Anda di halaman 1dari 17

REFARAT

BRACHIAL PALSY

Pembimbing :

dr. Julia E. Ginting., Sp.S

Disusun Oleh:

DIAH STANYA PUTRI

102119048

KEPANITERAAN KLINIK ILMU KESEHATAN SARAF


RSUD DR RM DJOELHAM FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS BATAM
TAHUN 2019
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena

atas izinnya penulis dapat menyelesaikan refarat ini yang berjudul “BRACHIAL

PALSY”. Refarat ini dibuat untuk melengkapi persyaratan dalam mengikuti

kegiatan kepanitraan klinik senior dibagian ilmu penyakit saraf di RSUD. DR.

R.M. Djoelham Binjai.

Pada kesempatan ini, penulis mengucapkan terima kasih kepada

pembimbing yang telah bersedia meluangkan waktu untuk memberikan

pengarahan agar refarat ini lebih baik dan bermanfaat. Tentunya penulis

menyadari bahwa refarat ini banyak kekurangan, untuk itu penulis mengharapkan

kritik dan saran yang bersifat membangun dari para pembaca agar kedepannya

penulis dapat memperbaiki dan menyempurnakan kekurangan tersebut.

Besar harapan penulis agar refarat ini dapat bermanfaat bagi para pembaca

serta dapat memberikan suatu pengetahuan baru bagi mahasiswa untuk

meningkatkan keilmuannya.

Binjai, Oktober 2019

Penulis

2
DAFTAR ISI

Halaman Judul.................................................................................................. i

Kata Pengantar.................................................................................................. ii

Daftar Isi........................................................................................................... iii

Daftar Gambar ................................................................................................. iv

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang...................................................................................... 1

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

A. Anatomi pleksus brachialis................................................................... 2


B. Brachial Palsy....................................................................................... 3
1. Definisi............................................................................................. 3
2. Epidemiologi.................................................................................... 4
3. Klasifikasi........................................................................................ 4
4. Etiologi dan Faktor Resiko............................................................... 7
5. Patofisiologi..................................................................................... 7
6. Gejala Klinis..................................................................................... 8
7. Penegakan Diagnosis....................................................................... 8
8. Diagnosis Banding........................................................................... 9
9. Penatalaksanaan dan Pencegahan..................................................... 10
10. Komplikasi....................................................................................... 11
11. Prognosis.......................................................................................... 11
BAB III KESIMPULAN................................................................................ 12

DAFTAR PUSTAKA

3
DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Lokasi Pleksus Brakialis......................................................................3

Gambar 2.2 Cabang-cabang Pleksus Brakialis........................................................3

Gambar 2.3 Erb’s Palsy...........................................................................................5

Gambar 2.4 Klumpke Palsy.....................................................................................6

iv
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pleksus brakialis adalah jaringan besar saraf yang membentang

dari leher ke lengan. Lima saraf besar (C5, C6, C7, C8 & T1) keluar dari

spinal cord antara tulang belakang di leher. Saraf ini memberikan gerakan

dan perasaan pada lengan dan tangan. Melalui saraf-saraf di pleksus

brakialis, otak mengirimkan sinyal listrik ke otot-otot lengan dan tangan.

Satu saraf terdiri dari ribuan serat syaraf. Serat saraf inilah yang

membawa sinyal listrik dari otak ke lengan. Jika serat saraf cedera, otot

tidak dapat menerima sinyal listrik dari otak untuk membuatnya bekerja.

Sebaliknya, otot tidak aktif dan mulai memburuk. Lengan mungkin tidak

tumbuh secara normal dan timbul kelemahan serta kekakuaan pada otot

serta sendi, kulit juga mengalami penurunan rasa raba. Sebagian besar

cedera pleksus brakialis terjadi selama kelahiran.

Brachial palsy adalah kelemahan atau kelumpuhan lengan akibat

cedera pada pleksus brakialis. Penelitian oleh Foad SL, et al mencatat

insiden obstetrical brachial plexus injury di Amerika Serikat sebesar 1-2

kasus per 1000 kelahiran. Pada kasus dewasa insiden cedera brachial

plexus menurut Office of Rare Disease of National Intitute of Health

termasuk kasus yang jarang terjadi. Kejadiaannya kurang dari 200.000

jiwa per tahun dihitung pada populasi di Amrika Serikat.

1
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. ANATOMI PLEKSUS BRACHIALIS

Pleksus brakialis merupakan anyaman (plexus) serat saraf yang

dibentuk oleh belahan anterior saraf spinal C.5-T.1. Cabang dari C.5 dan

C.6 membentuk trunkus superior, saraf spinalis C.7 merupakan trunkus

medius dan cabang C.8 dan T.1 membentuk trunkus inferior. Ketiga

trunkus terletak di fosa supraklavikularis sedikit distal dari muskulus

skalenus anterior. Cabang-cabang tersebut saling jalin-menjalin.

