Anda di halaman 1dari 13

Napitupulu, B : Kajian Beberapa Bahan Penunda

J. Hort.Mutu
Kematangan Terhadap 23(3):263-275, 2013
Buah Pisang ...

Kajian Beberapa Bahan Penunda Kematangan Terhadap Mutu


Buah Pisang Barangan Selama Penyimpanan
(Assessment On Several Materials of Delayed Ripening On the
Quality of Barangan Banana During Storage)

Napitupulu, B
Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Sumatera Utara, Jl. Jend. Besar AH Nasution No. 1 B, Medan 20143
E-mail: besmannapit@yahoo.com
Naskah diterima tanggal 11 Februari 2013 dan disetujui untuk diterbitkan tanggal 11 Juni 2013

ABSTRAK. Pisang Barangan merupakan buah tropik yang spesifik lokasi dan sebagai sumberdaya genetik di Sumatera Utara yang
pemasarannya telah sampai ke Jakarta, Riau (Batam), Jambi, Bandung, dan provinsi lainnya. Dalam upaya untuk memperpanjang
masa simpan pisang Barangan beberapa bahan penunda kematangan digunakan yaitu kalium permanganat (KMnO4), kalsium
hidroksida Ca(OH)2, dan asam askorbat. Tujuan pengkajian ialah untuk mendapatkan alternatif teknologi penunda kematangan
dalam upaya memperpanjang masa simpan buah pisang Barangan. Penelitian dilakukan pada Bulan Mei sampai dengan Desember
2009 di Kabupaten Deli Serdang, Sumatera Utara. Penyimpanan pisang Barangan dilakukan dalam bentuk tandan dan sisir yang
dikemas dengan sistem udara termodifikasi. Pisang Barangan dalam bentuk tandan yang dikemas dalam plastik polietilen densitas
rendah dengan memasukkan etilen absorben (KMnO4), Ca(OH)2, dan asam askorbat diperoleh masa simpan segar mencapai
25 hari dan merupakan perlakuan terbaik, kemudian diikuti perlakuan dengan memasukkan KMnO4 dan Ca(OH)2 yang dapat
memperpanjang masa simpan segar pisang Barangan selama 20 hari. Demikian juga halnya pisang Barangan dalam bentuk sisir
dikemas dengan sistem udara termodifikasi menggunakan plastik polietilen densitas rendah dikemas dengan menambahkan
KMnO4, Ca(OH)2, dan asam askorbat yang merupakan kemasan primer, selanjutnya dikemas ke dalam kotak karton sebagai
kemasan sekunder, menghasilkan ketahanan simpan buah pisang Barangan segar selama 25 hari pada suhu kamar. Perlakuan dengan
memasukkan bahan penunda kematangan KMnO4, Ca(OH)2, dan asam askorbat menunjukkan mutu buah pisang Barangan masih
layak pasar pada penyimpanan 20 dan 25 hari disimpan suhu kamar. Implikasi hasil kajian ini merupakan metode penggunaan
bahan penunda kematangan diharapkan dapat digunakan petani dan pedagang untuk memperpanjang ketahanan simpan buah
pisang Barangan dalam bentuk tandan maupun sisir sehingga penataan dan jangkauan distribusi pemasaran dapat diperluas.

Katakunci: Pisang Barangan; Mudah rusak; Kematangan; Masa simpan

ABSTRACT. Barangan banana is one of the tropical local specific fruit and as a genetic resources in North Sumatera that has been
marketed to Jakarta, Riau (Batam), Jambi, Bandung, and other provinces in Indonesia. In order to prolong storage life of harvested
Barangan banana several materials were tested applied to delay its ripening. These materials were potassium permanganate
(KMnO4), calcium hydroxide Ca(OH)2, and ascorbic acid packed in polyethylene bags. The objective of the assessment was to find
out the best material of delaying ripening in harvested Barangan banana during storage. This assessment was conducted in May
through December 2009 at Deli Serdang District, North Sumatera Province. Barangan banana stored in bunches and hands packed
in modified atmosphere packaging (MAP). Bunches sealed in low density polyethylene (PE) bags and inserted KMnO4, Ca(OH)2,
and ascorbic acid in to PE bags could extend the shelflife of Barangan banana to 25 days. Evaluation of several delayed ripening
materials on the quality of Barangan banana hands sealed in low density PE bags as the primary packaging and inserted KMnO4,
Ca(OH)2, and ascorbic acid in to PE bags and then the use of corrugated carton boxes as secondary packaging could prolong the
shelflife to 25 days at ambient temperature, and the Barangan banana attributed to its visual quality rating was still accepted for
marketable.

Keywords : Barangan banana; Perishables; Ripening, Storage life

Produksi pisang di Provinsi Sumatera Utara pada Buah pisang Barangan mempunyai sifat yang
tahun 2010 ialah 403.390 t (Dinas Pertanian Provinsi mudah rusak setelah panen. Hal ini merupakan salah
Sumatera Utara 2011), dan diperkirakan 25% dari satu kendala dalam penyediaan buah pisang Barangan
produksi tersebut ialah pisang cv. Barangan. Pisang dengan mutu prima kepada konsumen. Buah pisang
Barangan atau disebut juga pisang Medan merupakan Barangan merupakan buah klimakterik. Penyimpanan
pisang lokal khas Provinsi Sumatera Utara. Pisang pada suhu kamar dan udara yang lembab dapat
Barangan lebih disukai dikonsumsi dalam keadaan mempercepat proses respirasi dan meningkatkan
segar, sehingga permintaan pisang segar terus meningkat kehilangan hasil. Sifat ini perlu diantisipasi, mengingat
dari tahun ke tahun. Distribusi pemasaran pisang dalam distribusi pemasaran dibutuhkan masa simpan
Barangan selain di pasar-pasar lokal Sumatera Utara, minimal 3 minggu hingga lebih dari 1 bulan.
juga telah sampai ke provinsi/kota lain seperti Jambi, Berdasarkan hal tersebut, perlu dilakukan penelitian
Jakarta, Bogor, Tangerang, Bekasi, dan Bandung. untuk peningkatan daya simpan pisang Barangan.

