Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH PEDIATRI

DETEKSI TUMBUH KEMBANG ANAK

DISUSUN OLEH

FEBRYANTI

(PO714241191055)

D.IV B FISIOTERAPI Tk. III

POLITEKNIK KEMENTRIAN KESEHATAN MAKASSAR

JURUSAN FISIOTERAPI

2021-2022
KATA PENGANTAR

Assalamualikum Warahmatullahi Wabarakatuh.segala puji bagi Allah SWT,yang telah


memberikan nikmat serta hidayah-Nya terutama nikmat kesempatan dan kesehatan sehingga
penulis dapat meneyeselaikan makalah mata kuliah Fisioterapi Pediatri dengan judul “Deteksi
Tumbuh Kembang Anak” Kemudian shalawat serta salam kita sampaikan kepada nabi besar
kita Muhammad SAW.yang telah meberikan pedoman hidup yakni Al-Quran dan sunnah untuk
keselamatan umat di dunia.

Penulis menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini masih banyak kekurangan,oleh
sebab itu penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun.Dan semoga dengan
selesainya makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca dan teman-teman.

Demikian makalah ini penulis susun,apabila ada kata-kata yang kurang berkenan dan
banyak terdapat kekurangan,penulis mohon maaf yang sebesar-besarnya.

Makassar, 22 November 2021

Penulis

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...................................................................................................................2

DAFTAR ISI..................................................................................................................................3

BAB IPENDAHULUAN...............................................................................................................4

A. Latar Belakang......................................................................................................................4

B. Rumusan Masalah.................................................................................................................6

C. Tujuan...................................................................................................................................6

BAB IIPEMBAHASAN.................................................................................................................7

I. DETEKSI DINI TUMBUH KEMBANG ANAK................................................................7

II. METODE DETEKSI DINI TUMBUH KEMBANG ANAK...........................................8

A. DETEKSI DINI PENYIMPANGAN PERTUMBUHAN................................................8

B. DETEKSI DINI PENYIMPANGAN PERKEMBANGAN...........................................10

C. DETEKSI DINI PENYIMPANGN MENTAL EMOSIONAL......................................12

D. DDST(Denver Development Screening Test)................................................................12

BAB IIIPENUTUP.......................................................................................................................15

A. Kesimpulan.........................................................................................................................15

B. Saran...................................................................................................................................15

DAFTAR PUSTAKA...................................................................................................................16

iii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Anak merupakan generasi penerus bangsa yang layak untuk mendapatkan
perhatian dan setiap anak memiliki hak untuk mencapai perkembangan kognisi, sosial
dan perilaku emosi yang optimal dengan demikian dibutuhkan anak dengan kualitas yang
baik agar tercapai masa depan bangsa yang baik. Populasi anak di Indonesia cukup besar
yaitu sekitar 33% dari total populasi yaitu sekitar 83 juta dan setiap tahunnya jumlah
populasi anak akan meningkat. Periode emas atau golden age period merupakan periode
yang kritis yang terjadi satu kali dalam kehidupan anak, karena pada masa ini tidak
kurang 100 milyar sel otak siap untuk distimulasi agar kecerdasan seseorang dapat
berkembang secara optimal di kemudian hari. Periode ini terjadi pada 1000 hari pertama,
yaitu semenjak kehamilan sampai anak berusia 2 tahun dan merupakan masa kritis yang
berdampak pada perkembangan fisik dan kognisi anak. Anak yang memiliki awal tumbuh
kembang yang baik akan tumbuh menjadi dewasa yang lebih sehat sehingga nantinya
akan memiliki kehidupan yang lebih baik.
Berdasarkan World Health Organization (WHO) menyatakan bahwa 5-25% anak
usia pra sekolah di dunia mengalami disfungsi otak minor, termasuk gangguan
perkembangan motorik halus (WHO, 2010). Angka kejadian terhadap gangguan
perkembangan pada anak usia 3-17 tahun di Amerika Serkat mengalami peningkatan dari
tahun 2014 sebesar 5,76 % dan di tahun 2016 sebesar 6,9% (Zablotsky et al., 2017).
Tumbuh kembang anak di Indonesia masih perlu mendapatkan perhatian serius, Angka
keterlambatan pertumbuhan dan perkembangan masih cukup tinggi yaitu sekitar 5-10%
mengalami keterlambatan perkembangan umum. Dua dari 1.000 bayi mengalami
gangguan perkembangan motorik dan 3 sampai 6 dari 1.000 bayi juga mengalami
gangguan pendengaran serta satu dari 100 anak mempunyai kecerdasan kurang dan
keterlambatan bicara Populasi anak di Indonesia menunjukkan sekitar 33% dari total
populasi yaitu sekitar 83 juta dan setiap tahunnya jumlah populasi anak akan meningkat
(Sugeng et al., 2019). Sementara, Departemen Kesehatan RI melaporkan bahwa 0,4 juta

