Anda di halaman 1dari 14

PENGARUH PENDAPATAN, KESADARAN

WAJIB PAJAK DAN AKUNTANBILITAS


PELAYANAN PUBLIC TERHADAP
KEPATUHAN WAJIB PAJAK
Mata Kuliah Metode Penelitian

Fakultas Ekonomi dan Bisnis

Universitas Muhammadiyah Surakarta

Disusun oleh :

FUTI KOTHUL NOFITASARI

B200180184

PROGRAM STUDI AKUNTANSI

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS MUHAMMDIYAH SURAKARTA

2020
Bab I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pajak merupakan sumber utama bagi penerimaan negara khususnya pad anggaran
pendapatan dan belanja negara (APBN). Pajak merupakan sumber pendanaan dalam
melaksanakan tanggung jawab negara untuk mengatasi masalah sosial, meningkatkan
kesejahteraan dan kemakmuran serta menjadi kontrak sosial antara warga negara dengan
pemerintah (Rusyadi, 2009). Pajak daerah dan retribusi daerah merupakan sumber
pendapatan daerah yang penting guna membiayai penyelenggaraan pemerintah daerah dan
pembangunan daerah untuk mendapatkan otonomi daerah yang nyata, dinamis, serasi, dan
bertanggung jawab.

Semakin pesatnya perkembangan zaman membuat seluruh lapisan masyarakat


menjadi semakin terpacu untuk dapat memenuhi segala kebutuhannya. Salah satunya yaitu
kebutuhan akan alat transportasi. Alat transportasi, seperti kendaraan bermotor tidak lagi
menjadi barang mewah bagi masyarakat, melainkan telah menjadi salah satu kebutuhan
pokok mereka dalam melakukan kegiatan sehari-hari. Oleh sebab itu, tingkat daya beli
masyarakat terhadap kendaraan bermotor untuk memenuhi kebutuhan alat transportasi
mereka pun menjadi semakin meningkat. Perkembangan jumlah kendaraan bermotor yang
semakin meningkat ini, menyebabkan jumlah Wajib Pajak Kendaraan Bermotor pun semakin
meningkat setiap tahunnya.

Pada perkembangan kendaraan bermotor yang setiap tahunnya selalu bertambah,


tentunya dapat dimanfaatkan oleh kantor samsat untuk melakukan pemungutan pajak kepada
pemilik kendaraan bermotor tersebut demi meningkatkan kepatuhan wajib pajak kendaraan
bermotor dan meningkatkan sumber pendapatan asli daerah.

Selain masyarakat yang sudah menjadikan sepeda motor sebagai kebutuhan pokok
disisi lain adanya faktor ekonomi merupakan hal yang sangat fundamental dalam hal
melaksanakan kewajiban. Masyarakat yang miskin akan menemukan kesulitan untuk
membayar pajak, bagi sebagian besar masyarakat, pajak masih dianggap sebagai sebuah
beban dan biaya yang harus ditanggung dalam kegiatan ekonominya. Oleh karena itu,
masyarakat akan lebih cenderung untuk memenuhi kebutuhan pokoknya terlebih dahulu.
Peran serta masyarakat sangat dibutuhkan dalam membayar pajak karena merupakan bentuk
kontak sosial dengan pemerintah. Pembangunan negara yang dibiayai oleh pajak merupakan
hasil pungutan dari masyarakat kepada negara berdasarkan undang-undang yang bersifat
dipaksakan dan terutang (Siahaan, 2004). Dengan pajak pemerintah dapat mendanai dalam
melaksanakan tanggung jawab negara untuk mengatasi masalah sosial, meningkatkan
kesejahteraan dan kemakmuran masyarakat.

Menurut Waluyajati dalam Christina dan Kepramareni (2012), penyelenggaraan


otonomi daerah, salah satu bentuk peran serta masyarakat melalui pajak daerah dan retribusi
daerah. Otonomi daerah merupakan penyelenggaraan pembangunan dan jalannya roda
pemerintahan dilaksanakan oleh pemerintah daerah itu sendiri, dengan persetujuan
pemerintah pusat.