263
J. Hort. Vol. 23 No. 3, 2013

Berbagai hasil penelitian mengenai metode selama 20 hari, setelah itu kelopak menjadi coklat
memperpanjang daya simpan buah-buahan segar dan kering, sedang pada suhu ruang hanya dapat
telah banyak dihasilkan, misalnya sistem pengemasan bertahan 12 hari. Kombinasi perlakuan KMnO4 100
atmosfir termodifikasi yang biasanya dikombinasikan ppm dan asam askorbat 600 ppm pada suhu 13oC dapat
dengan penyimpanan pada suhu rendah (dingin) ataupun mempertahankan sifat fisiko-kimia (warna buah, susut
dengan penambahan bahan penunda kematangan dan bobot, kekerasan, laju respirasi, dan padatan terlarut
penggunaan kemasan yang sesuai sebagai kemasan total) buah manggis selama 30 hari (Sagala 2010).
primer dan sekunder. Mekanisme penyerapan atau pengikatan etilen yang
Sistem modified atmosphere packaging (MAP) dihasilkan buah-buahan terjadi karena KMnO4 sebagai
dengan menggunakan bahan penundaan kematangan pengoksida dapat bereaksi atau mengikat etilen dengan
dalam kemasan plastik telah diterapkan dalam skala memecah ikatan rangkap yang ada pada senyawa etilen
penelitian di laboratorium. Ide MAP bukanlah hal menjadi bentuk etilen glikol dan mangan dioksida
yang baru, tetapi keuntungan dari segi mutu dan nilai (Abeles et al. 1992).
ekonomi dari teknik ini merupakan perkembangan Asam askorbat merupakan oxygen scavenger yang
terbaru dalam industri kemasan bahan pangan (Kader mampu menyerap O2 di dalam kemasan dan dianggap
& Watkins 2000, Sen et al. 2012). paling aman untuk digunakan. Pada prinsipnya,
Pengemasan dengan sistem MAP dengan reaksi yang terjadi ialah asam L-askorbat dioksidasi
penggunaan plastik sebagai kemasan primer biasanya menjadi asam dehidro L-askorbat dengan bantuan
dikombinasi dengan penggunaan bahan penyerap enzim oksidase atau peroksidase (Vermeiren et al.
etilen berupa KMnO4 (Broto et al. 1996, Arief et al. 1999). Reaksi ini menunjukkan bahwa keberadaan
1986, Zewter et al. 2012). Produk dalam kemasan asam L-askorbat aktif dan O 2 di dalam kemasan
primer ini selanjutnya dikemas kembali ke kotak menurun karena digunakan untuk mengoksidasi asam
karton berventilasi sebagai kemasan sekunder. Meski L-askorbat, berkurangnya O2 menyebabkan proses
cara ini membutuhkan tambahan biaya, tetapi kondisi respirasi pada buah berjalan lambat, sehingga akan
atmosfir yang diinginkan lebih cepat tercapai, sehingga memperpanjang masa simpan. Selain sebagai pengikat
masa simpan dapat diperpanjang dan dapat dilakukan dan pereduksi O2, asam askorbat juga dapat berfungsi
penataan distribusi pemasaran yang lebih luas (Kader sebagai antioksidan, pro antioksidan, dan pengikat
& Watkins 2000, Ke & Hwang 1988). logam di dalam sel hidup (Barus 2009).
Penggunaan penyerap etilen telah dilakukan Penurunan konsentrasi O 2 dengan aplikasi
untuk memperpanjang masa simpan buah kiwi yang asam askorbat atau sebaliknya, terjadi peningkatan
dikemas dalam plastik dan disimpan pada suhu konsentrasi CO2. Peningkatan CO2 yang berlebih dapat
0,5 oC selama 10 minggu, rasa buah kiwi masih memicu fermentasi pada pengemasan buah-buahan.
normal (Scott et al. 1984). Zat kimia atau bahan Aplikasi Ca(OH)2 merupakan salah satu alternatif
campuran sebagai tempat pembawa (carrier) KMnO4 untuk mengikat CO2 yang ada dalam wadah kemasan,
banyak diaplikasikan untuk memperpanjang masa dengan reaksi sebagai berikut : Ca(OH)2 + CO2 à
simpan buah-buahan. Penggunaan KMnO 4 pada CaCO3 + H2O. Teknik pengurangan CO2 pada aliran
vermikulit dengan konsentrasi sebesar 400 g/l dapat biogas diaplikasikan menggunakan larutan Ca(OH)2
memperpanjang masa simpan buah pisang (Scott & (Masyhuri et al. 2012).
McGlasson 1988), dan penggunaan larutan KMnO4 Kajian penundaan kematangan pada buah pisang
pada butiran tanah liat dengan konsentrasi 30 g per dalam bentuk tandan maupun sisir dengan aplikasi
kg buah segar dapat mempertahankan masa simpan penyerap etilen telah banyak dilaporkan (Scott et
pisang Raja Bulu sampai 18 hari disimpan pada suhu al.1970, Satyan, et al. 1992, Sjaifullah et al. 1992,
kamar (27–30oC) (Santosa et al. 2010). Napitupulu 2009), tetapi belum tersedia informasi
Aplikasi KMnO4 dan asam askorbat ditambah dalam upaya memperpanjang daya simpan buah pisang
dengan arang aktif sebagai media penyerap (absorber) Barangan dengan aplikasi beberapa bahan penundaan
dan kain kasa (sachet) sebagai pembungkusnya. kematangan seperti penyerap etilen dipadukan dengan
Selanjutnya, kombinasi perlakuan tersebut yaitu buah penyerap oksigen dan karbondioksida dikemas dalam
manggis dimasukkan ke dalam stoples yang telah plastik PE densitas rendah.
berisi sachet penyerap etilen (KMnO4) dan sachet Pengkajian bertujuan untuk mendapatkan jenis
penyerap oksigen (asam askorbat) pada masing-masing penunda kematangan untuk memperpanjang ketahanan
konsentrasi. Kombinasi perlakukan KMnO4 100 ppm simpan dan pengaruhnya terhadap mutu buah pisang
dan asam askorbat 100 ppm pada suhu 13oC dapat Barangan selama penyimpanan. Hipotesis dari
mempertahankan warna hijau kelopak buah manggis pengkajian ini diharapkan dapat memperpanjang masa

264
Napitupulu, B : Kajian Beberapa Bahan Penunda
Kematangan Terhadap Mutu Buah Pisang ...

kesegaran buah pisang Barangan. Dengan pemberian Pada studi pendahuluan pisang Barangan dikemas
bahan penundaan kematangan pada kemasan plastik dalam plastik PE dalam bentuk tandan yaitu satu
diharapkan dapat memperluas jangkauan distribusi dan tandan per kemasan plastik PE, dilakukan 1 hari
pemasaran pisang Barangan. setelah panen dari kebun petani (Napitupulu 2009).
Jenis kemasan plastik yang digunakan ialah film
plastik PE densitas rendah. Ukuran plastik PE ialah
BAHAN DAN METODE 80 x 120 cm dengan tebal 0,03 mm warna putih
transparan. Pisang Barangan bersumber dari Desa
Penelitian ini dilakukan dalam dua tahap, yaitu Talun Kenas, Kecamatan STM Hilir, Kabupaten Deli
(a) pengkajian pendahuluan untuk pemilihan bahan Serdang, yang dipanen langsung dari ladang petani
penunda kematangan dan (b) pengkajian ketahanan dengan umur 85–90 hari setelah bunga mekar. Setiap
simpan pisang Barangan dengan kemasan modifikasi tahapan lamanya penanganan pascapanen mulai dari
atmosfir (kemasan primer) dan kotak karton (kemasan kebun sampai kepada lamanya penyimpanan dicatat,
sekunder). termasuk suhu, dan kelembaban (RH).
Pengkajian Pendahuluan untuk Pemilihan Bahan Rancangan percobaan yang digunakan ialah acak
Penunda Kematangan lengkap dengan tiga ulangan. Faktor yang dikaji
Bahan penunda kematangan yang dikaji ialah berupa jenis bahan penunda kematangan. Terdapat
penyerap etilen berupa KMnO4, penyerap oksigen tujuh jenis penunda kematangan dan satu pembanding
berupa asam askorbat, dan penyerap CO2 berupa (kontrol) tanpa bahan penunda kematangan yang dikaji
Ca(OH)2. Masing-masing bahan penunda kematangan (Tabel 1).
dibungkus dalam bentuk sachet berukuran 5,5 x 7,5 Sampel dalam bentuk tandan bersama bahan
cm ditempatkan di antara sisir pisang Barangan namun penunda kematangan tersebut disimpan dengan diikat
tidak menyentuh produk yang dikemas dalam plastik. tergantung, pangkal tandan pada bagian atas. Pada
Sachet sebagai pembungkus yang digunakan terbuat setiap kemasan PE dimasukkan tiga sachet bahan
dari kain yang porous. Asam askorbat dan Ca(OH)2 penunda kematangan yang ditempatkan pada bagian
berupa butiran halus dengan berat 20 g per bungkus, pangkal, tengah, dan ujung tandan pisang Barangan.
sedangkan KMnO4 dibuat dalam bentuk pellet. Pellet Bahan penunda kematangan ditempatkan dengan
KMnO4 dibuat dari campuran semen putih dan batu cara mengikat pada tandan dan tidak menyentuh buah
apung (1 : 1) yang dijerapkan kedalam larutan 6% pisang Barangan. Penyimpanan dilakukan pada suhu
KMnO4 (b/v). Ukuran pellet KMnO4 ialah 2 x 2 x 2,5 ruang. Pengamatan dilakukan terhadap perkembangan
cm dengan berat 15,0–16,0 g. kematangan buah berdasarkan perubahan warna kulit

