Anda di halaman 1dari 3

Pembagian materi PPT

1. Rallyandi
Estetika merupakan istilah yang muncul sekitar tahun 1750 oleh A.G. Baumgarten, seorang
filsuf minor. Istilah tersebut diperoleh dari bahasa Yunani kuno, yaitu aistheton yang artinya
kemampuan melihat melalui penginderaan. Estetika dihubungkan dengan sesuatu yang
berbau seni karena mengandung keindahan yang dapat dipandang. Sejak kemunculannya,
estetika menjadi istilah yang selalu digunakan untuk mengutarakan bahasa filsafat terhadap
karya seni. Namun, nyatanya seni tidak hanya dipandang sebagai sesuatu yang indah
sehingga harus ada bidang yang digunakan untuk menjawab hakekat seni sebanarnya yaitu
filsafat seni.
Seperti yang dikemukakan oleh Jacob Sumardjo, perbedaan pengertian antara estetika
dengan filsafat seni adalah pada objek yang dinilainya. Jika estetika merupakan pengetahuan
yang membahas tentang keindahan segala macam hal mulai dari seni dan juga keindahan
alam, filsafat seni hanya mempersoalkan karya yang dianggap seni itu sendiri saja.
Sementara itu, pengertian istilah estetika terus berkembang dan memiliki uraian berbeda
dari para ahli, salah satunya yaitu K. Kuypers. Menurut K. Kuypers, estetika adalah hal-hal
yang berlandaskan pada sesuatu yang berkaitan dengan pengamatan.
2. Dzulfikar
Etika berasal dari bahasa Yunani yaitu “Ethos” yang memiliki arti kebiasaan. Istilah Moral dan
Etika sering diperlakukan sebagai dua istilah yang sinonim.
Hal-hal yang perlu diperhatikan adanya suatu nuansa dalam konsep dan pengertian moral
dan etika. Moral/Moralitas biasanya dikaitkan dengan system nilai tentang bagaimana kita
harus hidup secara baik sebagai manusia. Sistem nilai ini terkandung dalam ajaran berbentuk
petuah-petuah, nasihat, wejangan, peraturan, perintah dan semacamnya yang diwariskan
secara turun-temurun melalui agama atau kebudayaan tertentu tentang bagaimana manusia
harus hidup secara baik agar ia benar-benar menjadi manusia yang baik. Berbeda dengan
moralitas, etika perlu dipahami sebagai sebuah cabang filsafat yang berbicara mengenai nilai
dan norma moral yang menentukan perilaku manusia dalam hidupnya. Nilai adalah sesuatu
yang berguna bagi seseorang atau kelompok orang dan karena itu orang atau kelompok itu
selalu berusaha untuk mencapainya karena pencapaiannya sangat memberi makna kepada
diri serta seluruh hidupnya. Norma adalah aturan atau kaidah dan perilaku dan tindakan
manusia.
Sebagai cabang filsafat, Etika sangat menekankan pendekatan yang kritis dalam melihat dan
menggumuli nilai dan norma moral tersebut serta permasalahan-permasalahan yang timbul
dalam kaitan dengan nilai dan norma-norma itu. Etika adalah sebuah refleksi kritis dan
rasional mengenai nilai dan norma moral yang menentukan dan terwujudnya dalam sikap
dan pola perilaku hidup manusia, baik secara pribadi maupun sebagai kelompok
Dengan demikian, sebagaimana dikatakan oleh Magnis Suseno, Etika adalah sebuah ilmun
dan bukan sebuah ajaran.Yang memberi kita norma tentang bagaimana kita harus hidup
adalah moralitas. Sedangkan etika justru melakukan refleksi kritis atau norma atau ajaran
moral tertentu. Atau kita bisa juga mengatakan bahwa moralitas adalah petunjuk konkret
yang siap pakai tentang bagaimana kita harus hidup. Sedangkan etika adalah perwujudan
dan pengejawantahan secara kritis dan rasional ajaran moral yang siap pakai itu.Keduanya
mempunyai fungsi yang sama, yaitu memberi kita orientasi bagaimana dan kemana kita
harus melangkah dalam hidup ini.
3. Farhan
Kaitan Etika dalam Pendidikan Jasmani
Pendidikan jasmani dan olahraga adalah laboratorium bagi pengalaman manusia, oleh sebab
itu guru pendidikan jasmani harus mencoba mengajarkan etika dan moral dalam proses
belajar mengajar, yang mengarah pada kesempatan untuk membentuk karakter anak.
Karakter anak didik yang dimaksud tentunya tidak lepas dari karakter bangsa Indonesia serta
kepribadian utuh anak, selain harus dilakukan oleh setiap orangtua dalam keluarga, juga
dapat diupayakan melainkan pendidikan nilai di sekolah. Menurut Johansyah Lubis (2007)
pendidikan nilai di sekolah yang bisa diangkat yaitu:
a. Seluruh suasana dan iklim di sekolah sendiri sebagai lingkungan sosial terdekat yang setiap
hari dihadapi, selain di keluarga dan masyarakat luas.
b. Tindakan nyata dan penghayatan hidup dari para pendidik atau sikap keteladanan mereka
dalam menghayati nilai-nilai yang mereka ajarkan akan dapat secara instingtif mengimbas
dan efektif berpengaruh pada peserta didik.
c. Semua pendidik di sekolah, terutama para guru pendidikan jasmani perlu jeli melihat
peluang-peluang yang ada, baik secara kurikuler maupun non/ekstra kurikuler, untuk
menyadarkan pentingnya sikap dan perilaku positif dalam hidup bersama dengan orang lain,
baik dalam keluarga, sekolah, maupun dalam masyarakat.
d. Secara kurikuler pendidikan nilai yang membentuk sikap dan perilaku positif juga bisa
