Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH

HIPERTENSI

Oleh:
MOKHAMAD MADENUR, A.Md.Kep.

RSUD RADEN ACHMAD BASOENI


KABUPATEN MOJOKERTO
2020
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Hipertensi adalah suatu keadaan dimana seseorang mengalami peningkatan
tekanan darah diatas normal yang mengakibatkan peningkatan angka morbiditas
dan angka kematian. Menurut WHO, tekanan darah dianggap normal bila kurang
dari 135/85 mmHg, sedangkan dikatakan hipertensi apabila lebih dari 140/90
mmHg, dan diantara nilai tersebut dikatakan normal tinggi (Adib, 2009).
Bahaya yang terkait dengan hipertensi antara lain stroke. Tekanan darah
tinggi mempercepat penyumbatan arteri yang mengarah pada serangan jantung
atau stroke jika arteri yang mengalirkan darah ke jantung atau ke otak tersumbat.
Stroke juga dapat terjadi sebagai akibat dari melemahnya dinding pembuluh
darah di otak karena tekanan darah tinggi (Sutanto, 2010).
Jika tekanan darah terus tinggi, maka akan menimbulkan komplikasi; 1) Pada
otak menyebabkan rusaknya pembuluh darah sehigga menyebabkan stroke, 2)
pada jantung menyebabkan jantung koroner dan gagal jantung, 3) pada ginjal
menyebabkan penyakit gagal ginjal.
Pada tahun 2025, diperkirakan terjadi kenaikan kasus hipertensi sekitar 80%
dari 639 juta kasus di tahun 2000, terutama di negara berkembang, menjadi 1,5
miliar kasus (Fikriana R, dkk., 2012). Hipertensi berhubungan secara linear
dengan morbiditas dan mortalitas penyakit kardiovaskular. Oleh sebab itu,
penyakit hipertensi harus dicegah dan diobati serta dikendalikan dengan baik.
Untuk mengurangi angka mortalitas dan morbiditas hipertensi, para ahli
kesehatan berupaya dengan cara terapi medis secara farmakologi dan non-
farmakologi, seperti diet dan olahraga. Kejadian hipertensi sering kali dikaitkan
dengan faktor-faktor risiko yang muncul (Acelajado, dkk., 2012).
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Definisi
Hipertensi dapat didefinisikan sebagai tekanan darah persisten dimana tekanan
sistoliknya di atas 140 mmHg dan diastolik di atas 90 mmHg. Pada populasi lansia,
hipertensi didefinisikan sebagai tekanan sistolik 160 mmHg dan tekanan diastolik 90
mmHg. (Smeltzer, 2001).
Hipertensi didefinisikan oleh JointNational Committee on Detection,
Evaluation, and Treatment of High Blood Presure sebagai tekanan yang lebih tinggi
dari 140/90 mmHg dan diklasifikasikan sesuai derajat keparahannya, mempunyai
rentang dari tekanan darah (TD) normal tinggi sampai hipertensi maligna.
Hipertensi menurut Caraspot merupakan peningkatan tekanan sistolik lebih besar
atau sama dengan 160 mmHg dan atau tekanan diastolic sama atau lebih besar 95
mmHg (Kodim Nasrin, 2003 ).
Hipertensi adalah peningkatan tekanan darah sistolik lebih dari 140 mmHg dan
tekanan darah diastolik lebih dari 90 mmHg (Luckman Sorensen,1996).
Hipertensi dikategorikan ringan apabila tekanan diastoliknya antara 95 – 104
mmHg, hipertensi sedang jika tekanan diastoliknya antara 105 dan 114 mmHg, dan
hipertensi berat bila tekanan diastoliknya 115 mmHg atau lebih. Pembagian ini
berdasarkan peningkatan tekanan diastolik karena dianggap lebih serius dari
peningkatan sistolik (Smith Tom, 1995).