Tabel 1. Perlakuan penundaan kematangan pada buah pisang Barangan (Ripening delayed treatment on
Barangan banana fruit)
Perlakuan
Uraian (Description)
(Treatments)
Kontrol (Control) Tanpa perlakuan penunda kematangan dan tanpa kemasan plastik PE sebagai
pembanding
KMnO4 Pisang Barangan dalam bentuk tandan bersama pellet KMnO4 dikemas dalam
plastik PE densitas rendah
Ca(OH)2 Pisang Barangan dalam bentuk tandan bersama Ca(OH)2 dikemas dalam plastik
PE densitas rendah
Asam askorbat (Ascorbic acid) Pisang Barangan dalam bentuk tandan bersama asam askorbat dikemas dalam
plastik PE densitas rendah
KMnO4 + Ca(OH)2 Pisang Barangan dalam bentuk tandan bersama KMnO4 + Ca(OH)2 dikemas dalam
plastik PE densitas rendah
KMnO4 + asam askorbat (ascorbic Pisang Barangan dalam bentuk tandan bersama KMnO4 + asam askorbat dikemas
acid) dalam plastik PE densitas rendah
Ca(OH)2 + asam askorbat (ascorbic Pisang Barangan dalam bentuk tandan bersama Ca(OH)2 + asam askorbat dikemas
acid) dalam plastik PE densitas rendah
KMnO4 + Ca(OH)2 + asam askorbat Pisang Barangan dalam bentuk tandan bersama KMnO4, Ca(OH)2 + asam askorbat
(ascorbic acid) dikemas dalam plastik PE densitas rendah

265
J. Hort. Vol. 23 No. 3, 2013

buah dengan metode skoring yaitu 1–5 (warna kulit alat Cosmotector tipe XP-3180 (mengukur konsentrasi
hijau sampai kuning ada bintik coklat pada kulit buah) oksigen) dan tipe-3140 (untuk mengukur konsentrasi
setelah penyimpanan 5, 10, 15, 20, dan 25 hari. Analisis karbondioksida) dilakukan di Laboratorium Analisa
terhadap tekstur (alat penetrometer), dan padatan Kimia Pangan, Fakultas Pertanian, Universitas
terlarut total (ATAGO Hand Refractometer skala 0 – Sumatera Utara, Medan. Pengujian organoleptik
32oBrix) dilakukan pada penyimpanan 10 dan 20 hari. terhadap penampakan mutu (visual quality rating) yaitu
penilaian terhadap preferensi pasar layak atau tidak
Pengkajian Ketahanan Simpan Pisang Barangan
layak buah pisang Barangan dipasarkan, dilakukan
Dengan Kemasan Modifikasi Atmosfir (Kemasan
dengan sistem skoring dengan kriteria preferensi pasar
Primer) dan Kotak Karton (Kemasan Sekunder)
sebagai berikut: skor 9 = tidak ada kerusakan (segar),
Buah pisang Barangan dalam bentuk sisir sebanyak 7 = sedikit kerusakan (masih segar, layak pasar), 5 =
± 10 kg (5–6 sisir) dikemas dengan kemasan sedikit kerusakan (tidak layak pasar), 3 = kerusakan
plastik film dan di antara sisir pisang tersebut nyata (tidak layak dipasarkan). Panelis sebanyak 13
diletakkan bahan penunda kematangan terpilih dari orang terdiri atas petani dan pedagang pisang Barangan
hasil pengkajian pendahuluan. Kemudian kemasan berasal dari Desa Talun Kenas, Kecamatan STM
plastik tersebut dimasukkan ke dalam kotak karton Hilir, Kabupaten Deli Serdang. Sebelum melakukan
berventilasi (kemasan sekunder) dengan diameter penilaian, panelis dilatih dan diberi penjelasan terlebih
lubang ventilasi 1,5 cm masing-masing empat buah dahulu mengenai penampakan mutu dan kelayakan
pada dinding samping kemasan. Jenis kotak karton pasar pisang Barangan untuk pasar lokal di Sumatera
bergelombang dua ukuran panjang x lebar x tinggi Utara. Pada setiap interval penyimpanan dilakukan
(53 x 39 x 25 cm) dan disimpan pada suhu ruang. penilaian secara visual, dan sampel dalam bentuk sisir
Perlakuan yang diterapkan, yaitu (1) kontrol ialah secara acak diambil dari masing-masing perlakuan.
pengemasan pisang Barangan dalam kotak karton tanpa Atribut mutu dalam pemberian nilai skor, antara lain
penggunaan bahan penunda kematangan dan tanpa dengan memperhatikan penampakan permukaan kulit
dikemas dalam plastik PE, (2) pisang Barangan dalam buah yang masih segar (mulus dan cerah), warna/
bentuk sisir dikemas dalam plastik PE densitas rendah kematangan buah, ada tidaknya kerusakan (dengan
dimasukkan KMnO4 dan Ca(OH)2 kemudian dikemas kriteria kulit buah kecoklatan, pangkal sisir mulai
kotak karton, (3) pisang Barangan dalam bentuk sisir membusuk dan buah mulai ada yang rontok dari
dikemas dalam plastik PE densitas rendah dimasukkan sisirnya, daging buah lunak tetapi kulit masih hijau,
KMnO4 dan asam askorbat kemudian dikemas dengan kulit buah menjadi berwarna coklat kehitaman karena
dalam kotak karton, dan (4) pisang Barangan dalam memar, kulit buah terbuka/retak), serta pengeriputan
bentuk sisir dikemas dalam plastik PE densitas rendah dan jamur pada buah. Ulangan perlakuan merupakan
dimasukkan bersama KMnO4, Ca(OH)2, dan asam rerata data dari hasil penilaian 13 panelis. Data yang
askorbat kemudian dikemas dengan kotak karton. Pada diperoleh diharapkan dapat digunakan untuk penataan
kemasan primer (PE densitas rendah) dimasukkan distribusi pasar yang berkaitan dengan mutu buah
potongan kertas yang berfungsi sebagai bantalan pisang Barangan, sehingga pemilihan jenis penunda
komoditas. Untuk mengendalikan tumbuhnya jamur, kematangan yang sesuai dapat diterapkan untuk
pangkal sisir pisang barangan dicelupkan selama 30 memenuhi pasokan pasar.
detik pada larutan fungisida (1 g/l) dengan bahan aktif
mankozeb.
Sampel perlakuan disimpan dalam suhu kamar
(27,0–30,0oC dan 56,0–90,0% RH) dengan ulangan HASIL DAN PEMBAHASAN
tiga kali (setiap ulangan merupakan rerata dari tiga Pengkajian Pendahuluan Pemilihan Bahan
sisir pisang Barangan) menggunakan rancangan acak Penunda Kematangan
lengkap. Pengamatan dilakukan terhadap perubahan
mutu pisang Barangan selama penyimpanan 5, 10, 15, Kematangan (Warna) Buah Pisang Barangan
20, dan 25 hari, yaitu terhadap warna (perkembangan Hasil kajian menunjukkan bahwa pisang Barangan
kematangan buah) dan uji organoleptik (penampakan yang tidak mendapat perlakuan penundaan kematangan
mutu), sedangkan pengamatan vitamin C, total asam, setelah 5 hari penyimpanan mulai menguning dan pada
konsentrasi oksigen (O2), dan karbondioksida (CO2) 10 hari penyimpanan mulai busuk dan rontok dari
pisang Barangan dilakukan pada penyimpanan 10 dan sisirnya (Tabel 2). Sementara itu, pada penggunaan
20 hari. Analisis vitamin C dengan spectrofotometer, penyerap etilen, buah telah menguning seluruhnya
total asam dengan titrasi NaOH. Pengukuran laju tetapi belum rontok dari sisirnya setelah 20 hari
respirasi buah (konsentrasi O2 dan CO2) menggunakan penyimpanan pada suhu kamar (suhu 27,0–30,0oC dan

