Anda di halaman 1dari 13

A.

DATA PENGAMATAN
Volume A = volume aseton ρ=0,67 g / mL
Volume B = volume air ρ=¿0,98 g/mL
Volume C = volume kloroform ρ=1,36 g /mL

Volume Volume Volume Suhu Sebelum Suhu Sesudah


No
Cairan A Cairan B Cairan C Percobaan Percobaan
.
(mL) (mL) (mL) T1 (oC) T2 (oC)
1. 2 0,5 18 27,5 27,5
2. 4 0,6 16 27,5 27,5
3. 6 1,2 14 27,5 27,5
4. 8 1,4 12 27,5 27,5
5. 10 1,7 10 27,5 27,5
6. 12 1,9 8 27,5 27,5
7. 14 2,1 6 27,5 27,5
8. 16 2,4 4 27,5 27,5
9. 18 2,7 2 27,5 27,5

B. ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN


Pada percobaan ini yaitu berjudul “Sistem Zar Cair Tiga Komponen”
bertujuan untuk membuat kurva kelarutan suatu cairan yang terdapat dalam dua cairan
tertentu. Prinsip dari ini adalah pemisahan suatu campuran dengan ekstraksi yang
terdiri dari dua komponen cair yang saling larut dengan sempurna atau larut sebagian.
Zat yang digunakan untuk melakukan pemisahan ini adalah zat yang tidak larut
dengan sempurna dengan campuran, namun dapat melarutkan salah satu komponen
atau dinamakan solute dalam campuran. Metode yang digunakan adalah metode
titrasi.
Pada percobaan ini bahan-bahan yang digunakan yaitu aseton, klorofom, dan air.
Dari segi kepolarannya, air adalah cairan yang bersifat polar, aseton bersifat semi-
polar, dan klorofom berifat non-polar. Pada percobaan ini aseton dilambangkan
dengan zat A, air dilambangkan dengan zat B, dan kloroform dilambangkan dengan
zat C. Langkah pertama yang dilakukan adalah membuat campuran antara kedua zat
yaitu zat A dan zat C di dalam erlenmeyer dengan variasi volume yang telah
ditentukan. Pencampuran dengan variasi volume ini bertujuan untuk memberikan
perubahan daya saling larut antara kedua zat tersebut. Klorofom yang bersifat non-
polar dapat larut sebagian dalam aseton yang bersifat semi-polar. Labu erlenmeyer
yang telah berisi campuran kedua zat ditutup dengan menggunakan kertas aluminium
foil untuk mencegah terjadinya penguapan pada campuran volatil tersebut yang akan
mempengaruhi besarnya volume. Selanjutnya kedua campuran dititrasi dengan
menggunakan air atau zat B. Penitrasian dengan menggunakan air akan mengubah
komposisi sistem tersebut, hal ini ditandai dengan berubahnya campuran yang semula
berfasa 1 menjadi berfasa 2. Perubahan ini disebabkan karena air dengan aseton dapat
saling melarutkan dengan adanya ikatan hidrogen yang kuat. Ikatan hidrogen
terbentuk antara air dengan molekul aseton dari gugus karbonilnya. Namun hal ini
tidak berlaku pada klorofom, karena sifat kepolaran antara air dan klorofom berbeda,
dimana air bersifat polar sedangkan kloroform bersifat non-polar. Proses titrasi
dihentikan saat ketiga campuran dalam erlenmeyer membentuk 2 larurtan terner
terkonjugasi yang ditandai dengan terbentuknya larutan keruh.
Untuk dapat membuat diagram terner, konsentrasi dari masing-masing cairan yang
bercampur perlu dinyatakan dalam fraksi mol. Berikut perhitungan fraksi mol untuk
masing-masing labu:
a. Penentuan mol (n)
Volume A = volume aseton ρ=0,67 g / mL
Volume B = volume air ρ=¿0,98 g/mL
Volume C = volume kloroform ρ=1,36 g / M

 Labu 1

Zat A (Aseton)
ρaseton × V aseton
n=
Massa Molar
gram
0,67 ×2 mL
mL
n=
gram
58
mol
n=0,023 mol

Zat B (Air)
ρ air ×V air
n=
Massa Molar
gram
0,98 ×0,5 mL
mL
n=
gram
18
mol
n=0,027 mol
Zat C (Kloroform)
ρklorofom ×V klorofom
n=
Massa Molar
gram
1,36 ×18 mL
mL
n=
gram
119,5
mol
n=0,205 mol

