Anda di halaman 1dari 32

KDM

MOBILISAI PASIEN, PEMINDAHAN DAN PENANGANAN PASIEN, CAIRAN DAN


ELEKTROLIT, BODY MEKANIK

DOSEN :

Ns.Lisma Evareny,S.Kep.MPH

OLEH :

NAMA : ELSA FADIRA

NIM : 214210374

TINGKAT : 1B

POLTEKKES KEMENKES-RI PADANG

D-III KEBIDANAN BUKITTINGGI


KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis ucapkan kehadirat Tuhan YME, karena atas berkat dan rahmat Nya
penulis dapat menyelesaikan makalah pertemuan 12..Makalah ini disusun untuk melengkapi
salah satu tugas mata kuliah KDM pada studi D-III Kebidanan Bukittinggi, sesuai dengan
ketentuan yang telah diberikan oleh Ibu Ns.Lisma Evareny,S.Kep.MPH sebagai dosen
pengajar. Terima kasih tak lupa penulis ucapkan pada semua pihak yang ikut serta
mendukung atas pembuatan makalah ini sehingga makalah ini dapat selesai tepat pada
waktunya. penulis menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini masih banyak
kekurangan dan juga jauh dari kata sempurna.

Oleh sebab itu penulis sangat mengharap kritik dan saran yang membangun. Semoga
dengan terselesainya makalah ini dapat memberikan ilmu, informasi, pengetahuan, dan
wawasan baru yang bermanfaat, guna untuk mengembankan wawasan dan peningkatan
ilmu pengetahuan bagi kita semua. Aamiin.

Bukittinggi, 27 oktober 2021

Hormat saya

Penulis

I
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ..............................................................................................................I

DAFTAR ISI .......................................................................................................................... II

BAB I PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG ....................................................................................................... 1


1.2 RUMUSANA MASALAH ............................................................................................... 2
1.3 TUJUAN PEMBAHASAN ............................................................................................... 2

BAB II PEMBAHASAN

2.1 KEBUTUHAN POSISI DAN MOBILISASI PASIEN .................................................3-8

2.2 PEMINDAHAN DANN PENANGANAN PASIEN .....................................................8-9

2.3 CAIRAN DAN ELEKTOLIT PEMASANGAN INFUS DAN TRANSFUSI ............9-23

2.4 BODY MEKANIK PETUGAS KESEHATAN ......................................................... 23-27

BAB III PENUTUP

3.1 KESIMPULAN ............................................................................................................... 28

3.2 SARAN ........................................................................................................................... 28

DAFTAR PUSTAKA............................................................................................................ 29

II
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG


Manusia jika ingin memiliki hdiup dalam keadaan sehat dan seimbang mempunyai
beberapa kebutuhan dasar yang harus terpenuhi. Kebutuhan dasar manusia terdiri dari
lima kebutuhan dasar yaitu kebutuhan dasar fisiologis (seperti oksigenasi, tempat
tinggal, istirahat,dan seks), keamanan, dan keselematan, cinta dan rasa memiliki, harga
diri, dan aktualisasi diri.

Dalam memenuhi kebutuhan dasar pada pasien ada beberapa cara yang dapat dilakukan
seperti kebutuhan posisi dan mobilisasi pasien, pemindahan dan penanganan pasien,
cairan dan elektrolit (pemasangan infus dan transfusi) dan body mekanik petugas
Kesehatan.

Mobilisasi merupakan kemampuan seseorang untuk bergerak bebas, mudah, teratur,


mempunyai tujuan memenuhi kebutuhan hidup sehat, dan penting untuk kemandirian
sedangkan imobilisasi adalah suatu pembatasan gerak atau keterbatasan fisik dari
anggota badan dan tubuh itu sendiri dalam berputar, duduk dan berjalan, hal ini salah
satunya disebabkan oleh berada pada posisi tetap dengan gravitasinya kurang seperti
saat duduk atau berbaring.

Dalam memenuhi kebutuhan pasien dengan cara pemindahan dan penanganan pasien
biasanya dilakukan pada pasien yang tidak bisa atau tidak diperbolehkan untuk
berpindah dari satu tempat ke tempat yang lain.

Cairan tubuh adalah larutan yang terdiri dari air (pelarut) dan zat tertentu (zat terlarut)
sedangkan elektrolit adalah zat kimia yang menghasilkanpartikel-partikelbermuatan
listrik yang disebut ion jika berada dalam larutan.

