Pediatri
Oleh :
MULDIANTI
PO.714241181053
D.IV B ( TK.III )
BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................... 4
A. Latar Belakang..................................................................................... 4
B. Rumusan Masalah................................................................................ 4
C. Tujuan................................................................................................... 4
BAB II PEMBAHASAN.................................................................................. 5
A. Definisi.................................................................................................. 5
B. Anatomi................................................................................................. 5
C. Etiologi................................................................................................... 5
D. Patofiologi.............................................................................................. 6
E. Gejala Klinis........................................................................................... 6
F. Prognosis Dan Komplikasi..................................................................... 6
Daftar Pustaka.................................................................................................... 13
Kata Pengantar
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa atas segala limpahkan rahmat,
inayah, taufik, dan hidayahnya sehingga saya dapat menyelesaikan penyusunan makalah ini
yang dapat dipergunakan sebagai salah satu acuan, petunjuk, maupun pedoman bagi
pembaca.
Oleh karena itu, saya harapkan kepada para pembacauntuk memberikan masukan-
masukan yang bersifat membangun kesempurnaanmakalah ini.
Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
I. Latar Belakang
Plexus Brachialis Injury adalah salah satu plexus saraf somatik yang mengatur persarafan
motoris kehampir semua otot-otot ekstremits atas dan sebagaian besar kulit
yangmembungkus ekstremitas atas. Trauma berkekuatan tinggi pada ekstremitas atas dan
leher bias menyebakan berbagai cidera pada Plexus Brachialis. Yang paling sering adalah
cederatraksi/tarikan. Selain itu juga bias karena penekan anantara klavikula dan costa
pertama, lukatertembus, atau hantaman langsung. Cidera ini mungkin tidak akan segera
disadari karenadihalangi cidera lain, terutama cidera pada medulla spinalis dan kepala. Cidera
seperti ini biasanya sangat mengancam kualitas hidup penderita karena sering kali terjadi
kehilanganfungsi-fungsi ekstremitas atas yang sangat penting. Tapi dengan pembedahan
rekonstruksiuntuk memper baiki cidera ini, kehilangan fungsi itu bisa diatasi.Pada kasus
Plexus Brachialis Injury, fisioterapi berperan penting untuk memulihkankekuatan otot,
sensorik, koordinasi gerak dan aktivitas fungsional yang menurun dikarenakancidera tersebut.
Pada penanganan Plexus Brachialis Injury ada berbagai macam latihan yangdapat dilakuakan
dengan melihat kondisi atau keadaan pasien saat itu.Fisioterapis melakukan pemeriksaan
pada individu dan menyusun rencana penangananmenggunakan teknik intervensi untuk
meningkatkan kemampuan gerak, mengurangi rasasakit, mengembalikan fungsi, dan
mencegah kecacatan. Selain itu, fisioterapis bekerja denganindividu untuk mencegah
hilangnya mobilitas sebelum terjadi dengan mengembangkan program kesehatan dan
kebugaran untuk gaya hidup yang lebih sehat dan lebih aktif.
I. Rumusan Masalah
1. Menjelaskan definisi cedera plexus brachailis ?
2. Menjelaskan anatomi cedera plexus brachailis ?
3. Menjelaskan etiologi cedera plexus brachailis ?
4. Menjelaskan patofiologi cedera plexus brachailis ?
5. Menjelaskan gejala klinis cedera plexus brachailis ?
6. Menjelaskan prognosis dan komplikasi cedera plexus brachailis ?
II. Tujuan
1. Menjelaskan definisi cedera plexus brachailis.
2. Menjelaskan anatomi cedera plexus brachailis.
3. Menjelaskan etiologi cedera plexus brachailis.
4. Menjelaskan patofiologi cedera plexus brachailis.
5. Menjelaskan gejala klinis cedera plexus brachailis.
6. Menjelaskan prognosis dan komplikasi cedera plexus brachailis.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Definisi
Cedara plexus brachailis diartikan sebagai suatu cidera pada plexus brachialis
yangdiakibatkan oleh suatu trauma.Trauma ini sering kali berupa penarikan berlebihan
ataupunevulsi. Cidera traumatik sering kali disebabkan oleh kecelakaan sepeda motor
berkecepatantinggi, terutama pada pembalap sepeda motor. Cidera dari hantaman
langsung pada sisilateral dari scapula juga bias menyebabkan cidera ini. Sering kali juga,
jatuh dengan leher pada sudut tertentu menyebabkan cidera plexus bagian atas yang
menyebabkan Erb’s palsy.Cidera seperti ini menghasilakan suatu tanda yang sangat khas
yang disebut waiter’s tip karena hilangnya otot-otot rotator lateral bahu, fleksor lengan
dan ekstensor tangan.
