Anda di halaman 1dari 12

LAJU SEDIMENTASI DI PERAIRAN BREBES, JAWA TENGAH MENGGUNAKAN METODE

ISOTOP 210Pb

THE RATE OF SEDIMENTATION VELOCITY ON BREBES WATERS, CENTRAL JAVA, BY USING


ISOTOP 210Pb

Wisnu Arya Gemilang1*, Gunardi Kusumah1, Ulung Jantama Wisha1 dan Ali Arman2

1
Loka Penelitian Sumber Daya dan Kerentanan Pesisir, Balitbang KP, KKP, JL. Raya Padang-Painan km 16, Bungus, Padang
*Email: wisnu.gemilang@yahoo.co.id
2
Pusat Aplikasi Isotopes dan Radiasi BATAN, Jl. Lebak Bulus Raya no 49, Jakarta

Diterima : 24-11-2016, Disetujui : 29-08-2017

ABSTRAK

Beberapa upaya mitigasi terhadap bencana erosi yang terjadi di kecamatan Brebes telah dilakukan dengan
penanaman mangrove, pemasangan hybrid engineering, alat pemecah ombak, namun dari keseluruhan upaya tersebut
masih dianggap belum menjadi solusi terbaik mengurangi dampak bencana erosi pantai. Penelitian ini bertujuan untuk
mengetahui tingkat rata-rata kecepatan sedimentasi berdasarkan umur absolut sedimen dasar laut yang dianggap
mewakili daerah penyelidikan. Penentuan umur absolut sedimen berdasarkan aktifitas kandungan isotop alam 210Pb
pada sedimen. Hasil perhitungan laju sedimentasi tersebut dikorelasikan dengan data debit sungai dan kondisi hidro-
oseanografi yang berperan dalam sistem sedimentasi. Berdasarkan profil unsupported 210Pb pada lokasi IST-01 (Muara
Pemali) dan IST-02 (Muara Nipon) rata-rata laju sedimentasinya berturut-turut 0,224 cm/tahun dan 0,211 cm/tahun,
debit Sungai Pemali sebesar 14,4-48,1 m3/s, kecepatan arus pada stasiun IST-01 berkisar antara 0,001-0,1 m/s dan
kecepatan arus pada stasiun IST-02 berkisar antara 0,001-0,08 m/s. Kondisi hidro-oseanografi daerah penelitian yang
fluktuatif memberikan pengaruh besar terhadap proses sedimentasi. Besarnya debit sungai memiliki korelasi terhadap
peningkatan besarnya nilai laju sedimentasi di Muara Pemali dan Muara Nippon. Hasil penelitian tersebut dapat
dijadikan bahan rekomendasi upaya mitigasi bencana erosi di kecamatan Brebes
Kata Kunci: Sedimentasi, Pesisir Brebes, Hidrodinamika arus, Isotop Unsupported 210Pb

ABSTRACT

Several efforts to mitigate the erosion event which occurred in Brebes sub district have been done by mangrove
cultivation, hybrid engineering, and breakwater as well. Nevertheless, all those efforts did not work right away to solve
the erosion problem and deteriorate its impact. This study has aim to determine the absolute sediment dating, which
represents the study area. We decided the absolute sediment dating based on natural isotop activity 210Pb contained on
sediment. Sedimentation rate calculation result was correlated with the river discharge and hydro-oceanography
conditions in the sediment area systems. Based on unsupported 210Pb profile, at the station IST-01 (Pemali estuary)
and IST-2 (Nipon estuary), the averages of sedimentation rate are 0.22 cm/year and 0.211 cm/year respectively. The
discharge of Pemali River has ranged 14.4-48.1 m3/s. The current speed at the point IST-01 has ranged 0.001-0.1 m/s
and at the station IST-02 has ranged 0.001-0.08 m/s. The hydro-oceanography condition which is volatile has a big
impact on the process of sedimentation. The enhancing of river discharge has a correlation with the sedimentation rate
enhancement in Pemali and Nippon estuary. The result of this study could be a basis of erosion mitigation effort in
Brebes sub district.
Keywords: Sedimentation, Brebes, Hydrodunamics of surface current, Isotop Unsupported 210Pb