1
(16%) balita di Indonesia mengalami gangguan perkembangan, baik perkembangan
motorik halus dan kasar, gangguan pendengaran, kecerdasan kurang dan keterlambatan
bicara. Berdasarkan hasil riset kesehatan dasar (Riskesdas) pada tahun 2013, prevalensi
anak dengan tubuh pendek (stunting) 37,2% yang berarti terjadi peningkatan
dibandingkan tahun 2010 (35,6%) dan 2007 (36,8%). Persentase tertinggi pada tahun
2013 adalah di Provinsi Nusa Tenggara Timur (51,7%), Sulawesi Barat (48,0%), dan
Nusa Tenggara Barat (45,3%), dan setiap tahunnya terdapat peningkatan jumlah balita
dengan postur tubuh pendek dan sangat pendek,sehingga presentase balita postur tubuh
pendek di Indonesia masih tinggi dan merupakan masalah kesehatan yang harus
ditanggulangi.
Proses tumbuh kembang anak merupakan hal penting yang harus diperhatikan
sejak dini, mengingat bahwa anak merupakan generasi penerus bangsa memiliki hak
untuk mencapai perkembangan yang optimal, sehingga dibutuhkan anak dengan kualitas
baik demi masa depan bangsa yang lebih baik. Golden age period merupakan periode
yang kritis yang terjadi satu kali dalam kehidupan anak, dimulai dari umur 0 sampai 5
tahun (Chamidah, 2018). Anak yang memiliki awal tumbuh kembang yang baik akan
tumbuh menjadi dewasa yang lebih sehat, hal ini dipengaruhi oleh hasil interaksi faktor
genetik dan faktor lingkungan, sehingga nantinya memiliki kehidupan yang lebih baik
(Deki, 2015).
Deteksi dini melalui kegiatan SDIDTK sangat diperlukan untuk menemukan
secara dini anak yang mengalami penyimpangan pertumbuhan dan perkembangan
sehingga dapat dilakukan intervensi sedini mungkin, agar penyimpangan pertumbuhan
dan perkembangan yang dialami tidak menjadi kecacatan yang menetap.Pelayanan
kegiatan SDIDTK tidak hanya dilakukan pada anak yang dicurigai mempunyai masalah
saja, tetapi harus dilakukan secara rutin terhadap semua balita dan anak prasekolah,
sehingga pertumbuhan dan perkembangan anak optimal.(Soetjiningsih, 2006).Kegiatan
SDIDTK dapat dilakukan oleh siapa saja yang telah terampil dan mampu
melaksanakannya seperti tenaga kesehatan, kader kesehatan dan orangtua. SDIDTK
merupakan upaya yang perlu didukung, karena merupakan salah satu cara untuk
mempersiapkan generasi mendatang yang berkualitas. (Kemenkes RI, 2012).

2
B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud deteksi tumbuh kembang anak ?
2. Apa saja metode yang dilakukan untuk mendeteksi tumbuh kembang anak ?

C. Tujuan
1. Untuk mengetahui Apa yang dimaksud deteksi tumbuh kembang anak.
2. Untuk mengetahui Apasaja metode yang dilakukan untuk mendeteksi tumbuh kembang
anak.