Cabang-cabang anterior trunkus superior dan medius (C.5, C.6, dan

C.7) kemudian tergabung menjadi satu berkas yang dinamakan fasikulus

lateralis. Cabang anterior trunkus medius (C.7) dan trunkus inferior (C.8

dan T.1) membentuk fasikulus medialis. Cabang-cabang posterior ketiga

trunkus tersebut menyusun fasikulus posterior.

Ketiga fasikulus merupakan berkas induk dari saraf perifer untuk

lengan dan tangan, yaitu n. radialis (berinduk pada fasikulus posterior), n.

muskulokutaneus (berinduk pada fasikulus lateralis), n. medianus

(berinduk pada gabungan fasikulus lateralis dan medialis) dan akhirnya n.

kutaneus medialis brakii serta n. ulnaris (berinduk pada fasikulus

medialis). (1, 2)

2
Gambar 2.1 Lokasi dari Pleksus Brakialis

Gambar 2.2 Cabang-cabang Pleksus Brakialis

B. BRACHIAL PALSY

1. Definisi Brachial Palsy

Brachial palsy adalah kelemahan atau kelumpuhan lengan akibat cedera

pada pleksus brakialis. Pleksus brakialis adalah jaringan saraf tulang belakang

3
yang berasal dari bagian belakang leher, meluas melalui aksila (ketiak), dan

mempersarafi ekstremitas atas (lengan).

Cedera brachial palsy dibagi menjadi atas dan bawah, tergantung cabang

pleksus yang terluka. Kelumpuhan pleksus brakialis atas disebut Erb’s palsy,

sedangkan kelumpuhan pleksus brakialis bawah disebut Klumpke palsy, bisa

juga terjadi kelumpuhan total pleksus brakialis.(3)

2. Epidemiologi Brachial palsy

Penelitian oleh Foad SL, et al mencatat insiden obstetrical brachial plexus

injury di Amerika Serikat sebesar 1-2 kasus per 1000 kelahiran. Terdapat 3

macam: Erb’s palsy adalah yang paling sering terjadi, sekitar 90% kasus, total

plexus injury sebesar 9% kasus, dan Klumpke’s sebesar 1% kasus.

Pada kasus dewasa insiden cedera brachial plexus menurut Office of Rare

Disease of National Intitute of Health termasuk kasus yang jarang terjadi.

Kejadiaannya kurang dari 200.000 jiwa per tahun dihitung pada populasi di

Amerika Serikat. Informasi mengenai insiden cedera brachial plexus cukup

sulit ditemukan, sampai saat ini tidak ada data epidemiologi yang mencatat

insiden cedera brachial plexus per tiap negara di seluruh dunia. (4)

3. Klasifikasi Brachial Palsy

a. Erb-Duchenne palsy

Kerusakan cabang-cabang C.5-C.6 dari pleksus brakialis yang

menyebabkan kelemahan dan kelumpuhan lengan untuk fleksi, abduksi,

4
dan lengan memutar keluar serta hilangnya refleks biseps dan moro.

Lengan berada dalam posisi abduksi, putaran ke dalam, lengan bawah

dalam keadaan pronasi, dan telapak tangan ke dorsal.

Gambar 2.3 Erb’s Palsy

Pada trauma ringan, hanya berupa edema atau perdarahan ringan

pada pangkal saraf. Secara klinis disamping gejala kelumpuhan Erb,

akan terlihat pula adanya sindrom gangguan nafas. Penanganan

terhadap trauma pleksus brakialis ditujukkan untuk mempercepat

penyembuhan serabut saraf yang rusak dan mencegah kemungkinan

komplikasi lain seperti kontraksi otot. Upaya ini dilakukan dengan

imobilisasi pada posisi tertentu selama satu sampai dua minggu yang

kemudian diikuti dengan program latihan.

b. Erb-Duchenne-Klumpke

Lesi yang melibatkan C.4 sampai T.1. Pada cedera ini gejala klinis

bervariasi dengan berbagai tingkat keparahan. Bayi tidak bisa

menggerakan bahu, lengan, dan pergelangan tangan selama beberapa

5
minggu tetapi kemudian mungkin dapat terjadi perbaikan secara

perlahan. Jika cedera tidak membaik secara spontan dan dibiarkan tidak

diobati, dapat menyebabkan kecacatan yang parah.

c. Klumpke palsy

Kerusakan cabang-cabang C.8 sampai T.1 pleksus brakialis yang

menyebabkan kelemahan otot-otot pergelangan sehingga terdapat

kesulitan untuk mengepal. Pada bayi dapat dijumpai pada bayi letak

sungsang atau distosia bahu. Sedangkan pada orang dewasa dijumpai

pada orang yang jatuh dan untuk menyelamatkan dirinya ia menyambar

tangkai pohon dan dengan demikian bergantung dengan tangan

memegang tangkai tersebut terlalu lama.

