Anda di halaman 1dari 5

Nama: Nurul Ainun Fitriyah

NIM : 121911433004
Kelas : A
Matkul : Sejarah Indonesia Nirleka
Riview Peninggalan Kerajaan Majapahit ( keruntuhan kerajaan Majapahit, dari
internal dan eksternal)
 Peninggalan Kerajaan Majapahit
1. Candi Tikus
Berada di situs arkeologi Trowulan di Mojokerto, Jawa Timur. Candi ini terdapat di
dalam bawah tanah sebelum akhirnya ditemukan dan digali pada tahun 1914 dan
kemudian dilakukan pemugaran pada tahun 1984 sampai dengan 1985. Candi ini
mendapat nama candi tikus sebab, penemuannya banyak warga melihat bangunan
tersebut menjadi sarang tikus. Belum ada yang bisa memastikan siapa yang
membangun Candi Tikus ini, akan tetapi dengan adanya sebuah menara kecil, maka
diperkirakan dibangun pada abad 13-14 M. Sebab miniatur menara tersebut
merupakan ciri khas dari bangunan pada abad tersebut.
2. Candi Bajang Ratu
Gapura Bajang Ratu terletak di Kecamatan Trowulan, Mojokerto, Jawa Timur.
Menurut perkiraan dibangun pada abad ke-14 M. Dalam Kitab Negarakertagama,
gapura ini berguna untuk pintu masuk ke bangunan suci yang memperingati wafatnya
Raja Jayanegara. Menurut perkiraan, Gapura ini menjadi gapura terbesar di sepanjang
masa Kerajaan Majapahit. Sebelum Raja Jayanegara wafat, bangunan tersebut dipakai
sebagai pintu belakang Kerajaan Majapahit juga didukung dengan relief Sri Tanjung
dengan sayap gapura melambangkan pelepasan.
Struktur Bangunan Bajang Ratu, dari buku Drs. I.G Bagus L Arnawa, bentuk
gapura atau candi adalah bangunan pintu gerbang jenis paduraksa atau gapura beratap
dan fisik keseluruhan candi dibuat dengan material batu bata merah kecuali untuk area
lantai tangga serta pintu bawah dan atas yang dibuat menggunakan batu andesit.
Secara vertikal, bangunan ini memiliki 3 bagian yakni kaki, tubuh dan juga atap serta
dilengkapi dengan sayap dan pagar tembok pada kedua sisinya. Relief ini dalam
kepercayaan budaya Majapahit untuk pelindung dan penolak bahaya, sedangkan pada
sayap kanan terdapat relief yang menceritakan kisah Ramayana serta pahatan hewan
bertelinga panjang.
3. Candi Sukuh.
Candi Sukuh terletak di Karanganyar, Jawa Tengah. Menurut perkiraan, Candi
Sukuh ini dibangun pada tahun 1437 M dan masuk kedalam jenis candi Hindu dengan
bentuk piramid. Candi ini ditemukan pada tahun 1815 oleh residen Surakarta bernama
Johnson yang ditugaskan oleh Thomas Stanford Raffles untuk mengumpulkan data
dari bukunya “The History of Java”. Pada tahun 1842, candi ini juga sudah diteliti
oleh Arekolog dari Belanda bernama Van der Vlies dan kemudian dipugar pada tahun
1928. Candi Sukuh kemudian diusulkan menjadi salah satu situs warisan dunia pada
tahun 1995. Struktur bangunan Candi Sukuh memiliki bentuk yang unik dan berbeda
dengan candi peninggalan Kerajaan Majapahit yang lain dan di sekitar reruntuhan
Candi Sukuh ini juga terdapat banyak objek Lingga dan Yoni yang melambangkan
seksualitas dengan beberapa relief serta patung yang memperlihatkan organ intim dari
manusia.