B. Anatomi
Plexus Brachialis dibentuk dari nerfus spinalis atau akar spinalis.Yaitu penggabungandari
akar saraf ventralis (motorik) dan dorsalis (sensorik) ketika mereka melewati
foramenspinalis.Ganglion akar dorsalis mengandung badan sel dari saraf-saraf sensorik
sedangkan badan sel saraf ventralis terletak didalam medula spinalis. Umumnya, plexus
brachialisdibentuk daci C5-T1. Pada beberapa kasus mungkin C4 ikut memebentuknya
dan disebut perifixed (28-62% kasus) atau T2 ikut bergabung dan disebut postfixed (16-
73% kasus).Semua saraf yang mensarafi ekstremitas atas melalu plexus ini.Plexus
brachialis dimulai dariscalene, berjalan dibawah klavikula; dan berakhir pada aksilla.
Umumnya ia dibentuk oleh 5akar, 3 batang, 6 devisi (2 dari tiap batang), 3 kordan dan
banyak cabang akhir.
C. Etiologi
Mekanisme yang umum menyebabkan cidera traksi pada plexus brachialis adalah
penarikan yang kuat pada anggota gerak atas menjauh dari tubuh. Cedera seperti ini
biasanya berasal dari kecelakaan sepeda motor atau kecelekaan kendaraan bermotor
kecepatan tinggi.Jatuh dari etinggian tertentu juga bias menyebabkan cidera pada plexus
brachialis, baik tipetraksi maupun dari hantaman langsung. Jelain itu juga sering
didapatkan dari luka tembus danluka tembak berkecepatan rendah ataupun tinggi.Sedikit
lebih jarang, penarikan keatas yangtiba-tiba pada sautu lengan yang terabduksi (seperti
ketika seseorang menggapai batang pohon untuk mencegah dirinya jatuh) menyebabkan
cidera pada plexus yang lebih bawah. Inimenyebabkan gejala berupa clawed hand
kerenanya hilangnya fungsi nervus ulnaris dan ototintrinsic tangan yang dipersarafinya.
D. Patofisiologi
Pada cidera plexus brachialis tipe traksi, kepala dan leher digirakkan menjauh
dangankasar dari bahu. Cidera pada plexus brachialis bagian atas (C5-C6) biasanya
terjadi apabilalengan berada pada samping tubuh karena kosta pertama bertindak sebagai
tumpuan yangmeengerahkan gaya traksi segaris dengan plexus bagian atas. Ketika
lengan digerakkan degankeras dan terabduksi di atas kepala, saraf-saraf yang letaknya
lebih rendah (C8-T1) lebihrentan cidera, karena gayanya menjadi terarahkan segaris
dengan C7. Cidera pada plexusyang lebih rendah sering terjadi pada keadaan lengan
terangkat karena coracoid bertindaksebagai titik tumpu seperti di atas. Cidera plexus
yang lebih rendah mungkin lebih seringterjadi karena adanya ligament radikular
transversum yang membantu menahan gaya tarikan pada C5, C6, dan C7, C8 dan T1
tidak memiliki ligament ini.
E. Gejala Klinis
Pada kondisi cidera plexus injury akan terlihat dan dirasakan, gejala-gejala yangtimbul
berupa;
1) nyeri, terutama pada leher dan bahu. Nyeri pada lokasi suatu saraf seringada bila
telah terjadi ruptur, sedangkan pada cidera evulsi ciri khasnya adalah
hilangnyakelunakan perkusi pada area itu,
2) paresthesia dan disesthesia,
3) lemahnya tubuh atauterasa berat menggerakkan ekstremitas,
4) denyut nadinya menurun, karena cedera vaskulermungkin terjadi bersamaan
dengan cidera traksi.
F. Prognosis
Prognosis sangat berfariasi karena bergantung tidak hanya pada sifat cideranya
itusendiri.Tetapi juga pada umur pasien dan jenis prosedur yang dilakukan. Pada
beberapa kasusdidapatkan kembalinya fungsi genggaman tangan dan control volunteer
bahu dan siku setelahcidera avulsi pada plexus brachialis yang dikalukan dengan
menggunakan teknik transfer otot bebas ganda. Dilaporkan juga pada pasienpasien lain
terjadi perbaikan pada tingkat kekutanmotorik otot sampai hampir setengahnya setelah
dilakukan suatu prosedur operasi.
G. Komplikasi
Kontraktur yang berhubungan dengan beberapa jenis insisi kadang terjadi. Pada beberapa
pemaparan, nervus aksesoruis spinalis memiliki resiko trauma dan harus
dilindungi.Komplikasi yang lebih spesifik bernariasi dan tergantung pada tipe pasti dari
prosedur yangdilakukan. Nyeri deaferensiasi bisa menjadi masalah yang paling sulit
ditangani setelahterjadinya didera plexus brachalis. Syindrom nyeri terjadi setelah
perbaikan pembedahan ataudengan perawatan konserfatif. Ketika akar saraf terevulsi
pada cidera perganglionik, sel-sel pada kolumna dorsalis kehilangan suplai sarafnya.