2.2 Klasifikasi Hipertensi


1. Klasifikasi hipertensi berdasarkan penyebabnya dapat dibedakan menjadi 2
golongan besar yaitu:
a. Hipertensi essensial (hipertensi primer) yaitu hipertensi yang tidak diketahui
penyebabnya
b. Hipertensi sekunder yaitu hipertensi yang di sebabkan oleh penyakit lain
2. Klasifikasi hipertensi menurut WHO:
a. Tekanan darah normal yaitu bila sistolik kurang atau sama dengan 140
mmHg dan diastolik kurang atau sama dengan 90 mmHg
b. Tekanan darah perbatasan (broder line) yaitu bila sistolik 141-149 mmHg
dan diastolik 91-94 mmHg.
c. Tekanan darah tinggi (hipertensi) yaitu bila sistolik lebih besar atau sama
dengan 160 mmHg dan diastolik lebih besar atau sama dengan 95mmHg.
3. Klasifikasi tekanan darah menurut Laporan JointNational Committee on
Detection, Evaluation, and Treatment of High Blood Presure (1993)
Klasifikasi Tekanan Darah Orang Dewasa Berusia 18 Tahun Ke Atas
Kategori Sistolik, mmHg Diastolik, mmHg
Normal <130 <85
Normal tinggi 130-139 85-89
Hipertensi
Stadium 1 (ringan) 140-159 90-99
Stadium 2 (sedang) 160-179 100-109
Stadium 3 (berat) 180-209 110-119
Stadium 4 (sangat berat) ≥210 ≥120
4. Tingginya tekanan darah bervariasi, yang terpenting adalah cepat naiknya
tekanan darah. Dibagi menjadi dua:
a. Hipertensi emergensi
Situasi dimana diperlukan penurunan tekanan darah yang segera dengan
obat antihipertensi parenteral karena adanya kerusakan organ target akut
atau progresif target akut atau progresif. Kenaikan TD mendadak yg disertai
kerusakan organ target yang progresif dan di perlukan tindakan penurunan
TD yg segera dalam kurun waktu menit/jam.
b. Hipertensi urgensi
Situasi dimana terdapat peningkatan tekanan darah yang bermakna tanpa
adanya gejala yang berat atau kerusakan organ target progresif bermakna
tanpa adanya gejala yang berat atau kerusakan organ target progresif dan
tekanan darah perlu diturunkan dalam beberapa jam. Penurunan TD harus
dilaksanakan dalam kurun waktu 24-48 jam (penurunan tekanan
darah dapat dilaksanakan lebih lambat (dalam hitungan jam sampai hari).

2.3 Etiologi
Pada umumnya hipertensi tidak mempunyai penyebab yang spesifik (idiopatik).
Hipertensi terjadi sebagai respon peningkatan cardiac output atau peningkatan
tekanan perifer.  Namun ada beberapa faktor yang mempengaruhi terjadinya
hipertensi:
1. Genetik: Respon neurologi terhadap stress atau kelainan eksresi atau transport
Na.
2. Obesitas: terkait dengan level insulin yang tinggi yang mengakibatkan tekanan
darah meningkat.
3. Stress Lingkungan.
4. Hilangnya Elastisitas jaringan dan arterosklerosis pada orang tua serta pelebaran
pembuluh darah.
Berdasarkan etiologinya Hipertensi dibagi menjadi 2 golongan yaitu:
1. Hipertensi Esensial (Primer)
Penyebab tidak diketahui namun banyak faktor yang mempengaruhi seperti
genetika, lingkungan, hiperaktifitas, susunan saraf simpatik, sistem renin
angiotensin, efek dari eksresi Na, obesitas, merokok dan stress.
2. Hipertensi Sekunder
Dapat diakibatkan karena penyakit parenkim renal/vaskuler renal.
Penggunaan kontrasepsi oral yaitu pil. Gangguan endokrin dll.
Penyebab hipertensi pada orang dengan lanjut usia adalah terjadinya perubahan-
perubahan pada:
a) Elastisitas dinding aorta menurun
b) Katup jantung menebal dan menjadi kaku
c) Kemampuan jantung memompa darah menurun 1% setiap tahun sesudah
berumur 20 tahun kemampuan jantung memompa darah menurun menyebabkan
menurunnya kontraksi dan volumenya.
d) Kehilangan elastisitas pembuluh darah. Hal ini terjadi karena kurangnya
efektifitas pembuluh darah perifer untuk oksigenasi Meningkatnya resistensi
pembuluh darah perifer.
Meskipun hipertensi primer belum diketahui dengan pasti penyebabnya, data-
data penelitian telah menemukan beberapa faktor yang sering menyebabkan
terjadinya hipertensi. Faktor tersebut adalah sebagai berikut:
1. Faktor keturunan
Dari data statistik terbukti bahwa seseorang akan memiliki kemungkinan lebih
besar untuk mendapatkan hipertensi jika orang tuanya adalah penderita hipertensi
2. Ciri perseorangan.
Ciri perseorangan yang mempengaruhi timbulnya hipertensi adalah:
a. Umur (jika umur bertambah maka TD meningkat)
b. Jenis kelamin (laki-laki lebih tinggi dari perempuan)
c. Ras (ras kulit hitam lebih banyak dari kulit putih)
3. Kebiasaan hidup
a. Konsumsi garam yang tinggi (melebihi dari 30 gr)
b. Kegemukan atau makan berlebihan
c. Mudah stress
d. Merokok
e. Minum minuman beralkohol
f. Minum obat-obatan (ephedrine, prednison, epineprin)