Kepatuhan pajak adalah suatu sikap terhadap fungsi pajak, berupa konstelasi dari
komponen kognitif, efektif, dan konatif yang berinteraksi dalam memahami, merasakan dan
berperilaku terhadap makna dan fungsi pajak (Yadnyana dan Sudiksa, 2011). Kepatuhan
pajak merupakan salah satu penunjang yang bisa mampu meningkatkan Pendapatan Asli
Daerah. Kesadaran wajib pajak masih sangat rendah, dapat dilihat dari jumlah tunggakan dan
denda PKB di Kantor Samsat Singaraja. Jumlah penerimaan Pajak Kendaraan Bermotor dan
perkembangan jumlah kendaraan bermotor mengalami peningkatan namun tidak diimbangi
dengan kesadaran dan kepatuhan wajib pajak terhadap pemenuhan kewajibannya dalam
membayar pajak, yang tercermin dari jumlah tunggakan dan denda yang cukup besar pada
Kantor Samsat Singaraja. Pemahaman mengenai arti dan manfaat pajak dapat meningkatkan
kesadaran dari wajib pajak. Tanpa adanya pengetahuan tentang pajak dan manfaatnya tidak
mungkin orang secara ikhlas membayar pajak. Kekhawatiran masyarakat dalam membayar
pajak disebabkan maraknya kasus yang sering terjadi khususnya bidang perpajakan. Kondisi
tersebut dapat mempengaruhi kepatuhannya, karena para wajib pajak tidak ingin pajak yang
telah dibayarkan disalahgunakan oleh aparat pajak itu sendiri (Puspa Arum, 2012).

Sanksi pajak memiliki peran penting guna memberikan pelajaran bagi pelanggar
pajak agar tidak meremehkan peraturan perpajakan. Petugas kepolisian tidak tegas untuk
menindak langsung para wajib pajak yang tidak membayar pajak tahunan kendaraan
bermotornya di Kantor Samsat Singaraja. Banyak wajib pajak yang membayar lima (5) tahun
sekaligus atau tidak sama sekali. Karena tidak dibarengi dengan sanksi perpajakan
menyebabkan masyarakat menganggap remeh kewajibannya. Oleh sebab itu sanksi
perpajakan sangat relevan jika digunakan sebagai variabel bebas dalam penelitian ini.
Memberikan pelayanan yang baik dapat meningkatkan kepatuhan dari wajib pajak (Rajif,
2012). Akuntabilitas Pelayanan Publik merupakan paradigma baru dalam menjawab
perbedaan persepsi pelayanan yang diinginkan oleh masyarakat dengan pelayanan yang
diberikan oleh pemerintah daerah (Sasongko, 2008). Apabila petugas Samsat Singaraja bisa
memberikan pelayanan publik secara transparan dan terbuka, hal tersebut dapat
mempengaruhi sumber potensi penerimaannya

akuntabilitas Pelayanan Publik adalah kemampuan SAMSAT Singaraja dalam


melayani wajib pajak untuk memenuhi segala kebutuhannya secara transparan dan terbuka.
Sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan penyelenggaraaan pelayanan publik
harus dapat dipertanggung jawabkan, baik kepada publik maupun kepada atasan/pimpinan
unit pelayanan instansi pemerintah.

Dengan adanya permasalahan diatas maka peneliti akan melakukan penelitian dengan
mengambil judul “PENGARUH PENDAPATAN, KESADARAN WAJIB PAJAK DAN
AKUNTANBILITAS PELAYANAN PUBLIC TERHADAP KEPATUHAN WAJIB
PAJAK”

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan diatas, maka rumusan masalah
dalam penelitian ini adalah:

1. Apakah tingkat Pendapatan wajib pajak berpengaruh terhadap kepatuhan wajib


pajak?
2. Apakah tingkat pemahaman wajib pajak berpengaruh terhadap kepatuhan wajib
pajak?
3. Apakah tingkat pelayanan public berpengaruh terhadap terhadap kepatuhan wajib
pajak?