266
Napitupulu, B : Kajian Beberapa Bahan Penunda
Kematangan Terhadap Mutu Buah Pisang ...

Tabel 2. Rerata perkembangan kematangan buah pisang Barangan dalam bentuk tandan selama
penyimpanan (Average of Barangan banana maturity development on bunch formation during
storage)
Perkembangan kematangan buah
Perlakuan (Development of fruit maturity) Keterangan
(Treatments) Hari (Days) (Remarks)
5 10 15 20 25
Kontrol (tanpa perlakuan) 3,44 a 5,00 a - - - Buah rontok dari sisir pada hari ke-10
(Without treatments)
KMnO4 1,00 b 1,00 b 1,32b c 4,60 a - Buah masih utuh pada sisir sampai pada
hari ke-20
Ca(OH)2 1,00 b 1,00 b 1,74 b 3,64 b - Buah dan pangkal sisir ditumbuhi
jamur berwarna putih pada hari ke-20

Asam askorbat 1,00 b 1,00 b 4,0 a - - Buah dan pangkal sisir ditumbuhi
(ascorbic acid) jamur berwarna putih pada hari ke-15

KMnO4 + Ca(OH)2 1,00 b 1,00 b 1,33 c 2,67 c - Buah agak lunak pada hari ke-20

KMnO4 + asam askorbat 1,00 b 1,00 b 1,15 c 2,13 c - Buah agak lunak pada hari ke-20
(ascorbic acid)
Ca(OH)2 + asam askorbat 1,00 b 1,00 b 1,24 c 2,19 c - Buah dan pangkal sisir ditumbuhi
(ascorbic acid) jamur berwarna putih pada hari ke-
20
KMnO4 + Ca(OH)2 + asam 1,00 b 1,00 b 1,18 c 2,69 c 3,75 Buah masih utuh pada sisir sampai
askorbat (ascorbic acid) pada hari ke-25
Angka selajur dalam baris yang diikuti oleh huruf yang sama tidak berbeda nyata pada taraf 0,05 DMRT (Number in the same row in the
same column followed by the same letter are not significantly different at 0.05 DMRT). Nilai perkembangan perubahan warna kulit buah
(Development value of skin color changes): 1 = hijau (green); 2 = hijau>kuning (green>yellow); 3 = kuning>hijau (yellow>green); 4 =
seluruh kulit buah kuning (all of skin was yellow); 5 = kuning dan ada bintik coklat pada permukaan kulit buah (yellow with brown spotted)

56,0–90,0% RH). Penggunaan kapur sirih Ca(OH)2 yang tersedia pada setiap jenis penunda kematangan
dan asam askorbat yang dikombinasikan masing- pada waktu penyimpanan tertentu yang dibandingkan/
masing dengan KMnO4 menghasilkan buah pisang dianalisis dengan uji DMRT.
dengan warna kulit yang masih hijau kekuningan (nilai Buah pisang Barangan yang dikemas dalam plastik
warna 2,13–2,67), tetapi buah mulai agak lunak pada PE tanpa penggunaan KMnO4 dalam kemasan PE akan
penyimpanan hingga 20 hari. terjadi akumulasi etilen yang berasal dari buah pisang
Buah pisang Barangan yang mendapat perlakuan Barangan tersebut. Akumulasi etilen menyebabkan
Ca(OH) 2 atau asam askorbat maupun kombinasi kenaikan suhu dalam ruang kemasan PE dan cepat
Ca(OH)2 + asam askorbat, menunjukkan adanya kondisi terjadi kondensasi uap air pada bagian dalam dinding
yang lebih lembab dalam kemasan (lingkungan mikro) kemasan PE. Buah pisang Barangan dalam bentuk
dibandingkan dengan perlakuan lainnya. Akibatnya tandan dikemas dalam PE densitas rendah bersama
KMnO4, Ca(OH)2, dan asam askorbat yang merupakan
tumbuh jamur pada buah terutama pada bagian pangkal
perlakuan terbaik (terutama diindikasikan dari
sisir. Meskipun demikian, hingga pada penyimpanan
data perkembangan warna kulit buah) yang dapat
15–20 hari, kulit buah ternyata masih berwarna hijau
memperpanjang masa simpan pisang Barangan sampai
kekuningan hingga kuning.
25 hari (Gambar 1) dengan kondisi pisang cenderung
Nilai perkembangan perubahan warna kulit buah ke warna kuning dan buah masih utuh pada sisir.
(skoring): 1 = hijau, 2 = hijau> kuning, 3 = kuning > Ketahanan simpan pisang Barangan dari hasil
hijau, 4 = kuning seluruh kulit buah, 5 = kuning dan kajian ini masih lebih rendah dari hasil kajian Satyan
permukaan kulit ada bintik coklat. Kajian non faktorial et al. (1992) pada pisang cv. Williams di Australia,
yaitu satu perlakuan penunda kematangan yang dibuat yaitu pisang dipanen dalam bentuk tandan pada
dalam tujuh tingkatan/jenis dan satu pembanding tingkat kematangan komersial (commercial maturity)
(kontrol) tanpa bahan penunda kematangan. Data dikemas dalam plastik PE, kemudian digantung untuk