4. Candi Brahu
Terletak di kawasan situs arkeologi Trowulan Mojokerto, Jawa Timur. Prasasti ini
dibuat oleh Mpu Sendok dan berguna sebagai tempat pembakaran jenazah dari raja-
raja Majapahit. Nama Brahu ini menurut perkiraan berasal dari kata Wanaru atau
Warahu yang didapatkan dari sebutan bangunan suci dan terdapat pada prasasti
Alasantan, yang ditemukan pada lokasi tidak jauh dari candi tersebut. Candi ini
dibangun memakai gaya kultur Budha menghadap ke Utara dan memakai batu bata
merah yang diperkirakan dibangun pada abad ke-15 M, meski banyak ahli yang juga
memiliki perbedaan pendapat tentang hal tersebut.
Ada sebagian ahli mengatakan jika candi ini berusia lebih tua dibanding candi
yang lain yang ada di Komplek Trowulan. Dalam Prasasti, Candi Brahu disebut
sebagai tempat pembakaran jenazah para raja-raja Majapahit, akan tetapi pada
penelitian yang dilakukan tidak bisa ditemukan bekas abu dari mayat pada candi
tersebut. Pada prasasti yang ditulis oleh Mpu Sendok 9 September 939, candi ini
adalah tempat pembakaran jenazah raja-raja Majapahit. Menurut dugaan para ahli, ada
banyak candi berukuran kecil di sekeliling Candi Brahu ini akan tetapi sudah runtuh
dan hanya tertinggal sisa reruntuhannya saja yakni Candi Gedung, Candi Muteran,
Candi Tengah dan juga Candi Gentong. Saat dilakukan penggalian, banyak ditemukan
benda kuno seperti alat upacara keagaman yang terbuat dari logam, arca, perhiasan
emas dan berbagai benda lainnya.
5. Candi Wringin Lawang
Candi Wringin Lawang adalah candi berbentuk gapura juga salah satu
peninggalan Majapahit. Letaknya ada di Kecamatan Trowulan, Kabupaten Mojokerto.
Diperkirakan bangunan ini mulai dibangun pada abad ke-14 M lalu. Gaya arsitektur
dari Gapura Wringin Lawang hampir serupa dengan Candi Bentar dan banyak pada
ahli berpendapat jika bangunan ini adalah pintu gerbang masuk ke kediaman
Mahapatih Gajah Mada dan juga pintu masuk ke berbagai bangunan penting Ibu kota
Majapahit.
6. Candi Ceto
Candi Cetho terletak di Karanganyar, Jawa Tengah. Menurut perkiraan para
sejarawan, Candi ini berasal dari akhir keruntuhan Kerajaan Majapahit di sekitar abad
ke-15 M. Candi ini baru ditemukan pada tahun 1842 karena tulisan dari seorang
arkeolog Belanda yakni Van de Vlies. Candi Cetho dibangun menggunakan corak
Hindu yang seringkali dipakai warga serta peziarah Hindu untuk tempat pemujaan.
Tempat ini juga sering dijadikan tempat untuk bertapa untuk masyarakat Kejawen asli
Jawa.
Penggalian pertama dilakukan pada tahun 1928 untuk rekonstruksi Dinas
Purbakala Hindia Belanda dan dari penelitian ditemukan, usia candi tersebut hampir
sama dengan Candi Sukuh yang lokasinya tidak jauh dari candi ini, akan tetapi
terdapat perbedaan sebab candi ini dibuat di kompleks yang berundak. Secara
keseluruhan, Candi Cetho ini mempunyai 13 buah teras juga banyak anak tangga juga
dilengkapi dengan banyak archa serta punden di sepanjang tangga. Diatas candi ini
terdapat Puri yang disebut Puri Saraswati.
7. Candi Surawana
Terletak di Kecamatan Pare, Kediri, Jawa Timur. Candi ini memiliki nama asli
Candi Wishnubhawanapura yang dibangun pada abad ke-14 M. Candi ini dibangun
untuk memuliakan Bhre Wengker yang merupakan seorang raja Kerajaan Wengker
yang ada dibawah kekuasaan Kerajaan Majapahit. Candi ini dibangun dengan corak
Hindu yang keadaannya sudah tidak utuh lagi sekarang ini, bagian dasarnya sudah
mengalami rekonstruksi sedangkan untuk bagian badan serta atap candi sudah hancur
dan tak bersisa dan hanya kaki Candi dengan tinggi 3 meter saja yang masih berdiri
dengan tegak. Candi ini merupakan candi Siwa.