C. Tujuan Penelitian
1. Untuk mengetahui dan menganalisis pengaruh tingkat pendapatan wajib pajak
terhadap kepatuhan wajib pajak.
2. Untuk mengetahui dan menganalisis pengaruh tingkat kesadaran wajib pajak
terhadap kepatuhan wajib pajak.
3. Untuk mengetahui dan menganalisis pengaruh akuntanbilitas pelayanan public
terhadap kepatuhan wajib pajak.
Bab II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Landasan Teori

1. Metode Penelitian

Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kualitatif


yang berbentuk asosiatif, artinya penelitian ini dilakukan untuk mengetahui pengaruh
variabel kesadaran wajib pajak, sosialisasi perpajakan dan kualitas pelayanan
terhadap kepatuhan wajib pajak dalam membayar PKB dan BBNKB pada kantor
bersama SAMSAT. Dengan menggunakan pendekatan asosiatif dapat dibangun suatu
pernyataan yang menjelaskan suatu fenomena yang ada. Metode penentuan sampel
yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode accsidental sampling, yaitu teknik
penentuan sampel berdasarkan kebetulan, yaitu siapa saja yang secara kebetulan
bertemu dengan peneliti dapat digunakan sebagai sampel, bila orang yang kebetulan
ditemui dipandang cocok sebagai sumber data. Adapun yang menjadi kriteria
responden dalam penelitian ini adalah seluruh wajib pajak PKB dan BBNKB yang
terdaftar di Kantor Bersama SAMSAT. Jumlah sampel yang digunakan adalah
sebanyak 100 orang. Metode pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan
kuisioner sehingga diperlukan untuk melakukan uji validitas dan uji reliabilitas, agar
seluruh variabel yang digunakan memenuhi syarat untuk dilanjutkan ke analisis
regresi linear berganda sehingga dilakukan uji asumsi klasik yang meliputi uji
normalitas, uji multikolinearitas, dan uji heteroskedasitas.

2. Pengertian Pajak
Pajak adalah kontribusi wajib kepada negara yang terutang oleh orang pribadi
atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan Undang-Undang, dengan tidak
mendapatkan imbalan secara langsung dan digunakan untuk keperluan negara bagi
sebesarbesarnya kemakmuran rakyat. Pembayaran pajak merupakan perwujudan dari
kewajiban kenegaraan dan peran serta Wajib Pajak untuk secara langsung dan
bersama-sama melaksanakan kewajiban perpajakan untuk pembiayaan negara dan
pembangunan nasional. Sesuai falsafah undang-undang perpajakan, membayar pajak
bukan hanya merupakan kewajiban, tetapi merupakan hak dari setiap warga Negara
untuk ikut berpartisipasi dalam bentuk peran serta terhadap pembiayaan negara dan
pembangunan nasional.
Tanggung jawab atas kewajiban pembayaran pajak, sebagai pencerminan kewajiban
kenegaran di bidang perpajakan berada pada anggota masyarakat sendiri untuk
memenuhi kewajiban tersebut. Hal tersebut sesuai dengan sistem self
assessment yang dianut dalam Sistem Perpajakan Indonesia. Pemerintah dalam hal ini
Direktorat Jenderal Pajak, sesuai dengan fungsinya berkewajiban melakukan
pembinaan/penyuluhan, pelayanan, dan pengawasan. Dalam melaksanakan fungsinya
tersebut, Direktorat Jenderal Pajak berusaha sebaik mungkin memberikan pelayanan
kepada masyarakat sesuai visi dan misi Direktorat Jenderal Pajak.

3. Pendapatan

a) Pengertian Pendapatan
Pendapatan adalah jumlah uang yang didapat dalam jangka waktu tertentu
yang telah dikurangi dengan biaya-biaya lainnya, atau bisa juga disebut
dengan pendapatan bersih. Dalam sebuah perusahaan, penghasilan adalah
penentu utama harga saham suatu perusahaan, karena penghasilan serta
faktor-faktor yang berkaitan dapat menunjukkan apakah bisnis akan
menguntungkan dan berhasil dalam jangka panjang.
Penghasilan merupakan angka yang penting dan banyak dipelajari
dalam laporan keuangan perusahaan. Penghasilan menunjukkan profitabilitas,
jika dibandingkan dengan perkiraan analis, sejarah kinerja perusahaan, dan
relatif terhadap kompetitor dan rekan-rekan industri.

