tp
s:
//j
om
ba
ngk
ab
.b
ps
.g
o.
id
ht
tp
s:
//j
om
ba
ng
ka
b.
bp
s.
go
.id
.id
go
s.
bp
b.
ka
ng
.id
go
s.
Naskah: BPS Kabupaten Jombang bp
b.
ka
Sumber Ilustrasi:
https://www.thebalance.com/welfare-programs-definition-and-list-3305759
https://www.freepik.com/free-vector/green-commercial-annual-report-
template_1152906.htm
Penanggungjawab Umum :
Ir. Endang Sulastri, MT
.id
go
Penyunting :
s.
bp
Agus Prihanto
b.
ka
ng
ba
om
Penulis :
//j
Reni Puspitasari
s:
tp
ht
Pengolah Data :
Reni Puspitasari
Gambar Kulit :
Reni Puspitasari
KATA PENGANTAR
.id
disajikan bersumber dari hasil Survei Sosial Ekonomi Nasional
go
(Susenas), Survei Angkatan Kerja Nasional (Sakernas) dan
s.
Proyeksi Penduduk. bp
b.
ka
masyarakat yang tidak semuanya dapat diukur. Publikasi ini hanya menyajikan dimensi-
ba
dimensi yang dapat diukur berdasarkan ketersediaan data yang meliputi beberapa aspek:
om
Kami berharap buku ini dapat memperkuat sumbangan kami dalam memberikan informasi
tp
yang cepat dan tepat kepada pemerintah daerah, para akademisi serta masyarakat
ht
secara luas, sehingga statistik apapun yang kami hasilkan lebih memasyarakat dan
berdayaguna bagi pembangunan daerah. Saran dan masukan dari berbagai pihak akan
kami terima demi kesempurnaan publikasi ini di tahun-tahun mendatang.
Akhir kata, kami ucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang
telah membantu terbitnya Indikator Kesejahteraan Rakyat Kabupaten Jombang
2019/2020.
ttd
DAFTAR ISI…………………………………………………………………………………………….. v
.id
DAFTAR GAMBAR …………………………………………………..………………………………. ix
go
s.
bp
b.
BAB 1 KEPENDUDUKAN ………………………………………………………………………. 1
ka
ng
DAFTAR PUSTAKA…………………………………………………..………………………………. 54
Tabel 2.1 Persentase Perempuan Pernah Kawin Usia 15 - 49 Tahun Menurut Tem-
pat Melahirkan Terakhir Sebelum 2 Tahun yang Lalu, 2019………………. 16
Tabel 4.1 Penduduk Berumur 15 Tahun ke Atas Menurut Jenis Kegiatan Utama
Selama Seminggu yang Lalu dan Jenis Kelamin di Kabupaten Jombang,
2017—2019… …….…………………………………………………………… 38
Tabel 4.2 Tabel 4.2 Penduduk Berumur 15 Tahun ke Atas yang Bekerja Menurut
.id
Kelompok Umur dan Jenis Kelamin di Kabupaten Jombang, 2019……… 41
go
Tabel 5.1 Tabel 5.1 Rata-rata Pengeluaran Perkapita Sebulan Menurut Jenis
s.
Pengeluaran di Kabupaten Jombang (Rupiah), 2015—2019…………….
bp 50
b.
ka
ng
ba
om
//j
s:
tp
ht
Gambar 1.1 Proyeksi Jumlah dan Kepadatan Penduduk Kabupaten/Kota Eks Ka-
residenan Surabaya, 2019………………..………………………..……….. 4
Gambar 1.2 Jumlah Penduduk Kabupaten Jombang (jiwa), 2015—2020..….………
5
Gambar 1.3 Pertumbuhan Penduduk Kabupaten Jombang dan Jawa Timur
(persen), 2017—2018 dan 2018—2019 ..…………………………………. 6
.id
Gambar 1.4 Kepadatan Penduduk Kabupaten Jombang menurut Kecamatan (jiwa/
km2), 2020 ………………………………………………………..………..….
go
6
s.
Gambar 1.5 Sex Ratio Kabupaten Jombang (Persen), 2015—2020……………….…
bp 7
Gambar 1.6 Jumlah Penduduk Produktif, Non Produktif, dan Rasio Ketergantungan
b.
8
ng
Gambar 1.7 Rasio Ketergantungan (DR) Penduduk Kabupaten Jombang, 2020 ….. 9
ba
Gambar 2.1 Usia Harapan Hidup Kabupaten Jombang dan Provinsi Jawa Timur
om
(tahun), 2015—2019...……………………………………………………….. 14
//j
Gambar 2.2 Usia Harapan Hidup Kabupaten Jombang (tahun), 2019 …………….…. 15
s:
Gambar 2.3 Persentase Perempuan Pernah Kawin Berumur 15-49 Tahun Menurut
tp
ht
21
.id
Gambar 3.5 Rata-rata Lama Sekolah di Kabupaten Jombang (Tahun), 2015—2019 29
go
Gambar 3.6 Harapan Lama Sekolah di Kabupaten Jombang (Tahun), 2015—2019 30
s.
bp
Gambar 3.7 Persentase Penduduk Usia 15 Tahun Ke Atas Menurut Jenis Kelamin
b.
dan Pendidikan Tinggi yang Ditamatkan di Kabupaten Jombang, 2019 30
ka
Gambar 3.10 Jumlah Sekolah menurut Jenjang di Kabupaten Jombang, 2019 …….. 33
tp
Gambar 4.2 TPAK dan Angkatan Kerja menurut Kegiatan yang Dilakukan Se-
minggu yang Lalu dan Jenis Kelamin di Kabupaten Jombang (persen),
2019…………………………………………………………………………… 40
Gambar 4.3 Penduduk Berumur 15 Tahun keatas Menurut Kegiatan Seminggu
yang Lalu dan Pendidikan yang DItamatkan di Kabupaten Jombang,
2019 ………………………………………………………………………… 42
Gambar 4.4 Penduduk Berumur 15 Tahun keatas yang Bekerja Menurut Lapangan
Usaha Utama di Kabupaten Jombang (Persen), 2019 ………………… 44
Gambar 4.5 Penduduk Berumur 15 Tahun keatas yang Bekerja Selama Seminggu
yang Lalu Menurut Status Pekerjaan Utama di Kabupaten Jombang,
2019………………………………….………………….………………..…... 45
Gambar 5.1 Persentase Pengeluaran Perkapita Sebulan Menurut Jenis Penge-
luaran di Kabupaten Jombang, 2015—2019 ………….…………………. 51
.id
go
s.
bp
b.
ka
ng
ba
om
//j
s:
tp
ht
.id
go
s.
bp
Penduduk adalah salah satu faktor utama dalam pembangunan suatu daerah. Pemerintah
b.
yang mempunyai tugas dan fungsi untuk membangun daerah tidak bisa lepas dari peran-
ka
an penduduk. Pada dunia modern, pembangunan tidak hanya berfokus pada hasil pem-
ng
ba
hal yang penting karena melibatkan penduduk. Kekuatan pasar yang sering digadang-
//j
gadang sebagai penggerak ekonomi masyarakat pada dasarnya terdiri dari penduduk,
s:
sehingga secara langsung penggerak ekonomi yang sebenarnya adalah penduduk setem-
tp
ht
Untuk melakukan pembangunan masyarakat di suatu daerah, perlu dikenali dahulu karak-
teristiknya. Hal ini diperlukan karena setiap masyarakat di suatu daerah pasti memiliki keu-
nikan masing-masing sehingga tidak bisa diperlakukan secara global. Cukup banyak indi-
kator kependudukan yang bisa dilihat untuk mengenali karakteristik penduduk suatu dae-
rah.
Baru-baru ini pernahkah anda mendengar istilah “Bonus Demografi”? Banyak pakar dan
penulis di Indonesia yang sering menyebutkan istilah ini. Menurut para pakar
kependudukan, puncak bonus demografi akan terjadi di Indonesia pada tahun 2020-2030.
