014 - Makalah Tumbuh Kembang - Andi Nurul Hidaya
014 - Makalah Tumbuh Kembang - Andi Nurul Hidaya
DISUSUN OLEH
FEBRYANTI
(PO714241191055)
JURUSAN FISIOTERAPI
2021-2022
KATA PENGANTAR
Penulis menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini masih banyak kekurangan,oleh
sebab itu penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun.Dan semoga dengan
selesainya makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca dan teman-teman.
Demikian makalah ini penulis susun,apabila ada kata-kata yang kurang berkenan dan
banyak terdapat kekurangan,penulis mohon maaf yang sebesar-besarnya.
Penulis
ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR...................................................................................................................2
DAFTAR ISI..................................................................................................................................3
BAB IPENDAHULUAN...............................................................................................................4
A. Latar Belakang......................................................................................................................4
B. Rumusan Masalah.................................................................................................................6
C. Tujuan...................................................................................................................................6
BAB IIPEMBAHASAN.................................................................................................................7
BAB IIIPENUTUP.......................................................................................................................15
A. Kesimpulan.........................................................................................................................15
B. Saran...................................................................................................................................15
DAFTAR PUSTAKA...................................................................................................................16
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Anak merupakan generasi penerus bangsa yang layak untuk mendapatkan
perhatian dan setiap anak memiliki hak untuk mencapai perkembangan kognisi, sosial
dan perilaku emosi yang optimal dengan demikian dibutuhkan anak dengan kualitas yang
baik agar tercapai masa depan bangsa yang baik. Populasi anak di Indonesia cukup besar
yaitu sekitar 33% dari total populasi yaitu sekitar 83 juta dan setiap tahunnya jumlah
populasi anak akan meningkat. Periode emas atau golden age period merupakan periode
yang kritis yang terjadi satu kali dalam kehidupan anak, karena pada masa ini tidak
kurang 100 milyar sel otak siap untuk distimulasi agar kecerdasan seseorang dapat
berkembang secara optimal di kemudian hari. Periode ini terjadi pada 1000 hari pertama,
yaitu semenjak kehamilan sampai anak berusia 2 tahun dan merupakan masa kritis yang
berdampak pada perkembangan fisik dan kognisi anak. Anak yang memiliki awal tumbuh
kembang yang baik akan tumbuh menjadi dewasa yang lebih sehat sehingga nantinya
akan memiliki kehidupan yang lebih baik.
Berdasarkan World Health Organization (WHO) menyatakan bahwa 5-25% anak
usia pra sekolah di dunia mengalami disfungsi otak minor, termasuk gangguan
perkembangan motorik halus (WHO, 2010). Angka kejadian terhadap gangguan
perkembangan pada anak usia 3-17 tahun di Amerika Serkat mengalami peningkatan dari
tahun 2014 sebesar 5,76 % dan di tahun 2016 sebesar 6,9% (Zablotsky et al., 2017).
Tumbuh kembang anak di Indonesia masih perlu mendapatkan perhatian serius, Angka
keterlambatan pertumbuhan dan perkembangan masih cukup tinggi yaitu sekitar 5-10%
mengalami keterlambatan perkembangan umum. Dua dari 1.000 bayi mengalami
gangguan perkembangan motorik dan 3 sampai 6 dari 1.000 bayi juga mengalami
gangguan pendengaran serta satu dari 100 anak mempunyai kecerdasan kurang dan
keterlambatan bicara Populasi anak di Indonesia menunjukkan sekitar 33% dari total
populasi yaitu sekitar 83 juta dan setiap tahunnya jumlah populasi anak akan meningkat
(Sugeng et al., 2019). Sementara, Departemen Kesehatan RI melaporkan bahwa 0,4 juta
1
(16%) balita di Indonesia mengalami gangguan perkembangan, baik perkembangan
motorik halus dan kasar, gangguan pendengaran, kecerdasan kurang dan keterlambatan
bicara. Berdasarkan hasil riset kesehatan dasar (Riskesdas) pada tahun 2013, prevalensi
anak dengan tubuh pendek (stunting) 37,2% yang berarti terjadi peningkatan
dibandingkan tahun 2010 (35,6%) dan 2007 (36,8%). Persentase tertinggi pada tahun
2013 adalah di Provinsi Nusa Tenggara Timur (51,7%), Sulawesi Barat (48,0%), dan
Nusa Tenggara Barat (45,3%), dan setiap tahunnya terdapat peningkatan jumlah balita
dengan postur tubuh pendek dan sangat pendek,sehingga presentase balita postur tubuh
pendek di Indonesia masih tinggi dan merupakan masalah kesehatan yang harus
ditanggulangi.