Beberapa hari atau minggu setelah cidera,sinyal spontan muncul pada selsel ini. Sinyal-
sinyal spontan ini menghasilkan nyeri yang taktertahankan pada pasien. Pasien seringkali
mengeluh perasaan terbakar pada ekstremitas danmendiskripsikan nyerinya sebagai nyeri
remuk.Biasanya nyerinya sangat parah dan hilangtimbul.
BAB III
PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI
I. Anamnesis Umum
Identitas Anak
Usia : 5 Tahunc.
BB Lahir : 3 kg
Umur : 35 Tahun.
Pekerjaan : IRT.
b) RPP : Bayi lahir normal tapi saat dilahirkan sulit keluar sehinggadipaksa / ditarik
keluar oleh bidan yang menyebabkan posisitangan terputar. Delapan hari setelah
kelahiran langsung digips.
a) Kehamilan ke 3
III. Inspeksi
Shoulder cenderung protraksi
Extremitas atas sedikit endorotasi
Jari-jari tangan fleksi
IV. Palpasi
Suhu normal
Tidak ada eodema
Kelemahan pada regio extremitas atas
V. Quick Tes
Upper Limb Tension Test/ Brachial Plexus Tension-
Metode :
Interpretasi :
Hasil :
Tes positif
Hasil : Pasien mampu mengangkat lengan secara keseluruhan tapi tidak full ROM.
Pasif
Shoulder.
a) Fleksi : Elastis endfeel + Full ROM
b) Ekstensi : Elastis endfeel + Full ROM
c) Abduksi : Hard endfeel + Full ROM
d) Adduksi : Soft endfeel + Full ROM
Elbow.
a) Fleksi : Soft endfeel + Full ROM
b) Ekstensi : Hard endfeel + Full ROM
c) Eksorotasi : Elastis endfeel + Full ROM
d) Endorotasi : Elastis endfeel + Full ROM
Wrist .
a) Plantar : Soft Endfeel + Ful ROM
b) Dorso : Hard Endfeel + Full ROM
c) Radial : Hard Endfeel + Full ROM
d) Ulnar : Hard Endfeel + Full ROM
e) Pronasi : Elastis Endfeel + Full ROM
f) Supinasi : Elastis Endfeel + Full ROM
3 3
1 1
Interprestasi :
Nilai 1, berarti tidak pergerakan tapi ada kontraksi
Nilai 3, berarti pergerakan melawan gravitasi tapi tidak melawan tahanan
VIII. Dianosis Fisioterapi
Gangguan aktifitas fungsional akibat plexus brachialis injury.
IX. Problematik Fisioterapi
a) Impairment : kelemahan otot –otot extermitas atas dan keterbatasan pada wrist
gangguan postur tubuh.
b) Fungtional Limitation : sulit mengangkat dan mengambil barang, gangguan
ADL.
c) Paticipation Restriction : sulit bermain dengan teman sebanyanya.
X. Tujuan Fisioterapi
a) Jangka pendek : menguatkan otot –otot extermitas atas dan meningkatkan ROM
wrist, memperbaiki postur tubuh.
b) Jangka Panjang : meningkatkan ADL dan mengembalikan aktifitas fungsional.
XI. Intervensi
a) Tens, bertujuan untuk menstimulasi otot –otot lengan berkontraksi.
Frekuensi : 3 x seminggu
Intensitas : 8 Hz
Time : 30 menit
b) Bunnel Knucle Bender Splint, bertujuan untuk menfiksasi tangan dan jari –jari
lengan ke posisi yang normal ( ekstensi )
c) Terapi Latihan, berupa assisted active movement, free active
movementshoulder, dan relaxed passive movement exercise dengan tujuan
meninggkatkan kekuatan otot.
d) Stretching Exercise, untuk menambah ROM pada wrist joint.
e) Koreksi Postur, shoulder direkraksikan agar tidak membungkuk.
B. Saran
Demikianlah makalah ini saya buat untuk meningkatkan pengalaman dan pengetahuan
kita tentang penatalaksanaan fisioterapi pada kasus plexus brachialis injury selaku
penulis saya sadar bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu,
saya saran dan kriti dari kalian agar makalah selanjutnya klebih baik lagi. Terimah Kasih.
Daftar Pustaka
Foster, M., Traumatic Brachial Plexus Injuries. 2011, emedicine.
MenKes RI. 2013c. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia nomor 376/
MENKES/ SK/ IV/ 2013 tetang Standar Pelayanan Fisioterapi. Jakarta.
Parjoto,Slamet; Terapi Listrik Untuk Modulasi Nyeri, IFI Semarang, Semarang, 2006