Pekerjaan yang lebih besar adalah bagaimana memanfaatkan bonus demografi tersebut
demi pembangunan yang optimal. Beberapa indikator kependudukan bisa dijadikan pen-
dukung untuk perencanaan dan evaluasi pembangunan daerah.
Secara umum, di Jawa Timur wilayah daerah tingkat dua yang memiliki tipe pemerintahan
kota memiliki jumlah penduduk yang relatif sedikit jika dibanding tipe kabupaten. Namun
tidak demikian halnya dengan Kota Surabaya yang justru memiliki jumlah penduduk
terbanyak karena kota ini adalah ibu kota provinsi yang menjadi pusat pemerintahan,
ekonomi, dan pendidikan sehingga menyebabkan banyak terjadi urbanisasi.
Gambar 1.1 Proyeksi Jumlah dan Kepadatan Penduduk Kabupaten/Kota Eks Karesidenan Surabaya, 2019
.id
go
s.
Kabupaten Gresik
1.102
jiwa/km2
bp
1.312.881
b.
8.262
ka
Kota Surabaya
jiwa/km2 2.896.195
ng
Kota Mojokerto
7.833
ba
129.014 jiwa/km2
om
//j
jiwa/km2 2.249.476
tp
ht
: Kepadatan Penduduk
: Jumlah Penduduk
Sumber: Proyeksi SP2010-2020, BPS Provinsi Jawa Timur 1
Kabupaten Jombang sendiri, dalam lingkup Eks Karesidenan Surabaya, memiliki jumlah
penduduk terbesar ke empat. Hasil proyeksi penduduk berdasarkan SP2010, penduduk di
Kabupaten Jombang diperkirakan mencapai 1.263.814 jiwa atau meningkat sebanyak
5.196 jiwa dari jumlah penduduk tahun sebelumnya. Masih berdasarkan hasil proyeksi
tersebut, setelah kota Surabaya, pemilik penduduk terbanyak adalah kabupaten-
kabupaten satelit di sekitarnya, yakni Kabupaten Sidoarjo dan Kabupaten Gresik.
.id
go
s.
bp
b.
ka
ng
ba
om
Selama kurun waktu 2015—2020 terlihat bahwa jumlah penduduk Kabupaten Jombang
s:
tp
memiliki tren yang terus meningkat. Hal ini mengindikasikan bahwa kelahiran dan migrasi
ht
masuk di Jombang, masih lebih banyak daripada kematian dan migrasi keluar dari Jom-
bang. Meskipun hasil proyeksi menunjukkan bahwa jumlah penduduk Kabupaten Jom-
bang terus menunjukkan adanya tren peningkatan, namun pertumbuhan penduduknya
terlihat cenderung mengalami penurunan.
Pertumbuhan penduduk tahun 2018 dan 2019 Kabupaten Jombang masih di bawah per-
tumbuhan penduduk Jawa Timur. Akan tetapi, pergerakan keduanya terlihat berjalan seir-
ing seirama dimana sama-sama terjadi perlambatan pertumbuhan. Pada 2017—2018 per-
tumbuhan penduduk Kabupaten Jombang tercatat tumbuh sebesar 0,44 persen dan mel-
ambat menjadi 0,41 persen pada tahun 2018—2019.
Perlambatan pertumbuhan penduduk ini sejalan dengan usaha pemerintah yang ingin
mengendalikan pertumbuhan penduduk Indonesia melalui program Keluarga Berencana.
Diharapkan nantinya, dengan jumlah penduduk yang terkontrol maka kesejahteraan
penduduk dapat tercapai.
.id
go
1.2 Persebaran dan Kepadatan Penduduk
s.
bp
Berdasarkan grafik di bawah, terlihat bahwa persebaran penduduk di wilayah Kabupaten
b.
Jombang tidak merata. Distribusi dan kepadatan penduduk pada tiap kecamatan menun-
ka
ng
cukup mencolok.
s:
tp
ht
.id
Perbandingan banyaknya penduduk laki-laki dan perempuan ditunjukkan oleh indikator
go
rasio jenis kelamin. Jika penduduk laki-laki lebih sedikit dibanding jumlah penduduk pe-
s.
bp
rempuan, maka angka rasio jenis kelamin akan menunjukkan nilai di bawah seratus. Keti-
b.
ka terjadi fenomena sebaliknya, yakni penduduk laki-laki lebih banyak dari penduduk pe-
ka
SEX RATIO
//j
98,9
s:
tp
98,0
ht
99,0
99,0
99,0
99,0
Dalam kurun waktu 2015—2020 diketahui bahwa rasio jenis kelamin penduduk Kabupaten
Jombang relatif seimbang. Angka rasio jenis kelamin selama kurun waktu tersebut terletak
di bawah angka seratus yakni berkisar di angka 99 persen. Hal ini berarti penduduk per-
empuan di Kabupaten Jombang lebih banyak daripada penduduk laki-laki. Namun
demikian, perbedaan jumlah ini tidak terlalu signifikan karena hanya terpaut satu angka
saja. Pada tahun 2020, sex ratio Kabupaten Jombang adalah 99 yang berarti bahwa da-
lam setiap seratus orang penduduk perempuan terdapat 99 orang penduduk laki-laki.
Ketika membandingkan penduduk golongan umur tidak produktif dengan penduduk golo-
ngan umur produktif, maka kita akan mendapatkan sebuah angka yang disebut dengan
rasio ketergantungan (dependency ratio/DR). Penduduk usia produktif adalah penduduk
yang berusia 15 - 64 tahun, sedangkan penduduk usia non produktif adalah yang berusia
0-14 tahun dan 65 tahun ke atas. Penduduk usia produktif merupakan penduduk yang
dapat menghasilkan barang/jasa atau dengan kata lain aktif secara ekonomi. Rasio
ketergantungan merupakan salah satu indikator demografi yang cukup penting. Indikator
ini dapat memberikan gambaran umum beban ekonomi yang dihadapi oleh suatu popu-
.id
lasi. Semakin tinggi rasio ketergantungan menunjukkan semakin tinggi beban yang harus
go
ditanggung penduduk produktif untuk membiayai hidup penduduk tidak produktif dan be-
s.
gitu pula sebaliknya. bp
b.
Gambar 1.6 Jumlah Penduduk Produktif, Non Produktif, dan Rasio Ketergantungan (DR)
ka
Rasio
Ketergan-
tungan
= 1 orang
.id
tidak produktif. Dapat diartikan pula bahwa, setiap dua orang penduduk usia produktif han-
go
ya akan menanggung satu orang saja penduduk usia non produktif.
s.
bp
Ketika rasio ketergantungan penduduk suatu wilayah menunjukkan angka di bawah 50
b.
ka
yang berarti bahwa penduduk usia produktif lebih banyak dari penduduk usia non produk-
ng
tif, maka dapat dikatakan bahwa wilayah tersebut dalam fase menikmati apa yang disebut
ba
sebagai “Bonus Demografi”. Fenomena ini pula lah yang sedang terjadi di Kabupaten
om
Dengan disematkannya kata “bonus”, maka hal ini merupakan sebuah kondisi yang
tp
cukup melimpah sangat dibutuhkan dalam mendorong upaya pembangunan dan pertum-
buhan ekonomi. Kabupaten Jombang tidak perlu kesulitan mendapatkan modal dasar
pembangunan yang sangat berharga.
Bonus demografi tidak lantas serta merta mendatangkan keuntungan bagi Kabupaten
Jombang. Tentu saja keberadaan SDM yang melimpah tersebut harus memiliki kualitas
yang bagus. Penduduk usia produktif yang ada harus memiliki pendidikan dan keterampi-
lan yang mumpuni sehingga mampu menghasilkan barang/jasa yang mencukupi dan
berkualitas.