Proses tumbuh kembang anak merupakan hal penting yang harus diperhatikan
sejak dini, mengingat bahwa anak merupakan generasi penerus bangsa memiliki hak
untuk mencapai perkembangan yang optimal, sehingga dibutuhkan anak dengan kualitas
baik demi masa depan bangsa yang lebih baik. Golden age period merupakan periode
yang kritis yang terjadi satu kali dalam kehidupan anak, dimulai dari umur 0 sampai 5
tahun (Chamidah, 2018). Anak yang memiliki awal tumbuh kembang yang baik akan
tumbuh menjadi dewasa yang lebih sehat, hal ini dipengaruhi oleh hasil interaksi faktor
genetik dan faktor lingkungan, sehingga nantinya memiliki kehidupan yang lebih baik
(Deki, 2015).
Deteksi dini melalui kegiatan SDIDTK sangat diperlukan untuk menemukan
secara dini anak yang mengalami penyimpangan pertumbuhan dan perkembangan
sehingga dapat dilakukan intervensi sedini mungkin, agar penyimpangan pertumbuhan
dan perkembangan yang dialami tidak menjadi kecacatan yang menetap.Pelayanan
kegiatan SDIDTK tidak hanya dilakukan pada anak yang dicurigai mempunyai masalah
saja, tetapi harus dilakukan secara rutin terhadap semua balita dan anak prasekolah,
sehingga pertumbuhan dan perkembangan anak optimal.(Soetjiningsih, 2006).Kegiatan
SDIDTK dapat dilakukan oleh siapa saja yang telah terampil dan mampu
melaksanakannya seperti tenaga kesehatan, kader kesehatan dan orangtua. SDIDTK
merupakan upaya yang perlu didukung, karena merupakan salah satu cara untuk
mempersiapkan generasi mendatang yang berkualitas. (Kemenkes RI, 2012).
2
B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud deteksi tumbuh kembang anak ?
2. Apa saja metode yang dilakukan untuk mendeteksi tumbuh kembang anak ?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui Apa yang dimaksud deteksi tumbuh kembang anak.
2. Untuk mengetahui Apasaja metode yang dilakukan untuk mendeteksi tumbuh kembang
anak.
3
BAB II
PEMBAHASAN
4
Deteksi dini tumbuh kembang anak adalah kegiatan yang dilakukan untuk
menemukan adanya penyimpangan pertumbuhan dan perkembangan pada anak pra
sekolah.Dengan menemukan penyimpangan tumbuh kembang sejak awal, maka dapat
dilakukan intervensi yang tepat sejak dini untuk mengatasi penyimpangan tersebut.
Namun bila penyimpangan terlambat diketahui, maka intervensi akan lebih sulit untuk
dilakukan dan hal ini tentunya akan mempengaruhi tumbuh kembang anak.
1. Deteksi dini penyimpangan pertumbuhan, yang dilakukan untuk menemukan status gizi
kurang/buruk dan mikro/makrosefali.
2. Deteksi dini penyimpangan perkembangan, untuk mengetahui adanya keterlambatan
perkembangan anak, gangguan daya lihat, dan gangguan daya dengar.
3. Deteksi dini penyimpangan mental emosional, yaitu untuk mengetahui adanya masalah
mental emosional, autisme dan gangguan pemusatan perhatian dan hiperaktivitas.
5
Berat Badan(BB)
Tinggi Badan x Tinggi Badan(TB2 )
METODE
Pengukuran berat badan terhadap tinggi badan bertujuan untuk menentukan status
gizi anak, yang dapat dinilai menggunakan table BB/TB sesuai usia dan jenis kelamin
anak. Pengukuran berat badan dapat menggunakan timbangan bayi maupun timbangan
injak.Timbangan bayi digunakan hingga anak berusia 2 tahun atau selama anak masih
dapat berbaring atau duduk tenang.Pastikan jarum menunjukan angka 0 sebelum mulai
menimbang.Baca angka yang ditunjukkan oleh jarum.
Pengukuran tinggi badan diatas usia 24 bulan dilakukan dalam posisi berdiri tegak
menghadap ke arah petugas. Punggung, pantat, tumit menempel pada dinding atau tiang
ukur.Batas pengukur diturunkan hingga menempel pada ubun-ubun, lalu baca angka hasil
pengukuran. Bila pengukuran dilakukan dalam posisi berbaring, maka harus dikurangkan
dengan faktor koreksi 0,70 cm.
