Anda di halaman 1dari 32

PENGARUH SOLVABILITAS, LIKUIDITAS, AKTIVITAS DAN

PROFITABILITAS TERHADAP HARGA SAHAM PADA PERUSAHAAN


SEKTOR REAL ESTATE DAN PROPERTY YANG TERDAFTAR DI BEI
PERIODE 2019-2022

PROPOSAL SKRIPSI

Diajukan Oleh :
A
B100

EKONOMI MANAJEMEN
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
TAHUN 2023
BAB I

A. PENDAHULUAN

B. Latar Belakang
Untuk menjalankan roda kehidupan negara, pemerintah membutuhkan dana
untuk membiayai operasional pembangunan negara dan untuk mensejahterakan
rakyat. Dalam Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 disebutkan bahwa pendapatan
negara berasal dari penerimaan perpajakan dan penerimaan negara bukan pajak
(Zamrodah, 2016).

Indonesia memiliki jumlah penduduk yang besar yang menempati urutan ke 4


di dunia atas jumlah kepadatan penduduk, sehingga memiliki potensi besar dalam
meningkatkan penerimaan pajak karena semakin tinggi jumlah penduduk, maka
pajak yang diterima suatu negara juga semakin tinggi. Pajak yang dipungut dari
masyarakat tersebut kemudian disalurkan dan digunakan untuk kemakmuran rakyat
ke berbagai sector (Sinarwati, 2017).

Namun, hal ini tidak sesuai dengan yang diharapkan karena masih banyak
wajib pajak yang belum memenuhi kewajiban pajaknya atau tingkat kepatuhan masih
rendah. Berikut tabel yang menunjukkan rendahnya tingkat kepatuhan wajib pajak :

Tabel 1.1

Tingkat Kepatuhan WPOP tahun 2018-2020

Tahun Jumlah WPOP Jumlah SPT Tahunan Tingkat


Terdaftar (dalam juta) (dalam juta) Kepatuhan
2020 19,01 14,76 78%
2019 18,33 13,39 73%
2018 17,65 12,55 71%
Sumber: CNBC Indonesia, diolah, 2021

Pada tabel diatas dapat disimpulkan bahwa pada Tahun 2018 rasio pajak
turun menjadi 71% atau yang taat pajak hanya 12,55 juta orang dari total 17,65 juta
wajib pajak. Tahun 2019, rasio pajak naik menjadi 73%. Jumlah masyarakat yang
taat pajak hanya 13,39 juta dari 18,33 juta wajib pajak. Lalu pada tahun 2020, rasio
kepatuhan pajak meningkat kembali menjadi 78%. Namun, jumlah masyarakat yang
taat tidak naik signifikan dari tahun sebelumnya. Pada tahun 2020, jumlah wajib
pajak yang taat hanya 14,76 juta dari total 19,01 juta wajib pajak. Artinya, masih ada
sekitar 5 juta wajib pajak yang tidak taat.

Sikap rasional dalam perpajakan ialah pertimbangan wajib pajak atas untung
ruginya dalam memenuhi kewajiban pajaknya, ditunjukkan dengan pertimbangan
wajib pajak terhadap keuangan apabila tidak memenuhi kewajiban pajaknya dan
risiko yang akan timbul apabila membayar dan tidak membayar pajak (Sinarwati,
2017). Jika wajib pajak bersikap patuh karena pertimbangan maka membayar pajak
akan menguntungkan bagi negara, sehingga penerimaan negara akan bertambah.
Sebaliknya jika wajib pajak menganggap membayar pajak akan merugikan dirinya
sehingga mereka tidak membayar pajak maka dapat menurunkan pendapatan negara.

Saat ini banyak instansi atau perusahaan yang berlomba-lomba meningkatkan


kualitas pelayanannya, karena pelayanan secara tidak langsung memberikan
kontribusi terhadap penjualan suatu produk, sehingga dapat meningkatkan
pendapatan suatu instansi atau perusahaan tersebut. Hal yang sama juga berlaku
untuk kualitas pelayanan yang akan diberikan oleh aparat pajak kepada wajib pajak.
Apabila aparat pajak memberikan pelayanan terbaik kepada wajib pajak, secara
otomatis wajib pajak akan merasa puas dengan pelayanan fiskus, sehingga secara
otomatis dapat meningkatkan penerimaan pajak (Brata et al., 2017).

Banyak kasus di Indonesia wajib pajak ingin membayar pajak dengan


mengecilkan besaran pajak terutang, maka dari itu wajib pajak tersebut melakukan
kecurangan dengan dibantu oleh oknum pegawai pajak. Sanksi pajak harus lebih
diperketat peraturannya, supaya wajib pajak akan merasa takut jika tidak membayar
pajak dan akan melakukan perhitungan pajak sesuai dengan penghasilan yang
diperoleh. Sanksi perpajakan dapat menjadi motivasi dalam meningkatkan kepatuhan
wajib pajak dalam membayar pajak. Otoritas pajak harus konsisten dalam
menerapkan sanksi bagi yang melanggar ketentuan membayar pajak. Dengan
demikian, diharapkan penerimaan pajak akan meningkat (Brata et al., 2017).
Kepatuhan Wajib Pajak juga dipengaruhi oleh tingkat pendidikan Wajib Pajak
dalam membayar kewajibannya, Wajib Pajak yang berpendidikan akan lebih sadar
dan paham terhadap pajak karena telah memperoleh pengetahuan mengenai pajak
sehingga tingkat kepatuhannya akan lebih tinggi dibandingkan Wajib Pajak yang
belum mendapatkan pengetahuan tentang pajak(Nabila, 2022).

Adapun kepatuhan pajak dipengaruhi oleh lingkungan. Sehingga lingkungan


yang kondusif akan lebih mendukung wajib pajak untuk bersikap patuh serta sangat
berpengaruh dalam mendorong masyarakat agar bersikap patuh dalam membayar
pajak yang disebabkan baik dorongan ataupun tuntutan sosial dari masyarakat itu
sendiri(Santi, 2012).

Penelitian ini mengacu pada penelitian yang dilakukan oleh (Dennisa, 2018).
Penelitian yang dilakukan oleh (Dennisa, 2018) berfokus pada Pengaruh Kesadaran
Perpajakan, Sikap Rasional, Pelayanan Fiskus, Sanksi Pajak dan Lingkungan
Terhadap Kepatuhan Wajib Pajak. Namun dalam penelitian ini ditambahkan satu
variabel yaitu tentang pengaruh tingkat pendidikan yang saya ambil dari penelitian
Nabila Zulfa (Nabila, 2022) yang digunakan untuk mengukur kepatuhan para wajib
pajak dalam meningkatkan penerimaan pajak.

Berdasarkan uraian di atas, maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian


dengan judul “PENGARUH KESADARAN PERPAJAKAN, SIKAP
RASIONAL, PELAYANAN FISKUS, SANKSI PAJAK, TINGKAT
PENDIDIKAN, DAN LINGKUNGAN TERHADAP KEPATUHAN WAJIB
PAJAK”.