Banyaknya penduduk usia produktif juga mendatangkan tantangan lain bagi pemerintah
Kabupaten Jombang. Penduduk usia produktif yang banyak juga membutuhkan lapangan
pekerjaan yang banyak. Apabila hal ini tidak dapat diwujudkan, maka bonus demografi
justru akan mendatang masalah ketenagakerjaan berupa pengangguran.
.id
go
s.
bp
b.
ka
Kesehatan merupakan salah satu kunci sukses dan penunjang dari pembangunan
ng
masyarakat suatu bangsa memiliki tingkat kesehatan yang rendah. Tingkat kesehatan
om
yang rendah akan secara langsung berdampak pada rendahnya produktivitas kerja. Dam-
//j
pak selanjutnya adalah ikut lemahnya denyut perekonomian bangsa dan menurunnya per-
s:
tp
tumbuhan ekonomi.
ht
Pemerintah Indonesia sendiri mulai dari tingkat pusat maupun daerah selama beberapa
dekade terakhir telah bersinergi dan bahu membahu meningkatkan taraf kesehatan
masyarakat Indonesia. Peningkatan kualitas pelayanan kesehatan sangat dipengaruhi
oleh kuantitas dan pemerataan layanan kesehatan. Selain mudah dijangkau oleh
masyarakat, pelayanan kesehatan hendaknya juga tersedia dengan murah. Oleh karena
itu pembangunan fasilitas-fasilitas kesehatan serta tenaga medis yang berkompeten yang
dapat dijumpai di fasilitas tersebut telah diupayakan selama ini. Selain itu berbagai pro-
gram kesehatan gratis juga digalakkan oleh pemerintah agar dapat menyentuh lapisan
masyarakat yang paling bawah.
Banyak dimensi kesehatan yang coba disentuh oleh program-program pemerintah. Mulai
dari harapan hidup, pemantauan ibu hamil, penolong persalinan, pembentukan imunitas,
hingga pelayanan lansia.
Dalam kurun waktu 2015—2019 UHH di Jawa Timur mengalami peningkatan tiap ta-
.id
hunnya. Pembangunan dalam bidang kesehatan selama kurun waktu tersebut meningkat-
go
kan UHH sebanyak 0,6 poin. Pada tahun 2019 UHH Jawa Timur tercatat mencapai angka
s.
71,18 yang diartikan bahwa bayi yang dilahirkan pada menjelang dan awal tahun 2019
bp
memiliki harapan hidup rata-rata sampai usia 71,18 tahun.
b.
ka
ng
Gambar 2.1 Usia Harapan Hidup Kabupaten Jombang dan Provinsi Jawa Timur (tahun), 2015—2019
ba
om
Jombang
//j
s:
tp
ht
Jawa Timur
Hal senada juga terlihat dalam tren nilai UHH Kabupaten Jombang selama 2015—2019,
bahkan capaian UHH Kabupaten Jombang lebih tinggi dari Provinsi Jawa Timur. Pada
tahun 2015, harapan hidup bayi yang baru lahir di Kabupaten Jombang adalah sebesar
71,67 tahun. Melalui pembangunan di bidang kesehatan oleh pemerintah daerah maupun
pemerintah pusat, lima tahun kemudian bayi baru lahir di Jombang memiliki harapan hidup
yang lebih panjang.
UHH 2019
72,27 tahun
Sumber: BPS Kabupaten Jombang
.id
go
s.
Banyak faktor yang mempengaruhi tinggi rendahnya UHH. Salah satu hal yang sangat
bp
dominan dalam menentukan besaran UHH adalah Angka Kematian Bayi (AKB). AKB
b.
memiilki hubungan yang berlawanan dengan UHH dimana semakin tinggi AKB akan
ka
ng
Nilai kematian bayi yang tinggi merupakan pertanda rendahnya status kesehatan ibu dan
om
bayi. Salah hal yang menjadi penyebabnya adalah akses dan kualitas pelayanan
//j
s:
kesehatan ibu dan anak yang rendah, khususnya selama masa persalinan. Penolong per-
tp
salinan yang tidak kompeten, tidak tercukupinya pemberian ASI kepada bayi, dan ren-
ht
dahnya tingkat imunisasi juga disinyalir menjadi sebab angka kematian bayi yang tinggi.
Fokus pemerintah terhadap hal ini, diwujudkan dengan diadakannya program Bidan Desa.
Tujuan penempatan bidan di desa adalah untuk meningkatkan mutu dan peme-rataan pe-
layanan kesehatan melalui Pusat Kesehatan Masyarakat (Puskesmas) dan Pos Pela-
yanan Terpandu (Posyandu) dalam rangka menurunkan angka kematian ibu, anak balita
dan menurunkan angka kelahiran, serta meningkatkan kesadaran masyarakat berperilaku
hidup sehat.
Berdasarkan data yang dikumpulkan pada tahun 2019, tercatat bahwa semua anak lahir
hidup terakhir yang dilahirkan oleh wanita usia subur (15-49 tahun) di Kabupaten Jom-
bang, seluruhnya ditolong oleh tenaga medis. Hal ini merupakan sebuah pencapaian yang
cukup gemilang di bidang kesehatan khususnya di ranah persalinan.
Pelayanan Terpandu (Posyandu) dalam rangka menurunkan angka kematian ibu, anak
balita dan menurunkan angka kelahiran, serta meningkatkan kesadaran masyarakat ber-
perilaku hidup sehat.
.id
go
Dokter Kandungan:
s.
25,67 % bp Bidan:
b.
4,34 %
ng
ba
Penolong kelahiran kedua paling banyak adalah oleh dokter kandungan yakni sebesar ku-
//j
rang lebih 25,67 persen. Di tempat ketiga adalah dokter umum sebagai penolong persali-
s:
Tabel 2.1 Persentase Perempuan Pernah Kawin Usia Semua kelahiran pada anak lahir hidup
15 - 49 Tahun Menurut Tempat Melahirkan Terakhir terakhir yang dibantu oleh tenaga
Sebelum 2 Tahun yang Lalu, 2019 kesehatan mengindikasikan bahwa
proses persalinan dilakukan di fasilitas
Fasilitas Kesehatan Persentase
kesehatan. Penduduk Jombang mayori-
(1) (2)
tas melahirkan di fasilitas kesehatan
Rumah Sakit 36,84
rumah sakit baik pemerintah maupun
Rumah Sakit Bersalin 8,72
swasta, yakni sebanyak kurang lebih
Puskesmas 21,45
36,84 persen. Setelah itu, sebanyak
Praktek Nakes 18,03
21,45 persen melahirkan di puskesmas
Polindes/Poskesdes 11,55
dan di urutan ke tiga adalah di tempat
Rumah 3,42
praktek tenaga kesehatan (nakes). Ada
Jumlah 100,00
juga proses persalinan yang terjadi
Sumber: Susenas, BPS Kabupaten Jombang
Derajat kesehatan suatu masyarakat juga dapat digambarkan melalui indikator morbiditas
atau disebut juga angka kesakitan. Angka kesakitan menurut BPS digambarkan dalam
bentuk persentase penduduk yang mempunyai keluhan kesehatan. Keluhan kesehatan
sendiri adalah gangguan terhadap kondisi fisik maupun jiwa, termasuk karena kecel-
akaan, atau hal lain yang menyebabkan terganggunya kegiatan sehari-hari. Ter-
ganggunya kegiatan sehari-hari adalah tidak dapat melakukan kegiatan secara normal
(bekerja, sekolah, mengurus rumah tangga atau kegiatan lainnya) sebagaimana biasanya.