2. LINGKAR KEPALA
Pengukuran lingkar kepala anak bertujuan untuk mengetahui lingkar kepala anak
berada dalam batas normal atau tidak. Pengukuran lingkar kepala pada usia 0-11 bulan
dilakukan setiap tiga bulan. Sendangkan pada anak 12-72 bulan pengukuran dilakukan
setiap enam bulan.
6
Pengukuran lingkar kepala menggunakan pita ukur yang dilingkarkan pada kepala
anak melewati dahi, menutupi alis mata, di atas kedua telinga, dan bagian belakang
kepala yang menonjol, Tarik agak kencang. Hasil pengukuran di catat pada grafik lingkar
kepala menurut umur dan jenis kelamin anak.Hubungkan garis antara ukuran lingkar
kepala yang lalu dan sekarang.
Bila ukuran lingkar kepala berada di dalam jalur hijau, maka lingkar kepala anak
normal.Bila berada diluar jalur hijau, maka lingkar kepala tidak normal, baik mikrosefal
(di bawah garis hijau) maupun makrosefal (diatas garis hijau).Bila ditemukan hasil diluar
batas normal, segera rujuk ke rumah sakit.
METODE
Pengukuran lingkar kepala menggunakan pita ukur yang dilingkarkan pada kepala
anak melewati dahi, menutupi alis mata, di atas kedua telinga, dan bagian belakang
kepala yang menonjol, Tarik agak kencang. Hasil pengukuran di catat pada grafik lingkar
kepala menurut umur dan jenis kelamin anak.Hubungkan garis antara ukuran lingkar
kepala yang lalu dan sekarang.
7
harus diajukan seacara berurutan satu-persatu, dan hanya ada satu jawaban yakni “iya”
atau “tidak”.
Catat jawaban pada form KPSP.
Interpretasi hasil KPSP :
Hitung berapa jumlah jawaban Ya. (Jawaban Ya, bila ibu / pengasuh anak menjawab
anak bisa atau pernah atau sering atau kadang-kadang melakukannya. Jawaban Tidak,
bila ibu / pengasuh anak menjawab anak belum pernah melakukan atau tidak pernah atau
ibu / pengasuh anak tidak tahu)
Jumlah jawaban Ya = 9 atau 10, perkembangan anak sesuai dengan tahap perkembangan
(S)
Jumlah Jawaban Ya = 7 atau 8, perkembangan anak meragukan (M)
Jumlah Jawaban Ya = 6 atau kurang, kemungkinan ada penyimpangan (P)
Untuk jawaban Tidak, perlu dirinci jumlah jawaban Tidak menurut jenis kerterlambatan
(Gerak kasar, gerak halus, bicara dan bahasa, sosialisasi dan kemandirian)
8
ditutup dengan buku/kertas, tunjuk huruf E pada poster mulai baris pertama hingga
keempat, atau sampai baris terkecil yang dapat dilihat. Lakukan hal yang sama pada mata
satunya. Anak dengan penglihatna normal tidak mengalami kesulitan melihat sampai
baris ketiga.Bila dengan kedua mata anak tidak dapat melihat sampi baris ketiga,
kemungkinan anak mengalami gangguan daya lihat.Bila anak mengalami gangguan daya
lihat, ulangi pemeriksaan di hari yang berbeda. Bila anak tetap tidak dapat melihat
sampai baris yang sama, lakukan rujukan.
9
DDST merupakan Denver Development Screening Test (DDST) dirancang untuk
memberikan metode penyaringan yang sederhana sebagai bukti perkembangan lambat
pada bayi dan anak-anak.Tes ini mencakup empat aspek yaitu, aspek sosial, motorik
halus, bahasa dan motorik kasar. Tes ini telah distandarisasi pada 1036 anak normal
berusia dua minggu sampai enam tahun[2].
Beberapa penelitian terdahulu dibidang sistem pakar yang memanfaatkan DDST
antara lain, Sistem pakar klasifikasi status perkembangan anak usia dini dengan metode
Naive Bayes Classifer Berbasis DDST Rules oleh Gumiri dkk pada tahun 2015.
Penelitian ini menggunakan enam parameter yaitu, usia, jenis kelamin, jumlah gagal
sektor 1, jumlah gagal sektor 2, jumlah gagal sektor 3, jumlah gagal sektor 4. Klasifikasi
status perkembangan anak dibagi atas tiga yaitu normal, suspect dan abnormal. Hasil
pengujian sistem mengahasilkan tingkat akurasi sebesar 83,1%[3].