267
J. Hort. Vol. 23 No. 3, 2013

6
Kontrol
5 KMnO4
Kematangan/warna

Ca(OH)2
(Maturty/color)

4
Asam askorbat
3
KMnO4 + Ca(OH)2
2 KMnO4 + asam askorbat
Ca(OH)2 + asam askorbat
1
KMnO4+Ca(OH)2 + asam askorbat
0
5 10 15 20 25
Lama penyimpanan (Storage duration), Hari (Days)
Gambar 1. Perkembangan kematangan (warna) buah pisang Barangan dalam bentuk tandan
selama penyimpanan (Maturity development (color) of Barangan banana in bunch
formation during storage)

mengurangi tekanan, dan ketahanan simpannya dapat disimpan dalam bentuk tandan selama 10 dan 20 hari.
mencapai 43 hari bila dalam kemasan plastik tersebut Pengukuran PTT pada pisang mentah/padat dilakukan
dimasukkan etilen absorben (pellet KMnO4) dan suhu dengan cara memarut daging buah pisang kemudian
penyimpanan 25,0–28,0oC, sedangkan pisang tanpa dihaluskan/digiling dalam mortar dimasukkan air
kemasan dan etilen absorben, ketahanan simpan hanya destillasi/diencerkan dengan perbandingan 1 : 1.
10 hari. Larutan (hasil pengeceran daging buah pisang mentah)
dimasukkan ke dalam kertas tissue, di-press, cairan
Tekstur dan Padatan Terlarut Total Buah Pisang
diteteskan pada kaca prisma Hand refractometer
Barangan
(sebelumnya Hand refractometer sudah dikalibrasi),
Analisis fisik seperti tekstur buah pisang Barangan kemudian dibaca pada lensa mata (eyepiece). Hasil
dilakukan pada sampel perlakuan disimpan dalam bacaan pada lensa mata Hand refractometer dikali dua
bentuk tandan selama 10 dan 20 hari. Pada penyimpanan dan merupakan PTT pisang mentah tersebut.
10 hari, sampel tanpa perlakuan memiliki nilai tekstur
Padatan terlarut total buah pada perlakuan kontrol
0,085 kg/mm2. Pada penyimpanan 20 hari, terlihat
pada penyimpanan 10 hari menunjukkan nilai 24,0oBrix,
perbedaan tekstur buah pisang Barangan, tekstur buah
dan pada perlakuan penyimpanan modifikasi atmosfir
terpadat diperoleh pada perlakuan KMnO4 + Ca(OH)2,
dengan adanya bahan penunda kematangan tidak
KMnO4 + asam askorbat; dan KMnO4 + Ca(OH)2
menunjukkan perbedaan yaitu berkisar 6,3–8,5oBrix.
+ asam askorbat. Pada perlakuan KMnO4 maupun
Pada penyimpanan 20 hari, kontrol dan perlakuan asam
Ca(OH)2, serta Ca(OH)2 + asam askorbat menunjukkan
askorbat tidak diamati karena pengamatan sampel
nilai tekstur buah yang semakin menurun ditandai kulit
tidak dilakukan lagi bila sudah terjadi kebusukan pada
buah yang menguning.
pangkal sisir dan buah mulai rontok serta tidak layak
Hasil kajian ini mengindikasikan bahwa bila pasar. Padatan terlarut total buah pisang Barangan pada
penyerap etilen (KMnO 4) berdiri sendiri, maka perlakuan penunda kematangan lainnya tidak berbeda
peranannya kurang dalam mempertahankan nilai nyata dan berkisar antara 22,1–26,0 oBrix. Perubahan
tekstur buah pisang Barangan pada penyimpanan 20 tekstur dan padatan terlarut total buah pisang Barangan
hari pada suhu kamar yang dikemas dengan sistem selama penyimpanan 10 dan 20 hari, disajikan dalam
modifikasi atmosfir dalam kemasan plastik PE. Gambar 2.
Penurunan nilai tekstur buah dapat diperkecil dengan
perlakuan penambahan kapur maupun asam askorbat Pengkajian Ketahanan Simpan Pisang Barangan
bersama dengan KMnO4, dan merupakan perlakuan Dengan Kemasan Modifikasi Atmosfir (Kemasan
yang terbaik bila ditinjau dari pengaruhnya terhadap Primer) dan Kotak Karton (Kemasan Sekunder)
nilai tekstur pisang Barangan. Bahan penunda kematangan yang terbaik yang
Analisis kimia seperti padatan terlarut total (PTT) diperoleh pada kajian pendahuluan penyimpanan
buah pisang Barangan dilakukan pada sampel perlakuan pisang barangan dalam bentuk tandan tersebut di atas

268
Napitupulu, B : Kajian Beberapa Bahan Penunda
Kematangan Terhadap Mutu Buah Pisang ...

0,4 Kontrol

Tekstur (Textures), kg/mm2


0,35 KMnO4
0,3 Ca(OH)2
0,25
Asam askorbat
0,2
KMnO4 + Ca(OH)2
0,15
0,1 KMnO4 + asam askorbat

0,05 Ca(OH)2 + asam askorbat


0 KMnO4 +Ca(OH)2 + asam askorbat
10 20
Lama penyimpanan (Storage duration), Hari (Days)
30 Kontrol
(Total soluble solid), oBrix

25 KMnO4
Padatan terlarut total

20 Ca(OH)2
Asam askorbat
15
KMnO4 + Ca(OH)2
10
KMnO4 + asam askorbat
5 Ca(OH)2 + asam askorbat
0 KMnO4 +Ca(OH)2 + asam askorbat
10 20
Lama penyimpanan (Storage duration), Hari (Days)

Gambar 2. Tekstur dan padatan terlarut total buah pisang Barangan dalam bentuk tandan selama
penyimpanan 10 dan 20 hari (Texture and total soluble solid of Barangan banana in
bunch formation during 10 and 20 days storage)

dilanjutkan diterapkan pada buah pisang Barangan + asam askorbat menunjukkan bahwa warna kulit
dalam bentuk sisir dikemas dengan sistem MAP buah masih hijau segar. Perpaduan KMnO4 dengan
dalam PE densitas rendah (kemasan primer) kemudian Ca(OH)2 dan asam askorbat menunjukkan bahwa
dikemas dalam kotak karton (kemasan sekunder). hingga pada penyimpanan 25 hari warna kulit buah
masih hijau segar. Laju perubahan warna kulit buah
Kematangan Buah Pisang Barangan pisang Barangan selama penyimpanan, disajikan pada
Pada perlakuan kontrol yaitu buah pisang Barangan Gambar 3.
yang dikemas langsung pada kotak karton tanpa
penunda kematangan, menunjukkan warna kulit Vitamin C dan Total Asam
kuning pada 5 hari penyimpanan, dan pada 10 hari Memperhatikan perkembangan kematangan selama
penyimpanan menjadi kuning kecoklatan serta buah penyimpanan dengan beberapa perlakuan penundaan
rontok dari sisirnya, sedangkan dengan adanya kematangan, dilakukan analisis terhadap kandungan
perlakuan penundaan kematangan seperti KMnO4, vitamin C buah pisang Barangan. Buah pisang
Ca(OH) 2, dan asam askorbat yang dimasukkan Barangan yang hanya dikemas dalam kotak karton
ke dalam plastik PE bersama pisang Barangan tanpa perlakuan penundaan kematangan atau tanpa
menghasilkan nilai 1 yaitu kulit buah masih berwarna pengemasan sistem MAP, pada penyimpanan suhu
hijau segar yang merupakan indikator perkembangan kamar selama 10 hari diperoleh kandungan vitamin C
kematangan, seperti disajikan dalam Tabel 3. Data sebesar 94,60 mg/100 g. Buah pisang Barangan pada
Tabel 3, pada penyimpanan 20 hari, perlakuan KMnO4 kondisi ini telah matang penuh ditandai seluruh kulit
+ asam askorbat menghasilkan warna kulit sebagian buah menguning serta daging buah lunak, sedangkan
sedikit kuning, buah agak lunak, dan terdapat jamur buah pisang Barangan yang dikemas dengan sistem
pada pangkal sisir pisang Barangan, sedangkan MAP (kemasan primer) bersama bahan penundaan
perlakuan KMnO4 + Ca(OH)2, dan KMnO4 + Ca(OH)2 kematangan [KMnO4 + Ca(OH)2, KMnO4 + asam