Hipertensi sekunder sekunder dapat disebabkan oleh komplikasi dari penyakit


lain atau abnormalitas pada beberapa organ tubuh tertentu, seperti:
1. Glomerulonefritis
2. Pielonefritis
3. Nekrosis tubular akut
4. Tumor
5. Aterosklerosis
6. Hiperplasia
7. Trombosis
8. Aneurisma
9. Emboli kolestrol
10. Diabetes Mellitus
11. Hipertiroidisme
12. Hipotiroidisme
13. Stroke
14. Ensepalitis
15. Obat-obatan steroid
16. Kontrasepsi oral

2.4 Patofisiologi
Mekanisme yang mengontrol konstriksi dan relaksasi pembuluh darah terletak
dipusat vasomotor, pada medulla diotak. Dari pusat vasomotor ini bermula jaras saraf
simpatis, yang berlanjut ke bawah ke korda spinalis dan keluar dari kolumna medulla
spinalis ganglia simpatis di toraks dan abdomen. Rangsangan pusat vasomotor
dihantarkan dalam bentuk impuls yang bergerak ke bawah melalui system saraf
simpatis ke ganglia simpatis. Pada titik ini, neuron preganglion melepaskan
asetilkolin, yang akan merangsang serabut saraf pasca ganglion ke pembuluh darah,
dimana dengan dilepaskannya noreepineprin mengakibatkan konstriksi pembuluh
darah. Berbagai faktor seperti kecemasan dan ketakutan dapat mempengaruhi respon
pembuluh darah terhadap rangsang vasokonstriksi. Individu dengan hipertensi sangat
sensitiv terhadap norepinefrin, meskipun tidak diketahui dengan jelas mengapa hal
tersebut bisa terjadi.
Pada saat bersamaan dimana sistem saraf simpatis merangsang pembuluh darah
sebagai respons rangsang emosi, kelenjar adrenal juga terangsang, mengakibatkan
tambahan aktivitas vasokonstriksi. Medulla adrenal mensekresi epinefrin, yang
menyebabkan vasokonstriksi. Korteks adrenal mensekresi kortisol dan steroid
lainnya, yang dapat memperkuat respons vasokonstriktor pembuluh darah.
Vasokonstriksi yang mengakibatkan penurunan aliran ke ginjal, menyebabkan
pelepasan rennin. Renin merangsang pembentukan angiotensin I yang kemudian
diubah menjadi angiotensin II, suatu vasokonstriktor kuat, yang pada gilirannya
merangsang sekresi aldosteron oleh korteks adrenal. Hormon ini menyebabkan
retensi natrium dan air oleh tubulus ginjal, menyebabkan peningkatan volume intra
vaskuler. Semua faktor ini cenderung mencetuskan keadaan hipertensi.
Menurunnya tonus vaskuler merangsang saraf simpatis yang diteruskan ke sel
jugularis. Dari sel jugularis ini bisa meningkatkan tekanan darah. Dan apabila
diteruskan pada ginjal, maka akan mempengaruhi eksresi pada rennin yang berkaitan
dengan Angiotensinogen. Dengan adanya perubahan pada angiotensinogen II
berakibat pada terjadinya vasokontriksi pada pembuluh darah, sehingga terjadi
kenaikan tekanan darah.Selain itu juga dapat meningkatkan hormone aldosteron yang
menyebabkan retensi natrium. Hal tersebut akan berakibat pada peningkatan tekanan
darah. Dengan peningkatan tekanan darah maka akan menimbulkan kerusakan pada
organ-organ seperti jantung. ( Suyono, Slamet. 1996 ).

