGAN PROPINSI SEBAGAI
DAERAH OTONOM, KETENTUAN LAIN-LAIN

Aturan Peralihan/ Penutup 1. Perizinan dan perjanjian kerja sama Pemerintah


dengan pihak ketiga berdasarkan kewenangan
Pemerintah sebelum ditetapkannya Peraturan
Pemerintah ini, dinyatakan tetap berlaku sampai
berakhirnya perizinan dan perjanjian kerja sama.
2. Terhadap kewenangan Pemerintah Daerah
sebagaimana ditetapkan dalam Peraturan
Pemerintah ini yang belum ada ketentuan
mengenai kebijakan, standar, norma, kriteria,
prosedur dan pedoman dari Pemerintah, dalam
pelaksanaannya Pemerintah Daerah menunggu
diterbitkannya ketentuan tersebut selambat-
lambatnya 6bulan.
3. Peraturan Pemerintah ini mulai berlaku pada
tanggal ditetapkan. Agar setiap orang
mengetahuinya, memerintahkan pengundangan
Peraturan Pemerintah ini dengan
penempatannya dalam Lembaran Negara
Republik Indonesia.
KATALOG 3

Aspek PP No. 32 Tahun 1996


Judul TENAGA KESEHATAN
Latar Belakang/Alasan Sebagai pelaksanaan ketentuan Undang-undang Nomor 23 Tahun
Diterbitkan 1992 tentang Kesehatan (diubah menjadi UU No. 36 Tahun 2009).
Dasar Hukum 1. Pasal 5 ayat (2) Undang-undang Dasar 1945
2. UU No. 23 Tahun 1992 (diubah menjadi UU No. 36
Tahun 2009).
Ketentuan Umum Definisi : Tenaga Kesehatan, Sarana kesehatan, Upaya kesehatan,
Menteri
Tujuan Untuk menjamin kesehatan masyarakat yang sesuai dengan hak asasi
manusia dan mewujudkan pembangunan nasional
Materi/Aspek Utama 1. Jenis tenaga kesehatan
yang Diatur 2. Persyaratan
3. Perencanaan, pengadaan dan penempatan
4. Standar profesi dan perlindungan hukum
5. Penghargaan
6. Ikatan profesi
7. Tenaga kesehatan warga negara asing
8. Pembinaan dan pengawasan
9. Ketentuan pidana
10. Ketentuan penutup
Materi Farmasi Definisi : Jenis tenaga kesehatan, persyaratan, perencanaan,
pengadaan dan penempatan, standar profesi dan perlindungan
hukum, penghargaan, ikatan profesi, tenaga kesehatan warga negara
asing.
Sanksi Dipidana denda paling banyak Rp 10.000.000,-
Aturan 1. Semua ketentuan peraturan perundang-undangan yang
Peralihan/Penutup berhubungan dengan tenaga kesehatan yang telah ada
masih tetap berlaku sepanjang tidak bertentangan dan/atau
belum diganti berdasarkan Peraturan Pemerintah ini.
2. Peraturan Pemerintah ini mulai berlaku pada
tanggal diundangkan.
KATALOG 4

Aspek PP 72/1998
Judul Pengamanan Sediaan Farmasi dan Alat Kesehatan
Latar Belakang/Alasan 1. Melindungi masyarakat dari bahaya yang disebabkan oleh
Diterbitkan penggunaan sediaan farmasi dan alat kesehatan yang tidak
tepat serta tidak memenuhi persyaratan mutu, keamanan
dan kemanfaatan
2. Sebagai pelaksanaan dari UU 23/1992 tentang Kesehatan
(UU 36/2009)
Dasar Hukum 1. Pasal 5 UUD 1945
2. UU 5/1984
3. UU 23/1992
Ketentuan Umum Definisi: Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, Produksi,
Peredaran, Pengangkutan, Kemasan, Menteri
Tujuan
Materi Muatan/Aspek Persyaratan Mutu, Keamanan, dan Kemanfaatan, Produksi,
Yang Diatur Peredaran (Izin Edar, Pengujian Sediaan Farmalkes,
Penyaluran, Penyerahan, Pemasukan dan Pengeluaran
Sediaan Farmalkes Ke Dalam dan Dari Wilayah Indonesia,
Kemasan Sediaan Farmasi dan Alat Kesehatan, Penandaan
dan Iklan (Penandaan dan Informasi, Iklan), Pemeliharaan
Mutu, Pengujian dan Penarikan Kembali Sediaan Farmasi
dan Alat Kesehatan Dari Peredaran (Pengujian Kembali,
Penarikan Kembali, Ganti Rugi), Pemusnahan, Peran Serta
Masyarakat, Pembinaan, Pengawasan (Tanggung Jawab,
Tindakan Administratif), Ketentuan Pidana, dan Ketentuan
Lain
Materi Farmasi Definisi: Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, Produksi,
Peredaran, Pengangkutan, dan Kemasan
Sanksi Pidana Denda dan Penjara
Aturan Peralihan/Penutup Pharmaceutissche Stoffen Keurings Verordening (Staatsblad
Tahun 1938 Nomor 172), Verpakkings Verordening
Pharmaceutissche Stoffen Nomor 1 (Staatsblad Tahun 1938
Nomor 173), dan Verpakkings Verordening Kinine
(Staatsblad Tahun 1939 Nomor 210) dinyatakan tidak berlaku
lagi
KATALOG 5