Body mekanik adalah cara bagaimana kita memposisikan tubuh dengan benar pada saat
kita sedang berbaring, duduk ataupun berdiri dan bagaimana kita menggerakkan tubuh
dengan tepat pada saat kita bekerja atau melakukan berbagai aktivitas kehidupan sehari-
hari.

1
1.2 RUMUSAN MASALAH
- Apa itu kebutuhan posisi dan mobilisasi pasien ?
- Apa itu pemindahan dan penanganan pasien ?
- Apa itu cairan dan elektrolit pemasangan infus dan transfusi ?
- Apa itu body mekanik petugas kesehatan ?

1.3 TUJUAN PEMBAHASAN


- Untuk mengetahui mengenai kebutuhan posisi dan mobilisasi pasien
- Untuk mengetahui mengenai pemindahan dan penanganan pasien
- Untuk mengetahui mengenai cairan dan elektrolit pemasangan infus dan transfuse
- Untuk mengetahui mengenai body mekanik petugas Kesehatan

2
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 KEBUTUHAN POSISI PASIEN DAN MOBILISASI PASIEN

A. PENGERTIAN

Pemenuhan Kebutuhan posisi pasien yaitu suatu Tindakan yang dilakukan nakes untuk
memenuhi kebutuhan pasien dalam pengaturan posisi tubuh pasien.Pengaturan posisi pasien
yaitu mengatur dan merubah posisi pasien dimana nantinya nakes akan membantu klien
untuk mengatur klien dalam posisi yang baik dan mengubah secara terartur dan sistematik.

Pengaturan posisi pasien melibatkan pemeliharaan dengan benar keselarasan tubuh netral
pasien dengan mencegah hiperekstensi dan rotasi lateral yang ekstrim untuk mencegah
komplikasi imobilitas dan cedera. Memposisikan pasien adalah aspek penting dari praktik
dan tanggung jawab seorang nakes(bidan,perawat,dll).

Di sebagian besar pengaturan posisi, pasien yang diposisikan dengan optimal dapat
memberikan pengaruh pada peningkatan manajemen jalan nafas dan ventilasi, menjaga
keselarasan tubuh, serta memberikan keamanan fisiologis.

Mobilisasi merupakan kemampuan seseorang untuk bergerak bebas, mudah, teratur,


mempunyai tujuan memenuhi kebutuhan hidup sehat, dan penting untuk kemandirian
sedangkan imobilisasi adalah suatu pembatasan gerak atau keterbatasan fisik dari anggota
badan dan tubuh itu sendiri dalam berputar, duduk dan berjalan, hal ini salah satunya
disebabkan oleh berada pada posisi tetap dengan gravitasinya kurang seperti saat duduk atau
berbaring.

Mobilisasi dapat dilakukan secara aktif maupun pasif dan dapat dilakukan pada pasien-
pasien meskipun terpasang alat medis seperti selang nasogastrik, infus intravena, ventilator,
ataupun trakeostomi. Upaya mobilisasi yang dapat dilakukan antara lain adalah duduk di
samping tempat tidur pasien, berjalan ke kursi, berdiri di samping tempat tidur,
menggerakkan ekstremitas secara aktif di tempat tidur, serta miring ke kiri atau kanan.

B. TUJUAN
Tujuan dari pengaturan posisi pasien yaitu :
• Memberikan kenyamanan dan keamanan pasien.

3
• Mempertahankan sirkulasi pernapasan sepanjang prosedur (misalnya Dalam
pembedahan, dalam pemeriksaan, pengumpulan spesimen, dan perawatan).Dan
mencegah Gangguan aliran balik vena ke jantung, dan ketidak cocokan ventilasi-ke-
perfusi.
• Meningkatkan kenyamanan dengan mencegah kerusakan saraf dan dengan
mencegah ekstensi atau rotasi tubuh yang tidak perlu.
• Menjaga martabat dan privasi pasien. Dalam operasi, penentuan posisi yang tepat
adalah cara untuk menghormati martabat pasien dengan meminimalkan eksposur
pasien yang sering merasa rentan secara perioperatif.
• Memberikan visibilitas dan akses maksimum. Posisi yang tepat memungkinkan
kemudahan akses bedah serta kemudahan untuk pemberian anestesi selama fase
perioperatif.
• Mencegah terjadinya nyeri otot pada pasien karena terlalu lama berbaring atau
berada pada posisi yang sama di atas matras
• Mencegah terjadinya kontrafaktur otot pada pasien

Tujuan dari mobilisasi pasien yaitu :


• Mempertahankan fungsi tubuh pada pasien
• Memperlancar peredaran darah sehingga mempercepat penyembuhan luka pada
pasien
• Membantu pernapasan menjadi lebih baik
• Memperthankan tonus otot
• Memperlancar eliminasi alvi dan urin
• Mengembalikan aktivitas tertentu sehingga pasien dapat kembali normal dan atau
dapat memenuhi kebutuhan gerak harian.