2.5 Tanda Dan Gejala


Tanda dan gejala klinis pada klien dengan hipertensi adalah:
1. Peningkatan tekanan darah > 140/90 mmHg
2. Sakit kepala
3. Pusing/migrain
4. Rasa berat ditengkuk
5. Penyempitan pembuluh darah
6. Sukar tidur
7. Kelemahan
8. Nokturia
9. Azotemia
10. Sulit bernafas saat beraktivitas

2.6 Pemeriksaan Diagnostik


1. Hemoglobin / hematokrit
Untuk mengkaji hubungan dari sel – sel terhadap volume cairan (viskositas)
dan dapat mengindikasikan factor – factor resiko seperti hiperkoagulabilitas,
anemia.
2. BUN (Blood Unit Nitrogen)
Memberikan informasi tentang perfusi ginjal Glukosa Hiperglikemi
(diabetes mellitus adalah pencetus hipertensi) dapat diakibatkan oleh
peningkatan katekolamin (meningkatkan hipertensi)
3. Glukosa
Hiperglikemi (Diabetes Melitus adalah pencetus hipertensi) dapat
diakibatkan oleh pengeluaran Kadar ketokolamin (meningkatkan hipertensi).
4. Kalium serum
Hipokalemia dapat megindikasikan adanya aldosteron utama (penyebab)
atau menjadi efek samping terapi diuretik.
5. Kalsium serum
Peningkatan kadar kalsium serum dapat menyebabkan hipertensi
6. Kolesterol dan trigliserid serum
Peningkatan kadar dapat mengindikasikan pencetus untuk / adanya
pembentukan plak ateromatosa (efek kardiovaskuler)
7. Pemeriksaan tiroid
Hipertiroidisme dapat menimbulkan vasokonstriksi dan hipertensi
8. Kadar aldosteron urin/serum
Untuk mengkaji aldosteronisme primer (penyebab)
9. Urinalisa
Darah, protein, glukosa mengisyaratkan disfungsi ginjal dan atau adanya
diabetes.
10. Asam urat
Hiperurisemia telah menjadi implikasi faktor resiko hipertensi
11. Steroid urin
Kenaiakn dapat mengindikasikan hiperadrenalisme
12. IVP
Dapat mengidentifikasi penyebab hieprtensiseperti penyakit parenkim
ginjal, batu ginjal / ureter
13. Foto dada
Menunjukkan obstruksi kalsifikasi pada area katub, perbesaran jantung
14. CT scan
Untuk mengkaji tumor serebral, ensefalopati
15. EKG
Dapat menunjukkan pembesaran jantung, pola regangan, gangguan
konduksi, peninggian gelombang P adalah salah satu tanda dini penyakit jantung
hipertensi