ASPEK Peraturan Pemerintah No.20 Tahun 1962


JUDUL Lafal Sumpah Janji Apoteker
LATAR BELAKANG/ Perlu menetapkan lafal sumpah/janji Apoteker
ALASAN
DITERBITKAN
DASAR HUKUM 1. Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945
Pasal 5 ayat 2
2. Undang-undang No. 9 Tahun 1960 tentang Pokok-pokok
Kesehatan pasal 10 ayat 3
KETENTUAN UMUM Tidak ada
TUJUAN Untuk menetapkan lafal sumpah/janji Apoteker
MATERI MUATAN/ 1. Sebelum seorang Apoteker melakukan jabatannya, maka ia
ASPEK UTAMA YANG harus mengucapkan sumpah menurut cara agama yang
DIATUR dipeluknya, atau mengucapkan janji, Ucapan sumpah dimulai
dengan kata-kata "Demi Allah" bagi mereka yang beragama
Islam, dan sumpah untuk agama lain, pemakaian kata-kata
"Demi Allah" disesuaikan dengan kebiasaan agama masing-
masing.
2. Sumpah/janji itu berbunyi sebagai berikut:
a. Saya akan membaktikan hidup saya guna kepentingan
perikemanusiaan, terutama dalam bidang kesehatan
b. Saya akan merahasiakan segala sesuatu yang saya ketahui
karena pekerjaan saya dan keilmuan saya sebagai apoteker
c. Sekalipun diancam,saya tidak akan mempergunakan
pengetahuan kefarmasian saya untuk sesuatu yang
bertentangan dengan hukum perikemanusiaan
d. Saya akan menjalankan tugas saya dengan sebaik-baiknya
sesuai dengan martabat dan tradisi luhur jabatan
kefarmasian
e. Dalam menunaikan kewajiban saya, saya akan berihtiar
dengan sungguh-sungguh supaya tidak terpengaruh oleh
pertimbangan Keagamaan, Kebangsaan, Kesukuan,
Politik,Kepartaian atau Kedudukan Sosial
b. 6. Saya ikrarkan sumpah/janji ini dengan sungguh-sungguh
dan dengan penuh keinsyafan.
MATERI 1. Apoteker membaktikan diri untuk kepentingan di bidang
KEFARMASIAN kesehatan
2. Rahasia kefarmasian
SANKSI Tidak ada
ATURAN Peraturan Pemerintah ini mulai berlaku pada hari diundangkannya.
PERALIHAN/
PENUTUP
KATALOG 6
Aspek PP 38/2007
Judul Pembagian Urusan Pemerintahan Antara Pemerintah,
Pemerintahan Daerah Provinsi, dan Pemerintahan Daerah
Kabupaten/Kota
Latar Belakang/Alasan Untuk melaksanakan ketentuan Pasal 14 ayat (3) Undang-
Diterbitkan Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah
dan Pasal 30 ayat (9) Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2007
tentang Penanaman Modal, perlu menetapkan Peraturan
Pemerintah tentang Pembagian Urusan Pemerintahan antara
Pemerintah, Pemerintahan Daerah Provinsi, dan
Pemerintahan Daerah Kabupaten/Kota
Dasar Hukum 1. Pasal 5 (2) UUD 1945
2. UU 32/2004
3. UU 25/2007
Ketentuan Umum Definisi: Pemerintah Pusat, Pemerintahan Daerah, Daerah
Otonom, Otonomi Daerah, Urusan Pemerintahan, dan
Kebijakan Nasional
Tujuan
Materi Muatan/Aspek Urusan Pemerintahan, Pembagian Urusan Pemerintahan
Yang Diatur (Urusan Pemerintahan yang Menjadi Kewenangan
Pemerintah, Urusan Pemerintahan yang Menjadi
Kewenangan Pemerintahan Daerah), Pengelolaan Urusan
Pemerintahan Lintas Daerah, Urusan Pemerintahan Sisa,
Penyelenggaraan Urusan Pemerintahan, Pembinaan Urusan
Pemerintahan, Ketentuan Lain-Lain
Materi Farmasi
Sanksi Pidana Denda dan Penjara
Aturan Peralihan/Penutup Peraturan Pemerintah Nomor 25 Tahun 2000 tentang
Kewenangan Pemerintah dan Kewenangan Provinsi sebagai
Daerah Otonom (Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 54 Tahun 2000, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 3952) dan semua peraturan
perundang-undangan yang berkaitan dengan pembagian
urusan pemerintahan dinyatakan tidak berlaku
KATALOG 7