b) Jenis-jenis Pendapatan
Dalam perbankan, jenis pendapatan dibagi dua, yaitu pendapatan operasional
dan pendapatan non operasional.
 Pendapatan Operasional, pendapatan operasional merupakan hasil
yang didapat langsung dari kegiatan operasional suatu perusahaan.
Pendapatan operasional kembali dibagi 2 (dua) golongan, yakni
pendapatan bersih dan pendapatan kotor.
 Pendapatan Kotor, pendapatan dari nilai asli dan faktur penjualan
sebelum dikurangi faktor return barang dan potongan penjualan.
 Pendapatan Bersih, pendapatan dari hasil penjualan barang atau jasa
setelah  dikurangi faktor return barang dan potongan penjualan.
 Pendapatan Nonoperasional, pendapatan nonoperasional adalah
pendapatan yang otomatis diterima tanpa adanya kegiatan. penjualan.
Pendapatan nonoperasional juga dibagi menjadi 2 (dua) golongan,
yakni hasil sewa dan bunga.
 Hasil Sewa, merupakan hasil yang didapat setelah menyewakan suatu
objek, misalnya menyewakan rumah atau mobil.
 Bunga, merupakan hasil yang didapat setelah meminjamkan uang
kepada pihak lain.
c) Sumber-Sumber Pendapatan
Sumber pendapatan perusahaan dibagi menjadi 3 (tiga). Menurut Suparmoko
dalam Artaman, 2015, ada 3 (tiga) golongan pendapatan.
 Dari Gaji atau Upah, pendapatan seseorang yang didapat setelah
bekerja dalam jangka waktu tertentu, biasanya 1 (satu) bulan. Tapi ada
juga gaji yang dibayarkan per hari dan per minggu.
 Dari Usaha Sendiri, pendapatan dari total penjualan barang atau jasa
setelah dikurangi total biaya produksi. Misalnya, pendapatan dari hasil
jualan toko kelontong.
 Dari Pendapatan Lain, bisanya pendapatan lain didapat di luar dari
gaji dan usaha sendiri. Pendapatan lain didapat tanpa adanya kegiatan
usaha, misalnya hasil menyewakan rumah, mobil, aset berharga
lainnya, atau dari investasi.

4. Kesadaran Wajib Pajak

Kesadaran merupakan suatu keadaan mengerti atau mengetahui.Dalam hal ini


kesadaran wajib pajak adalah suatu keadaan dimana wajib pajak mengerti atau
mengetahui hak dan kewajiban perpajakannya.Kesadaran wajib pajak atas besarnya
peranan yang diemban sektor perpajakan sebagai sumber pembiayaannegara sangat
diperlukan guna meningkatkan kepatuhan wajib pajak (Nugroho, 2006). Penelitian
terdahulu yang dilakukan oleh Manik menemukan bahwa kesadaran wajib pajak
berpengaruh positif terhadap kepatuhan pelaporan pajak (Manik, 2009).
Meningkatkan jumlah penerimaan pajak memang bukanlah perkara yang mudah bagi
pemerintah sebagai pihak yang berwenang memungut pajak berdasarkan legitimasi
hukum.Tetapi, pemerintah dalam hal ini tidak mempunyai legitimasi secara
psikologis untuk memaksa wajib pajak membayarkan kewajiban. pajaknya, sehingga
dibutuhkan suatu pendekatan lain untuk meningkatkan kepatuhan pajak. Banyaknya
kasus suap yang terungkap di lingkungan perpajakan, mengurangi tingkat
kepercayaan masyarakat (wajib pajak khususnya) terhadap fiskus pajak. Hal ini
menyebabkan menurunnya kesadaran wajib pajak dan memotivasi mereka untuk
melakukan perlawanan pajak seperti tax avoidance maupun tax evasion.Wajib pajak
dikatakan mempunyai kesadaran apabila: 1. Mengetahui adanya undang-undang dan
ketentuan perpajakan mengetahui fungsi pajak untuk pembiayaan negara 2.
Memahami bahwa kewajiban perpajakan harus dilaksanakan sesuai dengan ketentuan
yang berlaku 3. Menghitung, membayar, melaporkan pajak dengan sukarela 4.
Menghitung, membayar, melaporkan pajak dengan benar. (Manik, 2009) Rendahnya
kesadaran para wajib pajak dapat dilihat dari masih belum tercapainya penerimaan
pajak negara sesuai target yang telah ditentukan dari tahun ke tahun.Realita ini
menjadi bertolak belakang dari penelitian Priyantini (2008) yang menyatakan bahwa
faktor penting dalam melaksanakan sistem perpajakan baru (self assestment system)
adalah kesadaran dan kepatuhan yang tinggi dari wajib pajak.Masalah pengumpulan
pajak dari masyarakat seringkali terkendala karena kesadaran wajib pajak yang
kurang (Lerche, 1980) dalam (Jatmiko, 2006).