.id
Angka kesakitan berbanding terbalik dengan tingkat kesehatan masyarakat. Jika pada
go
pada suatu wilayah banyak penduduk yang mengalami gangguan kesehatan maupun
s.
angka kesakitannya tinggi, maka hal ini mengindikasikan bahwa tingkat kesehatan di wila-
bp
yah tersebut rendah.
b.
ka
Berdasarkan hasil Susenas, persentase penduduk yang menderita sakit (mengalami kelu-
ng
ba
han kesehatan dan mengganggu kegiatan sehari-hari dengan referensi waktu sebulan
om
tas di Provinsi Jawa Timur pun terlihat demikian adanya. Pada tahun 2015, angka kesa-
s:
Gambar 2.5 Angka Kesakitan menurut Jenis Kelamin Menyelami lebih lanjut angka
di Kabupaten Jombang, 2019 morbiditas, ketika dilihat menurut
jenis kelamin, terlihat bahwa
morbiditas perempuan lebih ting-
.id
gi dari laki-laki. Namun demikian
go
s.
selisihnya tidak terlalu signifikan.
bp
Hal ini salah satunya bisa
b.
dapat bekerja dan memenuhi kebutuhan untuk anak dan istri. Pada tahun 2019 di Kabu-
paten Jombang, dari 100 orang penduduk laki-laki terdapat 20 orang yang sakit dan ter-
ganggu aktivitasnya.
.id
go
dari Susenas tersebut,
s.
bp dapat diketahui bahwa
capaian tingkat pe-
b.
ka
kesehatan di Kabupaten Jombang sudah cukup tinggi. Hanya ada sebagian kecil saja
ba
lainnya. Penduduk yang memilih kedua jenis fasilitas kesehatan ini makin berkurang dan
//j
s:
Fasilitas kesehatan yang paling banyak diminati oleh masyarakat Jombang adalah prak-
tek dokter/bidan. Pada umumnya praktek tenaga kesehatan (nakes), seperti dokter/bidan
buka di pagi dan sore/malam hari di luar jam kerja, sehingga masyarakat yang bekerja
tidak perlu meninggalkan pekerjaannya apabila ingin berobat. Selain itu, dengan banyak-
nya jumlah dokter/bidan yang membuka praktek, memudahkan masyarakat yang ingin
segera memeriksakan kesehatannya tanpa harus repot mengantri. Layanan praktek dokter
pun di era sekarang ini telah didukung oleh fasilitas BPJS sehingga masyarakat dapat me-
manfaatkannya dengan biaya dibebankan ke jaminan kesehatannya.
Di tempat kedua, dari 2017 hingga 2019, masyarakat Kabupaten Jombang lebih suka ber-
obat jalan di puskesmas/puskemas pembantu (pustu). Puskesmas dan pustu kini memang
telah merambah di setiap kecamatan dengan pelayanan yang lengkap mulai dari pemerik-
saan kesehatan umum, gigi, sampai layanan keluarga berencana. Bahkan puskesmas-
puskesmas yang ada di Kabupaten Jombang, kini telah banyak yang bertransformasi
Selain melalui puskesmas, tenaga-tenaga medis yang disediakan pemerintah juga dapat
memberikan layanan kesehatan melalui Upaya Kesehatan Bersumberdaya Masyarakat
(UKBM). UKBM sendiri adalah program pemberdayaan masyarakat yang dilaksanakan
oleh, dari, dan bersama masyarakat yang bertujuan meningkatkan derajat kesehatan
masyarakat khususnya balita, batita, ibu hamil, ibu menyusui, lansia, PUS/WUS, dan
remaja seperti Pos Pelayanan Terpadu (Posyandu), Pondok Bersalin Desa (Polindes),
Pos Obat Desa (POD), Pos Upaya Kesehatan Kerja (Pos UKK), Taman Obat Keluarga
(TOGA), balai pengobatan dll. Di tahun 2019, UKBM menjadi pilihan berobat jalan
.id
sebanyak kurang lebih 2,44 persen masyarakat Jombang yang mengalami gangguan
go
kesehatan. Angka ini merupakan yang terendah dari 2017 sampai 2019.
s.
bp
2.3 Pemanfaatan Jaminan Kesehatan
b.
ka
pemanfaatannya oleh masyarakat diharapkan bisa dilakukan dengan optimal. Hal ini mut-
om
lak diperlukan karena kesadaran masyarakat untuk berobat ke fasilitas kesehatan yang
//j
telah tersedia turut menjadi faktor penentu kualitas kesehatan masyarakat. Kualitas
s:
kesehatan yang bagus mustahil dicapai jika masyarakat sendiri enggan berobat dan me-
tp
ht
Salah satu hal yang menyebabkan masyarakat enggan berobat di faslitas kesehatan ada-
lah perihal biaya. Meskipun demikian, masalah ini telah menjadi perhatian pemerintah.
Pemerintah melalui Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) Kesehatan berkomit-
men untuk memberikan perlindungan sosial untuk menjamin seluruh rakyat agar peserta
memperoleh manfaat pemeliharaan kesehatan dan perlindungan dalam memenuhi
kebutuhan dasar kesehatan.
Layanan BPJS Kesehatan dapat dinikmati oleh semua lapisan masyarakat dengan men-
jadi peserta mandiri. Namun, bagi masyarakat yang tidak mampu dapat ditampung dalam
peserta Penerima Bantuan Iuran Jaminan Kesehatan (PBI). Dengan demikian, besaran
biaya pengobatan diharapkan tidak lagi menjadi halangan bagi masyarakat yang tidak
mampu yang ingin berobat.
.id
go
dangkan di wilayah Jawa
s.
Sumber: Susenas BPS Kabupaten Jombang, BPS Provinsi Jawa Timur Timur mencapai sekitar
bp
49,32 persen. Bergerak menuju tahun 2019, persentase penduduk yang berobat jalan
b.
ka
dengan memanfaatkan jaminan kesehatan menurun. Sebanyak 33,4 persen saja berobat
ng
dengan jaminan kesehatan. Untuk level Jawa Timur, persentasenya di bawah angka Ka-
ba
Gambar 2.8 Persentase Penduduk yang Menggunakan Jaminan Setelah dipetakan menurut
//j
sama. Kemudian pada 2019, pengguna jaminan kesehatan laki-laki lebih banyak diban-
ding perempuan yakni sekitar 33,85 persen dari penduduk laki-laki yang berobat jalan dan
33,06 persen dari penduduk perempuan yang berobat jalan.
.id
go
s.
bp
Pendidikan merupakan usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar
b.
ka
dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya
ng
berdaya pembangunan dan menjadi titik sentral pembangunan. Manusia yang berpendidi-
tp
kan atau berilmu akan membawa multiplier effect dalam berbagai bidang. Untuk itu pe-
ht
Ketika manusia memiliki pendidikan yang tinggi, maka hal tersebut akan meningkatkan
kesadarannya dalam berbagai hal. Dalam bidang kesehatan misalnya, dia akan lebih
memperhatikan kualitas kesehatannya melalui berbagai pola dan perilaku hidup sehat.
Ketika tingkat kesehatan yang bagus telah tercapai maka akan meningkatkan angka hara-
pan hidup bahkan dalam bidang ekonomi akan mendongkrak produktivitas kerja.
Selain itu, manusia yang berpendidikan akan memiliki kesempatan yang lebih besar dalam
mendapatkan pendapatan yang layak. Mereka mampu bersaing dalam mendapatkan
pekerjaan. Tidak hanya dalam hal menjadi karyawan, manusia yang berpendidikan juga
akan mampu bersaing dalam mempertahankan usaha/bisnis yang dijalankannya. Hal ini
tentu saja akan mendorong berputarnya roda perekonomian dan pembangunan suatu
bangsa.