C. Rumusan Masalah
Dari alasan pemilihan judul di atas, maka permasalahan yang dapat dirumuskan:
1. Apakah kesadaran perpajakan berpengaruh terhadap kepatuhan wajib pajak?
2. Apakah sikap rasional berpengaruh terhadap kepatuhan wajib pajak?
3. Apakah pelayanan fiskus berpengaruh terhadap kepatuhan wajib pajak?
4. Apakah sanksi pajak berpengaruh terhadap kepatuhan wajib pajak?
5. Apakah tingkat pendidikan berpengaruh terhadap kepatuhan wajib pajak?
6. Apakah lingkungan berpengaruh terhadap kepatuhan wajib pajak?
D. Tujuan Penelitian
Berdasarkan perumusan masalah yang telah disebutkan, maka didapat tujuan
penelitian:
1. Untuk menganalisis pengaruh kesadaran perpajakan terhadap kepatuhan
wajib pajak.
2. Untuk menganalisis pengaruh sikap rasional terhadap kepatuhan wajib pajak.
3. Untuk menganalisis pengaruh pelayanan fiskus terhadap kepatuhan wajib
pajak.
4. Untuk menganalisis pengaruh sanksi pajak terhadap kepatuhan wajib pajak.
5. Untuk menganalisis pengaruh tingkat pendidikan terhadap kepatuhan wajib
pajak.
6. Untuk menganalisis pengaruh lingkungan terhadap kepatuhan wajib pajak.

E. Manfaat Penelitian
Manfaat penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Teoritis

a. Memberikan kontribusi ilmu pengetahuan tentang kepatuhan pajak.

b. Memberikan referensi mengenai kesadaran perpajakan, sikap rasional,


pelayanan fiskus, sanksi pajak, tingkat pendidikan dan lingkungan dalam
meningkatkan kepatuhan pajak, khususnya tentang pengembangan ilmu
akuntansi pajak.

c. Dapat menjadi bahan referensi untuk penelitian berikutnya dengan


memberikan hasil penelitian mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi
tingkat kepatuhan pajak.
2. Praktis

a. Penelitian ini dapat memberikan kontribusi pemikiran terhadap pemecahan


masalah yang berkaitan dengan kemauan membayar pajak dan kualitas
pelayanan pajak.

b. Memberi masukan dan bahan pertimbangan bagi penelitian lain sejenis


dengan melihat kelebihan dan kelemahan yang mungkin ditemukan dalam
penelitian ini.

F. Sistematika Penulisan

Sistematika penulisan ini dimaksudkan untuk memberikan gambaran


penelitian yang jelas dan sistematis sebagai berikut :
BAB I PENDAHULUAN. Bab ini memuat uraian mengenai latar
belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan
sistematika penulisan.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Bab ini memuat uraian mengenai
landasan teori, hasil penelitian terdahulu, kerangka pemikiran dan
pengembangan hipotesis.
BAB III METODE PENELITIAN. Bab ini menjelaskan mengenai jenis
dan sumber data, pendekatan penelitian, populasi dan sampel, metode analisis
data yang digunakan dalam penelitian ini serta definisi dan pengukuran variabel
penelitian.
BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN. Bab ini membahas
mengenai pengumpulan data, statistik deskriptif, hasil uji asumsi klasik, hasil uji
hipotesis, dan pembahasan.
BAB V PENUTUP. Bab ini berisi kesimpulan dari penelitian yang telah
dilakukan, keterbatasan penelitian, serta saran – saran bagi penelitian
selanjutnya.
BAB II

G. TINJAUAN PUSTAKA

A. Landasan Teori
1. Kesadaran Pajak
Kesadaran adalah keadaan mengetahui atau mengerti, sedangkan
perpajakan adalah perihal pajak. Sehingga kesadaran perpajakan adalah keadaan
mengetahui atau mengerti perihal pajak. Penilaian positif masyarakat wajib
pajak terhadap pelaksanaan fungsi negara oleh pemerintah akan menggerakkan
masyarakat untuk mematuhi kewajibannya untuk membayar pajak (Kodoati et
al., 2016).

Wajib Pajak yang memiliki kesadaran tinggi tidak menganggap


membayar pajak merupakan suatu beban namun mereka menganggap hal ini
ialah suatu kewajiban dan tanggung jawab mereka sebagai warga Negara
sehingga mereka tidak keberatan dan membayar pajaknya dengan suka rela.

Soemarso (1998) mengungkapkan bahwa rendahnya kesadaran


masyarakat akan pajak seringkali menjadi salah satu penyebab banyaknya
potensi pajak yang diabaikan. Lerche (1980) juga mengungkapkan bahwa
kesadaran terhadap perpajakan seringkali menjadi kendala dalam pemungutan
pajak dari individu. Kesadaran wajib pajak sangat penting untuk meningkatkan
kepatuhan wajib pajak. Secara empiris juga telah dibuktikan bahwa semakin
tinggi kesadaran pajak wajib pajak, maka semakin tinggi pula kepatuhan wajib
pajak (Kodoati et al., 2016).

2. Sikap Rasional
Sikap rasional adalah pertimbangan wajib pajak atas untung ruginya
memenuhi kewajiban pajaknya, ditunjukkan dengan pertimbangan wajib pajak
terhadap keuangan apabila tidak memenuhi kewajiban pajaknya dan risiko yang
akan timbul apabila membayar dan tidak membayar pajak.

Menurut (Dennisa, 2018), terdapat tiga dimensi dari komponen sikap,


antara lain:

1. Komponen kognitif

Komponen kognitif merupakan representasi dari apa yang


orang yakini pada pemegang sikap, komponen kognitif pemahaman
dan pengetahuan yang hampir dimiliki individu untuk memiliki
sesuatu.

2. Komponen afektif

Komponen afektif adalah perasaan yang mempengaruhi aspek


kesadaran. Aspek emosional ini biasanya merupakan aspek hubungan
yang paling stabil dan mewakili aspek pengaruh potensial yang paling
bertahan lama terhadap perubahan sikap. Komponen afektif sama
dengan kesadaran yang dimiliki seseorang.

3. Komponen konatif

Komponen konatif adalah aspek kecenderungan tertentu untuk


berperilaku sesuai dengan sikap seseorang.

3. Pelayanan Fiskus
Pelayanan pada sektor perpajakan dapat diartikan sebagai pelayanan
yang diberikan kepada Wajib Pajak oleh Direktorat Jenderal Pajak untuk
membantu Wajib Pajak memenuhi kewajiban perpajakannya. Pelayanan pajak
termasuk dalam pelayanan publik karena dijalankan oleh instansi pemerintah,
bertujuan untuk memenuhi kebutuhan masyarakat maupun dalam rangka
pelaksanaan undang-undang dan tidak berorientasi pada profit atau laba
(Mipraningsih & Suryandari, 2016).