269
J. Hort. Vol. 23 No. 3, 2013

30
Kontrol
25
Kematangan/warna
(Maturty/color)
20 KMnO4 + Ca(OH)2

15 KMnO4 +asam askorbat


10
KMnO4 +Ca(OH)2 + asam askorbat
5
0
5 10 15 20 25
Lama penyimpanan (Storage duration), Hari (Days)
Nilai perkembangan perubahan warna kulit buah (skoring) (Score alteration development of skin color) : 1 = hijau (green), 2 = hijau> kuning
(green>yellow), 3 = kuning > hijau (yellow>green), 4 = kuning seluruh kulit buah (all of skin was yellow), 5 = kuning dan permukaan
kulit ada bintik coklat (yellow with grown spotted). Satu ulangan merupakan rerata dari tiga sisir buah pisang (one replication was average
from tree bunchs of banana). Kajian non faktorial yaitu satu perlakuan penunda kematangan yang dibuat dalam tiga tingkatan/jenis dan
satu kontrol (pembanding) tanpa bahan penunda kematangan (Non factorial assessment was a treatment of delayed ripening which made
from tree kinds and a control (without delayed ripening materials). Data yang tersedia pada setiap jenis penunda kematangan pada waktu
penyimpanan tertentu yang dibandingkan/dianalisis dengan uji DMRT (The data was available on each kind of delayed ripening at certainly
storage time which DMRT test analyzed)

Gambar 3. Laju perkembangan kematangan (warna) buah pisang Barangan selama penyimpanan (Maturity
development rate (color) of Barangan banana during storage)
askorbat, KMnO 4 + Ca(OH) 2 + asam askorbat] ini mengindikasikan bahwa sampel pisang tersebut
kemudian dikemas ke dalam kotak karton (kemasan mengalami kerusakan fisiologis selama penyimpanan,
sekunder), pada 10 hari penyimpanan kandungan atau dapat disimpulkan bahwa perpaduan KMnO4
vitamin C berkisar 26,40 – 28,60 mg/100 g. Pada dengan Ca(OH)2 lebih baik dibandingkan perpaduan
kondisi demikian buah pisang Barangan masih mentah KMnO 4 dengan asam askorbat. Laju perubahan
(belum matang). Hal ini mengindikasikan bahwa kandungan vitamin C dan total asam akibat perlakuan
tertundanya kematangan buah juga memperlambat penundaan kematangan buah pisang Barangan,
proses metabolisme pembentukan vitamin C nya disajikan dalam Gambar 4.
dalam buah. Selanjutnya, pada penyimpanan 20
hari kandungan vitamin C buah pisang Barangan Konsentrasi O2 dan CO2
yang mengalami perlakuan penundaan kematangan Pengukuran laju respirasi (konsentrasi O2 dan CO2)
sedikit mengalami kenaikan dibandingkan dengan pisang Barangan dilakukan dengan sistem tertutup
penyimpanan 10 hari yaitu berkisar 26,40 – 35,20 mengikuti metode Deily & Rizvi (1981). Kriteria buah
mg/100 g. pisang Barangan yang diukur laju respirasinya yang
Buah pisang Barangan pada perlakuan kontrol pada awalnya dipanen dengan tingkat ketuaan optimal
(tanpa sistem MAP dan tanpa penundaan kematangan), yaitu bentuk siku tidak tampak lagi pada permukaan
pada penyimpanan 10 hari suhu kamar menghasilkan buah, pentil hitam pada ujung buah sudah lepas, dan
kandungan total asam sebesar 0,218%. Total asam pada umurnya sekitar 85–90 hari setelah jantung mekar
pisang Barangan berupa asam malat yang meningkat (seludang pembungkus jantung pisang sudah terbuka).
pada buah yang matang. Peningkatan kandungan asam Buah pisang (4–6 buah pisang per sampel) ditimbang
malat pada buah mengindikasikan bahwa buah tersebut dan dimasukkan ke dalam stoples (ukuran tinggi 20
mulai menuju pada terjadinya kerusakan fisiologis, cm, diameter alas 15 cm, diameter atas/tutup stoples
sedangkan kandungan total asam pada sistem MAP 10 cm, dan volume 3.250 ml), serta selanjutnya stoples
bersama bahan penundaan kematangan [KMnO4 + ditutup rapat menggunakan /diberi lilin lunak perekat
Ca(OH)2, KMnO4 + asam askorbat, KMnO4 + Ca(OH)2 dan selang pipanya ditekuk dan dijepit. Pengukuran
+ asam askorbat] kemudian dikemas ke dalam kotak dilakukan pada suhu kamar dan masing-masing
karton masih lebih rendah (0,067%) dibandingkan dilakukan dalam tiga ulangan. Pengukuran konsentrasi
dengan perlakuan kontrol. O2 dan CO2 dilakukan dengan menghubungkan slang
Pada penyimpanan 20 hari, total asam pisang ke bagian penerima pada Cosmotector. Setiap kali
Barangan dalam kemasan primer bersama KMnO4 pengukuran udara di dalam stoples dikembalikan ke
dan asam askorbat cenderung menunjukkan kenaikan keadaan normal dengan cara mengusir kelebihan CO2
dan berbeda nyata dengan perlakuan lainnya. Hal dengan aerator.