Guna mendukung program wajib belajar, pemerintah juga telah mengalokasikan sebagian
.id
besar anggaran belanja di bidang pendidikan. Berbagai program pembiayaan sekolah
go
secara gratis digelontorkan agar semua lapisan masyarakat dapat mengenyam bangku
s.
sekolah. Sebut saja Bantuan Operasional Sekolah (BOS), Bantuan Siswa Miskin (BSM),
bp
Program Keluarga Harapan (PKH) dan lain sebagainya merupakan wujud nyata upaya
b.
ka
Berbagai program pendidikan yang dicanangkan oleh pemerintah dapat dilihat hasilnya
ba
om
dan juga dapat dievaluasi dengan angka Rata-rata Lama Sekolah (RLS)/Mean Year of
//j
Gambar 3.1 Rata-rata Lama Sekolah di Provinsi Jawa Timur menurut Kabupaten/Kota (Tahun), 2019
s:
tp
ht
Di Provinsi Jawa Timur, ternyata masih terdapat ketimpangan pendidikan dari segi RLS
maupun HLS. Pada tahun 2019, untuk kedua variabel ini, pada umumnya daerah kota
.id
memiliki capaian yang lebih tinggi dari pada daerah-daerah kabupaten. Angka RLS Kabu-
go
paten Jombang sendiri di atas angka Provinsi Jawa Timur, yakni 8,53 tahun yang berarti
s.
bp
bahwa penduduk Jombang usia 25 tahun ke atas rata-rata menjalani pendidikan formal
b.
selama kurang lebih 8 tahun 6 bulan atau sampai SMP kelas VIII. Dalam cakupan wilayah
ka
kota.
ba
om
Gambar 3.2 Harapan Lama Sekolah di Provinsi Jawa Timur menurut Kabupaten/Kota (Tahun), 2019
//j
s:
tp
ht
HLS : 13 th
.id
go
RLS :
s.
8,53 th bp
b.
ka
ng
ba
om
Gambar 3.3
//j
Karena indeks pendidikan merupakan perpaduan RLS dan HLS, maka pola ketimpangan
indeks pendidikan hampir sama dengan pola ketimpangan angka RLS dan HLS. Di
Provinsi Jawa Timur, pada umumnya daerah kota memiliki capaian indeks pendidikan
yang lebih tinggi dari pada daerah-daerah kabupaten. Di tingkat Kabupaten Jombang
sendiri, tingkat pendidikan yang dicapai tidak terlalu buruk. Pada tahun 2019 indeks pen-
didikan Kabupaten Jombang berada di urutan di atas angka indeks pendidikan Provinsi
Jawa Timur. RLS sebesar 8,53 tahun dan HLS sebesar 13 tahun, membentuk indeks pen-
didikan Kabupaten Jombang pada 2019 mencapai 0,65. Sedangkan untuk Provinsi Jawa
Timur, pada indikator yang sama hanya mampu mencapai angka 0,62. Angka capaian
indeks Kabupaten Jombang ini menempati posisi 13 tertinggi jika dibandingkan dengan
kabupaten/kota lain di Jawa Timur.
.id
go
s.
bp
b.
ka
Pada periode 2015 hingga 2019 RLS Kabupaten Jombang secara umum selalu tumbuh
ba
om
positif tiap tahunnya. Pertumbuhan RLS Jombang yang terendah terjadi pada tahun 2015
yang bertumbuh sebesar 0,93 persen saja dari tahun 2014. Pada tahun 2017, Kabupaten
//j
s:
RLS tertinggi terjadi pada tahun ini. RLS mengalami peningkatan sebesar 4,95 persen
pada 2017 dibanding dengan tahun sebelumnya. Secara umum dari tahun 2015 ke tahun
2019, RLS tumbuh sebesar 12,3 persen.
.id
go
Begitu pula untuk indikator HLS, selama periode 2015 sampai dengan 2019 terus me-
s.
ngalami kenaikan. Secara umum dalam kurun waktu tersebut HLS Kabupaten Jombang
bp
tumbuh sebesar 2,53 persen. Pada kurun waktu 2015—2019 terlihat bahwa pertumbuhan
b.
ka
RLS cukup baik. Puncaknya terjadi pada tahun 2018, dimana pertumbuhan tertinggi terjadi
ng
pada tahun ini yang mencapai angka 2,28 persen dari tahun sebelumnya. Pertumbuhan
ba
terendah harapan lama sekolah terjadi pada tahun 2016 dan 2017 yang naik hanya sebe-
om
Gambar 3.7 Persentase Penduduk Usia 15 Tahun Ke Atas Menurut Jenis Kelamin
tp
.id
15 Tahun Ke Atas Menurut
go
Pendidikan Tinggi yang Ditamatkan
s.
Sumber: BPS Kabupaten Jombang di Kabupaten Jombang, 2019
bp
b.
Selain RLS dan HLS, persentase penduduk menurut ijazah tertinggi yang ditamatkan juga
ka
jika tingkat pendidikan yang ditamatkan oleh penduduk di suatu daerah semakin tinggi,
om
maka semakin tinggi pula derajat pembangunan pendidikannya. Ketika angka pendidikan
//j
yang ditamatkan dibagi menurut jenis kelamin, terlihat ketimpangan antara penduduk laki-
s:
Di sisi lain, pada tahun 2019 masih ada penduduk Kabupaten Jombang yang berumur 15
tahun ke atas yang tidak memiliki ijazah SD atau tidak pernah menamatkan pendidikan
formal. Terdapat sekitar 12 persen penduduk Kabupaten Jombang yang berumur 15 tahun
ke atas, yang tidak memiliki ijazah SD sederajat. Ketika data tersebut dibagi menurut jenis
kelamin, diperoleh informasi yang menunjukkan bahwa lebih banyak penduduk perempu-
an yang tidak menamatkan pendidikan formal sama sekali daripada penduduk laki-laki.
Pencapaian nilai Angka Partisipasi Sekolah (APS) di Kabupaten Jombang sangat be-
ragam pada tiap jenjang pendidikan. APS dapat diartikan sebagai tolak ukur daya serap
lembaga pendidikan terhadap penduduk usia sekolah. APS merupakan indikator dasar
yang digunakan untuk melihat akses penduduk pada fasilitas pendidikan khususnya bagi
penduduk usia sekolah. Angka Partisipasi Sekolah yang semakin tinggi menunjukkan bah-
wa semakin besar jumlah penduduk yang memiliki kesempatan memanfaatkan fasilitas
pendidikan. Meskipun demikian meningkatnya APS tidak selalu dapat diartikan sebagai
meningkatnya pemerataan kesempatan masyarakat untuk mengenyam pendidikan.
.id
go
Gambar 3.9 Angka Partisipasi Sekolah di Kabupaten Jombang menurut Kelompok Umur (Persen), 2019
s.
bp
b.
ka
= 99,67
ng
ba
= 99,20
om
7—12 TAHUN
//j
= 87,56
s:
tp
13—15 TAHUN
ht
Untuk kelompok umur 7—12 tahun nilai APS Kabuaten Jombang sangat baik, yaitu men-
capai hampir 100 persen, tepatnya 99,67 persen. Hal ini berarti hampir semua atau 99,67
persen penduduk usia 7—12 tahun sedang menikmati kegiatan belajar di fasilitas pendidi-
kan yang tersedia. Pada kelompok usia selanjutnya, yakni usia 13-15 tahun, nilai APS
mengalami penurunan dibanding kelompok usia 7—12 tahun. Nilai APS kelompok usia
13—15 adalah sebesar 99,2 persen, yang berarti bahwa masih terdapat 0,8 persen
penduduk pada kelompok usia tersebut yang tidak bersekolah. Menuju kepada kelompok
umur berikutnya yaitu 16—18 tahun, APS menunjukkan nilai yang makin mengecil. APS
penduduk umur 16—18 hanya mencapai angka 87,56 persen. Pada kelompok 16—18
semakin banyak penduduk Kabupaten Jombang yang tidak sedang mengenyam pendidi-
kan yakni sebesar 12,44 persen.