 Labu 2

Zat A (Aseton)
ρaseton × V aseton
n=
Massa Molar
gram
0,67 × 4 mL
mL
n=
gram
58
mol
n=0,046 mol
Zat B (Air)
ρ air ×V air
n=
Massa Molar
gram
0,98 ×0,6 mL
mL
n=
gram
18
mol
n=0,033 mol
Zat C (Klorofom)
ρklorofom ×V klorofom
n=
Massa Molar
gram
1,36 ×16 mL
mL
n=
gram
119,5
mol
n=0,182 mol

 Labu 3

Zat A (Aseton)
ρaseton × V aseton
n=
Massa Molar
gram
0,67 ×6 mL
mL
n=
gram
58
mol
n=0,069 mol
Zat B (Air)
ρ air ×V air
n=
Massa Molar
gram
0,98 ×1,2 mL
mL
n=
gram
18
mol
n=0,065 mol
Zat C (Klorofom)
ρklorofom ×V klorofom
n=
Massa Molar
gram
1,36 ×14 mL
mL
n=
gram
119,5
mol
n=0,159 mol

 Labu 4

Zat A (Aseton)
ρaseton × V aseton
n=
Massa Molar
gram
0,67 ×8 mL
mL
n=
gram
58
mol
n=0,092 mol
Zat B (Air)
ρ air ×V air
n=
Massa Molar
gram
0,98 ×1,4 mL
mL
n=
gram
18
mol
n=0,076 mol
Zat C (Klorofom)
ρklorofom ×V klorofom
n=
Massa Molar
gram
1,36 ×12 mL
mL
n=
gram
119,5
mol
n=0,136 mol

 Labu 5

Zat A (Aseton)
ρaseton × V aseton
n=
Massa Molar
gram
0,67 ×10 mL
mL
n=
gram
58
mol
n=0,116 mol
Zat B (Air)
ρ air ×V air
n=
Massa Molar
gram
0,98 ×1,7 mL
mL
n=
gram
18
mol
n=0,093 mol
Zat C (Klorofom)
ρklorofom ×V klorofom
n=
Massa Molar
gram
1,36 ×10 mL
mL
n=
gram
119,5
mol
n=0,114 mol

 Labu 6

Zat A (Aseton)
ρaseton × V aseton
n=
Massa Molar
gram
0,67 ×12 mL
mL
n=
gram
58
mol
n=0,139 mol
Zat B (Air)
ρ air ×V air
n=
Massa Molar
gram
0,98 ×1,9 mL
mL
n=
gram
18
mol
n=0,103 mol
Zat C (Klorofom)
ρklorofom ×V klorofom
n=
Massa Molar
gram
1,36 ×8 mL
mL
n=
gram
119,5
mol
n=0,091 mol

 Labu 7

Zat A (Aseton)
ρaseton × V aseton
n=
Massa Molar
gram
0,67 ×14 mL
mL
n=
gram
58
mol
n=0,162 mol
Zat B (Air)
ρ air ×V air
n=
Massa Molar
gram
0,98 ×2,1 mL
mL
n=
gram
18
mol
n=0,114 mol
Zat C (Klorofom)
ρklorofom ×V klorofom
n=
Massa Molar
gram
1,36 ×6 mL
mL
n=
gram
119,5
mol
n=0,068 mol

 Labu 8

Zat A (Aseton)
ρaseton × V aseton
n=
Massa Molar
gram
0,67 ×16 mL
mL
n=
gram
58
mol
n=0,185 mol
Zat B (Air)
ρ air ×V air
n=
Massa Molar
gram
0,98 ×2,4 mL
mL
n=
gram
18
mol
n=0,131 mol
Zat C (Klorofom)
ρklorofom ×V klorofom
n=
Massa Molar
gram
1,36 ×4 mL
mL
n=
gram
119,5
mol
n=0,046 mol

 Labu 9

Zat A (Aseton)
ρaseton × V aseton
n=
Massa Molar
gram
0,67 ×18 mL
mL
n=
gram
58
mol
n=0,208 mol
Zat B (Air)
ρ air ×V air
n=
Massa Molar
gram
0,98 ×2,7 mL
mL
n=
gram
18
mol
n=0,147 mol
Zat C (Klorofom)
ρklorofom ×V klorofom
n=
Massa Molar
gram
1,36 ×2 mL
mL
n=
gram
119,5
mol
n=0,023 mol