JURNAL GEOLOGI KELAUTAN


Volume 15, No. 1, Juni 2017
11
PENDAHULUAN disebut “unsupported 210Pb”, sementara lainnya
Wilayah pantai Kabupaten Brebes memiliki disebut “supported 210Pb” yang secara alami
potensi sumberdaya cukup tinggi dengan panjang dibentuk secara menerus oleh 222Rn yang berasal
garis pantai 53 km (Bappeda Kabupaten Brebes,
2013), memiliki luas kawasan mangrove 223,07 ha, dari unsur alam 226Rn yang terkandung di dalam
terluas di wilayah pantai Jawa Tengah bagian barat sedimen (Cazotti et al., 2002). Penentuan umur
dengan kerapatan vegetasi mangrove kategori sedimen dengan teknik radioisotope alam 210Pb
sapling (anakan) 18,400 ind/ha tertinggi di Propinsi telah digunakan secara luas baik di danau maupun
Jawa Tengah (Dinas Kelautan dan Perikanan di perairan laut, tanah jatuhan dan penentuan laju
Provinsi Jawa Tengah, 2012). sedimentasi di laut (Silva et al., 2013).
Kegiatan anthropogenic berupa pembukaan Pengukuran aktivitas spesifik 210Pb pada
kawasan mangrove untuk pertambakan udang lapisan inti sedimen dapat menentukan umur
intensif yang terus meningkat pada kurun waktu sedimen hingga sekitar 150 tahun ke masa lampau.
tahun 1982 – 2000 telah menyebabkan Penentuan umur sedimen dengan 210Pb sangat
pengurangan luas kawasan mangrove secara sesuai digunakan sebagai media untuk mengkaji
siginifikan dari tahun ke tahun dengan laju perubahan dan kejadian dalam periode dimana
pengurangan 107 ha/tahun (Fiazia, 2006). aktivitas manusia mulai memberi dampak pada
Kerusakan mangrove memicu timbulnya abrasi lingkungan dengan adanya perubahan yang
dan sebaliknya abrasi menurunkan kuantitas dan signifikan pada lingkungan sekitar (Susiati dkk.,
kualitas sumber daya mangrove (Onrizal, 2010; 2007). Lokasi penelitian difokuskan pada pesisir
Marfia, 2011). Kecamatan Brebes (Gambar 1). Tujuan dari
Beberapa upaya untuk mengatasi kerusakan penelitian adalah mengestimasi rata-rata
mangrove di Kabupaten Brebes telah dilakukan kecepatan sedimen dalam kurun waktu tertentu
baik oleh Pemerintah Kabupaten Brebes maupun
menggunakan metode isotop unsupported 210Pb
oleh masyarakat pemerhati mangrove (Suyono,
dan mengetahui faktor-faktor alamiah yang
2015). Upaya yang sudah dilakukan tersebut masih
memberikan pengaruh terhadap mekanisme dan
belum memberikan hasil yang optimal sehingga
kecepatan sedimentasi di pesisir Kecamatan
kerusakan mangrove di wilayah pantai Kabupaten
Brebes.
Brebes masih terus terjadi (Mackay, 2012).
Bencana erosi sangat berkaitan erat dengan
METODE PENELITIAN
proses akresi yaitu sedimentasi pantai yang terjadi
bila jumlah sedimen yang diendapkan lebih besar Penelitian dilakukan di daerah pesisir
daripada kemampuan laut untuk mengangkut Kecamatan Brebes yang terbagi atas dua bagian
sedimen tersebut sehingga daratan pantai akan lokasi pengambilan sampel sedimen yaitu bagian
bertambah (Diposaptono dan Budiman, 2007). barat dan timur pesisir pada dua muara yang
Upaya pengurangan area erosi secara alamiah berbeda yaitu pada bagian barat yang berdekatan
dibutuhkan laju sedimentasi yang cukup besar dengan muara Sungai Nipon (IST-002) sedangkan
pada daerah muara – muara sungai yang diperoleh pada bagian timur berdekatan dengan Sungai
dari aliran sungai yang membawa sedimen dari Pemali (IST-001) (Gambar 1).
hulu dan selanjutnya akan terdeposit di bagian Pengambilan sampel dilakukan di bulan Mei
pesisir pantai yang mengalami erosi. 2016 pada dua lokasi yang dianggap mewakili
Erosi diperparah bila sedimen sungai yang daerah penelitian yaitu di daerah pesisir Sungai
menjadi penyeimbang tidak cukup menggantikan Nipon dan Pemali. Sampel inti sedimen diambil
sedimen yang tererosi (Helfinalis dkk., 2010). Hal menggunakan pipa PVC diameter 2 inch kemudian
– hal tersebut menjadi latar belakang perlu ditekan secara perlahan pada sedimen berbutir
dilakukannya penelitian yang bertujuan untuk halus hingga rata-rata kedalaman 35 cm. Sampel
mengetahui tingkat rata-rata kecepatan sedimen core dibekukan dengan es batu untuk
sedimentasi yang terjadi di kawasan pantai menghindari adanya pencampuran antar lapisan
Kecamatan Brebes sehingga dapat diketahui sedimen serta untuk memudahkan pada saat
karakteristik pengendapan sedimen. preparasi/pemotongan bagian sampel inti sedimen
Secara alami 210Pb memiliki dua jenis, asal dengan interval ketebalan 2cm.
210 Perlakuan sampel selanjutnya dilaksanakan di
Pb pertama adalah yang terbentuk secara alami
laboratorium Kelautan Bidang Industri dan
di atmosfer karena hasil peluruhan 222Rn, biasanya Lingkungan, Pusat Aplikasi Isotop dan Radiasi