2.7 Penatalaksanaan
Pengelolaan hipertensi bertujuan untuk mencegah morbiditas dan mortalitas
akibat komplikasi kardiovaskuler yang berhubungan dengan pencapaian dan
pemeliharaan tekanan darah dibawah 140/90 mmHg.Prinsip pengelolaan penyakit
hipertensi meliputi :
1. Terapi tanpa Obat
Terapi tanpa obat digunakan sebagai tindakan untuk hipertensi ringan dan
sebagai tindakan suportif pada hipertensi sedang dan berat. Terapi tanpa obat ini
meliputi :
a. Diet
Diet yang dianjurkan untuk penderita hipertensi adalah:
1) Restriksi garam secara moderat dari 10 gr/hr menjadi 5 gr/hr
2) Diet rendah kolesterol dan rendah asam lemak jenuh
3) Penurunan berat badan
4) Penurunan asupan etanol
5) Menghentikan merokok

b. Latihan Fisik
Latihan fisik atau olah raga yang teratur dapat megendalikan tekanan
darah bahkan dapat menstabilkan tekanan darah seperti lari, jogging,
bersepeda, berenang, dan lain-lain.
Intensitas olah raga yang baik antara 60-80 % dari kapasitas aerobik
atau 72-87 % dari denyut nadi maksimal yang disebut zona latihan.
Lamanya latihan berkisar antara 20-25 menit berada dalam zona latihan
Frekuensi latihan sebaiknya 3 kali perminggu dan paling baik 5 kali
perminggu
c. Edukasi Psikologis
Pemberian edukasi psikologis untuk penderita hipertensi meliputi:
 Tehnik Biofeedback
Biofeedback adalah suatu tehnik yang dipakai untuk menunjukkan
pada subyek tanda-tanda mengenai keadaan tubuh yang secara sadar
oleh subyek dianggap tidak normal.
Penerapan biofeedback terutama dipakai untuk mengatasi
gangguan somatik seperti nyeri kepala dan migrain, juga untuk
gangguan psikologis seperti kecemasan dan ketegangan.
 Tehnik relaksasi
Relaksasi adalah suatu prosedur atau tehnik yang bertujuan untuk
mengurangi ketegangan atau kecemasan, dengan cara melatih penderita
untuk dapat belajar membuat otot-otot dalam tubuh menjadi rileks

 Pendidikan Kesehatan (Penyuluhan)


Tujuan pendidikan kesehatan yaitu untuk meningkatkan
pengetahuan pasien tentang penyakit hipertensi dan pengelolaannya
sehingga pasien dapat mempertahankan hidupnya dan mencegah
komplikasi lebih lanjut.

2. Terapi dengan Obat


Tujuan pengobatan hipertensi tidak hanya menurunkan tekanan darah saja tetapi
juga mengurangi dan mencegah komplikasi akibat hipertensi agar penderita dapat
bertambah kuat. Pengobatan hipertensi umumnya perlu dilakukan seumur hidup
penderita.
Pengobatan standar yang dianjurkan oleh Komite Dokter Ahli Hipertensi (Joint
National Committee On Detection, Evaluation And Treatment Of High Blood
Pressure, USA, 1988) menyimpulkan bahwa obat diuretika, penyekat beta, antagonis
kalsium, atau penghambat ACE dapat digunakan sebagai obat tunggal pertama
dengan memperhatikan keadaan penderita dan penyakit lain yang ada pada penderita.

2.8 Konsep Asuhan Keperawatan


2.8.1 Pengkajian Keperawatan
1. Aktivitas / istirahat
 Kelemahan, letih, napas pendek, gaya hidup monoton.
 Frekuensi jantung meningkat
 Perubahan irama jantung
 Takipnea