5. Akuntanbilitas pelayanan pajak

Akuntabilitas Pelayanan Publik adalah kemampuan SAMSAT dalam melayani


wajib pajak untuk memenuhi segala kebutuhannya secara transparan dan terbuka.
Sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan penyelenggaraaan pelayanan
publik harus dapat dipertanggung jawabkan, baik kepada publik maupun kepada
atasan/pimpinan unit pelayanan instansi pemerintah

6. Kepatuhan wajib pajak

Untuk mencapai target pajak, perlu ditumbuhkan kesadaran dan kepatuhan


masyarakat (Wajib Pajak) untuk memenuhi kewajiban pajak sesuai dengan ketentuan
yang berlaku. Kepatuhan pajak adalah suatu keadaan dimana wajib pajak memenuhi
semua kewajiban perpajakan dan melaksanakan hak perpajakannya (Rahayu, 2010).
Namun, dalam pencapaian target tersebut mengalami beberapa permasalahan.
Permasalahan tersebut dapat dilihat dari kurangnya kesadaran wajib pajak untuk
melakukan kewajiban perpajakannya. Tingkat kepatuhan wajib pajak merupakan hal
yang sangat penting, karena ketidakpatuhan akan menimbulkan upaya penghindaran
pajak. Selain itu, Diana (2014) juga menyatakan bahwa tanpa adanya data tentang
tingkat kepatuhan memenuhi perpajakan, instansi pajak tidak mempunyai dasar yang
kokoh untuk suatu perencanaan yang efektif. Tingkat kepatuhan wajib pajak
dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti efektivitas sistem perpajakan, akuntabilitas
pelayanan pajak, dan penyuluhan perpajakan. Menurut berita yang dilansir dari
liputan6.com pada 14 Februari 2018, jika sistem perpajakan sudah efektif, maka dapat
meningkatkan kepatuhan wajib pajak. Kepatuhan wajib pajak sangat perlu
diperhatikan karena seiring dengan meningkatnya jumlah wajib pajak, maka
kepatuhan wajib pajak tersebut juga harus ditingkatkan agar fungsi pajak dapat
diwujudkan. Hendarsyah (2006) pemerintah telah melakukan upaya untuk menambah
pengetahuan bagi para wajib pajak, salah satunya adalah melalui efektivitas sistem
perpajakan. Efektivitas sistem perpajakan merupakan pengukuran yang menyatakan
seberapa jauh target (kualitas, kuantitas, dan waktu) telah tercapai. Dengan
meningkatkan suatu kesadaran masyarakat terhadap kemauan membayar pajak, maka
diperlukan beberapa perbaikan atau penyempurnaan dalam sistem administrasi secara
modern agar tercapainya suatu efektivitas sistem perpajakan yang dilakukan oleh
wajib pajak orang pribadi. Sistem perpajakan yang sekarang sudah digunakan seperti
e-SPT, e-filling, e-NPWP, e-registration, e-banking dan dropbox, dapat memberikan
kemudahan kepada wajib pajak dalam membayar atau melaporkan kewajiban
perpajakan dan dapat memberikan pencitraan atau persepsi yang baik kepada hal
yang terkait dengan pajak terutama pada sistem perpajakan. Berdasarkan penelitian
yang dilakukan oleh Hidayati (2014) efektivitas sistem perpajakan berpengaruh
terhadap kepatuhan wajib pajak.