Gambar 3.10 Jumlah Sekolah menurut Jenjang di Kabupaten Jombang, Penduduk tidak lagi
2019 melanjutkan pendidikan
dikarenakan berbagai
faktor, salah satunya
.id
kemudahan akses ke fasili-
go
tas pendidikan tersebut.
s.
bp Pada umumnya jumlah
b.
Sekolah Dasar (SD) sede-
ka
Di Kabupaten Jombang pada 2019, terdapat 821 SD sederajat. Selain itu, SD juga lebih
tp
banyak lebih tersebar merata di seluruh wilayah. Hal ini menjadi salah satu yang me-
ht
nyebabkan APS usia 7—12 tahun hampir dapat mencapai 100 persen. Berbeda dengan
kelompok usia di atasnya, dimana jumlah Sekolah Menengah Pertama (SMP) sederajat
tidak sebanyak jumlah SD dan semakin sedikit pada jenjang menengah atas dan sedera-
jat. Tahun 2019, jumlah SMP sederajat hanya 32 persen dari jumlah SD sederajat yakni
sebanyak 263 sekolah. Kemudian jumlah SMA sederajat hanya tersedia sebanyak 206
unit.
Selain itu faktor biaya dan kesadaran masyarakat akan pentingnya pendidikan juga turut
serta mempengaruhi pencapaian nilai APS. Seperti diketahui bahwa penyelenggaran pen-
didikan dasar (SD dan SMP Negeri) oleh pemerintah telah digratiskan untuk semua ka-
langan masyarakat. Pada jenjang menengah atas pemerintah tetap memberikan dana
Bantuan Operasional (BOS) namun juga memberi kesempatan kepada sekolah untuk
menarik iuran guna memajukan sekolah dan membiayai program-program unggulan.
.id
go
s.
bp
Telah disebutkan sebelumnya bahwa penduduk adalah salah satu faktor utama dalam
b.
pembangunan suatu daerah. Pembangunan erat kaitannya dengan tujuannya dalam men-
ka
ng
capai kesejahteraan bagi penduduk, namun proses pembangunan juga pasti melibatkan
ba
penduduk sebagai motor penggeraknya. Penduduk akan menjadi salah satu faktor
om
produksi yaitu tenaga kerja. Dimana komposisi tenaga kerja di suatu daerah dipengaruhi
//j
Kabupaten Jombang pada masa sekarang ini sangat diuntungkan karena sedang berada
ht
dalam fase bonus demografi. Dengan adanya bonus demografi ini, menciptakan sebuah
peluang bagus untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi di masa mendatang jika
didukung dengan tenaga kerja yang berkualitas. Berbagai program diluncurkan oleh
pemerintah untuk mendapatkan tenaga kerja yang berkualitas. Pembangunan infrastruktur
pendidikan, peniadaan iuran sekolah untuk jenjang SD dan SMP sederajat pada seolah-
sekolah negeri, serta digelontorkannya BOS merupakan salah satu upaya yang telah di-
laksanakan. Selain itu, melalui pelatihan-pelatihan yang diselenggarakan oleh Balai Lati-
han Kerja (BLK) diharapakan mampu menciptakan pengusaha-pengusaha unggul yang
dapat menciptakan lapangan usahanya sendiri sekaligus memberikan kesempatan kerja
kepada orang lain. Oleh karena itu, agar berbagai upaya pemerintah tersebut dapat tetap
sasaran, maka dibutuhkan informasi indikator ketenagakerjaan yang cukup memadai un-
tuk melihat kondisi tenaga kerja terkini.
Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) adalah suatu indikator ketenagakerjaan yang
memberikan gambaran tentang penduduk yang aktif secara ekonomi dalam kegiatan
sehari-hari. TPAK didefinisikan sebagai persentase jumlah angkatan kerja terhadap
penduduk usia kerja. Angkatan kerja sendiri merupakan penduduk yang sudah memasuki
usia kerja yang aktif secara ekonomi dalam kegiatan sehari-hari, belum bekerja, atau se-
dang mencari pekerjaan. Penduduk dikatakan sudah memasuki usia kerja apabila sudah
berumur 15 tahun lebih. Suatu daerah apabila memiliki nilai TPAK yang semakin tinggi
maka semakin tinggi pula pasokan tenaga kerja yang tersedia di daerah tersebut untuk
.id
menghasilkan barang dan jasa.
go
s.
Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) didefinisikan sebagai persentase jumlah pengang-
bp
guran terhadap jumlah angkatan kerja. Penggangguran sendiri adalah penduduk usia ker-
b.
ka
ja yang tidak bekerja maupun sedang mencari pekerjaan. TPT sangat berguna untuk
ng
memberi informasi mengenai besarnya persentase angkatan kerja yang termasuk dalam
ba
om
Tabel 4.1 Penduduk Berumur 15 Tahun ke Atas Menurut Jenis Kegiatan Utama Selama Seminggu yang Lalu
//j
TPAK
TPT
.id
go
s.
Sumber: Sakernas, BPS Kabupaten Jombang
bp
*data tahun 2016 tidak tersedia
b.
ka
Pada kurun waktu 2014—2019 TPAK di Kabupaten Jombang terlihat mengalami pening-
ng
katan terus-menerus. Hal ini berarti bahwa Kabupaten Jombang memiliki jumlah pasokan
ba
tenaga kerja yang makin banyak dari tahun ke tahun. Pada tahun 2015 nilai TPAK
om
meningkat hanya sebesar 6,12 persen menjadi 68,79 persen dibandingkatn tahun 2014
//j
yang mencapai 64,82 persen. Pada 2015 ini pula terjadi peningktaan TPAK tertinggi sela-
s:
tp
ma 2014—2019. Di tahun 2017 dan 2018 TPAK telah berada pada angka di atas 69 per-
ht
sen. Pada tahun 2019 TPAK telah mencapai nilai sekitar 70,87 persen. Angka ini dapat
diartikan bahwa tiap 100 orang penduduk usia 15 tahun ke atas, kurang lebih 71 orang di
antaranya termasuk dalam golongan angkatan kerja. Ketersediaan angkatan kerja yang
besar membawa konsekuensi harus tersedianya lapangan usaha yang cukup untuk me-
nyerap tenaga kerja tersebut.
Berbeda dengan TPAK, TPT di Kabupaten Jombang mengalami sedikit fluktuasi selama
tahun 2014—2019. TPT sendiri dapat dikatakan sebagai gambaran banyaknya angkatan
kerja yang tidak terserap oleh lapangan usaha yang tersedia. TPT meningkat pada tahun
2016 dan menjadi angka TPT tertinggi. Kemudian menurun terus menerus pada tahun
2015 hingga tahun 2019. Tercatat TPT sebesar 4,39 persen pada 2019 yang mengan-
dung arti bahwa sebanyak kurang lebih 4 orang dari 100 orang angkatan kerja tidak bisa
terserap oleh pasar kerja alias menjadi pengangguran.
TPAK : TPAK :
86,24 55,93
.id
go
Sumber: Sakernas, BPS Kabupaten Jombang
s.
bp
Penduduk yang bukan termasuk angkatan kerja adalah penduduk usia 15 tahun ke atas
b.
ka
yang mengurus rumah tangga, sedang bersekolah, dan yang berkegiatan lain selain
ng
bekerja. Data tahun 2019 menunjukkan bahwa TPAK penduduk perempuan lebih rendah
ba
daripada penduduk laki-laki. Fenomena ini sejalan dengan realita di lapangan yang kita
om
dijumpai, dimana pada umumnya lebih banyak penduduk perempuan yang tidak aktif da-
//j
tahun ke atas yang tidak termasuk dalam angkatan kerja dikarenakan mengurus rumah
ht
tangga. Di Kabupaten Jombang, pada tahun 2019 sebanyak kurang lebih 86,24 persen
penduduk laki-laki usia 15 tahun ke atas yang tergolong angkatan kerja. Sementara itu,
hanya sebesar sekitar 55,93 % persen dari penduduk perempuan yang termasuk ke da-
lam angkatan kerja.