diberikan sebagai mata pelajaran tersendiri,
e. Melalui pembinaan rohani siswa, melalui kegiatan pramuka, olahraga, organisasi,
pelayanan sosial, karya wisata, lomba, kelompok studi, dan teater.
Dalam kegiatan-kegiatan tersebut para pembina melihat peluang dan kemampuannya
menjalin komunikasi antar pribadi yang cukup mendalam dengan peserta didik, pendidik
jasmani dalam proses pendidikan sebaiknya mengembangkan karakter. Karakter menurut
David Shield dan Brenda Bredemeir adalah empat kebajikan dimana seseorang mempunyai
karakter bagus yang menampilkan : compassion (rasa belas kasih), fairness (keadilan),
sportsmanship (ketangkasan) dan integritas. Dengan adanya rasa belas kasih, murid dapat
diberi semangat untuk melihat lawan sebagai kawan dalam permainan, sama-sama bernilai,
sama-sama patut menerima penghargaan. Keadilan melibatkan tidak keberpihakan, sama-
sama tanggung jawab. Ketangkasan dalam olahraga melibatkan berusaha secara intens
menuju sukses. Integritas memungkinkan seseorang untuk membuat kesalahan pada yang
lain, sebagai contoh meskipun tindakannya negatif penerimannya oleh wasit, teman satu tim
ataupun fans.
Kaitan Estetika dalam Pendidikan Jasmani
Estetika yaitu pengkajian tentang keindahan. Estetika, adalah pengakajian dan penentuan
kriteria tentang keindahan alam dan dunia seni, termasuk tari, drama, patung, lukisan,
musik, dan sastra. Didalam Pendidikan Jasmani terdapat estetika yang dimuat pada sikap
dan posisi tubuh, gerak dasar, pembentukkan gerakan togog, lengan, bahu, dan kaki,
kombinasi gerakan dasar, dan olah fisik lainnya.
Pendidikan jasmani dapat membentuk kepribadian seseorang sesuai dengan : Rumusan
pengertian pendidikan jasmani yang berlaku antara tahun 1950-1966, berbunyi sebagai
berikut:”Pendidikan jasmani adalah pendidikan yang mengaktualisasikan potensi-potensi
aktivitas manusia berupa sikap, tindak dan karya yang diberi bentuk, isi dan arah untuk
kebulatan kepribadian manusia dengan cita-cita kemanusiaan”.Selain itu Menteri Negara
Pemuda dan Olahraga, mengemukakan bahwa Pendidikan jasmani adalah suatu proses
pendidikan seseorang sebagai perorangan maupun sebagai anggota masyarakat yang
dilakukan secara sadar dan sistematik melalui berbagai kegiatan jasmani dalam rangka
memperoleh peningkatan kemampuan keterampilan jasmani, pertumbuhan kecerdasan dan
pembentukan watak”. Pendapat lain diungkapkan Barrow (2001; dalam Freeman, 2001)
adalah bahwa pendidikan jasmani dapat didefinisikan sebagai pendidikan tentang dan
melalui gerak insani, ketika tujuan kependidikan dicapai melalui media aktivitas otot-otot,
termasuk: olahraga (sport), permainan, senam, dan latihan jasmani (exercise). Hasil yang
ingin dicapai adalah individu yang terdidik secara fisik. Nilai ini menjadi salah satu bagian
nilai individu yang terdidik, dan bermakna ketika hanya berhubungan dengan sisi kehidupan
individu. Dalam upaya menetukan hubungan yang erat antara seni dan alam, estetika
menunjuk pada penilaian seseorang terhadap suatu objek melalui penginderaan. Estetika
dalam pendidikan jasmani ini dapat dikaitkan ketika melihat pesenam yang sedang
melakukan rangkaian gerakan senam lantai, atau pesepak-bola sedang mengiring bola,
gerakan yang serempak, dan gerakan yang mengandung unsur keindahan lainnya. Bahwa
estetika disini bukan hanya keindahan dalam gerakan yang melibatkan olah fisik, namun juga
estetika yang dihasilkan oleh gerakan tersebut. Misalkan badan seseorang yang melakukan
olah fisik tersebut dapat menciptakan bentuk badan yang indah.
4. Ardi
Kesimpulan
Pendidikan jasmani merupakan proses pendidikan yang memberikan perhatian pada
aktivitas pengembangan jasmani manusia. Walaupun pengembangan utamanya adalah
jasmani, namun tetap berorientasi pendidikan, pengembangan jasmani bukan merupakan
tujuan, akan tetapi sebagai alat untuk mencapai tujuan pendidikan.
Tujuan pendidikan jasmani yaitu memberikan kesempatan kepada siswa untuk mempelajari
berbagai kegiatan yang membina sekaligus mengembangkan potensi anak, baik dalam aspek
fisik, mental, sosial dan emosional.
Pendidikan jasmani dan olahraga adalah laboratorium bagi pengalaman manusia, oleh sebab
itu guru pendidikan jasmani harus mencoba mengajarkan etika dan moral dalam proses
belajar mengajar, yang mengarah pada kesempatan untuk membentuk karakter anak.
Didalam Pendidikan Jasmani terdapat estetika yang dimuat pada sikap dan posisi tubuh,
gerak dasar, pembentukkan gerakan togog, lengan, bahu, dan kaki, kombinasi gerakan dasar,
dan olah fisik lainnya
5. Leaderius
Saran
Diharapkan agar kita menyukai kegiatan Pendidikan Jasmani dan melakukan latihan sesuai
teori yang ada. Karena dengan mengikuti Pendidikan Jasmani banyak manfaat yang kita
dapat, seperti kesehatan lebih terjaga dan dapat membentuk sikap serta karakter yang baik.

Anda mungkin juga menyukai