Anda di halaman 1dari 2

Pada kasus di skenario, seorang pasien pria berusia 35 tahun yang datang ke dokter gigi

memiliki warna tambalan gigi 36 yang berwarna hitam dengan pemakaian sudah 10 tahun.

Amalgam merupakan bahan yang paling sering digunakan karena bahan ini dapat
bertahan lama sebagai bahan tumpatan, mudah memanipulasinya, mudah beradaptasi dengan
cairan mulut dan harganya relatif murah. Amalgam telah menjadi metode restoratif pilihan
selama bertahun-tahun karena biaya rendah, kemudahan aplikasi, kekuatan, ketahanan, dan efek
bakteriostatik. Faktor-faktor yang menyebabkan penurunan penggunaan baru-baru ini adalah
dampak merugikan bagi kesehatan, estetika yang kurang, dan pencemaran lingkungan, Tambalan
amalgam sering menodai gigi tempat mereka ditempatkan. Hal ini paling terlihat pada tambalan
yang sangat tua (lama) karena pigmen perlahan-lahan terlepas dari bahan pengisi amalgam dan
permukaannya yang terkorosi. Selain itu, tambalan logam memberikan bayangan yang dapat
1,2
terlihat melalui gigi dan membuatnya tampak lebih gelap.

Reaksi korosi

Jika stain instrinsik berasal dari sumber luar, bukan dari dalam gigi, stain tersebut
dinamakan stain instrinsik eksogen, contohnya sumber luar yang dapat menyebabkan stain
instrinsik adalah bahan tambal amalgam, obatobatan perawatan pulpa dan obat-obatan.

Amalgam dalam jangka waktu lama dapat melepaskan suatu substansi yang akan
mendeposit warna abu kehitaman pada gigi. Perak amalgam dapat memberi warna abu-abu
kehitaman pada stuktur gigi di sekitar restorasi, ion-ion logam berpindah dari tambalan amalgam
ke dalam email dan dentin. Ion-ion perak, timah, dan merkuri akan berkontak dengan debris pada
batas gigi dan tambalan dan membentuk sulfide, yang dapat menyebabkan korosi (karat). Begitu
pula copper amalgam yang digunakan untuk menambal gigi sulung dapat member warna
kehijau-hijauan.

Di lingkungan mulut, restorasi gigi dihadapkan pada berbagai tantangan mekanis dan
kimia yang mengarah ke korosi amalgam, yang bertanggung jawab untuk perubahan fasa bahan
serta untuk pelepasan produk korosi yang disimpan di celah marginal di sepanjang dinding
rongga. Selanjutnya, produk korosi menembus dentin di bawahnya, menghasilkan pewarnaan
dan akibatnya sering rentan terhadap kegagalan, baik karena karies sekunder dan/atau fraktur.
Pewarnaan dentin tersebut dapat mengganggu estetika, jika meluas ke cusp bukal di zona estetika
dan bahan restorasi sewarna gigi diterapkan. Restorasi amalgam yang rusak sering diganti
dengan komposit resin.3

1. Repository Universitas Muhammadiyah Yogyakarta.


(file:///C:/Users/Personal/Downloads/Documents/6.%20BAB%20II.pdf).

2. Anusavice KJ, Shen J, Rawls HR. Philip’s Science of Dental Material. 12th Eds. Missouri :
Elsevier. 2013.

3. Scholtanus J, Hoorn W, Özcan M, et al. Staining of dentin from amalgam corrosion is induced
by demineralization. American Journal of Dentistry 2013; 26 (4): 187-190

Anda mungkin juga menyukai