Menurut Supadmi (2011) upaya peningkatan kualitas layanan dapat


dilakukan dengan meningkatkan kualitas dan kapasitas teknis pegawai di bidang
perpajakan, peningkatan infrastruktur seperti perluasan lokasi layanan
mengintegrasikan penggunaan sistem informasi dan teknologi untuk membantu
wajib pajak memenuhi kewajiban perpajakannya. Kepuasan wajib pajak
terhadap kualitas pelayanan yang diberikan fiskus biasanya memberikan umpan
balik positif berupa tentang kepatuhan wajib pajak dalam membayar pajak
(Hardika et al., 2021)

4. Sanksi Pajak
Sanksi pajak dirancang dengan tujuan agar wajib pajak tidak melanggar
Undang-Undang Perpajakan. Wajib pajak akan mematuhi pembayaran pajaknya
jika mereka merasa bahwa sanksi atau hukuman tidak menguntungkan bagi
mereka. Sanksi pajak ialah jaminan bahwa ketentuan peraturan perundang-
undangan perpajakan (standar perpajakan) akan dipatuhi/diikuti/ditaati, dengan
kata lain sanksi perpajakann merupakan tindakan pencegahan agar wajib pajak
tidak melanggar standar perpajakan. Sanksi pajak terkait dengan control beliefs
yang merupakan salah satu elemen atau faktor dari Theory of Planned Behavior.
Kepatuhan wajib pajak akan ditentukan berdasarkan persepsi wajib pajak
tentang sejauh mana hukman pajak dapat membantu perilaku kepatuhan wajib
pajak (Brata et al., 2017). Menurut Undang-Undang perpajakan sanksi pajak
terdapat dua macam, yaitu:

1. Sanksi Administrasi, berkaitan dengan pembayaran kerugian Negara


khususnya denda, bunga dan kenaikan.

2. Sanksi Pidana, berupa kurungan atau penjara.

5. Tingkat Pendidikan
Dalam UU pasal 1 No.20 Th 2003 tentang Pendidikan Nasional
mengartikan pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan
suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif
mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan,
pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan
yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara (Zamrodah, 2016).

Tingkat pendidikan merupakan derajat, lapisan, dan strata yang ditempuh


individu maupuan kelompok untuk mendapatkan pengetahuan atau ilmu guna
mengembangkann potensi diri dimana semakin tinggi strata pendidikan maka
akan semakin banyak sumber informasi dan ilmu pengetahuan yang didapatkan,
baik pada pendidikan formal juga informal. Khususnya terkait mengenai pajak,
bila seorang sudah menempuh pendidikan yang lebih tinggi dan mendapatkan
wawasan yang luas, maka dengan mudah seseorang tersebut mengerti tentang
pajak, manfaat dan pengetahuan perpajakan lainnya.Tingkat pendidikan dalam
penelitian ini menjelaskan jenjang pendidikan yang telah ditempuh oleh wajib
pajak, semakin tinggi tingkat pendidikan masyarakat maka akan semakin
masyarakat memahami perannya sebagai seorang wajib pajak (Sari, 2020).

6. Lingkungan
Lingkungan terdiri keluarga, teman, jaringan sosial dan perdagangan,
nilai pelaksanaan pajak yang dihubungkan dan informasi tentang wajib pajak,
termasuk didalamnya jumlah nominal dan komposisi penghasilan dan
pengeluaran wajib pajak, peraturan perpajakan yang diikuti dan
syarat/permintaan biaya yang sesuai. Lingkungan yang mempengaruhi seseorang
untuk compliance dan noncompliance tidak dapat ditinjau dari hanya satu
variabel penyebab (Santi, 2012).

Apabila lingkungan yang tidak kondusif akan lebih mendukung wajib


pajak untuk tidak patuh. Lingkungan yang tidak kondusif seperti: lingkungan
bisnis wajib pajak berada yang sulit menerapkan/mengikuti peraturan yang
berlaku, prosedur yang berbeliti-belit dan harus mengeluarkan biaya untuk
urusan di kantor pajak, para pemimpin dan para wakil/tokoh rakyat yang tidak
patuh terhadap peraturan perpajakan juga memberi contoh yang tidak baik
terhadap masyarakat (Sinarwati, 2017).

7. Kepatuhan Wajib Pajak


Kriteria wajib pajak patuh menurut Keputusan Menteri Keuangan
No.544/KMK.04/2000, wajib pajak patuh adalah sebagai berikut:

1. Tepat waktu dalam menyampaikan SPT untuk semua jenis pajak


dalam dua tahun terakhir.
2. Tidak mempunyai tunggakan pajak untuk semua jenis pajak, kecuali
telah memperoleh izin untuk mengangsur atau menunda pembayaran
pajak.
3. Tidak pernah dijatuhi hukuman karena melakukan tindak pidana di
bidang perpajakan dalam jangka waktu 10 tahun terakhir.

4. Dalam dua tahun terakhir menyelenggarakan pembukuan dan dalam


hal terhadap wajib pajak pernah dilakukan pemeriksaan, koreksi pada
pemeriksaan yang terakhir untuk tiap-tiap jenis pajak yang terutang
paling banyak lima persen.
5. Wajib pajak yang laporan keuangannya untuk dua tahun terakhir
diaudit oleh akuntan publik dengan pendapat wajar tanpa
pengecualian atau pendapat dengan pengecualian sepanjang tidak
memengaruhi laba rugi fiskal.