3
BAB II

PEMBAHASAN

I. DETEKSI DINI TUMBUH KEMBANG ANAK


Pertumbuhan dan perkembangan merupakan dua peristiwa yang berbeda tetapi
tidak bisa dipisahkan. Setiap keluarga mengharapkan anaknya kelak bertumbuh kembang
optimal (sehat fisik, mental/kognitif, dan sosial) (Soetjininsih dan Ranuh, 2016) ketika
anaknya mengalami keterlambatan orang tua perlu mengenal tanda bahaya ( 2013).
Menurut Dian Ardiana menyatakan umumnya pada masa ini perkembangan pada anak
yang sering ditemukan meliputi gangguan pertumbuhan fisik, , perkembangan motorik,
bahasa dan perilaku (Sandy, 2019). Gangguan pertumbuhan fisik pada anak dapat berupa
wasting, stunting, dan overweight, sedangkan gangguan perkembangan anak dapat
berupa penyimpangan perilaku, keterlambatan motorik kasar, motorik halus, bicara dan
bahasa, serta sosialisasi dan kemandirian (Tanuwijaya, 2012).

Pembangunan kesehatan sebagai bagian dari upaya membangun manusia


seutuhnya antara lain diselenggarakan melalui upaya kesehatan anak yang dilakukan
sedini mungkin sejak anak masih dalam kandungan. Upaya kesehatan ibu yang dilakukan
sebelum dan semasa hamil hingga melahirkan, ditujukan untuk menghasilkan keturunan
yang sehat dan lahir dengan selamat. Upaya kesehatan yang dilakukan sejak anak masih
dalam kandungan sampai lima tahun pertama kehidupannya, ditujukan untuk
mempertahankan kelangsungan hidupnya sekaligus meningkatkan kualitas hidup anak
agar mencapai tumbuh kembang yang optimal baik fisik, mental, emosional maupun
sosial serta memiliki intelegensi majemuk sesuai dengan potensi genetiknya. Sebagai
calon generasi penerus bangsa, kualitas tumbuh kembang balita perlu mendapat perhatian
yang serius yaitu mendapatkan gizi yang baik, stimulasi yang memadai serta terjangkau
dalam melakukan deteksi dan intervensi dini dalam penyimpangan tumbuh
kembang.Melakukan stimulasi yang memadai dengan tujuan untuk merangsang
kemampuan gerak, bicara dan bahasa, sosialisasi dan kemandirian secara optimal.

4
Deteksi dini tumbuh kembang anak adalah kegiatan yang dilakukan untuk
menemukan adanya penyimpangan pertumbuhan dan perkembangan pada anak pra
sekolah.Dengan menemukan penyimpangan tumbuh kembang sejak awal, maka dapat
dilakukan intervensi yang tepat sejak dini untuk mengatasi penyimpangan tersebut.
Namun bila penyimpangan terlambat diketahui, maka intervensi akan lebih sulit untuk
dilakukan dan hal ini tentunya akan mempengaruhi tumbuh kembang anak.

Ada tiga jenis deteksi dini tumbuh kembang :

1. Deteksi dini penyimpangan pertumbuhan, yang dilakukan untuk menemukan status gizi
kurang/buruk dan mikro/makrosefali.
2. Deteksi dini penyimpangan perkembangan, untuk mengetahui adanya keterlambatan
perkembangan anak, gangguan daya lihat, dan gangguan daya dengar.
3. Deteksi dini penyimpangan mental emosional, yaitu untuk mengetahui adanya masalah
mental emosional, autisme dan gangguan pemusatan perhatian dan hiperaktivitas.