B. Hipotesis
H1 = pendapatan berpengaruh terhadap kepatuhan wajib pajak
H2 = tingkat kesadaran berpengaruh terhadap kepatuhan wajib pajak
H3 = tingkat akuntanbilitas pelayanan public berpengaruh terhadap kepatuhan wajib
pajak

C. Kerangka konseptual

Pendapatan (X1)

Tingkat Kesadaran Kepatuhan Wajib

(X2) Pajak (Y)


Tingkat
Akuntansbilitas
pelayanan Publik

Bab III
METODE PENELITIAN

A. Variable penelitian
Variable dependen (Y)dalam penelitian ini adalah Kepatuhan Wajib Pajak,
sedangkan variable independen (X) dalam penelitian ini adalah Pendapatan, Tingkat
Kesadaran Wajib pajak, dan tingkat Akuntanbilitas Pelayanan Publik

B. Jenis Penelitian
Jenis penelitian adalah penelitian kuantitatif dengan melakukan uji hipotesis.
Data yang digunakan adalah data kuantitatif dengan menekankan pada pengujian
teori-teori melalui pengukuran variabel-variabel penelitian. Tujuan penelitian ini
adalah mengetahui dan menganalisis pengaruh tingkat pendapatan, tingkat kesadaran
wajib pajak, tingkat akuntanbilitas pelayanan publik terhadap kepatuhan wajib pajak.

C. Populasi, Sampel, dan Metode Pengambilan Sampel


Populasi dalam penelitian ini adalah terdiri dari wajib pajak. Penelitian ini
menggunakan teknik sampling aksidental, dan menggunakan kuisioner sebagai
instrumen untuk mengumpulkan data dengan menyebarkannya ke pembayar pajak
yang datang ke kantor pajak.
Sampel adalah sebagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh
populasi tersebut (Sugiono, 2016:81). Sampel dalam penelitian ini berjumlah 100
wajib pajak yang terdaftar di SAMSAT. Penentuan sampel ditentukan dengan rumus
slovin sebagau berikut (Sujarweni,2014)
N
n=
1+( Nx ∈¿ ¿2) ¿

keterangan:
n :Jumlah sampel
N :Populasi
E :Persen kelonggaran ketidak telitian karena kesalahan pengambilan sampel
yang masih ditolelir atau diinginkan.
Jenis dan Sumber Data Jenis
data yang digunakan pada penelitian ini merupakan data kualitatif dalam bentuk
pendapat dari responden, kemudian diolah menjadi angka (kuantitatif) sesuai skala yang
tertera di kuesioner penelitian.Sedangkan sumber data dalam penelitian ini adalah data
primer dan data sekunder. Data primer merupakan data yang diperoleh langsung dari
responden tanpa melalui perantara.Data tersebut diperoleh dari hasil pernyataan
kuesioner yang dibagikan kepada responden.Selain data primer, dalam penelitian ini juga
menggunakan data sekunder.Data sekunder merupakan data publikasi yang diperoleh dari
lembaga maupun badan sebagai penyedia data (perantara). Sumber data sekunder yang
digunakan pada penelitian ini untuk mendukung penulisan diperoleh dari KPP meliputi
jumlah wajib pajak orang pribadi yang terdaftar, wajib pajak orang pribadi yang
menyampaikan SPT.

Metode Analisis
1. Uji Instrumen

a. Uji Validitas
Salah satu alat ukur dikatakan valid apabila dapat menjawab secara
cermat tentang variabel yang diukur. Suatu kuesioner dikatakan valid jika
pertanyaan pada kuesioner mampu mengungkapkan sesuatu yang diukur
oleh kuesioner tersebut.Pengujian validitas ini menggunakan pearson
correlation yaitu dengan menghitung korelasi antar skor masing-masing
pertanyaan dengan total skor mempunyai tingkat signifikansi di bawah
0,05 maka pertanyaan tersebut dinyatakan valid dan sebaliknya (Ghozali,
2011).

b. Uji Reliabilitas
Instrument dinyatakan reliable apabila terdapat kesamaan data
dalam waktu yang berbeda.Suatu kuesioner dikatakan reliable atau handal
jika jawaban seseorang terhadap pernyataan adalah konsisten.Uji
reliabilitas digunakan untuk mengukur bahwa variabel yang digunakan
benar-benar bebas dari kesalahan sehingga menghasilkan hasil konsisten
meskipun telah diuji berkali-kali.Jika hasil cronbach alpha di atas 0,06
maka data tersebut mempunyai keandalan yang tinggi (Ghozali, 2006)
2. Uji Prasyarat