B. Penelitian Terdahulu

JUDUL VARIABEL HASIL


PENGARUH Dependen : Hasil penelitian
KESADARAN (y) Kepatuhan Wajib Pajak menemukan bahwa
PERPAJAKAN, SIKAP Independen : 1) kesadaran perpajakan
RASIONAL, (x1) Kesadaran Pajak mempunyai pengaruh
PELAYANAN (x2) Sikap Rasional positif signifikan
FISKUS, SANKSI (x3) Pelayanan Fiskus terhadap kepatuhan wajib
PAJAK DAN (x4) Lingkungan pajak, 2) sikap rasional
LINGKUNGAN mempunyai pengaruh
TERHADAP positif signifikan
KEPATUHAN WAJIB terhadap kepatuhan wajib
PAJAK ORANG pajak, 3) pelayanan
PRIBADI DALAM fiskus mempunyai
MENINGKATKAN pengaruh positif
PENERIMAAN signifikan terhadap
PAJAK (Studi Empiris kepatuhan wajib pajak,
Pada Wajib Pajak di 4) sanksi mempunyai
Kota Blora) pengaruh positif
signifikan terhadap
kepatuhan wajib pajak
dan 5) Lingkungan
mempunyai pengaruh
positif signifikan
terhadap kepatuhan wajib
pajak. Temuan ini
menunjukkan semakin
baik kesadaran
perpajakan, didukung
dengan sikap rasional,
pelayanan fiskus dan
lingkungan yang baik
serta kondisi lingkungan
mendukung akan
mengakibatkan
kepatuhan wajib pajak
juga akan tinggi.
Pengaruh Kesadaran Dependen : Berdasarkan hasil
Wajib Pajak, Pelayanan (y) Kepatuhan Wajib Pajak analisis yang dilakukan
Fiskus, dan Sanksi Independen : maka diperoleh
Pajak terhadap (x1) Kesadaran Wajib kesimpulan bahwa
Kepatuhan Wajib Pajak Pajak kesadaran wajib pajak,
Orang Pribadi yang (x2) Pelayanan Fiskus dan sanksi pajak
Melakukan Kegiatan (x3) Sanksi Pajak berpengaruh signifikan
Usaha dan Pekerjaan dan mempunyai
Bebas di Kota hubungan positif
Samarinda terhadap kepatuhan wajib
pajak. Sedangkan
pelayanan fiskus
memberikan pengaruh
tidak signifikan dan
mempunyai hubungan
yang negatif terhadap
kepatuhan wajib pajak.
PENGARUH SIKAP Dependen : Hasil penelitian
RASIONAL DAN (y) Kepatuhan Pajak menunjukkan bahwa
LINGKUNGAN Independen : sikap rasional dan
WAJIB PAJAK (x1) Sikap Rasional lingkungan wajib pajak
TERHADAP (x2) Lingkungan berpengaruh parsial dan
KEPATUHAN PAJAK simultan terhadap
DENGAN kepatuhan wajib pajak.
PREFERENSI RISIKO Preferensi risiko sebagai
SEBAGAI VARIABEL variabel moderating
MODERASI (Studi memoderasi
Kasus pada Wajib Pajak (memperkuat) hubungan
Orang Pribadi (WPOP) sikap rasional dan
yang terdaftar di KPP lingkungan wajib pajak
Pratama Singaraja) terhadap kepatuhan wajib
pajak.

PENGARUH SIKAP Dependen : Berdasarkan hasil


WAJIB PAJAK PADA (y) Kepatuhan Wajib Pajak analisis yang dilakukan
PELAKSANAAN Independen : maka diperoleh
SANKSI DENDA, (x1) Sanksi Denda kesimpulan bahwa sikap
PELAYANAN FISKUS (x2) Pelayanan Fiskus WP terhadap pelaksanaan
DAN KESADARAN (x3) Kesadaran Perpajakan sanksi denda, sikap WP
PERPAJAKAN terhadap pelayanan
TERHADAP fiskus dan sikap wajib
KEPATUHAN WAJIB pajak terhadap kesadaran
PAJAK (Studi Empiris perpajakan memiliki
Terhadap Wajib Pajak pengaruh positif yang
Orang Pribadi di Kota signifikan terhadap
Semarang) kepatuhan WP.

PENGARUH SUNSET Dependen : Berdasarkan hasil


POLICY, TAX (y) Kepatuhan Wajib Pajak penelitian analisis data
AMNESTY, DAN Independen : yang diketahui bahwa
SANKSI (x1) Sunset Policy sunset policy
PAJAK TERHADAP (x2) Tax Amnesty berpengaruh negatif dan
KEPATUHAN WAJIB (x3) Sanksi Pajak tidak signifikan terhadap
PAJAK kepatuhan wajib pajak.
(Studi Empiris di Hasil uji t menunjukkan
Kantor Pelayanan Pajak nilai t hitung -1,045 > t
Pratama Jakarta tabel 2,000 dengan nilai
Kembangan)" signifikansi (0,299) >
0,05 sehingga H1 ditolak.
Tax amnesty
berpengaruh positif dan
signifikan terhadap
kepatuhan wajib pajak.
Hasil uji t menunjukkan
nilai t hitung 3,654 > t
tabel 2,000 dengan nilai
signifikansi (0,000) <
0,05 sehingga H2
diterima. Sanksi pajak
berpengaruh positif dan
signifikan terhadap
kepatuhan wajib pajak.
Hasil uji t menunjukkan
nilai t hitung 3,221 > t
tabel 2,000 dengan nilai
signifikansi (0,002) <
0,05 sehingga H3
diterima. Variabel sunset
policy, tax amnesty
Ngadiman dan Huslin:
Pengaruh Sunset Policy,
Tax Amnesty dan Sanksi
Pajak… Jurnal
Akuntansi/Volume XIX,
No. 02, Mei 2015: 225-
241 226 dan sanksi pajak
dapat digunakan untuk
menjelaskan kepatuhan
wajib pajak sebesar
21,7%
PENGARUH Dependen : 1. Kesadaran perpajakan
KESADARAN (y) Kepatuhan Wajib Pajak tidak berpengaruh
PERPAJAKAN,SIKAP Independen : signifikan terhadap
RASIONAL, SUNSET (x1) Kesadaran Perpajakan kepatuhan wajib pajak
POLICY, SANKSI, (x2) Sikap Rasional dalam meningkatkan
PELAYANAN (x3) Sunset Policy penerimaan pajak.
FISKUS, DAN (x4) Sanksi 2. Sikap Rasional
LINGKUNGAN (x5) Pelayanan Fiskus berpengaruh positif
TERHADAP (x6) Lingkungan terhadap kepatuhan wajib
KEPATUHAN WAJIB pajak dalam
PAJAK DALAM meningkatkan
MENINGKATKAN penerimaan pajak.
PENERIMAAN 3. Sunset Policy
PAJAK (Studi Empiris berpengaruh negatif
Terhadap Wajib Pajak terhadap kepatuhan wajib
Orang Pribadi di pajak dalam
Wilayah KPP Pratama meningkatkan
Sleman dan Wates) penerimaan pajak.
4. Sanksi tidak
berpengaruh signifikan
terhadap kepatuhan wajib
pajak dalam
meningkatkan
penerimaan pajak.
5. Pelayanan Fiskus tidak
berpengaruh signifikan
terhadap kepatuhan wajib
pajak dalam
meningkatkan
penerimaan pajak.
6. Lingkungan
berpengaruh positif
terhadap kepatuhan wajib
pajak dalam
meningkatkan
penerimaan pajak
PENGARUH Dependen : (1) Persepsi wajib pajak
PERSEPSI TENTANG (y) Kepatuhan Pelaporan tentang sanksi perpajakan
SANKSI Wajib Pajak secara parsial
PERPAJAKAN DAN Independen : berpengaruh positif dan
KESADARAN WAJIB (x1) Sanksi Perpajakan signifikan pada
PAJAK PADA (x2) Kesadaran Wajib kepatuhan pelaporan
KEPATUHAN Pajak wajib pajak orang pribadi
PELAPORAN WAJIB di Kantor Pelayanan
PAJAK ORANG Pajak Pratama Denpasar
PRIBADI DI KANTOR Timur. Hal ini dapat
PELAYANAN PAJAK dilihat dari besarnya
PRATAMA thitung = 6,171 > ttabel =
DENPASAR TIMUR 1,98 dengan tingkat
signifikansi sebesar 0,000
lebih kecil daripada α =
0,025 (2) Kesadaran
wajib pajak secara parsial
berpengaruh positif dan
signifikan pada
kepatuhan pelaporan
wajib pajak orang pribadi
di Kantor Pelayanan
Pajak Pratama Denpasar
Timur. Hal ini dapat
dilihat dari besarnya t
hitung = 5,912 > ttabel =
1,98 dengan tingkat
signifikansi sebesar 0,000
lebih kecil daripada α =
0,025.
PENGARUH Dependen : Hasil analisis ini
PEMAHAMAN (y) Kepatuhan Wajib Pajak menunjukkan bahwa
WAJIB PAJAK, UMKM pemahaman wajib pajak,
PELAYANAN Independen : pelayanan petugas pajak,
PETUGAS PAJAK, (x1) Pemahaman Wajib dan tingkat pendidikan
KESADARAN WAJIB Pajak berpengaruh positif dan
PAJAK, DAN (x2) Pelayanan Petugas signifikan terhadap
TINGKAT Pajak kepatuhan wajib pajak.
PENDIDIKAN (x3) Kesadaran Pajak sedangkan kesadaran
TERHADAP (x4) Tingkat Pendidikan wajib pajak tidak
KEPATUHAN WAJIB berpengaruh signifikan
PAJAK UMKM terhadap kepatuhan wajib
pajak. Sedangkan sisanya
44,7%, dipengaruhi oleh
variabel lain di luar
model penelitian.
PENGARUH Dependen : 1. Kualitas Pelayanan
KUALITAS (y) Kepatuhan Wajib Pajak berpengaruh secara
PELAYANAN PAJAK, Independen : signifikan terhadap
KESADARAN WAJIB (x1) Kualitas Pelayanan Kepatuhan Wajib Pajak
PAJAK, TINGKAT Pajak 2. Kesadaran wajib pajak
PENDIDIKAN WAJIB (x2) Kesadaran Wajib tidak berpengaruh
PAJAK, DAN SANKSI Pajak signifikan terdahap
PAJAK TERHADAP (x3) Tingkat Pendidikan kepatuhan wajib pajak
KEPATUHAN WAJIB (x4) Sanksi Pajak 3. Tingkat pendidikan
PAJAK BUMI DAN tidak ada pengaruh
BANGUNAN signifikan terhadap
kepatuhan wajib pajak
4. Sanksi pajak
berpengaruh secara
signifikan terhadap
kepatuhan wajib pajak