ASPEK PP No. 19 Tahun 2005

JUDUL STANDAR NASIONAL PENDIDIKAN


LATAR Dalam rangka melaksanakan ketentuan Pasal 35 ayat (4),
BELAKANG/ALASAN Pasal 36 ayat (4), Pasal 37 ayat (3), Pasal 42 ayat (3),
DITERBITKAN Pasal 43 ayat (2), Pasal 59 ayat (3), Pasal 60 ayat (4), dan
Pasal 61 ayat (4) Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003
tentang Sistem Pendidikan Nasional, perlu menetapkan
Peraturan Pemerintah tentang Standar Nasional
Pendidikan;
DASAR HUKUM 1. Pasal 5 ayat (2) Undang-Undang Dasar Negara
Republik Indonesia Tahun 1945; 
2. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun
2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional (Lembaran
Negara Tahun 2003 Nomor 78 Tambahan Lembaran
Negara Nomor 4301);
KETENTUAN UMUM Definisi : Standar nasional pendidikan, Pendidikan
formal, Pendidikan nonformal, Standar kompetensi
lulusan, Standar isi, Standar proses, Standar pendidik dan
tenaga kependidikan, Standar sarana dan prasarana,
Standar pengelolaan, Standar pembiayaan, Standar
penilaian pendidikan, Biaya operasi satuan pendidikan,
Kurikulum, Kerangka dasar kurikulum, Kurikulum tingkat
satuan pendidikan, Peserta didik, Penilaian, Evaluasi
pendidikan, Ulangan, Ujian, Akreditasi, Badan Standar
Nasional Pendidikan yang selanjutnya disebut BSNP ,
Departemen, Lembaga Penjaminan Mutu Pendidikan yang
selanjutnya disebut LPMP, Badan Akreditasi Nasional
Sekolah/Madrasah yang selanjutnya disebut BAN-S/M ,
Badan Akreditasi Nasional Pendidikan Non Formal yang
selanjutnya disebut BAN-PNF, Badan Akreditasi Nasional
Perguruan Tinggi yang selanjutnya disebut BAN-PT ,
Menteri
TUJUAN Untuk penjaminan dan pengendalian mutu pendidikan
sesuai dengan Standar Nasional Pendidikan dilakukan
evaluasi, akreditasi, dan sertifikasi.
MATERI MUATAN/ASPEK STANDAR ISI (Umum, Kerangka Dasar dan Struktur
UTAMA YANG DIATUR Kurikulum, Beban Belajar, Kurikulum Tingkat Satuan
Pendidikan, Kalender Pendidikan/Akademik), STANDAR
PROSES, STANDAR KOMPETENSI LULUSAN, STANDAR
PENDIDIK DAN TENAGA KEPENDIDIKAN (Pendidik, Tenaga
Kependidikan), STANDAR SARANA DAN PRASARANA,
STANDAR PENGELOLAAN (Standar Pengelolaan Oleh
Satuan Pendidikan, Standar Pengelolaan Oleh Pemerintah
Daerah, Standar Pengelolaan Oleh Pemerintah) , STANDAR
PEMBIAYAAN, STANDAR PENILAIAN PENDIDIKAN (Umum,
Penilaian Hasil Belajar oleh Pendidik, Penilaian Hasil
Belajar oleh Satuan Pendidikan, Penilaian Hasil Belajar
oleh Pemerintah, Kelulusan), BADAN STANDAR NASIONAL
PENDIDIKAN (BSNP), EVALUASI, AKREDITASI, SERTIFIKASI,
PENJAMINAN MUTU, KETENTUAN PERALIHAN, dan
KETENTUAN PENUTUP.
MATERI FARMASI Pendidikan formal adalah jalur pendidikan yang
terstruktur dan berjenjang yang terdiri atas pendidikan
dasar, pendidikan menengah, dan pendidikan tinggi.
SANKSI - 
ATURAN 1. 1. Satuan pendidikan wajib menyesuaikan diri
PERALIHAN/PENUTUP dengan ketentuan Peraturan Pemerintah ini paling
lambat 7 (tujuh) tahun.
2. 2. Standar kualifikasi pendidik sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 29 berlaku efektif sepenuhnya 15
(lima belas) tahun sejak ditetapkannya Peraturan
Pemerintah ini. 
3. 3. Ujian nasional untuk peserta didik SD/MI/SDLB
mulai dilaksanakan 3 (tiga) tahun sejak ditetapkannya
Peraturan Pemerintah ini.
4. 4. Semua peraturan yang diperlukan untuk
melaksanakan Peraturan Pemerintah ini harus
diselesaikan paling lambat 2 (dua) tahun terhitung sejak
berlakunya Peraturan Pemerintah ini.

Anda mungkin juga menyukai