C. ALAT
• Tempat tidur khusus
• Selimut
• Bantal kecil
• Bantal kaki
• Sarung tangan (jika diperlukan)

4
• Kruk, berfungsi sebagai alat bantu berjalan, mengatur atau memberi keseimbangan
waktu berjalan, Membantu menyokong Sebagian berat badan. Penggunaan kuruk ini
bertujuan untuk :
- meningkatkan kekuatan otot, pergerakan sendir dan kemampuan mobilitas pasien
- menurunkan resiko komplikasi dari mobilisasi
- menurunkan ketergantungan pasien dan orang lain
- meningkatkan rasa percaya diri pasien
• Walker, walker adalah alat bantu yg hampir sama dengan kruk, tapi alat bantu ini
bisalebih mudah untuk digunakan.
• Parallel bar, parallel bar adalah alat yang digunakan untuk Latihan berjalan pada
pasien pasca operasi atau mengalami keterbatasan dalam memenuhi kebutuhan
mobilisasi sehar-hari nya. Alat ini digunakan agar pasien tidak ragu atau lebih
percaya diri Ketika berjalan.

D. PROSEDUR
1) Memindahkan pasien dari rempat tidur ke brankat :
- Jelaskan prosedur yang akan dilakukan pada pasien
- Cuci tangan
- Naikkan posisi tempat tidur sampai lebih tinggi dari brankart
- Posisikan pasien di tempat tidur, tutpi dengan selimut untuk privasi
- Minta pasien untuk memfleksikan leher jika memungkinkan dan
menyilangkan kedua tangan di atas dada
- Nakes pertama meletakkan kedua tangan di bawah bagian dada dan leher,
nakes kedua di bawah pinggul, dan nakes ketiga di bawah kaki pasien
- Condongkan tubuh ke depan, fleksikan pinggul, lutut, dan pergelangan kaki.
Nakes pertama memberikan intruksi kemudian angkat pasien secara
Bersama-sama dari tempat tidur ke brankart
- Kencangkan sabuk pengaman melintang di atas tubuh pasien
- Mencuci tangan
- Dokumentasikan hasil Tindakan
2) Teknik berjalan dengan tongkat :
- Jelaskan prosedur yang akan dilakukan pada pasien
- Gunakan tongkat pada sisi tubuh klien yang terkuat

5
- Klien mulai melangkah dengan kaki yang terlemah, bergerak maju dengan
tongkat, sehingga berat badan klien terbagi antara tongkat, sehingga berat
badan klien terbagi antara tongkat dan kaki yang terkuat
- Berjalanlah disisi bagian tungkai klien yang lemah. Agar jaga-jaga jika
pasien terjatuh
- Ajak klien berjalan selama waktu atau jarak yang telah ditetapkan
- Dokumentasikan hasil Tindakan
3) Teknik berjalan dengan kruk :
- Jelaskan prosedur yang akan dilakukan
- Pastikan Panjang kruk sudah tepat
- Bantu klien mengambil posisi segitiga, posisi dasar berdiri menggunakan
kruk sebelum mulai berjalan
- Ajarkan klien tentang salah satu dari empat cara berjalan dengan kruk
a). perubahan empat titik atau cara berjalan empat titik memberi kestabilan
pada klien, tetapi memerlukan panahan berat badan pada kedua tungkai.
Masing-masing tungkai digerakkan secara bergantian dengan masing-
masing kruk, sehingga sepanjang waktu terdapat tiga titik dukungan pada
lantai
b). perubahan tiga titik atau cara berjalan tiga titik mengharuskan klien
menahan semua berat badan pada satu kaki. Berat badan dibebankan pada
kaki yang sehat, kemudian pada kedua kruk dan selanjutnya urutan tersebut
diulang. Kaki yang sakit tidak menyentuh lantai selama fase dini berjalan
tiga titik. Secara bertahap klien menyentuh lantai selama fase dini berjalan
tiga titik. Secara bertahap klien menyentuh lantai dan semua beban berat
badan bertumpu pada tongkat
c).cara berjalan dua titik memerlukan sedikitnya pembebanan berat badan
Sebagian pada masing-masing kaki. Kruk sebelah kiri dan kanan maju
Bersama-sama. Kruk sebelah kanan dan kaki kiri maju Bersama-sama
d).cara berjalan mengajun ke kruk, klien yang mengalami paralisi tungkai
dan pinggul dapat menggunakan cara jalan mengayun ini. Minta klien untuk
menggerakan kedua kruk kedepan secara bersamaan. Pindahkan berat badan
kelengan dan mengayun melewati kruk.