C. Kerangka Pemikiran
Dari landasan teori diatas maka diperlukan kerangka pemikiran sebagai
alur berfikir. Kerangka pemikiran juga dapat memudahkan para pembaca untuk
memahami permasalah dalam penelitian ini. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat
pada berikut ini:

Kesadaran Sanksi Pajak


Perpajakan (X1) (X4)

Kepatuhan
Tingkat
Sikap Rasional Wajib Pajak
Pendidikan (X5)
(X2) (Y)

Pelayanan Fiskus Lingkungan

(X3) (X6)

D. Hipotesis Penelitian

2.4.1 Kesadaran Perpajakan terhadap Kepatuhan Wajib Pajak


Soemarso (1998) menyatakan bahwa kesadaran perpajakan masyarakat
yang rendah seringkali menjadi salah satu sebab banyaknya potensi pajak yang
tidak dapat dijaring. Lerche (1980) juga mengemukakan bahwa kesadaran
perpajakan seringkali menjadi kendala dalam masalah pengumpulan pajak dari
masyarakat. Kesadaran wajib pajak atas perpajakan amatlah diperlukan guna
meningkatkan kepatuhan wajib pajak. Berdasarkan hal tersebut maka
dirumuskan hipotesis sebagai berikut :
H1 : Kesadaran perpajakan berpengaruh positif terhadap
kepatuhan wajib pajak.

2.4.2 Sikap Rasional terhadap Kepatuhan Wajib Pajak


Sikap rasional adalah pertimbangan wajib pajak atas untung ruginya
memenuhi kewajiban pajaknya, ditunjukkan dengan pertimbangan wajib pajak
terhadap keuangan apabila tidak memenuhi kewajiban pajaknya dan risiko yang
akan timbul apabila membayar dan tidak membayar pajak.

Menurut (Santi, 2012) seseorang akan mengambil keputusan untuk


melakukan sesuatu pasti melalui pertimbangan untung dan rugi. Seperti halnya
wajib pajak, mereka akan mempertimbangkan untung dan rugi mereka dalam
membayar pajak. Apabila wajib pajak berpikir apabila mereka tidak membayar
pajak akan mendapatkan kerugian seperti kerugian meterial berupa sanksi
administrasi maka wajib pajak tentu akan patuh membayar pajak karena
pertimbangan tersebut. Berdasarkan uraian tersebut, maka peneliti merumuskan
hipotesis sebagai berikut:

H2 : Sikap rasional berpengaruh positif terhadap kepatuhan wajib


pajak.

2.4.3 Pelayanan Fiskus terhadap Kepatuhan Wajib Pajak


Berdasarkan teori atribusi kualitas pelayanan merupakan penyebab
eksternal yang mempengaruhi persepsi wajib pajak untuk membuat penilaian
mengenai perilaku kepatuhan wajib pajak dalam melakukan kewajiban
perpajakan. Pelayanan pajak termasuk dalam pelayanan publik. UU No.25
Th.2009 menjelaskan pelayanan publik sebagai rangkaian kegiatan dalam
pelaksanaan pemenuhan kebutuhan pelayanan bagi setiap warga negara. Hasil
penelitian yang sebelumnya telah dilakukan oleh (Dennisa, 2018) menunjukkan
bahwa pelayanan petugas pajak berpengaruh positif terhadap kepatuhan wajib
pajak untuk melaksanakan kewajibannya sebagai wajib pajak. Berdasarkan hal
tersebut maka dapat dirumuskan hipotesis sebagai berikut:

H3 : Pelayanan fiskus berpengaruh positif terhadap kepatuhan


wajib pajak.
2.4.4 Sanksi Pajak terhadap Kepatuhan Wajib Pajak
Undang-undang dan peraturan secara garis besar berisikan hak dan
kewajiban, tindakan yang diperkenankan dan tidak diperkenankan oleh
masyarakat. Agar undang-undang dan peraturan tersebut dipatuhi, maka harus
ada sanksi bagi pelanggarnya, demikian halnya untuk hukum pajak (Kodoati et
al., 2016). Wajib pajak akan mematuhi pembayaran pajak bila memandang
sanksi denda akan lebih banyak merugikannya. Semakin banyak sisa tunggakan
pajak yang harus dibayar wajib pajak, maka akan semakin berat bagi wajib pajak
untuk melunasinya. Oleh sebab itu sikap atau pandangan wajib pajak terhadap
sanksi denda diduga akan berpengaruh terhadap tingkat kepatuhan wajib pajak
dalam membayar pajak. Berdasarkan hal tersebut maka dirumuskan hipotesis
sebagai berikut :

H4 : Sanksi pajak berpengaruh positif terhadap kepatuhan wajib


pajak.