II. METODE DETEKSI DINI TUMBUH KEMBANG ANAK

A. DETEKSI DINI PENYIMPANGAN PERTUMBUHAN


1. BERAT BADAN TERHADAP TINGGI BADAN
Berat badan dan panjang/tinggi badan hasil pengukuran dinilai menggunakan
table BB/TB. Lihat kolom tinggi badan anak sesuai kelompok usia dan jenis kelamin.
Kemudian Tarik ke samping untuk melihat kategori berat badan anak.Nilai apakah berat
badan anak termasuk dalam kategori normal, kurus, sangat kurus, gemuk, atau sangat
gemuk.
Table BB/TB digunakan pada anak dalam kelompok usia 0-24 bulan dan 24-60
bulan. Sedangkan pada kelompok usia 60-72 bulan, penilaian status gizi dapat dilakukan
dengan menghitung indeks masa tubuh menurut umur. Berikut ini rumus penghitungan
indeks masa tubuh :

5
Berat Badan(BB)
Tinggi Badan x Tinggi Badan(TB2 )

Interpretasi hasil penghitungan :

o Normal : -2SD s/d 2SD atau gizi baik


o Kurus : -3SD s/d <-2SD atau gizi kurang
o Kurus Sekali : <-3SD atau gizi buruk
o Gemuk : >2SD s/d 3SD atau gizi lebih
o Gemuk Sekali : >3SD atau obesitas

METODE

Pengukuran berat badan terhadap tinggi badan bertujuan untuk menentukan status
gizi anak, yang dapat dinilai menggunakan table BB/TB sesuai usia dan jenis kelamin
anak. Pengukuran berat badan dapat menggunakan timbangan bayi maupun timbangan
injak.Timbangan bayi digunakan hingga anak berusia 2 tahun atau selama anak masih
dapat berbaring atau duduk tenang.Pastikan jarum menunjukan angka 0 sebelum mulai
menimbang.Baca angka yang ditunjukkan oleh jarum.

Pengukuran tinggi badan diatas usia 24 bulan dilakukan dalam posisi berdiri tegak
menghadap ke arah petugas. Punggung, pantat, tumit menempel pada dinding atau tiang
ukur.Batas pengukur diturunkan hingga menempel pada ubun-ubun, lalu baca angka hasil
pengukuran. Bila pengukuran dilakukan dalam posisi berbaring, maka harus dikurangkan
dengan faktor koreksi 0,70 cm.

2. LINGKAR KEPALA
Pengukuran lingkar kepala anak bertujuan untuk mengetahui lingkar kepala anak
berada dalam batas normal atau tidak. Pengukuran lingkar kepala pada usia 0-11 bulan
dilakukan setiap tiga bulan. Sendangkan pada anak 12-72 bulan pengukuran dilakukan
setiap enam bulan.

6
Pengukuran lingkar kepala menggunakan pita ukur yang dilingkarkan pada kepala
anak melewati dahi, menutupi alis mata, di atas kedua telinga, dan bagian belakang
kepala yang menonjol, Tarik agak kencang. Hasil pengukuran di catat pada grafik lingkar
kepala menurut umur dan jenis kelamin anak.Hubungkan garis antara ukuran lingkar
kepala yang lalu dan sekarang.
Bila ukuran lingkar kepala berada di dalam jalur hijau, maka lingkar kepala anak
normal.Bila berada diluar jalur hijau, maka lingkar kepala tidak normal, baik mikrosefal
(di bawah garis hijau) maupun makrosefal (diatas garis hijau).Bila ditemukan hasil diluar
batas normal, segera rujuk ke rumah sakit.

METODE

Pengukuran lingkar kepala menggunakan pita ukur yang dilingkarkan pada kepala
anak melewati dahi, menutupi alis mata, di atas kedua telinga, dan bagian belakang
kepala yang menonjol, Tarik agak kencang. Hasil pengukuran di catat pada grafik lingkar
kepala menurut umur dan jenis kelamin anak.Hubungkan garis antara ukuran lingkar
kepala yang lalu dan sekarang.