Mol A/ Mol B/ Mol C Mol Total/


Labu n klorofom n aseton /n air ntotal
(mol) (mol) (mol) (mol)
1 0,023 0,027 0,205 0,255
2 0,046 0,033 0,182 0,261
3 0,069 0,065 0,159 0,293
4 0,092 0,076 0,136 0,304
5 0,116 0,093 0,114 0,323
6 0,139 0,103 0,091 0,333
7 0,162 0,114 0,068 0,344
8 0,185 0,131 0,046 0,362
9 0,208 0,147 0,023 0,378

b. Penentuan fraksi mol

naseton
X aseton=
ntotal

nkloroform
X kloroform=
ntotal

n air
X air =
n total

Dari persamaan diatas dapat diperoleh nilai fraksi mol (X) untuk cairan A (aseton), B
(air), dan C (kloroform) dalam setiap labu sebagai berikut:
 Labu 1
naseton 0,023
X aseton= = = 0,090
ntotal 0,255
n air 0,027
X air = = = 0,106
n total 0,255
nkloroform 0,205
X kloroform= = =0,803
ntotal 0,255
 Labu 2
naseton 0,046
X aseton= = = 0,177
ntotal 0,261
n air 0,033
X air = = = 0,126
n total 0,261
nkloroform 0,182
X kloroform= = =0,698
ntotal 0,261

 Labu 3
naseton 0,069
X aseton= = = 0,236
ntotal 0,293
n air 0,065
X air = = = 0,222
n total 0,293
nkloroform 0,159
X kloroform= = =0,542
ntotal 0,293

 Labu 4
naseton 0,092
X aseton= = = 0,303
ntotal 0,304
n air 0,076
X air = = = 0,250
n total 0,304
n 0,136
X kloroform= kloroform = =0,448
ntotal 0,304

 Labu 5
naseton 0,116
X aseton= = = 0,359
ntotal 0,323
n air 0,093
X air = = = 0,288
n total 0,323
nkloroform 0,114
X kloroform= = =0,354
ntotal 0,323

 Labu 6
naseton 0,139
X aseton= = = 0,416
ntotal 0,333
n air 0,103
X air = = = 0,310
n total 0,333
nkloroform 0,091
X kloroform= = =0,273
ntotal 0,333

 Labu 7
naseton 0,162
X aseton= = = 0,469
ntotal 0,344
n air 0,114
X air = = = 0,332
n total 0,344
n 0,068
X kloroform= kloroform = =0,198
ntotal 0,344

 Labu 8
naseton 0,185
X aseton= = = 0,512
ntotal 0,362
n air 0,131
X air = = = 0,362
n total 0,362
nkloroform 0,046
X kloroform= = =0,126
ntotal 0,362

 Labu 9
naseton 0,208
X aseton= = = 0,550
ntotal 0,378
n air 0,147
X air = = = 0,389
n total 0,378
n 0,023
X kloroform= kloroform = =0,060
ntotal 0,378

Labu Xaseton Xair Xkloroform


1 0,090 0,106 0,803
2 0,177 0,126 0,698
3 0,236 0,222 0,542
4 0,303 0,250 0,448
5 0,359 0,288 0,354
6 0,416 0,310 0,273
7 0,469 0,332 0,198
8 0,512 0,362 0,126
9 0,550 0,389 0,060
Rata-rata Fraksi
0,346 0,265 0,389
Mol
Rata-rata Fraksi
34,593 26,501 38,906
Mol (%)

Berdasarkan data fraksi mol yang diperoleh maka dapat dibuat diagram terner sebagai
berikut:

Pada digram tersebut setiap sudut segitiga menggambarkan suatu komponen


murni. Titik menyatakan campuran terner dengan komposisi mol A yaitu aseton, mol
B yaitu air dan mol C yaitu kloroform.

Menurut teori seharusnya kurva menunjukkan garis lengkung yang


memisahkan antara dua daerah, yaitu dua fasa yang ada dalam garis lengkung dan
satu fasa atau fase tunggal. Garis tersebut merupakan titik-titik yang menggambarkan
komposisi saat larutan berubah dari jernih menjadi keruh.

Namun pada hasil percobaan, kurva yang didapatkan kurang sesuai dengan
teori, kemungkinan hal ini disebabkan oleh kurangnya ketelitian praktikan. Selain itu,
dapat disebabkan karena kedua erlenmeyer yang digunakan kurang kering sehingga
telah tercampur dengan air sebelum dititrasi dan bisa juga hal tersebut diakibatkan
adanya larutan yang menguap sehingga volume larutan kurang tepat dan kurang
tepatnya titik akhir titrasi sehingga larutan tidak tepat jenuh,

C. KESIMPULAN
Dari percobaan yang telah dilakukan, diagram terner dapat digambarkan
dengan menggunakan segitiga sama sisi dari campuran air-aseton-kloroform, dimana
tingkat kepolaran suatu zat dapat mempengaruhi kelarutan zat tersebut dengan zat
lainnya.

Anda mungkin juga menyukai