2.4.5 Tingkat Pendidikan Terhadap Kepatuhan Wajib Pajak


Dalam Pasal 1 Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang
Pendidikan Nasional diartikan bahwa pendidikan adalah usaha sadar dan
terencana untuk menciptakan lingkungan pendidikan dan proses pendidikan agar
peserta didik dapat secara aktif mengembangkan potensinya dan kekuatan
agama, memiliki pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, budi pekerti, dan
keterampilan luhur yang diperlukan untuk dirinya, masyarakat, bangsa, dan
negara. Penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh (Zamrodah, 2016)
menunjukkan bahwa tingkat pendidikan berpengaruh signifikan terhadap
kepatuhan pajak. Berdasarkan hal tersebut maka dirumuskan hipotesis sebagai
berikut :

H5 : Tingkat pendidikan berpengaruh positif terhadap kepatuhan


wajib pajak.

2.4.6 Lingkungan Terhadap Kepatuhan Wajib Pajak


Lingkungan adalah sesuatu yang ada di alam sekitar yang memiliki
makna dan atau pengaruh tertentu kepada individu. Apabila lingkungan yang
tidak kondusif akan lebih mendukung wajib pajak untuk tidak patuh.
Lingkungan yang tidak kondusif seperti: lingkungan bisnis wajib pajak berada
yang sulit menerapkan/mengikuti peraturan yang berlaku, prosedur yang
berbeliti-belit dan harus mengeluarkan biaya untuk urusan di kantor pajak, para
pemimpin dan para wakil/tokoh rakyat yang tidak patuh terhadap peraturan
perpajakan juga memberi contoh yang tidak baik terhadap masyarakat (Santi,
2012). Berdasarkan hal tersebut, maka dirumuskan hipotesis sebagai berikut:

H6 : Lingkungan berpengaruh positif terhadap kepatuhan wajib


pajak.
BAB III

E. METODE PENELITIAN

A. Jenis dan Sumber Data


Terdapat dua jenis data yang digunakan dalam penelitian ini, yaitu data
primer dan data sekunder. Data primer ialah data yang berasal langsung dari
sumber data yang dikumpulkan secara khusus dan berhubungan langsung dengan
permasalahan yang diteliti. Sumber data primer pada penelitian ini diperoleh
langsung dari para wajib pajak di kota Surakarta. Dimana data berupa kuesioner
yang telah diisi oleh wajib pajak.

Sedangkan data sekunder diperlukan dalam penelitian ini sebagai


pendukung penulisan. Sumber data ini diperoleh dari berbagai sumber informasi
yang telah dipublikasikan seperti artikel, jurnal, dan sebagainya. Untuk
mengumpulkan data sekunder dilakukan kajian literatur dari publikasi. Sedangkan
metode pengumpulan data primer yang digunakan ialah metode angket atau
kuesioner. Sejumlah pertanyaan diajukan kepada responden yang kemudian diminta
menjawab sesuai dengan pendapat mereka.

Untuk mengukur pendapat responden peneliti menggunakan skala lima


angka yaitu mulai angka 5 untuk pendapat sangat setuju (SS) dan angka 1 untuk
sangat tidak setuju (STS).

Dengan keterangan sebagai berikut:

Angka 1 = Sangat Tidak Setuju (STS)

Angka 2 = Tidak Setuju (TS)

Angka 3 = Netral (N)

Angka 4 = Setuju (S)

Angka 5 = Sangat Setuju (SS)


B. Pendekatan Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif yaitu data yang diperoleh
dalam bentuk angka-angka. Data tersebut akan dianalisis dengan menggunakan
metode statistik. Penelitian kuantitatif biasanya digunakan dalam penelitian yang
bertujuan untuk menguji suatu teori, menyajikan suatu fakta atau mendeskripsikan
statik, untuk menunjukkan hubungan antara variabel dan ada pula yang bersifat
mengembangkan konsep, mengembangkan pemahaman atau mendeskripsikan
banyak hal (Rahman, 2018). Jenis penelitian bersifat kausal, karena penelitian ini
untuk menguji pengaruh hubungan antara dua atau lebih variabel yang diteliti.

C. Populasi dan Sampel


Populasi adalah kumpulan individu yang memiliki kualitas-kualitas dan ciri-
ciri yang telah ditetapkan. Berdasarkan kualitas dan ciri tersebut, populasi dapat
dipahami sebagai sekelompok individu atau obyek pengamatan yang minimal
memiliki satu persamaan karakteristik. Populasi dalam penelitian ini adalah para
wajib pajak.

Metode yang digunakan dalam pengambilan sampel adalah dengan metode non
probability sampling, yaitu dengan menggunakan teknik Convenience Sampling.
Menurut Anandya dan Suprihadi (2005) Convenience sampling merupakan teknik
pengambilan sampel yang mengambil elemen – elemen termudah saja. Pemilihan
elemen ini, sepenuhnya bergantung pada penilaian peneliti sehingga peneliti bebas
menentukan elemen yang paling mudah.

D. Metode Analisis Data


Analisis data digunakan untuk menyederhanakan data supaya data lebih mudah
diinterpretasikan. Analisis ini dilakukan dengan menggunakan teknik analisis
regresi berganda untuk mengolah dan membahas data yang telah diperoleh dan
untuk menguji hipotesis yang diajukan. Teknik analisis regresi dipilih untuk
digunakan pada penelitian ini karena teknik regresi berganda dapat menyimpulkan
secara langsung mengenai pengaruh masing-masing variabel bebas yang digunakan
secara parsial ataupun secara bersama-sama.
Persamaan regresinya dalam penelitian ini sebagai berikut :

Y = α + β1KP + β2SR + β3PF + β4SP + β5TP + β6Lin + ε

Keterangan:

Y = Kepatuhan Wajib Pajak

α = Konstanta

KP = Kesadaran Perpajakan

SR = Sikap Rasional

PF = Pelayanan Fiskus

SP = Sanksi Pajak

TP = Tingkat Pendidikan

Lin = Lingkungan

ε = Error

E. Definisi dan Pengukuran Variabel Penelitian


Variabel yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah variabel
independen dan variabel dependen. Variabel independen dalam penelitian ini adalah
Pengaruh Kesadaran Perpajakan, Sikap Rasional, Pelayanan Fiskus, Sanksi Pajak,
Tingkat Pendidikan dan Lingkungan, sedangkan variabel dependen dalam penelitian
ini adalah Kepatuhan Wajib Pajak . Pengukuran variabel dalam penelitian ini
dengan skala likert 5 point, yaitu Sangat Tidak Setuju, Tidak Setuju, Netral, Setuju,
dan Sangat Setuju.