Meskipun indikator TPAK laki-laki dan perempuan memiliki perbedaan yang signifikan,
proporsi angkatan kerja laki-laki dan perempuan yang tidak bekerja atau menganggur tid-
ak terpaut terlampau jauh. Angka persentase angkatan kerja yang menganggur ini lazim
disebut sebagai TPT. Baik penduduk laki-laki maupun perempuan, memiliki angka TPT di
atas tiga persen. TPT penduduk laki-laki sebesar 5,22 persen dan lebih tinggi dibanding-
kan dengan penduduk perempuan yang hanya sebesar 3,16 persen. Angka ini mengan-
dung makna bahwa dari 100 orang penduduk laki-laki yang termasuk angkatan kerja,
sebanyak 5 orang yang tidak tertampung dalam pasar tenaga kerja. Sedangkan pada 100
orang angkatan kerja perempuan, 3 orang diantaranya menganggur.
Secara umum, komposisi penduduk laki-laki maupun penduduk perempuan yang berumur
15 tahun ke atas dan berstatus bekerja menurut kelompok umur adalah sama, yakni
didominasi oleh penduduk laki-laki. Persentase penduduk perempuan yang terbesar ada-
.id
lah 44 persen, yaitu hanya pada kelompok umur 45-49 tahun. Kemudian, kelompok umur
go
15—19 tahun adalah kelompok umur dengan jumlah paling sedikit yakni 21.681 jiwa atau
s.
bp
kurang lebih 4,3 persen saja. Pada kelompok umur ini, umumnya penduduk masih ber-
b.
sekolah, baik di jenjang SMP sederajat maupun SMA sederajat dan belum dibebani atau-
ka
Tabel 4.2 Penduduk Berumur 15 Tahun ke Atas yang Bekerja Menurut Kelompok Umur
dan Jenis Kelamin di Kabupaten Jombang, 2019
//j
s:
tp
Laki-laki Perempuan
Kelompok Umur Total
ht
Jumlah % Jumlah %
(1) (2) (3) (4) (5) (6)
Berbagai faktor menyebabkan tidak terserapnya pencari kerja yang berpendidikan tinggi.
Utamanya, hal ini disebabkan lapangan pekerjaan yang terbatas ketersediaannya me-
.id
nyebabkan tidak semua tenaga kerja yang berpendidikan tinggi dapat terserap dengan
go
baik. Di sisi lain, sebagian lulusan jenjang pendidikan tinggi juga enggan bekerja dalam
s.
bp
bidang yang tidak sesuai dengan jenis keahlian dan strata pendidikannya. Dengan
b.
ka
ng
Gambar 4.3 Penduduk Berumur 15 Tahun ke Atas Menurut Kegiatan Seminggu yang Lalu dan
Pendidikan Terakhir yang DItamatkan di Kabupaten Jombang, 2019
ba
om
//j
s:
tp
ht
Komposisi angkatan kerja di Kabupaten Jombang pada tahun 2019 jika dilihat dari pen-
didikan yang ditamatkan masih didominasi oleh penduduk yang tidak tamat dan telah ta-
mat SD sederajat. Kelompok pendidikan terendah ini jumlahnya lebih dari 32 persen dari
total angkatan kerja. Jumlah angkatan kerja makin kecil seiring dengan meningkatnya jen-
Terdapat perbedaan sebaran angkatan kerja menurut pendidikan yang ditamatkan, antara
yang berstatus bekerja dan pengangguran. Kelompok terbesar dari angkatan kerja yang
berstatus bekerja, adalah penduduk 15 tahun ke atas yang tidak tamat dan tamat SD
sederajat, yakni sebanyak 36,9 persen. Kemudian persentasenya makin berkurang seiring
dengan meningkatnya jenjang pendidikan yang di tamatkan. Angkatan kerja dengan sta-
tus bekerja yang menamatkan pendidikan diploma atau sarjana jumlah hanya 8,73 persen
dari total yang bekerja.
.id
Berbeda halnya pada kelompok pengangguran, dimana angkatan kerja yang paling ba-
go
nyak menganggur kedua adalah mereka yang menamatkan pendidikan SMA umum sede-
s.
rajat. Pengangguran dengan ijazah SMA Umum sederajat ini kurang lebih terdapat
bp
sebanyak 24,51 persen dari total. Sedangkan angkatan kerja dengan jenjang pendidikan
b.
ka
terakhir diploma/sarjana adalah kelompok yang paling sedikit menganggur. Terdapat 3,71
ng
persen pengangguran yang berijazah diploma atau sarjana. Lulusan SMK, yang notabene
ba
memang dipersiapkan untuk bekerja setelah lulus, ternyata yang menganggur jumlahnya
om
lebih sedikit daripada angkatan kerja dengan ijazah SMA/MA umum. Pengangguran
//j
dengan ijazah SMK mencapai 22,71 persen, lebih sedikit 7,35 persen dari pengangguran
s:
tp
Sampai dengan tahun 2015, berdasar Produk Domestik Regional Bruto (PDRB), sektor
pertanian masih merupakan sektor lapangan usaha yang paling dominan di Kabupaten
Jombang. Mulai tahun 2016 terjadi pergeseran ekonomi dan bertahan hingga tahun 2019
dimana sektor yang paling dominan adalah perdagangan dan reparasi. Sejalan dengan
PDRB, sektor-sektor tersier dimana di dalamnya terdapat perdagangan dan reparasi ada-
lah lapangan usaha yang menyerap tenaga kerja terbesar. Sebagian besar angkatan kerja
pada tahun 2018 dan 2019 mendapatkan pekerjaan mereka di sektor ini. Bahkan pada
2019, sektor tersier semakin besar kontribusinya dalam hal penyerapan tenaga kerja
dibanding tahun sebelumnya, yakni dari 45 persen menjadi hampir 50 persen.
Sejalan dengan sektor tersier, sektor sekunder yang juga memiliki kontribusi semakin be-
sar dalam PDRB, penyerapan tenaqa kerjanya pun semakin besar meskipun kenaikan
.id
go
s.
bp
b.
ka
yang terjadi tidak sebesar sektor tersier. Tercatat terjadi kenaikan sebesar 1,4 persen atau
ba
om
dalam PDRB juga terlihat dalam hal penyerapan tenaga kerja. Usaha pertanian yang ter-
ht
golong dalam sektor primer, yang sebelumnya mampu menyerap tenaga kerja sebesar 25
persen lebih pada 2018, turun menjadi 19,6 persen pada 2019.
Kemudian, apabila dilihat dari status pekerjaannya, pada tahun 2019, terdapat sekitar 39
persen angkatan kerja yang bekerja di Kabupaten Jombang adalah buruh/karyawan/
pegawai. Para pengusaha yang bekerja tanpa bantuan dari siapapun adalah yang
terbesar kedua dengan nilai sekitar 18 persen dari penduduk usia 15 tahun ke atas yang
bekerja. Kemudian untuk status pekerjaan terbanyak ketiga adalah para pengusaha yang
berusaha dibantu buruh tidak tetap/buruh tak dibayar. Jumlahnya hanya terpaut tipis dari
pengusaha yang dibantu buruh tidak tetap/tak dibayar, yaitu kurang lebih 16 persen dari
total angkatan kerja yang bekerja.
Selain bekerja untuk mendapatkan pendapatan, penduduk usia 15 tahun ke atas juga ban-
yak yang bekerja tanpa dibayar. Pada umumnya mereka adalah pekerja keluarga yang
Pekerja bebas adalah buruh lepas yang tidak terikat pada satu majikan sehingga mereka
dapat berpindah-pindah tempat kerja dengan leluasa. Namun status pekerja sebagai bu-
ruh lepas bukan tanpa kekurangan, para pekerja bebas ini tidak mendapatkan penghasi-
lan tetap. Total pekerja bebas sebanyak 15 persen dari total angkatan kerja dimana ma-
.id
sing-masing sebesar 8 persen di sektor pertanian dan 7 persen pekerja bebas di sektor
go
non pertanian.
s.
bp
b.