2. Integritas ego
 Riwayat perubahan kepribadian, ansietas, depresi, euphoria atau marah
kronik.
 Faktor faktor stress multiple (hubungan, keuangan yang berkaitan dengan
pekerjaan).
3. Makanan dan cairan
 Makanan yang disukai, dapat mencakup makanan tinggi garam, tinggi
lemak, tinggi kolesterol (seperti makanan yang digoreng,keju,telur)gula-
gula yang berwarna hitam, kandungan tinggi kalori.
 Mual, muntah.
 Perubahan berat badan akhir-akhir ini (meningkat atau menurun).
4. Nyeri atau ketidak nyamanan
 Angina (penyakit arteri koroner /keterlibatan jantung)
 Nyeri hilang timbul pada tungkai.
 Sakit kepala oksipital berat seperti yang pernah terjadi sebelumnya.
 Nyeri abdomen.
5. Sirkulasi
 Riwayat hipertensi, ateroskleorosis, penyakit jantung koroner atau katup
dan penyakit cerebro vaskuler.
 Episode palpitasi dan perspirasi.
6. Eleminasi
 Gangguan ginjal saat ini atau yang lalu seperti infeksi atau obtruksi atau
riwayat penyakit ginjal masa lalu.
7. Neurosensori
 Keluhan pusing.
 Berdenyut, sakit kepala subokspital (terjadi saat bangun dan menghilang
secara spontan setelah beberapa jam).
8. Pernapasan
 Dispnea yang berkaitan dengan aktifitas/kerja
 Takipnea, ortopnea, dispnea noroktunal paroksimal.
 Batuk dengan/tanpa pembentukan sputum.
 Riwayat merokok

2.8.2 Diagnosa Keperawatan


1. Penurunan curah jantung berhubungan dengan peningkatan afterload,
vasokonstriksi, hipertrofi/rigitas ventrikuler, iskemia miokard.
2. Nyeri akut berhubungan penigkatan tekanan vaskular serebral dan iskemia.
3. Intoleransi aktifitas berhubungan dengan kelemahan, ketidakseimbangan
suplai dan kebutuhan O2.
2.8.3 Perencanaan Keperawatan
1. Penurunan curah jantung berhubungan dengan peningkatan afterload,
vasokonstriksi, hipertrofi/rigitas ventrikuler, iskemia miokard.
Rencana Keperawatan
Diagnosa Keperawatan
Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi
Penurunan curah jantung NOC: NIC:
berhubungan dengan  Vital sign status  Vital sign monitoring
peningkatan afterload, Kriteria hasil: 1. Monitor TD, nadi, suhu, dan
vasokonstriksi, 1. Tanda-tanda vital dalam pernapasan
hipertrofi/rigitas rentang normal 2. Auskultasi TD pada kedua
ventrikuler, iskemia 2. TD pada kedua lengan lengan
miokard. kanan dan kiri tidak
mengalami perbedaan  Cardiac care
yang jauh 3. Evaluasi adanya nyeri dada
(intensitas, lokasi, dan durasi)
 Cardiac pulmo 4. Catat kemungkinan adanya
effectiveness disritmia jantung
Kriteria hasil:
3. Tidak terdapat nyeri
dada
4. Irama jantung normal

2. Nyeri akut berhubungan penigkatan tekanan vaskular serebral dan iskemia.


Rencana Keperawatan
Diagnosa Keperawatan
Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi
Nyeri akut berhubungan NOC : NIC :
penigkatan tekanan  Pain control
vaskular serebral dan Kriteria hasil:  Pain management
iskemia. 1. Mampu mengontrol 1. Kaji nyeri secara
nyeri (tahu penyebab komprehensif
nyeri, mampu 2. Observasi isyarat non-verbal
menggunakan teknik ketidaknyamanan
non-farmakologis untuk 3. Berikan posisi yang nyaman
mengurangi nyeri). 4. Ajarkan teknik
2. Melaporkan bahwa nonfarmakologi: nafas dalam,
nyeri berkurang dengan relaksasi, atau flashback
menggunakan pengalaman yang
manajemen nyeri menyenangkan .

