Tips Mengenali Daging Sehat
Tips Mengenali Daging Sehat
Pendahuluan
Semakin marak kasus beredarnya daging berformalin, daging gelonggongan, ayam tiren di pasar local
akhir-akhir ini maka perlu adanya petunjuk praktis cara mengenali daging yang sehat untuk
dikonsumsi dan memenuhi standart daging ASUH ( Aman, Sehat, Utuh dan Halal ).
Kualitas daging dipengaruhi oleh beberapa factor, baik pada waktu hewan masih hidup maupun
setelah dipotong.Faktor penentu kualitas daging pada waktu hewan hidup adalah cara pemeliharaan,
yang meliputi : pemberian pakan, tata laksana pemeliharaan, dan perawatan kesehatan.Kualitas
daging juga dipengaruhi oleh pengeluaran darah pada waktu hewan dipotong dan kontaminasi
sesudah hewan dipotong.
Kriteria yang dipakai sebagai pedoman untuk menentukan kualitas daging yang layak konsumsi
adalah :
Keempukan daging ditentukan oleh kandungan jaringan ikat. Semakin tua usia hewan susunan
jaringan ikat semakin banyak sehingga daging yang dihasilkan semakin liat. Jika ditekan dengan
jari daging yang sehat akan memiliki konsistensi kenyal.
Kandungan lemak ( marbling ) adalah lemak yang terdapat diantara serabut otot (
intramuscular ). Lemak berfungsi sebagai pembungkus otot dan mempertahankan keutuhan
daging pada wkatu dipanaskan. Marbling berpengaruh terhadap cita rasa.
Warna daging bervariasi tergantung dari jenis hewan secara genetic dan usia, misalkan daging
sapi potong lebih gelap daripada daging sapi perah, daging sapi muda lebih pucat daripada
daging sapi dewasa.
Rasa dan Aroma dipengaruhi oleh jenis pakan. Daging berkualitas baik mempunyai rasa gurih
dan aroma yang sedap.
Kelembaban : Secara normal daging mempunyai permukaan yang relative kering sehingga
dapat menahan pertumbuhan mikroorganisme dari luar. Dengan demikian mempengaruhi
daya simpan daging tersebut.
Bau dan rasa tidak normal akan segera tercium sesudah hewan dipotong. Hal tersebut dapat
disebabkan oleh adanya kelainan sebagai berikut :
Hewan sakit terutama yang menderita radang bersifat akut pada organ dalam yang akan
menghasilkan daging berbau seperti mentega tengik.
Hewan dalam pengobatan terutama dengan pengobatan antibiotic akan menghasilkan daging
yang berbau obat – obatan.
Warna daging tidak normal tidak selalu membahayakan kesehatan, namun akan mengurangi
selera konsumen.
Konsistensi daging tidak normal yang ditandai kekenyalan daging rendah ( jika ditekan dengan
jari akan terasa lunak ) dapat mengindikasikan daging tidak sehat, apaila disertai dengan
perubahan warna yang tidak normal maka daging tersebut tidak layak dikonsumsi.
Daging busuk dapat mengganggu kesehatan konsumen karena menyebabkan gangguan
saluran pencernaan. Pembusukan dapat terjadi karena penanganan yang kurang baik pada
waktu pendinginan, sehingga aktivitas bakteri pembusuk meningkat, atau karena terlalu lama
dibiarkan ditempat terbuka dalam waktu relative lama pada suhu kamar, sehingga terjadi
proses pemecahan protein oleh enzim – enzim dalam daging yang menghasilkan amoniak dan
asam sulfide.
MENGENAL CIRI-CIRI DAGING DARI BERBAGAI HEWAN :
Daging Sapi
Warna pada umumnya agak pucat, kelabu putih sampai merah pucat dan menjadi tua.
Terdiri dari serabut – serabut halus.
Konsistensi agak lembek.
Bau dan rasa berbeda dengan daging sapi dewasa.
Daging Kambing
Daging Domba
Daging Kuda
Warna daging merah kehitaman hingga kecoklatan, karena pengaruh udara berubah menjadi
biru.
Serabut otot besar dan panjang, konsistensi padat, diantara serabut tidak ditemukan lemak.
Bau dan rasa sedikit manis.
Lemak berwarna kuning emas dengan konsistensi lembek.
Daging Babi
Daging Ayam
Warna kulit kasark terdapat bercak – bercak darah pada bagian kepala, ekor, punggung, sayap,
dan dada.
Bau agak anyir.
Konsistensi otot dada dan paha lembek.
Serabut otot berwarna kemerahan.
Pembuluh darah di daerah leher dan sayap penuh darah.
Warna hati merah kehitaman.
Bagian dalam karkas berwarna kemerahan.
Ayam setelah di cabuti bulunya jika dimasukkan plastic akan keluar cairan memerah dalam
plastic.
Warna daging kebiruan dalam proses pembusukan.
Daging ayam setelah digoreng bila diumpankan ke kucing tidak mau dimakan.