Pada tahun 2016 Kurniawan, dkk juga membuat sebuah sistem untuk monitoring
perkembangan anak berbasis DDST.Penelitian ini menghasilkan aplikasi web DDST
yang digunakan oleh petugas administrasi dan aplikasi android yang digunakan oleh
pemeriksa sebagai pengganti kertas dan manual Denver.Pengujian aplilakasi
menunjukkan nilai interpretasi kuat yaitu sebesar 0.74.Namun aplikasi ini tidak
menggunakan salah satu metode dalam sistem pakar.
Chamidah, A.N.,(2009) melakukan penelitian dengan judul Deteksi Dini
Gangguan Pertumbuhan dan Perkembangan Anak yang dipublikasikan pada Jurnal
Pendidikan Khusus. Penelitian ini menyatakan bahwa, gangguan pertumbuhan dan
perkembangan anak merupakan masalah yang banyak dijunpai di masyarakat. Penelitian
ini juga menggunakan instrument DDST II. DDST II digunakan untuk menilai tingkat
perkembangan anak sesuai umurnya pada anak yang mempunyai tanda-tanda
keterlambatan perkembangan maupun anak sehat. Penelitian ini menggunakan formulir
tes DDST II dengan 125 item tes[4]
10
Gambar 1. Form DDST II
11
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Pertumbuhan dan perkembangan merupakan dua peristiwa yang berbeda tetapi
tidak bisa dipisahkan. Setiap keluarga mengharapkan anaknya kelak bertumbuh kembang
optimal (sehat fisik, mental/kognitif, dan sosial) (Soetjininsih dan Ranuh, 2016) ketika
anaknya mengalami keterlambatan orang tua perlu mengenal tanda bahaya ( 2013).
Menurut Dian Ardiana menyatakan umumnya pada masa ini perkembangan pada anak
yang sering ditemukan meliputi gangguan pertumbuhan fisik, , perkembangan motorik,
bahasa dan perilaku (Sandy, 2019). Gangguan pertumbuhan fisik pada anak dapat berupa
wasting, stunting, dan overweight, sedangkan gangguan perkembangan anak dapat
berupa penyimpangan perilaku, keterlambatan motorik kasar, motorik halus, bicara dan
bahasa, serta sosialisasi dan kemandirian (Tanuwijaya, 2012).
Pertumbuhan (growth) berkaitan dengan masalah perubahan ukuran, besar,
jumlah atau dimensi pada tingkat sel, organ maupun individu. Pertumbuhan
bersifat kuantitatif sehingga dapat diukur dengan satuan berat (gram, kilogram),
satuan panjang (cm, m), umur tulang, dan keseimbangan metabolik (retensi
kalsium dan nitrogen dalam tubuh).
Perkembangan (development) adalah pertambahan kemampuan struktur dan
fungsi tubuh yang lebih kompleks. Perkembangan menyangkut adanya proses
diferensiasi sel-sel, jaringan, organ,
B. Saran
Diharapkan kepada orang tua agar mampu melakukan deteksi dini penyimpangan
pertumbuhan dan perkembangan anak agar dapat dilakukan intervensi dini bila anak
mengalami masalah tumbuh kembang serta perlu adanya suatu bentuk kerjasama dengan
institusi kesehatan, seperti puskesmas wilayah setempat dan klinik tumbuh kembang
didaerah masing-masing, terkait dengan sistem rujukan bagi anak yang memiliki masalah
tumbuh kembang
12
DAFTAR PUSTAKA
Fazrin Intan, Widiana Deni, Trianti Retno Indri, Baba Jaha Kristianus, Amalia Nuralita
Miszar, Smaut Yandri Mondry. 2018. Pendidikan Kesehatan Deteksi Dini Tumbuh
Kembang pada Anak di Paud Lab School UNPGRI Kediri.
Inggriani Melia Dela, Rinjani Margareta, Susanti Rika. Deteksi Dini Tumbuh Kembang
Anak Usia 0-6 Tahun Berbasis Aplikasi Android
Oktiawati Anisa, Itsna Nur Ita, Satria Putra Ramadhan, Ni’ma Jumrotun. Deteksi Dini
Perkembangan Anak dengan DDST (Denver Development Screening Test) di RA/KBIT
Siti Khodijah Slawi.
Sugeng Maharani Hapsari, Tarigan Rodman , Sari Melani Nur. Gambaran Tumbuh
Kembang Anak pada Periode Emas Usia 0-24 Bulan di Posyandu Wilayah Kecamatan
Jatinangor.
Ulfa Miftakhul. Analisa Deteksi Dini dan Stimulasi Perkembangan Anak Usia Prasekolah
13