Gambar 4.5 Penduduk Berumur 15 Tahun keatas yang Bekerja Selama Seminggu yang Lalu Menurut Status
ka
.id
go
s.
bp
b.
Untuk mengetahui tingkat kesejahteraan penduduk salah satunya dapat dilihat dari sisi
ka
nominal pendapatannya agak tertutup. Oleh karena itu diperlukan pendekatan lainnya yak-
ba
dengan besaran konsumsi. Semakin tinggi pendapatan sebuah rumah tangga, maka se-
//j
s:
makin tinggi pula konsumsi yang dihabiskan rumah tanggga tersebut. Selain itu, masyara-
tp
kat akan lebih terbuka jika diminta untuk menyebutkan pengeluaran. Oleh karena itu, pen-
ht
Dalam PDRB Pengeluaran, baik level kabupaten/kota maupun level provinsi, komponen
konsumsi rumah tangga merupakan komponen terbesar penyumbang nilai PDRB. Lebih
dari 70 persen nilai PDRB di Kabupaten Jombang, disumbangkan oleh konsumsi yang
dikeluarkan oleh rumah tangga. Dengan demikian, konsumsi rumah tangga juga merupa-
kan sumber pertumbuhan ekonomi tertinggi. Oleh karena itu, agar ekonomi tetap stabil,
konsumsi rumah tangga harus terjaga dengan baik. Syarat-syaratnya anatara lain adalah
daya beli yang mumpuni, situasi politik dan keamanan yang kondusif, inflasi harus terken-
dali, dan lain sebagainya.
Pengeluaran rumah tangga dapat diklasifikasikan menjadi dua kelompok, yakni penge-
luaran makanan dan non makanan. Pola konsumsi makanan dan non makanan sering
dipergunakan sebagai salah satu indikator dalam pengukuran tingkat kesejahteraan. Jika
kesejahteraan suatu rumah tangga meningkat dapat diartikan bahwa telah terjadi pening-
katan pendapatan pula. Sebagian dari pendapatan ini akan digunakan untuk pemenuhan
kebutuhan non makanan, antara lain untuk keperluan perumahan, pakaian, barang tahan
lama, pajak, aneka jasa, dan lain sebagainya.
.id
di Kabupaten Jombang (Rupiah), 2015—2019
go
s.
Pengeluaran Pengeluaran Non
Tahun bp Jumlah
Makanan Makanan
b.
(1) (2) (3) (4)
ka
Ketika terjadi pergeseran pola konsumsi rumah tangga, dari sebagian besar digunakan
untuk kebutuhan makanan menjadi kebutuhan non makanan, dapat dijadikan sebuah tolak
ukur peningkatan kesejahteraan masyarakat. Asumsi yang digunakan adalah bila kebu-
tuhan makanan telah terpenuhi maka sisa dari pendapatan akan dimanfaatkan untuk
pemenuhan kebutuhan non makanan.
Demikian halnya fenomena yang terjadi di Kabupaten Jombang menunjukkan hal yang
sama. Berdasarkan hasil Susenas, rata-rata pengeluaran perkapita sebulan dari periode
tahun 2015 sampai dengan 2019 terus mengalami peningkatan. Peningkatan pendapatan
ini diikuti oleh peningkatan besaran konsumsi makanan. Hal ini bisa disebabkan karena
tingginya kenaikan harga bahan-bahan makanan sehingga memaksa masyarakat untuk
mengeluarkan uang lebih banyak untuk konsumsi ini. Dalam sebulan, rata-rata penduduk
.id
Sumber : Susenas,
go
BPS Kabupaten Jombang
s.
rata-rata penduduk Jombang menghabiskan uang sebanyak 964 ribu rupiah untuk me-
bp
menuhi kebutuhannya, baik kebutuhan makanan maupun non makanan.
b.
ka
ng
Besar kecilnya pengeluaran rumah tangga tentu sangat beragam. Dari pendataan
ba
luaran perkapita sebulan. Dalam pengklasifikasian ini, seluruh pengeluaran rumah tangga
//j
diurutkan dari yang paling kecil ke yang paling besar dan kemudian dibagi menjadi lima
s:
bagian yang sama. Maka kemudian diperolehlah klasifikasi pengeluaran menurut kuintil.
tp
ht
89 %
42 %
32 %
40 %
Terlihat perbedaan yang sangat menyolok pada rata-rata pengeluaran perkapita sebulan
kuintil kelima. Dari kuintil satu sampai dengan kuintil keempat, selisih antar kuintil paling
besar hanya mencapai 42 persen. Namun begitu memasuki kuintil kelima, selisih atau gap
dengan kuintil keempat mencapai hingga 89 persen. Angka ini memperlihatkan sebuah
kesenjangan yang cukup jauh dan menjadi pekerjaan rumah agar pemerataan pendapa-
tan dapat memperkecilnya.
.id
go
s.
bp
b.
ka
ng
ba
om
Gambar 5.3
//j
Sumber : Susenas,
BPS Kabupaten Jombang
Jika dilihat lebih dalam lagi pada jenis pengeluaran untuk makanan, dapat diketahui bah-
wa pengeluaran terbesar penduduk Jombang adalah untuk pembelian makanan dan mi-
numan jadi. Pengeluaran untuk membeli makanan jadi menghabiskan 39 persen dari to-
tal biaya konsumsi makanan. Konsumsi makanan minuman jadi biasanya banyak ditemui
pada rumah tangga yang memiliki anggota rumah tangga yang sedang bersekolah. Anak-
anak sekolah yang mendapat uang saku dari orang tuanya, hampir dipastikan akan mem-
belanjakan sebagian uang saku mereka untuk membeli makanan atau minuman jadi.
Konsumsi padi-padian mempunyai porsi terbesar kedua dalam pengeluaran masyarakat
.id
go
s.
bp
b.
ka
ng
ba
om
Gambar 5.4
//j
2019
Sumber : Susenas,
BPS Kabupaten Jombang
Sementara itu, pada konsumsi non makanan, terlihat bahwa persentase terbesar penge-
luaran masyarakat adalah untuk pemenuhan kebutuhan perumahan dan fasilitas rumah
tangga dimana di dalamnya termasuk listrik dan air. Kebutuhan jenis ini menghabiskan
kurang lebih sebesar 40 persen dari biaya non makanan. Disusul oleh kebutuhan aneka
barang dan jasa, menjadi urutan kedua dalam membelanjakan dana konsumsi. Sebanyak
kurang lebih 28 persen dari total pengeluaran non makanan digunakan untuk membeli
aneka kebutuhan barang dan jasa seperti barang-barang untuk kebersihan, produk kecan-
tikan, jasa pendidikan, jasa kesehatan, dan pakaian.
1. Badan Pusat Statistik Kabupaten Jombang. Berbagai Seri. Kabupaten Jombang Dalam Ang-
ka. Jombang.
3. Badan Pusat Statistik Provinsi Jawa Timur. Berbagai Seri. Provinsi Jawa Timur Dalam Angka.
Surabaya.
.id
go
5. _________________________________. 2018. Angka Harapan Hidup (AHH) Penduduk Ja-
s.
wa Timur Menurut Kabupaten/Kota, 2010-2017 (Metode Baru). https://jatim.bps.go.id/
bp
dynamictable/2018/04/16/394/angka-harapan-hidup-ahh-penduduk-jawa-timur-menurut-
b.
kabupaten-kota-2010-2017-metode-baru-.html
ka
ng
ba
25/11/2019 09:23
//j