JURNAL GEOLOGI KELAUTAN


12 Volume 15, No. 1, Juni 2017
Gambar 1. Peta lokasi pengambilan sampel sedimen core untuk analisis isotop

BATAN. Perhitungan kandungan 210Pb total sedimentasi. Hasil tersebut kemudian


dilakukan di laboraturium tersebut untuk dibandingkan antara data hasil granulometri, data
kecepatan laju dan debit sungai hasil pengamatan
mengetahui mengetahui aktivitas 210Pb total
dan pengukuran di stasiun pengaturan sungai
dalam setiap sampel sedimen. Aktivitas 210Pb total induk Pemali milik Pengelolaan Sumber Daya Air
ditentukan dari hasil pengukuran salah satu anak (PSDA) Tegal. Berdasarkan hasil interpretasi dan
luruhnya yaitu 210Po dengan asumsi terdapat korelasi dari data – data tersebut kemudian dapat
kesetimbangan antara keduanya. Destruksi sampel dilakukan interpretasi mekanisme sistem laju
mengikuti prosedur (Sanchez et al., 1993) dengan sedimentasi yang terjadi di dua lokasi sampel inti
sedikit modifikasi (Arman dkk., 2013). Supported sedimen tersebut.
210
Pb ditentukan dari nilai 210Pb lapisan bawah Kondisi hidro-oseanografi dilakukan dengan
yang konstan sehingga unsupported 210Pb adalah pengukuran data arus dan pasang surut dilakukan
pada tanggal 21 Juli - 4 Agustus 2016,
selisih dari 210Pb total dan supported 210Pb (Cossa menggunakan ADCP (Acoustic Doppler Current
et al., 2014).
Profiler-Nortek), set-up ADCP ditampilkan pada
Ukuran butir sedimen diketahui Tabel 1. Data hasil perekaman ADCP tersebut
menggunakan metode granulometri (Hubbard dan digunakan untuk validasi hasil. Pemodelan arus
Pocock, 1972; Hsieh, 1995). Klasifikasi ukuran pasang surut dilakukan menggunakan modul flow
butir dilakukan berdasarkan klasifikasi Wentworth model fm dan disimulasikan untuk 2 periode
(1922). Penentuan jenis tekstur sedimen dilakukan musim yang berbeda (Musim Barat dan Musim
berdasarkan klasifikasi Diagram Segitiga Shepard Timur), sehingga terlihat pengaruh pasang surut
tahun 1954 (Dyer, 1986). Parameter statistik yang terhadap pembentukan dan pola arus di sepanjang
digunakan dalam analisis sedimen berupa sortasi, perairan Brebes dan memperlihatkan pola transpor
skewness dan kurtosis menggunakan klasifikasi oleh faktor hidro-oseanografi pada kedua titik
(Folk dan William, 1957). observasi (Gambar 1). Set-up pemodelan
Besaran umur yang diketahui hasil dari dating hidrodinamika ditampilkan pada Tabel 2.
210Pb kemudian dikonversikan menjadi laju

JURNAL GEOLOGI KELAUTAN


Volume 15, No. 1, Juni 2017
13
Tabel 1. Set-up alat ADCP tekstur sedimen yang ada pada sampel IST-001 di
muara Sungai Pemali berdasarkan klasifikasi
Deployment Brebes tekstur sedimen (Dyer, 1986), didominasi oleh
Start at 21/07/2016 11:00:00 tekstur sedimen Lanau - Pasir Lanauan. Jenis
Profile interval (s) 600 tekstur sedimen pada sampel IST-002 di muara
Number of cells 15 Sungai Nipon didominasi Pasir Lanauan – Lanau
Cell size (m) 1.00
Pasiran.
Blanking distance (m) 0.50
Measurement load (%) 50
Perbedaan ukuran butir sedimen berhubungan
Average interval (s) 300 dengan asal sumber sedimen. Semakin mendekati
Power level High pantai dan muara sungai ukuran butir sedimen
Compass upd. Rate (s) 600 semakin halus, sedangkan ukuran butir yang
Speed of sound (m/s) Measured berhadapan dengan laut lepas lebih kasar (Nugroho
Salinity (ppt) 35 dan Basit, 2014). Hal ini menunjukkan bahwa
Assumed duration (days) 30
sumber sedimen berasal dari laut yang kemudian
Battery utilization (%) 212.0
Vertical vel. Prec (cm/s) 0.7 mengalami proses transportasi hingga akhirnya
Horizon. Vel. Prec (cm/s) 2.0 terendapkan menjadi sedimen di masing-masing
lokasi. Karakteristik endapan sedimen yang
berada disekitar muara sungai
Tabel 2. Set-up pemodelan hidrodinamika cenderung berukuran lanau serta
campuran mineral lempung dan sisa
Parameter Diterapkan dalam simulasi
tumbuhan, hal ini mencirikan bahwa
Waktu simulasi Number of time step = 2000
Time step interval = 900 adanya pengaruh dari darat sangat
Simulation date (Musim Timur) = 1/7/2016 12.30 mendominasi. Lokasi sedimen
AM-15/7/2016 08.30 PM kelompok pasir berada pada bagian
Simulation date (Musim Barat) = 1/12/2016 12.30
AM-15/12/2016 08.30 PM lepas pantai dan tidak berdekatan
Simulation date (point series) = 1/5/2016 12.30 AM- dengan muara sungai dicirikan dengan
15/5/2016 08.30 PM adanya komposisi pecahan cangkang
Mesh boundary Batimetri =Digitasi peta batimetri DISHIDROS biota laut, kondisi tersebut
Flood and dry Drying depth = 0.005 m
Flooding depth = 0.05 m membuktikan bahwa pada zona
Wetting depth = 0.1 m tersebut pengendapan dan pengaruh
Boundary Type = Specified level laut sangat berperan
condition Format = Varying in time, constant along boundary
Time Series = Peramalan pasang surut dengan
Proses pengendapan, arus dan
koordinat: pasang surut di suatu perairan dapat
1. Longitude: 109.05297, Latitude: -6.7806 berperan untuk menyeleksi ukuran
2. Longitude: 109.05010, Latitude: -6.7665 jenis sedimen sehingga mengakibatkan
3. Longitude: 109.03086, Latitude: -6.7651
4. Longitude: 109.01559, Latitude: -6.7773 adanya variasi ukuran jenis. Ketika
5. Longitude: 109.01882, Latitude: -6.7888 adanya arus yang kuat, sedimen yang
memiliki fraksi kasar tidak mudah
HASIL DAN PEMBAHASAN terbawa arus, namun sedimen halus
akan terbawa mengendap di daerah perairan yang
Identifikasi mekanisme laju sedimentasi
lebih tenang (Nugroho dan Basit, 2014).
daerah penelitian dapat diketahui berdasarkan
Berdasarkan hasil klasifikasi tersebut bahwa fraksi
beberapa parameter yang berkaitan terhadap
halus jenis lanau terendapkan pada bagian dekat
proses sedimentasi. Beberapa parameter untuk
dengan muara IST-001, dapat diinterpretasikan
mengetahui mekanime sedimentasi diantaranya,
bahwa arus sungai melemah pada bagian muara
umur sedimen, sedimentasi, persentase porositas,
dan arus laut pada kondisi tertentu juga melemah.
jenis tekstur sedimen serta faktor alam lainnya
Parameter analisis granulometri (ukuran butir
seperti perubahan kecepatan arus dan debit
sedimen) berupa rata-rata, sortasi, kurtosisi dan
sungai.
skewness merupakan salah satu metode yang
Karakteristik sedimen daerah penelitian digunakan untuk identifikasi proses transportasi
Klasifikasi jenis tekstur sedimen pada tiap dan deposisi sedimen. Untuk memperoleh
lapisan inti contoh sedimen berdasarkan analisis klasifikasi parameter granulometri tersebut maka
ukuran butir menunjukkan tekstur sedimen yang dilakukan perhitungan stastistik dengan hasil yang
berbeda-beda seperti terlihat pada Tabel 3. Jenis tercantum pada Tabel 4.