- Ajarkan klien menaiki dan menuruni tangga

6
- dokumentasikan kegiatan pasien
4) Teknik berjalan dengan walker :
- Jelaskan prosedur yang akan dilakukan
- Angkat dan letakkan walker senyaman mungkin di depan pasien. Pastikan
keempat walker berada di lantai dengan posisi masing-masing kaki walker
sejajar
- Gerakan kaki yang lemah atau terluka terlebih dahulu menuju walker
- Lalu langkahkan kaki yang tidak sakit ke depan kaki yang sakit
- Minta pasien berjalan secara perlahan dengan menjadikan kaki yang tidak
sakit menjadi pijakan
- Temani pasien hingga sesuai dengan waktu yang telah ditentukan
- Dokumentasikan kegiatan pasien
E. INDIKASI / KONTRA INDIKASI
Indikasi :
- Pada saat pasien meminum obat dan makan
- Meningkatkan rasa nyaman
- Klien yang merasa sesak nafas
- Klien pasca operasi
- Pada pasien yang terlalu lama berbaring pada posisi yang sama
- Pasien yang tidak dapat memenuhi kebutuhan mobilisasinya sendiri
Kontra indikasi :
- Fraktur tulang pelvis, psot operasi abdomen
- Faktur tulang belakang (vertebra lumbalis)
F. HAL-HAL YANG PERLU DIPERHATIKAN
- Perhatikan keadaan umum penderita, apakah merasa kelelahan, pusing
- Pastikan perhiasan pasien dilepas untuk menghindari terjadinya
pembengkakan dan luka
- Pastikan pakaian dalam keadaan longgar
- Jangan lakukan pada penderita patah tulang
- Jangan lakukan Latihan fisik segera setelah penderita makan
- Gunakan badan yang benar untuk menghindari ketegangan atau luka pada
penderita
- Hindari Gerakan yang terlalu sulit

7
- Jika terjadi kejang saat Latihan hentikan kegiatan
G. DOKUMENTASI
- Dokumentasikan nama klien, tanggal dan jam rekam kegiatan, dan
bagaimana respon pasien terhadap Tindakan yang dilakukan
- Paraf dan nama dicantumkan jelas pada catatan pasien

2.2 PEMINDAHAN DAN PENANGANAN PASIEN

A PENGERTIAN

Pemindahan dan penanganan pasien adalah suatu Tindakan memindahkan pasien yang
mengalami ketidakmampuan, keterbatasan, tidak boleh melakkukan sendiri, atau tidak sadar
dari tempat tidur ke brankar yang dilakukan oleh dua atau tiga orang nakes.

B TUJUAN
- Membantu pasien untuk berpindah tempat dari satu tempat ke tempat yang
lain karena keterbatasan pasien untuk bergerak (cidera,dll)
- Memberikan rasa aman dan nyaman kepada pasien
- Membantu pasien untuk memenuhi kebutuhan nya
- Menjaga pasien agar pemulihan cidera yang dialaminya tidak semakin parah
C PERSIAPAN PASIEN
Rapikan pasien dan jelaskan prosedur yang akan dilakukan pada pasien. Dan jika
pasien sadar minta kesedian pasien untuk melakukan tindakan
D ALAT
- Brankar
- Kursi roda
- Selimut
- Bantal
E PROSEDUR
- Cuci tangan / ikuti prosedur Kesehatan yang dianjurkan
- Jelaskan prosedur yang akan dilakukan pada pasien
- Atur brankar dalam posisi terkunci dengan sudut 90 derajat terhadap tempat
tidur
- dua atau tiga orang nakes menghadap ke tempat tidur pasien