 Pain level  Medicine administration


Kriteria hasil: 5. Kolaborasi terhadap
3. Mampu mengenali pemberian antihipertensi
nyeri (skala intensitas,
frekuensi dan tanda
nyeri)
 Comfort level
Kriteria hasil:
4. Menyatakan rasa
nyaman setelah nyeri
berkurang
3. Intoleransi aktifitas berhubungan dengan kelemahan, ketidakseimbangan suplai
dan kebutuhan O2.
Rencana Keperawatan
Diagnosa Keperawatan
Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi
Intoleransi aktifitas NOC: NIC:
berhubungan dengan  Activity tolerance  Activity therapy
kelemahan, Kriteria hasil: 1. Monitor tanda-tanda vital
ketidakseimbangan 1. Menunjukkan 2. Berikan posisi trendenlenburg
suplai dan kebutuhan O2. peningkatn toleransi pada klien
terhadap aktifitas fisik. 3. Bantu klien untuk
2. Mampu melakukan mengidentifikasi aktifitas
aktifitas sehari-hari yang dapat dilakukan
(ADLs) secara mandiri
3. Mampu berpindah tanpa  Self care
bantuan alat 4. Pantau adanya defisit
perawatan diri
 Vital sign
Kriteria hasil:  Energy management
4. Tanda-tanda vital 5. Pantau asupan nutrisi untuk
normal memastikan sumber energi
5. Sirkulasi status baik yang adekuat: tinggi protein,
rendah lemak, dan serat yang
 Energy conservation cukup
Kriteria hasil:
6. Tercukupinya
kebutuhan protein dan
serat yang adekuat
7. Kadar Hb dalam darah
dalam rentang normal
(Lk: 14-18 g/dL)
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Hipertensi merupakan peningkatan tekanan sistolik lebih besar atau sama dengan
160 mmHg dengan tekanan diastoliknya antara 95 – 104 mmHg, hipertensi sedang
jika tekanan diastoliknya antara 105 dan 114 mmHg, dan hipertensi berat bila
tekanan diastoliknya 115 mmHg atau lebih yang dapat disebabkan karena faktor
genetik, faktor gaya hidup, dan penyakit tertentu.
DAFTAR PUSTAKA

Nurarif, Amin Huda & Hardhi Kusuma. 2015. Aplikasi Asuhan Keperawatan
Berdasarkan Diagnosa Medis & Nanda Nic-Noc Jilid 2. Jogjakarta:
Mediaction

Riskesdas. 2013. Riset Kesehatan Dasar (Riskesdes) Laporan Provinsi. Sulawesi


SelatanBadan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan. Jurnal. Departemen
Kesehatan Republik Indonesia

Smeltzer, Suzanne C & Brenda G. Bare. 2008. Buku Ajar Keperawatan Medikal
Bedah. Ed.8. Vol. 2. Jakarta: EGC

Syaifuddin. 2006. Anatomi Fisiologi Untuk Mahasiswa Keperawatan Edisi 3.


Jakarta: EGC

Wilkinson, Judith M. & Nancy R. Ahern. 2011. Buku Saku Diagnosa Keperawatan
Edisi 9 Diagnosa NANDA Intervensi NIC Kriteria Hasil NOC. Jakarta: EGC

Anda mungkin juga menyukai

  • SDH
    SDH
    Dokumen11 halaman
    SDH
    Sambal Lanang
    Belum ada peringkat
  • PEB
    PEB
    Dokumen24 halaman
    PEB
    Sambal Lanang
    Belum ada peringkat
  • CKD
    CKD
    Dokumen16 halaman
    CKD
    Sambal Lanang
    Belum ada peringkat
  • HEMOROID
    HEMOROID
    Dokumen15 halaman
    HEMOROID
    Sambal Lanang
    Belum ada peringkat
  • Deabetes Melitus
    Deabetes Melitus
    Dokumen16 halaman
    Deabetes Melitus
    Sambal Lanang
    Belum ada peringkat
  • ASKEP GERONTIK Hygeny
    ASKEP GERONTIK Hygeny
    Dokumen11 halaman
    ASKEP GERONTIK Hygeny
    Sambal Lanang
    Belum ada peringkat
  • Asuhan Keperawatan Pada Gerontik
    Asuhan Keperawatan Pada Gerontik
    Dokumen9 halaman
    Asuhan Keperawatan Pada Gerontik
    Sambal Lanang
    Belum ada peringkat
  • WAHAM
    WAHAM
    Dokumen19 halaman
    WAHAM
    Sambal Lanang
    Belum ada peringkat