JURNAL GEOLOGI KELAUTAN


14 Volume 15, No. 1, Juni 2017
Tabel 3. Jenis sedimen di perairan pesisir Kecamatan Brebes Berdasarkan klasifikasi Diagram
Segitiga Shepard tahun 1954

Kedalaman Tekstur Kedalaman Tekstur


Lokasi Lokasi
(cm) Sedimen (cm) Sedimen

Lanau
0-2 0-2 Lanau
Lempungan
Lanau
2-4 Lanau Pasiran 2-4
Lempungan
4-6 Pasir Lanauan 4-6 Lanau
6-8 Lanau Pasiran 6-8 Lanau Pasiran
IST-01 8-10 Lanau IST-02 8-10 Lanau Pasiran
10-15 Lanau 10-15 Lanau
15-20 Lanau 15-20 Lanau Pasiran
20-25 Lanau 20-25 Pasir Lanauan
25-30 Lanau 25-30 Pasir Lanauan
30-35 Pasir Lanauan 30-35 Pasir Lanauan

Tabel 4. Hasil statistik perhitungan parameter sedimen

Kode
Sortasi Klasifikasi Skweness Klasifikasi Kurtosis Klasifikasi
Stasiun
terpilah sangat
IST-01(1) 2,13 -0,1 Menceng simetris 2,14 sangat runcing
buruk
IST-01(2) 1,92 terpilah buruk 0,36 Menceng sangat halus 1,89 sangat runcing
IST-01(3) 1,79 terpilah buruk 0,7 Menceng sangat halus 2,1 sangat runcing
IST-01(4) 1,87 terpilah buruk 0,3 Menceng sangat halus 1,87 sangat runcing
IST-01(5) 1,71 terpilah buruk -0,01 Menceng simetris 2,6 sangat runcing
IST-01(6) 1,6 terpilah buruk 0,03 Menceng simetris 2,04 sangat runcing
IST-01(7) 1,36 terpilah buruk -0,01 Menceng simetris 2,05 sangat runcing
IST-01(8) 1,36 terpilah buruk -0,05 Menceng simetris 3,15 sangat runcing sekali
IST-01(9) 1,95 terpilah buruk -0,07 Menceng simetris 2,79 sangat runcing
IST-01(10) 1,55 terpilah buruk 0,7 Menceng sangat halus 4,17 sangat runcing sekali
IST-02(1) 1,55 terpilah buruk 0,12 Menceng halus 2,23 sangat runcing
IST-02(2) 1,55 terpilah buruk 0,12 Menceng halus 2,46 sangat runcing
IST-02(3) 1,29 terpilah buruk 0,46 Menceng sangat halus 2,56 sangat runcing
IST-02(4) 1,97 terpilah buruk -0,01 Menceng simetris 2,02 sangat runcing
IST-02(5) 1,97 terpilah buruk -0,01 Menceng simetris 2,02 sangat runcing
IST-02(6) 1,17 terpilah buruk 0,1 Menceng halus 5,2 sangat runcing sekali
IST-02(7) 1,95 terpilah buruk 0,06 Menceng simetris 2,71 sangat runcing
IST-02(8) 1,83 terpilah buruk 0,23 Menceng halus 1,9 sangat runcing
IST-02(9) 1,65 terpilah buruk 0,68 Menceng sangat halus 2,75 sangat runcing
IST-02(10) 1,52 terpilah buruk 0,76 Menceng sangat halus 3,7 sangat runcing sekali