Gambar 2.4 Klumpke Palsy

Klumpke palsy akan berdampak pada otot-otot intrinsik tangan dan

otot fleksor pergelangan tangan serta jari-jari. Gejala yang menonjol

6
ialah gejala motorik yang terdiri atas kelumpuhan LMN pada jari-jari

dan tangan, sehingga terdapat “Claw hand”.(3, 4, 6)

4. Etiologi dan Faktor Resiko Brachial Palsy

Brachial Palsy pada dewasa kira-kira 70% disebabkan oleh kecelakaan

kendaraan bermotor. Brachial Palsy pada bayi biasanya disebabkan oleh

distosia bahu, terjadi ketika bahu bayi terjebak dalam Canal of Birth “Jalan

Lahir” saat proses persalinan. Hasilnya adalah kelemahan atau kelumpuhan

pada lengan yang terkena.

Faktor risiko distosia bahu yaitu:

a. Cephalopelvic disproportion

b. Bayi besar dengan berat > 4,5 kg

c. Bayi letak sungsang,

d. Ibu dengan obesitas,

e. Maternal diabetes,

f. Multiparitas

g. Prolonged pregnancy atau kehamilan posterm,

h. Persalinan lama dan lahir dengan bantuan forceps atau vacum. (3, 4, 5)

5. Patofisiologi Brachial Palsy

Ketika persalinan, saat kepala sudah muncul, ketika kelahiran bahu, kepala

perlu dilakukan lateral flexy. Bagi bayi yang tidak terlalu gemuk, ketika 

dilakukan lateral flexy, bahu dapat dilahirkan. Namun pada bayi yang terlalu

7
besar > 4,5 kg atau pada Cephalopelvic disproportion maka saat dilakukan

penarikan diperlukan tambahan tenaga ketika dilakukan lateral flexy, hal ini

akan berdampak pada  plexus brachialis, yaitu mengalami stretching. (3, 4, 5)

6. Gejala Klinis Brachial Palsy

Gejala klinis brachial palsy, yaitu :

a. Tidak ada pergerakan lengan atas atau bawah pada bayi baru lahir,

b. Refleks moro (-) pada sisi yang terkena,

c. Lengan tertekuk dan sejajar terhadap tubuh,

d. Jika diangkat, lengan tampak lemas dan menggantung,

e. Claw hand

f. Sindrom Horner.(3, 5, 7)

7. Penegakan Diagnosis Brachial Palsy

Anamnesis

Pada anamnesis didapatkan riwayat distosia bahu, ibu dengan diabetes,

bayi besar > 4,5 kg, kehamilan lebih bulan, persalinan yang lama dengan

bantuan forcep atau vacum ekstraksi atau disproporsi cephalopelvic

sebagai faktor risiko saat kelahiran, maka dilihat apakah terdapat

penurunan gerakan lengan bayi, kadang-kadang sudah terlihat sejak lahir.

Dalam kasus dewasa terdapat riwayat pernah menggantung lama dengan

beban tubuh.(5, 7)

8
a. Pemeriksaan Fisik

1) Inspeksi adanya atrofi otot pada sisi yang terkena,

2) Palpasi area klavikula dan humerus untuk mengetahui adanya fraktur

3) Moro refleks tidak ada pada sisi yang terkena

4) Pada Erb’s palsy, bahu diputar kearah dalam, dan tidak bisa berotasi

keluar.

5) Pada Klumpke palsy, terdapat kehilangan fungsi jari dan interoseus.


(3, 5, 7)

b. Pemeriksaan Penunjang

1) CT scan servikal

2) Electromyography (EMG)

3) MRI

4) Foto rontgen.( 7)

8. Diagnosis Banding Brachial Palsy

1) Fraktur klavikula

2) Fraktur humeri proksimal physeal

3) Arthritis septik bahu

4) Traumatic brachial plexopathy.(4, 5, 7)

9
9. Penatalaksanaan dan Pencegahan Brachial Palsy

a. Fisioterapi

Fisioterapi harus dimulai sedini mungkin pada bayi baru lahir

dengan cedera pleksus brakialis. Hal ini bertujuan untuk mengurangi

masalah dengan kekakuan sendi, menjaga otot-otot dan sendi tetap

fleksibel dan meningkatkan fungsi saraf dan otot yang terkena.

b. Range of Motion (ROM) exercise

Terapi fisik yang diajarkan oleh terapis okupasi, untuk membantu

dan mengedukasi orang tua agar dapat melakukan latihan peregangan

ROM pasif dirumah.

c. Operatif

Pembedahan dapat dipertimbangkan jika beberapa kekuatan otot-

otot yang terkena belum kembali pada saat bayi berusia 3 - 6 bulan.