270
Napitupulu, B : Kajian Beberapa Bahan Penunda
Kematangan Terhadap Mutu Buah Pisang ...

100
90
Kontrol
80

Vitamin C (mg/100g)
70 KMnO4 + Ca(OH)2
60
KMnO4 +asam askorbat
50
40 KMnO4 +Ca(OH)2 + asam askorbat
30
20
10
0
10 20
Lama penyimpanan (Storage duration), Hari (Days)

0,25

Kontrol
0,2
KMnO4 + Ca(OH)2
Total asam (%)

0,15
KMnO4 +asam askorbat

0,1 KMnO4 +Ca(OH)2 + asam askorbat

0,05

0
10 20
Lama penyimpanan (Storage duration), Hari (Days)

Gambar 4. Laju perubahan kandungan vitamin C dan total asam buah pisang Barangan selama
penyimpanan 10 dan 20 hari (Maturity development rate of vitamin C content and acid
total of Barangan banana during 10 and 20 days storage)

Tabel 3. Perkembangan kematangan buah pisang Barangan dalam bentuk sisir disimpan pada kemasan
udara termodifikasi (Maturity development of Barangan banana in bunch formation storage on
atmosphere modification package)
Kematangan buah selama penyimpanan
Perlakuan (Fruit maturity during storage), Keterangan
(Treatments) Hari (Days) (Remarks)
5 10 15 20 25
Buah rontok dari sisir pada hari
Kontrol (Control) 3,89 a 5,0 a - - -
ke 10
Buah masih hijau, 1 sampel
KMnO4 + Ca(OH)2 1,00 b 1,00 b 1,00 a 1,00 a 1,30 b pangkal sisir sedikit berjamur
sampai pada hari ke 25
Buah sedikit kuning, tekstur
KMnO4 + asam askorbat (ascorbic
1,00 b 1,00 b 1,25 a 1,37 a 2,10 a lunak dan pangkal sisir berjamur
acid)
pada hari ke 25
Buah masih hijau, dan buah
KMnO4+ Ca(OH)2 + asam askorbat
1,00 b 1,00 b 1,00 a 1,00 a 1,00 b belum rontok dari sisir sampai
(ascorbic acid)
pada hari ke 25 penyimpanan

271
J. Hort. Vol. 23 No. 3, 2013

50
45
40 Kontrol
Oksigen (Oxygen) 35
(o2) (mg/100g) KMnO4 + Ca(OH)2
30
25 KMnO4 + asam askorbat
20
15 KMnO4 + Ca(OH)2 + asam askorbat

10
5
0
10 20
Lama penyimpanan (Storage duration), Hari (Days)

120
Karbondioksida (Carbondioxide)

100
Kontrol
(CO2) (mg/kg-jam)

80
KMnO4 + Ca(OH)2
60
KMnO4 + asam askorbat

40 KMnO4 + Ca(OH)2 + asam askorbat

20

0
10 20
Lama penyimpanan (Storage duration), Hari (Days)

Gambar 5. Laju perubahan kandungan O2 dan CO2 buah pisang Barangan selama penyimpanan 10 dan 20
hari (Rate of alteration content of O2 and CO2 of Barangan banana during 10 and 20 days storage)

Tabel 4. Standar buah pisang barangan layak pasar dan tidak layak pasar secara visual, mekanis dan
biologis selama penyimpanan (Visual, mechanical, and biological Barangan banana fruits standard
marketable and non marketable during storage)
Spesifikasi (Specification) Layak pasar (Marketable) Tidak layak pasar (Non marketable)
Secara visual
1. Warna kulit buah Hijau hingga kuning kehijauan Kuning dan agak kecoklatan
2. Buah rotok dari sisir Buah masih utuh pada sisir Sudah ada buah yang rontok/lepas
dari sisir
Secara mekanis
1. Memar/lecet pada kulit Buah memar <30% Buah memar 30%
Secara biologis
1. Kepadatan (tekstur) Tekstur buah masih padat dan Tekstur buah sudah sangat lunak dan
kalau matang daging buah lunak buah lepas dari sisir, Tekstur buah
lunak tetapi kulit buah masih hijau
2. Kebusukan pangkal sisir dan buah Ada jamur pada pangkal sisir Pangkal sisir sudah busuk/lunak dan
tetapi belum terjadi pelunakan/ ada yang sudah sampai ke buah
busuk
3. Kulit terbuka/retak Tidak ada kulit buah retak/ Terdapat buah retak/pecah pada sisir
pecah

272
Napitupulu, B : Kajian Beberapa Bahan Penunda
Kematangan Terhadap Mutu Buah Pisang ...

10
9

(Visual quallity rating)


Kontrol
Penamapakan mutu
8
7
6 KMnO4 + Ca(OH)2
5
4 KMnO4 + asam askorbat
3
2 KMnO4 + Ca(OH)2 + asam askorbat
1
0
5 10 15 20 25
Lama penyimpanan (Storage duration), Hari (Days)
Keterangan : Penilaian penampakan mutu sebagai kriteria untuk preferensi pasar (Visual quality rating evalution
as market preference criteria): skor 9 = tidak ada kerusakan (segar) (no damage/fresh), 7 = sedikit kerusakan
(masih segar, layak pasar) (still fresh, marketable), 5 = sedikit kerusakan (tidak layak pasar) (little damage, not
marketable), 3 = kerusakan nyata (tidak layak dipasarkan) (significant damage, not marketable)

Gambar 6. Penampakan mutu buah pisang Barangan dalam bentuk sisir disimpan pada kemasan
udara termodifikasi (Visual quality rating/VQR of Barangan fruit in bunch formation storage
at atmosphere modification package)

Hasil pengukuran menunjukkan bahwa semakin dipasarkan atau diterima konsumen. Dengan demikian,
lama penyimpanan, laju respirasi pada setiap perlakuan penataan distribusi pasar yang berkaitan dengan mutu
penunda kematangan cenderung menunjukkan buah pisang Barangan harus dapat dipertahankan
kenaikan, seperti disajikan dalam Gambar 5. Laju sampai pada periode tertentu, sehingga pemasukan
respirasi tertinggi diperoleh pada sampel pisang buah pada pemasaran tertentu dapat dipenuhi.
Barangan dalam kemasan primer (plastik PE) Penampakan mutu buah pisang Barangan untuk
dimasukkan bersama KMnO4 dan asam askorbat. preferensi pasar, setelah disimpan dengan sistem
Pada penyimpanan 10 dan 20 hari, diperoleh kenaikan penyimpanan udara termodifikasi. Pada Gambar 6
konsentrasi CO2 yang nyata (significant) pada jenis disajikan penampakan mutu buah pisang Barangan
penunda kematangan KMnO 4 + asam askorbat cenderung mengalami penurunan dengan semakin
dibandingkan dengan jenis penunda kematangan lama penyimpanan.
lainnya. Pada kondisi tersebut, daging buah pisang
Penampakan mutu buah pisang barangan yang
Barangan mengalami pelunakan walaupun kulitnya
masih berwarna hijau. Kematangan buah yang abnormal layak pasar dan tidak layak pasar selama penyimpanan
demikian disebut green ripe, dan buah mengeluarkan menurut standar pasar yang ada di lokasi pengkajian
bau yang kurang enak (off flavor) (Satyan et al. 1992). (Desa Talun Kenas, Kecamatan STM Hilir Kabupaten
Deli Serdang), disajikan dalam Tabel 4.
Buah pisang Barangan sebagai buah klimakterik
cenderung mengeluarkan etilen dalam proses respirasi Pisang Barangan tanpa perlakuan (kontrol) selama
dan pematangannya. Sistem penyimpanan modifikasi 5 hari penyimpanan masih layak pasar, tetapi setelah
atmosfir berkembang di dalam kemasan PE dan KMnO4 10 hari penyimpanan buah rusak dan tidak dapat
mencegah akumulasi etilen (Satyan et al. 1992), dan dipasarkan. Perpaduan perlakuan KMnO4 dengan
Ca(OH) 2 dan asam askorbat menunjukkan nilai
dimungkinkan demikian halnya dengan dimasukkan
penampakan mutu sebagai preferensi pasar cenderung
juga dalam kemasan PE Ca(OH)2 dan asam askorbat
menunjukkan sedikit penurunan selama penyimpanan,
dapat mencegah akumulasi CO2 dan O2, atau dengan
tetapi penurunan penampakan mutu yang lebih cepat
kata lain menekan laju respirasi buah pisang Barangan
terjadi pada perlakuan KMnO4 + asam askorbat, yaitu
selama penyimpanan.
buah pisang Barangan tidak layak pasar setelah 15
Penampakan Mutu Buah Pisang Barangan hari penyimpanan. Perpaduan KMnO4 dengan kapur,
(Preferensi Pasar) setelah 20 hari penyimpanan menjadi tidak layak pasar.
Perlakuan terbaik ialah perpaduan KMnO4 dengan
Tujuan penyimpanan sistem MAP ialah untuk Ca(OH)2 dan asam askorbat menunjukkan buah pisang
mendapatkan masa simpan buah yang lebih lama Barangan masih layak pasar sampai pada penyimpanan
dengan penampakan mutu optimal yang masih layak 25 hari suhu kamar sampel.