JURNAL GEOLOGI KELAUTAN


Volume 15, No. 1, Juni 2017
15
Nilai sortasi sedimen di lokasi penelitian Besarnya supported 210Pb pada lokasi IST-001 dan
termasuk dalam pemilahan buruk hingga sedang, IST-002 adalah 7,12 Bq/kg dan 6,24 Bq/kg. Hasil
Ingmanson dan Wallace (1989) menjelaskan bahwa
pengukuran unsupported 210Pb pada tiap conto
sedimen dengan granulometri terpilah buruk
lapisan inti sedimen dari dua titik lokasi
diakibatkan oleh ukuran partikel yang
pengambilan sampel dapat dilihat pada Gambar 3.
terakumulasi secara acak. Kondisi pemilahan
butiran sedimen buruk dipengaruhi oleh kekuatan Profil unsupported 210Pb menunjukkan nilai
arus dan gelombang sangat tidak stabil, artinya yang fluktuatif antara IST-001 dan IST-002. Pada
kekuatannya tidak sama setiap saat sehingga umumnya nilai unsupported 210Pb pada setiap
butiran sedimen yang diendapkan berbeda sangat lapisan kedalaman inti sedimen cenderung makin
mencolok (Rifardi, 2012). Selain kondisi tersebut kecil konsentrasinya dari lapisan atas ke bawah
proses pertemuan antara arus sungai dengan arus hingga kedalaman 35 cm. Berdasarkan pola
laut menyebabkan terjadinya gradasi energi arus kandungan unsupported 210Pb tersebut maka
pengendapan sehingga menyebabkan kondisi penentuan umur dan laju sedimentasi dilakukan
energi arus yang fluktuatif dan ukuran butir dengan menggunakan model CRS (Constant Rate
sedimen tidak terpilah dengan baik. of Supply) (Lubis dkk., 2007).
Statistik nilai kemencengan ukuran butir Umur sedimen bervariasi untuk seluruh inti
sedimen juga merupakan indikator jauh atau sedimen seperti terlihat pada Tabel 5. Lapisan
dekatnya sedimen tersebut teretransportasi dari paling bawah yaitu pada kedalaman (25-30) cm dari
sumbernya. Nilai kemencengan (skewness) apabila sampel IST-001 berumur hingga 95 tahun,
semakin negatif menunjukkan adanya kelebihan sedangkan pada sampel IST-002 pada kedalaman
partikel ukuran besar, sedangkan semakin positif (25-30) cm berumur 91 tahun. Hal yang sama juga
menunjukkan adanya kelebihan partikel ukuran terlihat adanya perbedaan laju sedimentasi yang
kecil (Bayhaqi dan Dungga, 2015). bervariasi pada tiap lapisan inti sedimen. Laju
Hubungan laju sedimentasi dengan debit sedimentasi rata-rata pada sampel inti sedimen
sungai IST-001 yang berada dekat dengan muara Sungai
Pemali sebesar 0,211 cm/tahun, sedangkan pada
Profil total 210Pb dan supported 210Pb pada sampel IST-002 di muara Sungai Nipon sebesar
sampel inti sedimen ditampilkan pada Gambar 2. 0,224 cm/tahun. Nilai rata-rata laju akumulasi

Gambar 2. Profil nilai 210Pb total dan supported 210Pb Gambar 3. Profil nilai unsupported 210Pb IST-001 dan
terhadap kedalaman sampel inti sedimen IST-002
IST-001 dan IST-002, di perairan pesisir
Kecamatan Brebes

JURNAL GEOLOGI KELAUTAN


16 Volume 15, No. 1, Juni 2017
Tabel 5. Laju sedimentasi di perairan pesisir Kec. Brebes berdasarkan analisis radionuklida alam 210Pb

Laaju Laaju
Kedalaman Tahun akummulasi man
Kedalam Tahuun akummulasi
Lokasi Lokaasi
(cm) pengendappan sedimmen (cm)) pengend
dapan sediimen
(cm/taahun) (cm/ttahun)
0-2 2014 0,3375 0-2 20114 0,3357
2-4 2009 0,2255 2-4 20113 0,5599
4-6 2004 0,3351 4-6 20111 0,3377
6-8 1996 0,2217 6-8 20004 0,175
IST-01 8-10 1991 0,2229 IST--02 8-10 19992 0,0095
10-15 1984 0,157 10-155 19886 0,190
15-20 1968 0,0091 15-200 19669 0,0066
20-25 1963 0,179 20-255 19554 0,104
25-30 1921 0,0040 25-300 19225 0,0054

sedimen lebih besar pada dekat dengan muara Air wilayah Sungai Pemali Comal dari tahun 1990 –
Sungai Nipon, dibandingkan dengan yang dekat 2015 pada Tabel 6 memperlihatkan nilai debit
muara Sungai Pemali. sungai yang fluktuatif.
Berdasarkan data nilai laju akumulasi sedimen
Kondisi Hidro-Oseanografi
pada tiap lapisan inti sedimen terlihat adanya nilai
Validasi hasil model dilakukan untuk
terbesar pada tiap sampel, IST-001 terukur 0,375
mengetahui besar nilai error dalam pemodelan,
cm/tahun dikedalaman (0-2) cm diikuti dengan
nilai RMSE didapatkan sebesar 11,09 % untuk data
kedalaman 2-6 cm dengan nilai 0,351 cm/tahun
arus dan nilai RMSE sebesar 12,53 % untuk data
pada tahun 2014. Pada IST-002 nilai laju akumulasi
elevasi muka laut. Menurut Chorma?ski et al.
sedimen terbesar 0,599 cm/tahun pada kedalaman
(2009) nilai MRSE < 40 % menandakan bahwa
2-4cm dengan tahun pengendapan 2013. Beberapa
model menghasilkan simulasi hidrodinamika yang
faktor dapat menjadi penyebab terjadinya anomali
baik berdasarkan syarat batas model yang telah
besarnya laju akumulasi sedimen salah satunya
dibuat.
adanya besarnya debit sungai yang dapat
Kecepatan arus pada Musim Barat berkisar
memberikan dampak meningkatnya partikel
antara 0-0,78 m/s, kecepatan arus tetinggi berada
sedimen yang terbawa dari hulu dan terendapkan
pada wilayah lepas pantai bagian utara daratan
di hilir atau muara sungai. Berdasarkan data debit
Brebes yang merupakan arus yang bergerak dari
sungai rata-rata tahunan yang diperoleh dari
laut jawa, pada musim ini angin bergerak dari
stasiun pengamatan milik Pengelola Sumber Daya
Benua Asia dan mempengaruhi arah arus dominan
(Handoyo dan Suryoputro, 2015).
Tabel 6. Rata-rata tahunan debit Sungai Comal Pemali Tahun 1990-2015 Terlihat pada Gambar 4 bahwa
arus datang dari arah Barat Laut
Rata-ra ata Debit Rata-rata a Debit dengan kecepatan mencapai 0,78 m/
Tahunn Sungai Tahunan Tahun Sungai Ta ahunan s, namun diwilayah sekitar muara
m3/s)
(m (m3/s)
/ Pemali berkisar antara 0,05-0,15 m/
1990 3
38 2003 35,8 s, dan di Muara Nipon berkisar
1991 4
46 2004 39,5 antara 0,05-0,13 m/s, rendahnya
1992 37
7,7 2005 37,4
kecepatan arus di wilayah kedua
1993 35
5,7 2006 42,2
1994 14
4,4 2007 39,1 muara tersebut sangat mendukung
1995 59
9,7 2008 52
34,5 bagi terendapkannya sedimen yang
1996 43
3,3 2009 41
1 awalnya berasal dari input Sungai
1997 36
6,7 2010 79
9 Pemali dan Sungai Nipon.
1998 47
7,2 2011 46,6
65 Arah arus pada Musim Barat
1999 41,4 2012 41,4 cenderung bergerak kearah Timur,
2000 49
9,1 2013 65,1 sehingga diduga sebaran sedimen
2001 47
7,5 2014 39,9
dari Sungai Nipon mendominasi di
2002 34
4,7 2015 48,1
wilayah Desa Sawojajar dan
(Sumber: Data Hasil Peng
gamatan Stasiun PS
SDA Tegal, 1990 – 2002)