3.5.1 Kesadaran Perpajakan


Soemarso (1998) menyatakan bahwa kesadaran perpajakan masyarakat
yang rendah seringkali menjadi salah satu sebab banyaknya potensi pajak yang
tidak dapat dijaring. Lerche (1980) juga mengemukakan bahwa kesadaran
perpajakan seringkali menjadi kendala dalam masalah pengumpulan pajak dari
masyarakat. Kesadaran wajib pajak atas perpajakan amatlah diperlukan guna
meningkatkan kepatuhan wajib pajak.
Variabel kesadaran perpajakan ini diukur dengan instrumen yang terdiri dari
4 (empat) item pernyataan, yang diadopsi dari penelitian (Dennisa, 2018).
Pernyataan terkait variabel tersebut adalah sebagai berikut:

No Indikator Pertanyaan Pengukuran Referensi


.
1 Pajak merupakan sumber dana terbesar
bagi negara
2 Saya sadar bahwa membayar pajak itu 5 poin Skala
perlu Likert, 1 untuk (Dennisa,
3 Saya memahami bahwa pajak digunakan STS hingga 5 2018)
untuk membiayai pengeluaran umum untuk SS
4 Mengikuti seminar perpajakan itu sangat
penting

3.5.2 Sikap Rasional


Sikap rasional adalah pertimbangan wajib pajak atas untung ruginya
memenuhi kewajiban pajaknya, ditunjukkan dengan pertimbangan wajib pajak
terhadap keuangan apabila tidak memenuhi kewajiban pajaknya dan risiko yang
akan timbul apabila membayar dan tidak membayar pajak.

Variabel sikap rasional ini diukur dengan instrumen yang terdiri dari 4
(empat) item pernyataan, yang diadopsi dari penelitian (Dennisa, 2018)Pernyataan
terkait variabel tersebut adalah sebagai berikut:

No Indikator Pertanyaan Pengukuran Referensi


.
1 Saya merasa mendapat keuntungan bila 5 poin Skala (Dennisa,
membayar pajak Likert, 1 untuk 2018)
2 Saya merasa bahwa orang yang STS hingga 5
membayar pajak harus mendapat pujian untuk SS
3 Saya merasa bila tidak membayar pajak
akan beresiko ketahuan oleh instansi
4 Keuntungan membayar pajak lebih besar
daripada tidak membayar

3.5.3 Pelayanan Fiskus


Berdasarkan teori atribusi kualitas pelayanan merupakan penyebab eksternal
yang mempengaruhi persepsi wajib pajak untuk membuat penilaian mengenai
perilaku kepatuhan wajib pajak dalam melakukan kewajiban perpajakan. Pelayanan
pajak termasuk dalam pelayanan publik. UU No.25 Th.2009 menjelaskan
pelayanan publik sebagai rangkaian kegiatan dalam pelaksanaan pemenuhan
kebutuhan pelayanan bagi setiap warga negara.

Variabel pelayanan fiskus ini diukur dengan instrumen yang terdiri dari 5
(lima) item pernyataan, yang diadopsi dari penelitian (Dennisa, 2018). Pernyataan
terkait variabel tersebut adalah sebagai berikut:

No. Indikator Pertanyaan Pengukuran Referensi


1 Petugas pajak bersikap ramah dan sopan
dalam melayani setiap WP
2 Petugas pajak cepat tanggap atas
keluhan dan kesulitan yang dialami oleh
WP
5 poin Skala
3 Petugas pajak memberikan informasi
Likert, 1 untuk (Dennisa,
dan penjelasan dengan jelas dan mudah
STS hingga 5 2018)
dimengerti
untuk SS
4 Petugas pajak bersikap adil dalam
melayani setiap WP
5 Saya merasa tertolong dan diuntungkan
karena kualitas pelayanan yang
memuaskan

3.5.4 Sanksi Pajak


Sanksi adalah pemberian hukuman kepada orang yang melanggar peraturan,
sehingga dapat dikatakan bahwa sanksi perpajakan adalah hukuman yang diberikan
secara berat akan menyebabkan terpenuhinya kewajiban perpajakan oleh wajib
pajak, karena membuat wajib pajak takut dikenakan sanksi tersebut.

Variabel sanksi ini diukur dengan instrumen yang terdiri dari 5 (lima) item
pernyataan, yang diadopsi dari penelitian (Dennisa, 2018). Pernyataan terkait
variabel tersebut adalah sebagai berikut:

No. Indikator Pertanyaan Pengukuran Referensi


1 Sanksi pidana yang dikenakan bagi
pelanggar aturan pajak sangat ringan
2 Sanksi administrasi yang dikenakan bagi
pelanggar aturan pajak sangat ringan 5 poin Skala
3 Pengenaan sanksi yang cukup berat Likert, 1 untuk (Dennisa,
merupakan sarana mendidik WP STS hingga 5 2018)
4 Sanksi pajak harus dikenakan kepada untuk SS
pelanggarnya tanpa toleransi
5 Pengenaan sanksi atas pelanggaran
pajak tidak dapat dinegosiasikan

3.5.5 Tingkat Pendidikan


Dalam Pasal 1 Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Pendidikan
Nasional diartikan bahwa pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk
menciptakan lingkungan pendidikan dan proses pendidikan agar peserta didik dapat
secara aktif mengembangkan potensinya dan kekuatan agama, memiliki
pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, budi pekerti, dan keterampilan luhur
yang diperlukan untuk dirinya, masyarakat, bangsa, dan negara.

Variabel tingkat pendidikan ini diukur dengan instrumen yang terdiri dari 5
(lima) item pernyataan, yang diadopsi dari penelitian (Nabila, 2022). Pernyataan
terkait variabel tersebut adalah sebagai berikut:

No. Indikator Pertanyaan Pengukuran Referensi


1 Sebagai WP, saya harus memahami arti 5 poin Skala (Nabila, 2022)
“wajib pajak” Likert, 1
2 Sebagai WP, saya harus memiliki
kemampuan dalam mengisi formulir
pajak
3 Sebagai WP, saya mengetahui tentang
penyelundupan pajak untuk STS
4 Minimnya tingkat pengetahuan WP hingga 5
berpengaruh terhadap kepatuhan wajib untuk SS
pajak
5 Tingginya tingkat pendidikan WP
berpengaruh terhadap kepatuhan wajib
pajak

3.5.6 Lingkungan
Lingkungan adalah sesuatu yang ada di alam sekitar yang memiliki makna
dan atau pengaruh tertentu kepada individu. Apabila lingkungan yang tidak
kondusif akan lebih mendukung wajib pajak untuk tidak patuh. Lingkungan yang
tidak kondusif seperti: lingkungan bisnis wajib pajak berada yang sulit
menerapkan/mengikuti peraturan yang berlaku, prosedur yang berbeliti-belit dan
harus mengeluarkan biaya untuk urusan di kantor pajak, para pemimpin dan para
wakil/tokoh rakyat yang tidak patuh terhadap peraturan perpajakan juga memberi
contoh yang tidak baik terhadap masyarakat (Santi, 2012).