B. DETEKSI DINI PENYIMPANGAN PERKEMBANGAN


1. KUESIONER PRA SKRINING PERKEMBANGAN(KPSP)
Bertujuan untuk mengetahui perkembangan anak normal atau terdapat
penyimpangan. Pemeriksaan KPSP rutin pada usia 3,6,9,12, 15, 18, 21, 24, 30, 36, 42,
48, 54, 60, 66, dan 72 bulan. Jika anak belum mencapai umur skrining tersebut, minta ibu
datang kembali pada umur skrining yang terdekat untuk pemeriksaan rutin.
Namun bila terdapat keluhan masalah tumbuh kembang, sedangkan usia anak
bukan usia skrining, maka pemeriksaan menggunakan KPSP untuk umur skrining
terdekat – yang lebih muda. Dalam melakukan pemeriksaan KPSP anak harus dibawa.
Tentukan umur anak, kemudian pilih formulir KPSP sesuai usia. Pada formulir KPSP
terdapat dua macam pertanyaan, yakni yang dijawab oleh ibu/pengasuh anak, dan
perintah kepada ibu/pengasuh atau petugas untuk melakukan tugas yang tertera pada
KPSP.Jelaskan pada orang tua agar tidak ragu-ragu atau takut menjawab.Pertanyaan

7
harus diajukan seacara berurutan satu-persatu, dan hanya ada satu jawaban yakni “iya”
atau “tidak”.
Catat jawaban pada form KPSP.
Interpretasi hasil KPSP :
 Hitung berapa jumlah jawaban Ya. (Jawaban Ya, bila ibu / pengasuh anak menjawab
anak bisa atau pernah atau sering atau kadang-kadang melakukannya. Jawaban Tidak,
bila ibu / pengasuh anak menjawab anak belum pernah melakukan atau tidak pernah atau
ibu / pengasuh anak tidak tahu)
 Jumlah jawaban Ya = 9 atau 10, perkembangan anak sesuai dengan tahap perkembangan
(S)
 Jumlah Jawaban Ya = 7 atau 8, perkembangan anak meragukan (M)
 Jumlah Jawaban Ya = 6 atau kurang, kemungkinan ada penyimpangan (P)
 Untuk jawaban Tidak, perlu dirinci jumlah jawaban Tidak menurut jenis kerterlambatan
(Gerak kasar, gerak halus, bicara dan bahasa, sosialisasi dan kemandirian)

2. TES DAYA DENGAR (TDD)


Merupakan tes yang bertujuan untuk menemukan gangguan pendengaran sejak
dini, agar dapat segera ditindaklanjuti untuk meningkatkan kemampuan daya dengar dan
bicara anak. TDD dilakukan setiap 3 bulan (pada usia <12 bulan ) dan setiap 6 bulan
(pada usia 12 bulan ke atas). Sebelum melakukan TDD, tanyakan tanggal lahir anak, dan
hitung umur dalam bulan. Kemudian pilih daftar pertanyaan TDD sesuai usia. Pada anak
diatas 24 bulan, pertanyaan berupa perintah melalui orang tua/pengasuh untuk dikerjakan
oleh anak.Amati anak dalam melakukan perintah.Jawaban Ya adalah jika anak dapat
melakukan perintah.Jawaban Tidak jika anak tidka dapat atau tidak mau melakukan
perintah.Bila ada satu jawaban Tidak, kemampuan anak mengalami gangguan daya
dengar.

3. TES DAYA LIHAT (TDL)


Tes daya lihat bertujuan untuk mendeteksi secara dini kelainan daya lihat.
Dilakukan setiap 6 bulan pada anak usia prasekolah 36 – 72 bulan. Menggunakan kartu E
berjarak 3 meter dan setinggi mata anak dengan posisi anak duduk.Sebelah mata anak

8
ditutup dengan buku/kertas, tunjuk huruf E pada poster mulai baris pertama hingga
keempat, atau sampai baris terkecil yang dapat dilihat. Lakukan hal yang sama pada mata
satunya. Anak dengan penglihatna normal tidak mengalami kesulitan melihat sampai
baris ketiga.Bila dengan kedua mata anak tidak dapat melihat sampi baris ketiga,
kemungkinan anak mengalami gangguan daya lihat.Bila anak mengalami gangguan daya
lihat, ulangi pemeriksaan di hari yang berbeda. Bila anak tetap tidak dapat melihat
sampai baris yang sama, lakukan rujukan.