JURNAL GEOLOGI KELAUTAN


Volume 15, No. 1, Juni 2017
17
Gambar 4. Pola arus pada Musim Barat di perairan Brebes

Kaliwlingi, sedangkan sebaran sedimen dari senyawa lainnya yang melayang, terbawa oleh arus
Sungai Pemali diduga akan terendapkan di wilayah menuju dasar perairan dan terendapkan (Gao dan
timur muara sungai tersebut. Jia, 2002).
Simulasi model dilakukan hanya pada kondisi Mekanisme downwelling tersebut didukung
pasang purnama dimana kecepatan transport dengan kecepatan arus pada kondisi tersebut
meningkat, karena diwilayah perairan Brebes tergolong lemah dengan kecepatan berkisar antara
didominasi oleh arus pasang surut, pada saat 0,02-0,06 m/s. Kecepatan arus di sekitar Muara
pasang tertinggi kecepatan arus menjadi maksimal Nipon pada Musim Timur berkisar antara 0-0,22
dan transport sedimen yang terjadi juga semakin m/s, sedangkan pada Muara Pemali berkisar antara
tinggi (Wisha dkk., 2016). 0-0,19 m/s, kecepatan tersebut lebih rendah bila
Berbeda dengan pola arus pada Musim Timur, dibandingkan dengan kecepatan arus dikedua
kecepatan arus berkisar antara 0-0,42 m/s, dengan muara pada Musim Barat, hal ini sangat
arah dominan arus bergerak kearah Selatan dan mendukung terjadinya pengendapan sedimen di
Timur, arus yang berasal dari Barat dan Utara sekitar muara karena mekanisme turbulensi dan
mengalami deformasi sehingga terjadi pertemuan pengadukan oleh arus tidak terjadi secara
dua arus di wilayah pulau pasir (beting) dengan signifikan (Wisha dan Heriati, 2016).
kecepatan berkisar antara 0-0,02 m/s. Berdasarkan hasil dating 210Pb (Tabel 6)
Pada Musim Timur, angin bergerak dari terlihat bahwa pada stasiun IST 01 dan IST 02
Benua Australia dan terlihat pada Gambar 5 bahwa memiliki laju sedimentasi yang selalu berubah-
masih ada dominasi arus yang bergerak ke Timur, ubah setiap tahunnya, hal tersebut salah satunya
sehingga terjadi pertemuan antara 2 sumber arus disebabkan oleh kondisi oseanografi yang juga
yang berasal dari Barat dan dari Timur, kejadian fluktuatif bergantung pada kondisi musim dan arah
tersebut erat kaitannya dengan mekanisme angin di kedua lokasi pengambilan sampel.
downwelling dimana partikel-partikel sedimen dan

JURNAL GEOLOGI KELAUTAN


18 Volume 15, No. 1, Juni 2017
Gambar 5. Pola arus pada Musim Timur di perairan Brebes

Pada beberapa tahun terakhir laju sedimentasi dalam satu perairan.


pada kedua stasiun meningkat (Tabel 5), hal Perbandingan kecepatan arus pada stasiun
tersebut dikarenakan terjadinya deformasi pola pengambilan sampel ditunjukkan pada Gambar 6,
arus akibat adanya perubahan morfologi dasar terlihat bahwa kecepatan arus di stasiun IST 01
perairan, seperti timbulnya daratan yang hanya lebih tinggi selama 15 hari sebelum pengambilan
muncul pada kondisi surut (beting), sampel sedimen, berkisar antara 0,001-0,1 m/s,
mengindikasikan bahwa terjadi akumulasi sedimen sedangkan pada stasiun IST 02 kecepatan arus
dan sedimentasi diwilayah tersebut. berkisar antara 0,001-0,08 m/s.
Menurut Frihy et al. (1991) bahwa adanya Stasiun IST 02 memiliki kecepatan arus yang
kesetimbangan pantai menyebabkan volume lebih rendah sehingga mekanisme turbulensi dan
sedimen yang tertransport akan sebanding dengan pengadukan oleh arus juga rendah dan dapat
volume sedimen yang terendapkan di wilayah lain menyebabkan sedimen yang melayang lebih