a. Uji Normalitas Data


Bertujuan untuk menguji apakah antara variabel dependen dengan
variabel independen dalam model regresi mempunyai distribusi normal
atau tidak.Model regresi yang baik dapat dilihat dari data terdistribusi
normal (Ghozali, 2011). Uji normalitas data yang dilakukan dalam
penelitian ini dengan melihat penyebaran data pada grafik Normal P-P
Plot of regression standardized residual dan uji One Sample Kolmogorov
Smirnov. Pada grafik Normal P-P Plot of regression standardized, apabila
titik-titik menyebar sekitar garis dan mengikuti garis diagonal maka nilai
residual tersebut telah normal. Sedangkan, pada uji One Sample
Kolmogorov Smirnov apabila nilai signifikansi lebih dari 0,05 maka
residual terdistribusi normal.

b. Uji Multikolinieritas
Bertujuan untuk menguji apakah variabel independen saling
berhubungan secara linier.Model regresi yang baik yaitu model yang
terbebas dari multikolinieritas. Untuk mengetahui ada atau tidaknya
multikolinieritas dengan melihat indikator nilai tolerance serta dari
variance inflation factor (VIF) (Ghozali, 2006). Apabila nilai tolerance
lebih dari 0,1 dan nilai variance inflation factor (VIF) kurang dari 10,
maka dapat disimpulkan bahwa model regresi terbebas dari
multikolinearitas.

c. Uji Heteroskedastisitas
Bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi terjadi
ketidaksamaan variance dari residual pada satu pengamatan ke
pengamatan yang lain. Heteroskedastisitas tidak akan ditemukan pada
model regresi yang baik (Ghozali, 2006). Pengujian heteroskedastisitas
pada penelitian ini menggunakan uji koefisien Spearman‟s rho. Pengujian
ini dilakukan dengan mengkorelasikan variabel independen dan nilai
unstandardized residual. Jika nilai korelasi antara variabel independen
dengan residual lebih dari 0,05 maka dapat disimpulkan tidak terjadi
heteroskedastisitas dalam model regresi.

3. Uji Hipotesis
Pengujian hipotesis ini dilakukan menggunakan metode analisis regresi
yang bertujuan untuk mengukur pengaruh antara dua variabel atau lebih serta
menunjukkan arah pengaruh antara variabel dependen dan independen.Penelitian
ini menggunakan analisis regresi berganda (multiple regression) karena terdapat
lebih dari satu variabel independen. Persamaan regresi yang dirumuskan adalah :

Y = a + b1X1 + b2X2 + e
Keterangan :
Y : kepatuhan wajib pajak
A : konstanta
b1 : koefisien untuk pendapatan
b2 : koefisien untuk kesadaran wajib pajak dan akuntanbilitas
pelayanan publik
X1 : kesadaran wajib pajak
X2 : kesadaran wajib pajak dan akuntanbilitas pelayanan publik
Untuk menguji kebenaran koefisien jalur dilakukan pengujian hipotesis
dengan uji F yaitu pengujian secara keseluruhan (simultan) dan uji t yaitu
pengujian secara parsial (satu-satu).

DAFTAR PUSTAKA
Susilawati, K. E., & Budiartha, K. (2013). Pengaruh kesadaran wajib pajak,
pengetahuan pajak, sanksi perpajakan dan akuntabilitas pelayanan publik pada
kepatuhan wajib pajak kendaraan bermotor. E-Jurnal Akuntansi Universitas
Udayana, 4(2), 345-357.

Suhendra, E. S. (2011). Pengaruh tingkat kepatuhan wajib pajak badan terhadap


peningkatan penerimaan pajak penghasilan badan. Jurnal Ilmiah Ekonomi
Bisnis, 15(1).

Susmita, P. R., & Supadmi, N. L. (2016). Pengaruh Kualitas Pelayanan, Sanksi


Perpajakan, Biaya Kepatuhan Pajak, Dan Penerapan E-Filing Pada Kepatuhan Wajib
Pajak. E-Jurnal Akuntansi, 14(2), 1239-1269.

Dharma, G. P. E., & Suardana, K. A. (2014). Pengaruh kesadaran wajib pajak,


sosialisasi perpajakan, kualitas pelayanan pada kepatuhan wajib pajak. E-Jurnal
Akuntansi Universitas Udayana, 6(1), 340-353.

Anda mungkin juga menyukai