Variabel pelayanan fiskus ini diukur dengan instrumen yang terdiri dari 4
(empat) item pernyataan, yang diadopsi dari penelitian (Dennisa, 2018). Pernyataan
terkait variabel tersebut adalah sebagai berikut:

No Indikator Pertanyaan Pengukuran Referensi


.
1 Saya merasa masyarakat di lingkungan 5 poin Skala (Dennisa,
saya mendukung perilaku patuh Likert, 1 untuk 2018)
terhadap pajak STS hingga 5
2 Saya merasa masyarakat di lingkungan untuk SS
saya mendorong untuk mmelaporkan
pajak secara benar
3 Saya merasa masyarakat di lingkungan
saya melaporkan pajak secara benar
4 Saya melaporkan pajak secara benar
karena anjuran masyarakat di
lingkungan saya

3.5.7 Kepatuhan Wajib Pajak


Kepatuhan Wajib Pajak mendefinisikan kepatuhan pajak sebagai suatu
keadaan dimana Wajib Pajak memenuhi kewajiban perpajakan dan melaksanakan
hak perpajakannya, maka konteks kepatuhan dalam penelitian ini mengandung arti
bahwa Wajib Pajak berusaha untuk mematuhi peraturan hukum perpajakan yang
berlaku, baik memenuhi kewajiban ataupun melaksanakan hak perpajakannya.

Variabel pelayanan fiskus ini diukur dengan instrumen yang terdiri dari 5
(lima) item pernyataan, yang diadopsi dari penelitian (Dennisa, 2018). Pernyataan
terkait variabel tersebut adalah sebagai berikut:

No. Indikator Pertanyaan Pengukuran Referensi


1 Saya adalah wajib pajak yang patuh
karena taat membayar pajak
2 Saya akan membayar denda jika
terlambat membayar pajak 5 poin Skala
3 Saya membayar pajak tepat waktu Likert, 1 untuk (Dennisa,
karena tuntutan Undang-Undang STS hingga 5 2018)
4 Saya tidak pernah dijatuhi hukuman atas untuk SS
tindak pidana perpajakan
5 Saya tidak merasa masalah jika
melakukan penunggakan pajak
F. DAFTAR PUSTAKA

Brata, J. D., Yuningsih, I., & Kesuma, A. I. (2017). Pengaruh Kesadaran Wajib Pajak ,
Pelayanan Fiskus , dan Sanksi Pajak terhadap Kepatuhan Wajib Pajak Orang
Pribadi yang Melakukan Kegiatan Usaha dan Pekerjaan Bebas di Kota Samarinda
The Effect of Taxpayer Awareness , Fiscal Services , and Tax Sanctions on.
Forum Ekonomi, 19(1), 69–81.

Dennisa. (2018). Pengaruh Kesadaran Perpajakan, Sikap Rasional, Pelayanan Fiskus,


Sanksi Pajak Dan Lingkungan Terhadap Kepatuhan Wajib Pajak Orang Pribadi
Dalam Meningkatkan Penerimaan Pajak (Studi Empiris Pada Wajib Pajak Di Kota
Blora). Gastronomía Ecuatoriana y Turismo Local., 1(69), 5–24.

Hardika, N. S., Wicaksana, K. A. B., & Subratha, I. N. (2021). The Impact of Tax
Knowledge, Tax Morale, Tax Volunteer on Tax Compliance. Proceedings of the
International Conference on Applied Science and Technology on Social Science
(ICAST-SS 2020), 544, 98–103. https://doi.org/10.2991/assehr.k.210424.020

Kodoati, A., J. Sondakh, J., & Ilat, V. (2016). Pengaruh Sikap Wajib Pajak Pada
Pelaksanaan Sanksi Denda, Pelayanan Fiskus Dan Kesadaran Perpajakan Terhadap
Kepatuhan Wajib Pajak (Studi Empiris Terhadap Wajib Pajak Restoran Orang
Pribadi Di Kota Manado Dan Di Kabupaten Minahasa). Accountability, 5(2), 1.
https://doi.org/10.32400/ja.14420.5.2.2016.1-10

Mipraningsih, A., & Suryandari, E. (2016). Pengaruh Kesadaran Perpajakan, Sikap


Rasional, Sunset Policy, Sanksi, Pelayanan Fiskus dan Lingkungan Terhadap
Kepatuhan Wajib Pajak Dalam Meningkatkan Penerimaan Pajak (Studi Empiris
Terhadap Wajib Pajak Orang Pribadi di Wilayah KPP Pratama Sleman dan Wa.
Jurnal Akuntansi, Manajemen Bisnis Dan Sektor Publik, 8(2), 1–24.

Nabila. (2022). Pengaruh Kualitas Pelayanan Pajak, Kesadaran Wajib Pajak, Tingkat
Pendidikan Wajib Pajak, Dan Sanksi Pajak Terhadap Kepatuhan Wajib Pajak
Bumi Dan Bangunan.

Rahman, A. (2018). Pengaruh Kesadaran Wajib Pajak, Tingkat Pendidikan, dan


Pendapatan terhadap Kepatuhan Membayar Pajak Bumi dan Bangunan. Jurnal
Akuntansi Universitas Negeri Padang, 6(1).

Santi, A. N. (2012). Analisis Pengaruh Kesadaran Perpajakan, Sikap Rasional,


Lingkungan, Sanksi Denda Dan Sikap Fiskus Terhadap Kepatuhan Wajib Pajak
(Studi Pada Wilayah Kpp Kota Malang). Journal of Chemical Information and
Modeling, 53(9), 1689–1699.

Sari, R. M. (2020). Bab ii kajian pustaka bab ii kajian pustaka 2.1. Bab Ii Kajian
Pustaka 2.1, 2004, 6–25.

Sinarwati. (2017). Pengaruh Sikap Rasional dan Lingkungan Wajib Pajak Terhadap
Kepatuhan Pajak dengan Preferensi Risiko Sebagai Variabel Moderasi (Studi
Kasus pada Wajib Pajak Orang Pribadi yang terdaftar di KPP Pratama Singaraja).
E-Journal S1 Ak Universitas Pendidikan Ganesha, 7(1), 1–11.

Zamrodah, Y. (2016). Pengaruh Pemahaman Wajib Pajak, Pelayanan Petugas Pajak,


Kesadaran Wajib Pajak, Dan Tingkat Pendidikan Terhadap Kepatuhan Wajib
Pajak Umkm. 15(2), 1–23.

Anda mungkin juga menyukai