Gambar 6. Perbandingan kecepatan arus pada stasiun pengambilan sampel

JURNAL GEOLOGI KELAUTAN


Volume 15, No. 1, Juni 2017
19
Gambar 7. Perbandingan elevasi muka air pada stasiun pengambilan sampel

mudah mengendap (Voulgaris dan Meyers, 2004), SARAN


terbukti bahwa terdapat pulau pasir yang Dengan laju sedimentasi yang tinggi di
terbentuk dari tingginya sedimentasi diwilayah perairan Brebes, diharapkan adanya penelitian
Timur Muara Nipon (Beting). lebih lanjut mengenai sistem pengelolaan dan
Untuk kondisi pasang surut pada kedua pencodetan muara sungai untuk mengurangi
stasiun pengambilan sampel tidak jauh berbeda, bencana abrasi di Kecamatan Brebes.
hanya dibeberapa waktu elevasi muka air di
stasiun IST 01 lebih tinggi namun tidak signifikan UCAPAN TERIMAKASIH
berbeda (Gambar 7), perbedaan jarak antara kedua
stasiun pengambilan sampel sebesar 12,5 km, Penulis menyampaikan terima kasih kepada
sehingga jelas bahwa kondisi pasang surut di Loka Penelitian Sumber Daya dan Kerentanan
kedua stasiun tidak jauh berbeda karena pasang Pesisir (LPSDKP) Balitbang KP atas DIPA
surut sejatinya merupakan gelombang panjang Anggaran Penelitian tahun 2016 terkait penelitian
(Azis, 2006). yang dilakukan di Kecamatan Brebes. Serta kepada
DKP Kab. Brebes dan Kelompok Mangrove
KESIMPULAN Pandansari yang telah membantu dalam proses
pengambilan data dilapangan.
Laju sedimentasi daerah kecamatan Brebes
hasil analisis isotop 210Pb rata-rata laju DAFTAR ACUAN
sedimentasi di muara Pemali sebesar 0,224 cm/
Arman, A., Zamani, N. P., dan Watanabe, T. 2013.
tahun, sedangkan pada muara Nipon sebesar
Study to determination the age and
0,211cm/tahun. Tekstur sedimen didominasi oleh
extension rate of corals in related to climate
lanau hingga pasir lanauan, parameter statistik
change by X-ray. Jurnal Ilmiah Aplikasi
sedimen mengindikasikan kondisi pergerakan air
Isotop dan Radiasi, 9(1), 1-10.
sebagai media transport sedimen sangat fluktuatif.
Kondisi hidro-oseanografi daerah penelitian dan Azis, M. F. 2006. Gerak air di laut. Oseana, 31(4),
besarnya debit sungai sangat berperan dalam 9-21.
proses transportasi sedimen dan pengendapan di Bappeda Kabupaten Brebes. 2013. Kabupaten
pesisir kecamatan Brebes. Brebes dalam Angka. 320p.
Pada Musim Barat kecepatan arus lebih besar Bayhaqi Ahmad dan Caesar M.A. Dungga. 2015.
daripada Musim Timur, pada pada Musim Timur Distribusi butiran sedimen di pantai Dalegan
sedimen yang berasal dari muara-muara sungai Gresik Jawa Timur. Jurnal Depik. 4(3): 153-
cenderung terendapkan karena mekanisme 159p. Doi: 10.13170/depik.4.3.3054.
transport yang lemah pada musim tersebut,
sedangkan pada Musim Barat kecepatan arus Cazotti, R.I., Silverio, P.R., Nascimento, M.R.L dan
sangat maksimal dan cenderung terjadi proses Mozeto, A.A. 2002. Mozeto, A.A. Datação de
turbulensi dan mixing di perairan Brebes, Sedimentos do Reservatório de Barra Bonita,
keberadaan beting gisik menandakan bahwa laju Rio Tietê, SP com Pb-210: Distribuição
sedimentasi di perairan Brebes meningkat disetiap Histórica de Metais Pesado. Brazil. Report,
tahunnya. INAC, Rio de Janeiro.
Chormanski, J., Mirosław-Swiatek, D dan
Michałowski, R. 2009. A hydrodynamic