8
- silangkan tangan pasien ke depan dada
- Tekuk lutut saat akan mengangkat pasien, kemudian masukkan tangan ke
bawah tubuh pasien.nakes pertama meletakkan tangan dibawah leher bahu
dan bawah pinggang, nakes kedua meletakkan tangan di bawah
pinggang dan panggul pasien, sedangkan nakes ketiga meletakkan tangan
dibawah pinggul dan kaki. Pada hitungan ketiga, angkat pasien bersama-
sama dan pindahkan ke brankar
- Atur posisi pasien, dan pasang pengaman
- Dokumentasikan Tindakan yang dilakukan
F INDIKASI / KONTRA INDIKASI
Indikasi :
- Pasien yang mengalami cedera
- Pasien yang tidak mampu untuk bergerak
- Pasien yang memiliki keterbatasan untuk bergerak atau berpindah dari bed
atau tempat tidur
Kontra indikasi :
- Pada pasien yang memiliki cedera parah akan lebih baik dan aman jika
memakai tempat tidur klien harus dibawa ke tempat atau ruangan yang lain
G HAL-HAL YANG PERLU DIPERHATIKAN
- Kenali kemampuan diri dan kemampuan tim penolong, pastikan jumlah
penolong yang cukup
- Saling berkomunikasi antar tim penolong
- Saat mengangkat mempertahankan posisi punggung tetap lurus
- Menyediakan peralatan yang tepat
- Memperhatikan kondisi tempat atau pijakan saat mengangkat pasien
H DOKUMENTASI
- Dokumentasikan nama klien, tanggal dan jam rekam kegiatan, dan
bagaimana respon pasien terhadap Tindakan yang dilakukan
- Paraf dan nama dicantumkan jelas pada catatan pasien

2.3 CAIRAN DAN ELEKTROLIT

A DISTRIBUSI DAN PROGRAM CAIRAN DALAM TUBUH

9
Distribusi cairan tubuh berbeda tergantung dari ukuran tubuh. Pada orang dewasa, misalnya
memiliki cairan 60% dalam tubuh, anak-anak sekitar 60%-77%, bayi 77% dan manula 40%-
50%. Pada manula persentase cairan berkurang karena fungsi jaringan tubuh menurun.

Cairan dibutuhkan karena di dalamnya terdapat elektrolit yang diperlukan untuk menjaga
sel tubuh berjalan sesuai fungsinya. Elektrolit adalah zat yang larut dan membentuk ion-
ion. Elektrolit ini berupa natrium, kalium, dan lain-lain. Kandungan tersebut sangat penting
dalam membantu sel untuk menghasilkan energi dan menjaga stabilitas dinding sel. Karena
itulah, keseimbangan elektrolit perlu dijaga.

Proporsi cairan dan elektrolit dalam tubuh pun berbeda. Pada bayi baru lahir misalnya
proporsinya bisa mencapai 80% dari berat badan, sedangkan pada dewasa mencapai 60%
dari berat badan. Jika keseimbangan ini terganggu maka sel tubuh akan mengalami
kekurangan cairan alias dehidrasi. Tubuh tidak boleh kekurangan elektrolit natrium karena
natrium sangat penting untuk fungsi kerja saraf, otot, otak, serta untuk menjaga
keseimbangan asam basa tubuh.Bahkan kasus lebih buruk akibat kekurangan cairan bisa
menyebabkan kerusakan sel. Selain itu, cairan juga bermanfaat dalam mentransformasikan
peredaran darah. Apabila kebutuhan cairan tidak terpenuhi maka darah akan mengental dan
mempengaruhi kinerja otak serta jantung.

Distribusi cairan tubuh didistribusikan dalam dua kompartemen yang berbeda.

1.Cairan Ekstrasal

tediri dari cairan interstisial (CIS) dan Cairan Intravaaskular. Cairaninterstisial mengisi
ruangan yang berada diantara sebagian besar sel tubuh dan menyusunsebagian besar cairan
tubuh. Sekitar 15% berat tubuh merupakan cairan tubuh interstisial.

Cairan intravascular terdiri dari plasma, bagian cairan limfa yang mengandung air
tidak berwarna, dan darah mengandung suspensi leukosit, eritrosit, dan trombosit. Plasma
menyusun 5% berat tubuh.