8. Candi Wringin Branjang
Terdapat di Kecamatan Gandusari, Kabupaten Blitar, Jawa Timur. Candi ini
memiliki bentuk yang terlihat sederhana dan tidak dilengkapi dengan kaki candi
namun hanya atap dan badan candi saja. Candi ini berukuran panjang 400 cm, lebar
300 cm dan tinggi 500 cm, sedangkan lebar pintu masuk adalah 100 cm dan
ketinggian mencapai 200 cm. Pada bagian dinding tidak dilengkapi dengan relief
seperti candi umumnya, namun terdapat lubang ventilasi pada candi ini. Candi ini
diperkirakan digunakan sebagai tempat penyimpanan alat untuk upacara dan
sejenisnya.
9. Candi Pari
Terletak di Kecamatan Porong, Sidoarjo, Jawa Timur. Menurut perkiraan, Candi ini
dibangun saat masa pemerintahan Prabu Hayam Wuruk tahun 1350-1389 M.
Diperkirakan, Candi Pari ini dibangun pada tahun 1371 M dari J.Knebel yang ditulis
dalam laporannya, Candi Pari dan juga Candi Sumur, dibangun untuk mengenang
sekaligus memperingati hilangnya adik angkat dan juga seorang sahabat dari salah
satu putra Prabu brawijaya yang menolak untuk tinggal di Keraton Kerajaan
Majapahit. Diatas pintu Candi Pari ini dulunya terdapat batu tua dan apabila dilihat
dari arsitektur sangat dipengaruhi dengan budaya Campa yakni kebudayaan dari
Vietnam. Ini bisa terjadi karena dulu Indonesia menjalin hubungan dagang dengan
Vietnam dan disaat yang bersamaan juga, perekonomian Vietnam hancur sehingga
sebagian orang mengungsi ke Jawa Timur.
10. Candi Jabung
Terletak di Probolinggo, Jawa Timur. Candi ini di saat lawatan berkeliling Jawa
Timur tahun 1359, Raja Hayam Wuruk dikatakan pernah singgah pada Candi Jabung.
Bercorak bangunan Hindu, sedangkan struktur bangunannya terlihat hampir serupa
dengan Candi Bahal dari peninggalan Kerajaan Sriwijaya di Sumatera.Candi Jabung
memiliki dua bangunan utama yang berukuran besar dan kecil yang umumnya disebut
Candi Sudut. Material yang digunakan adalah bata merah kualitas bagus lengkap
dengan ukiran berbentuk relief.
11. Candi Kedaton
Merupakan salah satu candi bercorak Hindu yang menjadi peninggalan Kerajaan
Majapahit. Letak candi ini berada di kompleks situs arkeologi di Kecamatan
Trowulan, Kabupaten Mojokerto. Candi ini memiliki struktur terbentuk dari pondasi
batu bata merah.
12. Candi Minak Jinggo
Merupakan situs peninggalan Majapahit yang terletak di Desa Trowulan,
Kecamatan Trowulan, Kabupaten Mojokerto. Struktur candi ini menjadi satu-satunya
yang menggunakan batu andesit di semua kompleks situs di Trowulan.
13. Candi Grinting
Merupakan candi yang terletak di Kecamatan Jatirejo, Kabupaten Mojokerto.
Sebagai salah satu peninggalan kerajaan Majapahit, candi ini pertama kali ditemukan
oleh pengrajin batu bata yang diperkirakan semacam pondasi lama.
14. Candi Jolotundo
Merupakan salah satu peninggalan Kerajaan Majapahit. Bentuk Candi Jolotundo
dikenal memiliki arsitektur bangunan yang sangat megah. Letaknya ada di Desa
Seloliman, Kecamatan Trawas, Kabupaten Mojokerto dengan bentuk petirtaan yang
mengalirkan mata air.