JURNAL GEOLOGI KELAUTAN


20 Volume 15, No. 1, Juni 2017
model coupled with GIS for flood Indramayu, Laporan Akhir Program Insentif
characteristics analysis in the Biebrza Peneliti dan Perekayasa LIPI tahun 2010.
riparian wetland. Oceanological and Pusat Penelitian Oseanografi, Lembaga Ilmu
Hydrobiological Studies, 38(1), 65-73. Doi: Pengetahuan Indonesia. Jakarta. 44p.
10.2478/v10009-009-0004-x. Ingmanson D.E dan W.J. Wallace. 1989.
Cossa, D., Buscail, R., Puig, P., Chiffoleau, J. F., Oceanography an Introduction. Fouth
Radakovitch, O., Jeanty, G and Heussner, S, Edition. Wadsworth Publishing Company.
2014. Origin and accumulation of trace Belmont, California. 541p.
elements in sediments of the northwestern Lubis, A. A., Aliyanta, B., & Menry, Y. 2007.
Mediterranean margin. Chemical Geology, Estimation of Sediment Accumulation Rate
380, 61-73. Doi: 10.1016/j.chemgeo. in Jakarta Bay Using Natural Radionuclide
2014.04.015.
Unsupported 210Pb. Indonesian Journal of
Dinas Kelautan dan Perikanan Propinsi Jawa Chemistry, 7(3), 309-313. Doi: 10.22146/
Tengah. 2012. Penyusunan Rencana Zonasi ijc.442.
Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil
Mackay, P. 2012. The Brebes Mangrove Restoration
(RZWP3K) Provinsi Jawa Tengah. 135p.
& Reforestation for Climate Change
Diposaptono, S. dan Budiman. 2007. Hidup Akrab Adaptation Project; Central Java Green Belt
dengan Gempa dan Tsunami. Bogor. PT Mangrove Corridor Program, Brebes Regency.
Sarana Komunikasi Utama. 383 p. Bappeda Kabupaten Brebes. 67p.
Dyer, K. 1986. Coastal and estuarine sediment Marfia, M.A. 2011. The hazards of coastal erosion
dynamics. John Wiley dan Sons. Chichester. in Central Java, Indonesia: An overview.
342p. Geografi A Online TM. Malaysian Journal of
Fiazia, N.A. 2006. Struktur Komunitas Mangrove Society and Space, 7(3), 1-9.
dan Implikasinya pada Kegiatan Rehabilitasi Nugroho, H, S dan Abdul Basit. 2014. Sebaran
di Pesisis Brebes, Jawa Tengah. Departemen Sedimen Berdasarkan Analisis Ukuran Butir
Manajemen Sumberdaya Perairan, Fakultas di Teluk Weda, Maluku Utara. Jurnal Ilmu
Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut dan Teknologi Kelautan Tropis, 6: 229-240.
Pertanian Bogor. Bogor. 85p.
Onrizal. 2010. Perubahan Tutupan Hutan
Folk, Robert L dan William C. Ward. 1957. Brazos Mangrove di Pantai Timur Sumatera Utara
river bar: a study in the significance of grain- Periode 1977–2006. Jurnal Biologi
size parameters. Journal of Sediment and Indonesia, 6(2), 163-172.
Petrology, 27:3-26p. Doi: 10.1306/74d70646-
Rifardi. 2012. Geologi Sedimen Modern
2b21-11d7-8648000102c1865d.
(Edisirevisi). Universitas Riau Press.
Frihy, O. E., S.M., Nasr, M.H, Ahmed, M. E., Raey.
Sanchez-Ccabeza, J.A., Masque, P., Schell, W.R.,
1991. Temporal Shoreline and Bottom
Palanques, A., Valiente, M., Palet, C., OBiol,
Changes of the Inner Continental Shelf off the
R.P., and Cano, J.P.1993. Record of
Nile Delta, Egypt. J. Coa. Res, 7(2):465-475.
anthropogenic environmental impact in the
Doi: 10.1007/bf00824361.
continental shelf north of Barcelona city.
Gao, S dan J. Jia. 2002. Modeling Suspended Proceeding of a symposium. IAE.
Sediment Disribution in Continental Shelf
Silva, M. V. N., Sial, A. N., Barbosa, J. A., Ferreira,
Upwelling Downwelling Settings. Geo. Mar.
V. P., Neumann, V. H., & De Lacerda, L. D.
Let, 22(4):218-226. Doi: 10.1007/s00367-
2013. Carbon isotopes, rare-earth elements
002-0116-8.
and mercury geochemistry across the K–T
Handoyo, G dan A. A. D., Suryoputro. 2015. transition of the Paraíba Basin, northeastern
Kondisi Arus dan Gelombang pada Beragai Brazil. Geological Society, London, Special
Kondisi Morfologi Pantai di Perairan Pantai Publications, 382(1), 85-104. Doi: 10.1144/
Kendal Provinsi Jawa Tengah. Jurnal SP382.2.
Kelautan Tropis. 18(1):33-37.
Susiati, H., Ali, A. L., Yarianto, SBS., Fepriadi, F
Helfinalis, Pramudji dan Hadikusumah. 2010. dan Sarmin, S. 2007. Aplikasi Teknik Nuklir
Studi Kelayakan Pembangunan Dermaga di Untuk Studi Geokronologi Sedimen di
Lingkungan Perairan Pantai Ujung Gebang Perairan Pantai Lokasi Tapak PLTN Ujung

JURNAL GEOLOGI KELAUTAN


Volume 15, No. 1, Juni 2017
21
Lemahabang, Semenanjung Muria. Wentworth, C. K. 1922. A scale of grade and class
Proseding Seminar Nasional Teknologi terms for clastic sediments. The Journal of
Pengolahan Limbah VI Pusat Teknologi Geology, 30(5), 377-392.
Limbah Radioaktif-BATAN, Pusat Penelitian Wisha U. J., Husrin, S dan Prasetyo, G. S. 2016.
Ilmu Pengetahuan dan Teknologi-Ristek. Hydrodynamics of Bontang Seawaters: Its
Suyono. 2015. Strategi Penanganan Kerusakan Effects on the Distribution of Water Quality
Mangrove di Wilayah Pantai Kabupaten Parameters. Ilmu Kelautan, 21(3): 123-134.
Brebes Propinsi Jawa Tengah. Program Doi: 10.14710/ik.ijms.21.3.123-134.
Doktor Manajemen Sumber Daya Pantai Wisha, U. J dan Heriati, A. 2016. Analysis of Tidal
Program Pasca Sarjana Universitas Range and Its Effect on Distribution of Total
Diponegoro. Suspended Solid (TSS) in The Pare Bay
Voulgaris, G. dan S.T.Meyers. 2004. Temporal Waters. Jurnal Kelautan, 9(1): 23-31. Doi:
Variability of Hydrodynamics, Sediment 10.21107/jk.v9i1.1066.
Concentration and Sediment Settling Velocity
in a Tidal Creek. Con. She. Res, 24(15):
1659-1683. Doi: 10.1016/j.csr.2004.05.006.

JURNAL GEOLOGI KELAUTAN


22 Volume 15, No. 1, Juni 2017

Anda mungkin juga menyukai