273
J. Hort. Vol. 23 No. 3, 2013

KESIMPULAN DAN SARAN in Taiwan, in : postharvest handling of tropical and subtropical


fruit crops, FFTC Book Series, no. 37, pp. 34-3.
1. Perlakuan terbaik bahan penunda kematangan yang 9. Masyhuri, AP, Ahmad, AM, & Djojowasito, G 2012, Rancang
bangun sistem penyerap karbon dioksida (CO2) pada aliran
dikaji ialah perpaduan KMnO4 dengan Ca(OH)2
biogas dengan menggunakan larutan Ca(OH)2’, J. Keteknikan
dan asam askorbat yang menunjukkan bahwa daya Pertanian Tropis dan Biosistem, vol. 1, no. 1, hlm. 19-28.
simpan buah pisang Barangan dalam bentuk tandan 10. Napitupulu, B 2009, ‘Kajian penundaan kematangan pisang
maupun sisir mencapai 25 hari dan penampakan barangan di Sumatera Utara’, Prosiding Simposium Teknologi
mutu buah pisang barangan masih layak pasar. Inovatif Pascapanen II. BB Pascapanen, Bogor, hlm.124-130.
2. Buah pisang Barangan tanpa bahan penunda 11. Sagula, Zuraida, 2010, ‘Pengaruh pemberian KMnO4 dan asam
kematangan pada 10 hari penyimpanan buah askorbat serta suhu penyimpanan dalam mempertahankan
warna hijau kelopak buah manggis (Garcinia mangostana L.).
berwarna kuning serta permukaan kulit ada bintik Tesis Magister Sains. IPB Bogor.
coklat dan buah rontok dari sisirnya. Penampakan
12. Santosa, E., Winarso DW & Kholidi 2010, ‘The use of clay as
mutu buah pisang Barangan pada kondisi yang potassium permanganate carrier to delay the ripening of Raja
demikian menjadi tidak layak pasar. Bulu banana’, J.Hort., vol. 1, no. 2, pp. 89-96.
13. Satyan, Scott, KJ & Graham, D 1992, ‘Storage of banana
bunches in sealed polyethylene bags’, J. Hort. Sci., vol. 67,
PUSTAKA no. 2, pp. 283-7.
14. Scott, KJ, Giugni, J & Bailey, W.McC 1984, ‘The use of
1. Abeles, FB, Morgan, PW & Salveit, ME 1992, Ethylene in
polyethylene bags and ethylene absorbent to extend the life
plant biology, vol. 15, 2nd ed., Academic Press, San Diego,
of kiwifruit (Actinidia chinensis Planch) during cool storage’,
California.
J. Hort. Sci., vol. 59, no. 4, pp. 563-6.
2. Arief, K, Ekowati, R & Dasi, RW 1986, ‘Pengaruh KMnO4
15. Scott, K.I. & W.B. Mc Glasson. 1988. ‘Low cost method on
dan pembungkus plastik polietilen terhadap umur simpan buah
preparing banana for distant market’, Proceeding International
pepaya (Carica papaya L.)’, Hortikultura, vol. 16, hlm. 626-9.
Symposium on Current Problem on Fruit and Vegetables, Los
3. Barus, P 2009, Pemanfaatan bahan pengawet dan antioksidan Banos, pp. 246-50.
alami pada industri bahan makanan, Pidato Pengukuhan
16. Scott, KJ, Mc Glasson, WB & Roberts, EA 1970, ‘Potassium
Jabatan Guru Besar Tetap dalam Bidang Ilmu Kimia Analitik
permanganate as an ethylene absorbent in polyethylene bags to
pada Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam,
delay ripening of banana during storage’, Aust. J. Experiment
Universitas Sumatera Utara, Medan.
Agric., vol. 10, pp. 237-40.
4. Broto, W, Sulusi, P, Yulianingsih & Sjaifullah 1996, ‘Teknik
17. Sen, C, Mishra, HN & Srivastav, PP 2012, ‘Modified
atmosfir termodifikasi dalam pengemasan buah mangga
atmosphere packaging and active packaging of banana (Musa
kultivar Arumanis’, J.Hort., vol. 6, no. 2, hlm. 196-203.
spp.): A review on control of ripening and extension of shelf
5. Deily, KR & Rizvi, SSH 1981, ‘Optimization of parameter for life’, J. Stored Products and Postharvest Res., vol. 3, no. 9,
packaging of fresh peaches in polymeric films’, J.Food Sci., pp. 122-32.
vol. 109, no. 4, pp. 584-7.
18. Sjaifullah, Dondy, ASB & Muhadjir, I 1992, ‘Pengaruh
6. Dinas Pertanian Provinsi Sumatera Utara 2011. Buku Lima kondisi atmosfir termodifikasi dan ethylene absorbent terhadap
Tahun Statistik Pertanian 2006-2010, Dinas Pertanian Provinsi penundaan kemasakan pisang cv. Raja Bulu pada suhu kamar’,
Sumatera Utara, Medan. J.Hort., vol. 2, no. 1, pp. 48-55.
7. Kader, AA & Watkins, CB 2000, ‘Modified atmosphere 19. Vermeiren, L, Devlieghere, F, van Beest, M, Kruijf, N &
packaging – Toward 2000 and beyond’, Hor. Technol., vol. Debevere, J 1999, ‘Developments in the active packaging of
10, no. 3, pp. 483-6. foods’, Trends in Food Sci. Technol., no. 10, pp. 77-86.
8. Ke, LS & Hwang, SC 1988, ‘Postharvest handling of bananas 20. Zewter, A, Woldetsadik, K & Workneh, TS 2012, ‘Effect
of 1-methylcyclopropene, potassium permanganate and
packaging on quality of banana’, Afr. J. of Agric Res., vol. 7,
no. 16, pp. 2425-37.

274
Napitupulu, B : Kajian Beberapa Bahan Penunda
Kematangan Terhadap Mutu Buah Pisang ...

Lampiran 1. Stoples yang digunakan sebagai wadah dalam pengukuran respirasi buah pisang Barangan
(Jars used as container on respiration measurement of Barangan banana fruits)

275

Anda mungkin juga menyukai