Beberapa jenis tindakan operasi brachial palsy:

1) Neurolysis

2) Eksisi Neuroma

3) Nerve graft reconstruction.(3, 4, 5, 7)

10
d. Pencegahan Brachial palsy

Sebagai pencegahan umum, dapat dilakukan bedah sesar jika bayi

tampak sangat besar atau terdapat disproporsi cephalopelvic. Namun,

tidak semua kasus dapat diantisipasi.(4, 7)

10. Komplikasi Brachial Palsy

Beberapa komplikasi yang dapat terjadi berkaitan dengan brachial palsy :

a. Kontraktur bahu, siku, dan pergelangan tangan.

b. Penurunan fungsi neurologis permanen, parsial atau total akibat

kelemahan atau paralisis pada lengan.(7)

11. Prognosis Brachial Palsy

Bayi yang lahir dengan Brachial palsy 80% dapat sembuh secara

spontan pada usia 1 tahun. Fisioterapi dan pembedahan dapat

membantu pemulihan lebih cepat pada kasus anak maupun dewasa.

Pasien harus tetap kontrol setiap dua atau tiga bulan untuk pemantauan

fungsi.

Prognosis harus dijelaskan kepada orang tua, sehingga mereka

dapat membuat rencana ke depan. Orang tua sering keliru tentang

anggapan mereka dan khawatir apakah bayi mereka akan dapat

kembali normal, sesuai dengan perkembangan usia. Kemungkinan

kontraktur harus dijelaskan, sehingga orang tua akan termotivasi untuk

melanjutkan latihan peregangan.(5, 7)

11
BAB III

KESIMPULAN

Brachial palsy adalah kelemahan atau kelumpuhan lengan akibat cedera pada

pleksus brakialis. Terdapat 3 macam Brachial palsy: Erb’s palsy adalah yang

paling sering terjadi, sekitar 90% kasus, total plexus injury sebesar 9% kasus, dan

Klumpke’s sebesar 1% kasus. Gejalanya berupa tidak ada pergerakan lengan atas

atau bawah pada bayi baru lahir, refleks moro (-) pada sisi yang terkena, lengan

tertekuk dan sejajar terhadap tubuh, jika diangkat, lengan tampak lemas dan

menggantung, claw hand, dan sindrom horner.

Penanganan kasus Brachial palsy adalah Fisioterapi, ROM exercise, dan

tindakan Operatif. Bayi yang lahir dengan Brachial palsy 80% dapat sembuh

secara spontan pada usia 1 tahun. Kemungkinan kontraktur harus dijelaskan,

sehingga orang tua akan termotivasi untuk melanjutkan latihan peregangan.

12
DAFTAR PUSTAKA

1. Sidharta P, Sakit Neuromuskuloskeletal dalam Praktek Umum. PT Dian


Rakyat, Jakarta. 2010.
2. Sidharta P dan Mardjono M, Neurologi Klinik Dasar. P.T. Dian Rakyat
Jakarta. Cetakan ke-15. 2010.
3. Understanding Plexus Brachial Palsy Departments of Physiotherapy,
Occupational Therapy and Plastic Surgery, Royal Children’s Hospital,
Melbourne. Diakses 20 september 2019.
Available at:
[http://www.rch.org.au/uploadedFiles/Main/Content/plastic/BRACHIAL_PLE
XUS_book.pdf.]
4. Brachial plexus injury in newborns, Medical Encyclopedia,University of
Maryland Medical Center. Diakses 20 september 2019.
Available at:
[http://umm.edu/health/medical/ency/articles/brachial-plexus-injury-in-
newborns] Last update 5 May 2015.
5. Brachial Plexus Palsy, St. Louis Children’s Hospital. Diakses 22 september
2019.
Available at:
[http://www.stlouischildrens.org/our-services/plastic-surgery/brachial-plexus-
palsy-clinic.].
6. Spurling, R.G. Lession of the Cervical Intervertebral Disc. Charles C.
Thomas. Publication. Springfield Illinois. USA. 2008.
7. Jennifer S.C &Robert H Meier, Neonatal Brachial Plexus Palsies Treatment
and Management, Medscape.com. Diakses 20 september 2019.
Available at:
[http://emedicine.medscape.com/article/317057-treatment#a1138] Last update
9 sep 2014.

13

Anda mungkin juga menyukai