15. Candi Gentong
Merupakan salah satu dari tiga candi yang berderet dengan arah bujur barat ke timur
yaitu Candi Gedong, Candi Tengah dan Candi Gentong. Kini hanya Candi Gentong
yang tersisar setelah dilakukan pemugaran sejak tahun 1995. Letaknya ada di Desa
Telogo Gede, Kecamatan Trowulan, Kabupaten Mojokerto.

 Prasasti Kerajaan Majapahit


1. Prasasti Alasantan (939 Masehi), ditemukan di Desa Bejijong, Kecamatan Trowulan,
Kabupaten Mojokerto
2. Prasasti Kamban (941 Masehi), ditemukan tertulis dalam bahasa Kawi
3. Prasasti Hara-Hara (966 Masehi), dikenal juga sebagai prasasti Trowulan VI
4. Prasasti Maribong (1264 Masehi), dikenal juga sebagai prasasti Trowulan II
5. Prasasti Wurare (1289 Masehi), ditemukan di daerah Kandang Gajak di Desa
Bejijong, Kecamatan Trowulan, Kabupaten Mojokerto
6. Prasasti Kudadu (1294 Masehi), ditemukan di lereng Gunung Butak di wilayah
perbatasan Kabupaten Blitar dan Kabupaten Malang.
7. Prasasti Sukamerta (1296 Masehi), ditemukan di Gunung Penanggungan, dikenal juga
sebagai Prasasti Raden Wijaya.
8. Prasasti Butulan (1298 Masehi), ditemukn di Kawasan Pegunungan Kapur Utara di
Kabupaten Gresik
9. Prasasti Balawi (1305 Masehi), ditemukan di Desa Blawi di wilayah Kabupaten
Lamongan
10. Prasasti Canggu (1358 Masehi), dikenal juga sebagai prasasti Trowulan I
11. Prasasti Biluluk I (1366 Masehi), ditemukan di Kecamatan Bluluk, Kabupaten
Lamongan
12. Prasasti Karang Bogem (1387 Masehi), ditemukan di Kecamatan Bungah, Kabupaten
Gresik
13. Prasasti Katiden (1392 Masehi), ditemukan di wilayah Kabupaten Malang
14. Prasasti Biluluk II (1393 Masehi), ditemukan di Kecamatan Bluluk, Kabupaten
Lamongan
15. Prasasti Biluluk III (1395 Masehi), ditemukan di Kecamatan Bluluk, Kabupaten
Lamongan
16. Prasasti Lumpang (1395 Masehi), ditemukan di wilayah Kabupaten Malang dan
dikenal sebagai prasasti Katiden II
17. Prasasti Waringin Pitu (1447 Masehi), ditemukan di wilayah Kabupaten Mojokerto
18. Prasasti Marahi Manuk, ditemukan di wilayah Kabupaten Mojokerto
19. Prasasti Parung, ditemukan di wilayah Kabupaten Mojokerto
 Kitab Peninggalan Kerajaan Majapahit
- Kitab Negarakertama, dikarang oleh Empu Prapanca pada tahun 1365 M
- Kitab Sutasoma, dikarang oleh Empu Tantular
- Kitab Arjunawiwaha, dikarang oleh Empu Tantular
- Kitab Kutaramanawa, dikarang oleh Gajah Mada
- Kitab Kunjakarna, tidak diketahui siapa pengarangnya
- Kitab Parthayajna, tidak diketahui siapa pengarangnya
- Kitab Pararaton, tidak diketahui siapa pengarangnya
- Kitab Sudayana, tidak diketahui siapa pengarangnya
- Kitab Ronggolawe, tidak diketahui siapa pengarangnya
- Kitab Sorandakan, tidak diketahui siapa pengarangnya
- Kitab Panjiwijayakarma, tidak diketahui siapa pengarangnya
- Kitab Usana Jawa, tidak diketahui siapa pengarangnya
- Kitab Usana Bali, tidak diketahui siapa pengarangnya
- Kitab Tantu Panggelaran, tidak diketahui siapa pengarangnya
- Kitab Calon Arang, tidak diketahui siapa pengarangnya

Anda mungkin juga menyukai