C. DETEKSI DINI PENYIMPANGN MENTAL EMOSIONAL


1. DETEKSI DINI MASALAH MENTAL EMOSIONAL PADA ANAK
PRASEKOLAH
Bertujuan mendeteksi secara dini adanya penyimpangan mental emosional pada
anak prasekolah.Pemeriksaan dilakukan rutin setiap 6 bulan, menggunakan Kuesioner
Masalah Mental Emosional. Tanyakan dengan lambat, jelas, dan nyaring setiap poin pada
KMME, catat dan hitung jumlah jawaban Ya.
Bila ada jawaban Ya kemungkinan anak mengalami masalah mental emosional.
Bila jawaban Ya hanya satu, lakukan konseling pada orang tua menggunakan buku
pedoman pola asuh yang mendukung perkembangan anak. Lakukan evaluasi setelah 3
bulan, bila tidak ada perubahan rujuk. Bila jawaban Ya ditemukan 2 atau lebih, lakukan
rujukan ke rumah sakit yang memiliki fasilitas kesehatan jiwa / tumbuh kembang anak.

2. DETEKSI DINI GANGGUAN PEMUSATAN PERHATIAN DAN


HIPERAKTIVITAS (GPPH) PADA ANAK PRASEKOLAH
Untuk mengetahui adanya gangguan pemusatan perhatian dan hiperktivitas pada
anak usia 36 bulan keatas. Dilakukan atas indikasi anak tidak dapat duduk tenang, selalu
bergerak tanpa tujuan dan tidak kenal lelah, perubahan suasana hati mendadak /
impulsive.Pemeriksaan dilakukan menggunakan formulir GPPH.Bila total nilai 13 atau
lebih kemungkinan anak mengalami GPPH.Lakukan rujukan ke rumah sakit.

D. DDST(Denver Development Screening Test)

9
DDST merupakan Denver Development Screening Test (DDST) dirancang untuk
memberikan metode penyaringan yang sederhana sebagai bukti perkembangan lambat
pada bayi dan anak-anak.Tes ini mencakup empat aspek yaitu, aspek sosial, motorik
halus, bahasa dan motorik kasar. Tes ini telah distandarisasi pada 1036 anak normal
berusia dua minggu sampai enam tahun[2].
Beberapa penelitian terdahulu dibidang sistem pakar yang memanfaatkan DDST
antara lain, Sistem pakar klasifikasi status perkembangan anak usia dini dengan metode
Naive Bayes Classifer Berbasis DDST Rules oleh Gumiri dkk pada tahun 2015.
Penelitian ini menggunakan enam parameter yaitu, usia, jenis kelamin, jumlah gagal
sektor 1, jumlah gagal sektor 2, jumlah gagal sektor 3, jumlah gagal sektor 4. Klasifikasi
status perkembangan anak dibagi atas tiga yaitu normal, suspect dan abnormal. Hasil
pengujian sistem mengahasilkan tingkat akurasi sebesar 83,1%[3].
Pada tahun 2016 Kurniawan, dkk juga membuat sebuah sistem untuk monitoring
perkembangan anak berbasis DDST.Penelitian ini menghasilkan aplikasi web DDST
yang digunakan oleh petugas administrasi dan aplikasi android yang digunakan oleh
pemeriksa sebagai pengganti kertas dan manual Denver.Pengujian aplilakasi
menunjukkan nilai interpretasi kuat yaitu sebesar 0.74.Namun aplikasi ini tidak
menggunakan salah satu metode dalam sistem pakar.
Chamidah, A.N.,(2009) melakukan penelitian dengan judul Deteksi Dini
Gangguan Pertumbuhan dan Perkembangan Anak yang dipublikasikan pada Jurnal
Pendidikan Khusus. Penelitian ini menyatakan bahwa, gangguan pertumbuhan dan
perkembangan anak merupakan masalah yang banyak dijunpai di masyarakat. Penelitian
ini juga menggunakan instrument DDST II. DDST II digunakan untuk menilai tingkat
perkembangan anak sesuai umurnya pada anak yang mempunyai tanda-tanda
keterlambatan perkembangan maupun anak sehat. Penelitian ini menggunakan formulir
tes DDST II dengan 125 item tes[4]

10
Gambar 1. Form DDST II

11
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Pertumbuhan dan perkembangan merupakan dua peristiwa yang berbeda tetapi
tidak bisa dipisahkan. Setiap keluarga mengharapkan anaknya kelak bertumbuh kembang
optimal (sehat fisik, mental/kognitif, dan sosial) (Soetjininsih dan Ranuh, 2016) ketika
anaknya mengalami keterlambatan orang tua perlu mengenal tanda bahaya ( 2013).
Menurut Dian Ardiana menyatakan umumnya pada masa ini perkembangan pada anak
yang sering ditemukan meliputi gangguan pertumbuhan fisik, , perkembangan motorik,
bahasa dan perilaku (Sandy, 2019). Gangguan pertumbuhan fisik pada anak dapat berupa
wasting, stunting, dan overweight, sedangkan gangguan perkembangan anak dapat
berupa penyimpangan perilaku, keterlambatan motorik kasar, motorik halus, bicara dan
bahasa, serta sosialisasi dan kemandirian (Tanuwijaya, 2012).
 Pertumbuhan (growth) berkaitan dengan masalah perubahan ukuran, besar,
jumlah atau dimensi pada tingkat sel, organ maupun individu. Pertumbuhan
bersifat kuantitatif sehingga dapat diukur dengan satuan berat (gram, kilogram),
satuan panjang (cm, m), umur tulang, dan keseimbangan metabolik (retensi
kalsium dan nitrogen dalam tubuh).
 Perkembangan (development) adalah pertambahan kemampuan struktur dan
fungsi tubuh yang lebih kompleks. Perkembangan menyangkut adanya proses
diferensiasi sel-sel, jaringan, organ,

B. Saran
Diharapkan kepada orang tua agar mampu melakukan deteksi dini penyimpangan
pertumbuhan dan perkembangan anak agar dapat dilakukan intervensi dini bila anak
mengalami masalah tumbuh kembang serta perlu adanya suatu bentuk kerjasama dengan
institusi kesehatan, seperti puskesmas wilayah setempat dan klinik tumbuh kembang
didaerah masing-masing, terkait dengan sistem rujukan bagi anak yang memiliki masalah
tumbuh kembang

12
DAFTAR PUSTAKA

Fazrin Intan, Widiana Deni, Trianti Retno Indri, Baba Jaha Kristianus, Amalia Nuralita
Miszar, Smaut Yandri Mondry. 2018. Pendidikan Kesehatan Deteksi Dini Tumbuh
Kembang pada Anak di Paud Lab School UNPGRI Kediri.

Inggriani Melia Dela, Rinjani Margareta, Susanti Rika. Deteksi Dini Tumbuh Kembang
Anak Usia 0-6 Tahun Berbasis Aplikasi Android

Oktiawati Anisa, Itsna Nur Ita, Satria Putra Ramadhan, Ni’ma Jumrotun. Deteksi Dini
Perkembangan Anak dengan DDST (Denver Development Screening Test) di RA/KBIT
Siti Khodijah Slawi.

Prastiwi Hening Meiuta.2019.Pertumbuhan dan Perkembangan Anak Usia 3-6 Tahun.

Punjastuti Budi, Mualifah Laily.2019.Pemantauan Perkembangan Anak dengan DDST

Sugeng Maharani Hapsari, Tarigan Rodman , Sari Melani Nur. Gambaran Tumbuh
Kembang Anak pada Periode Emas Usia 0-24 Bulan di Posyandu Wilayah Kecamatan
Jatinangor.

Suyanto.Deteksi Dini Tumbuh Kembang Anak

Syofiah Nelly Putri, Machmud Rizanda,Yantri Eny. Analisis Pelaksanaan Program


Stimulasi, Deteksi dan Intervensi Dini Tumbuh Kembang (SDIDTK) Balita di Puskesmas
Kota Padang Tahun 2018.

Ulfa Miftakhul. Analisa Deteksi Dini dan Stimulasi Perkembangan Anak Usia Prasekolah

Wijayanti Esti.2018.Model DDST (Denver Development Screening Test) untuk


Monitoring Perkembangan Anak Berbasis Expert System.

13

Anda mungkin juga menyukai