2. Cairan Intrasel

Cairan intrasel adalah cairan didalam membran sel yang berisi subtansi terlarut atau solute
yang penting untuk keseimbangan cairan dan elektrolit serta untuk metabolisme. Cairan
intasel membentuk 40% berat tubuh. kompartemen cairan intrasel memiliki banyak solut
yang sama dengan cairan yang berada diruang ekstrasel. Namun proporsi subtansi subtansi

10
tersebut berbeda. Misalnya, proporsi kalium lebih besar didalam cairan intrasel
daripadadalam cairan ekstasel.

B. ELEKTROLIT DALAM TUBUH


jumlah elektrolit di dalam tubuh dikendalikan oleh berbagai hormon, terutama hormon yang
diproduksi di ginjal dan kelenjar adrenal. Apabila terjadi gangguan keseimbangan elektrolit,
baik kelebihan atau kekurangan, fungsi jaringan dan organ tubuh pun akan terganggu.
Berikut ini adalah berbagai jenis elektrolit yang ada di dalam tubuh beserta manfaatnya:

1. Natrium

Natrium dibutuhkan tubuh untuk menjaga keseimbangan elektrolit, mengendalikan cairan


dalam tubuh, dan mengatur kontraksi otot serta fungsi saraf. Normalnya, kadar natrium di
dalam darah berkisar antara 135–145 milimol/liter (mmol/L).

Masalah kesehatan tertentu bisa menyebabkan tubuh kelebihan atau kekurangan natrium.
Kelebihan natrium (hipernatremia) biasanya terjadi akibat dehidrasi berat, misalnya
kurang minum air, diet ekstrem, atau diare kronis.

Sementara itu, kekurangan sodium (hiponatremia) bisa disebabkan oleh konsumsi air yang
terlalu banyak, gangguan fungsi ginjal atau hati, gagal jantung, atau kelainan pada hormon
antidiuretik yang bertugas untuk mengatur jumlah cairan tubuh.

2. Kalium

Elektrolit yang satu ini berfungsi untuk mengatur irama dan pompa jantung, menjaga
tekanan darah tetap stabil, mendukung aktivitas listrik saraf, mengatur kontraksi otot dan
metabolisme sel, serta menjaga kesehatan tulang dan keseimbangan elektrolit.

Dalam darah, jumlah kalium normal berada di kisaran 3,5–5 milimol/liter (mmol/L).
Kekurangan kalium (hipokalemia) dapat disebabkan oleh diare, dehidrasi, dan efek samping
obat diuretik.

Sementara itu, kelebihan kalium (hiperkalemia) biasanya disebabkan oleh dehidrasi parah,
gagal ginjal, asidosis, atau rendahnya jumlah hormon kortisol dalam tubuh, misalnya
karena penyakit Addison.

3. Klorida

11
Klorida dalam tubuh berfungsi untuk menjaga pH atau tingkat keasaman darah, jumlah
cairan tubuh, dan aktivitas saluran pencernaan. Normalnya, kadar klorida dalam tubuh
adalah 96–106 mmol/L.

Kekurangan klorida (hipokloremia) dapat terjadi karena gagal ginjal akut, keringat berlebih,
gangguan makan, gangguan fungsi kelenjar adrenal, dan fibrosis kistik. Sementara itu,
kelebihan klorida (hiperkloremia) terjadi akibat dehidrasi parah, gangguan kelenjar
paratiroid, gagal ginjal, atau efek samping cuci darah.

4. Kalsium

Kalsium merupakan mineral dan elektrolit penting yang berperan untuk menstabilkan
tekanan darah, mengendalikan kontraksi otot dan aktivitas listrik saraf, menguatkan tulang
dan gigi, serta menunjang proses pembekuan darah.

Kelebihan kalsium (hiperkalsemia) dapat disebabkan oleh hiperparatiroidisme, penyakit


ginjal, gangguan paru-paru, kanker, atau kelebihan asupan vitamin D dan kalsium.

Sebaliknya, kekurangan kalsium dapat disebabkan oleh gagal ginjal,


hipoparatiroidisme, kekurangan vitamin D, pankreatitis, kekurangan albumin, dan kanker
prostat.

5. Magnesium

Magnesium berperan penting dalam proses pembentukan sel dan jaringan tubuh, menjaga
irama jantung, serta mendukung fungsi saraf dan kontraksi otot. Mencukupi kebutuhan
magnesium juga bermanfaat untu memperbaiki kualitas tidur pada penderita insomnia.

Normalnya, kadar magnesium dalam tubuh ialah 1,4–2,6 mg/dL. Kelebihan magnesium
(hipermagnesemia) bisa disebabkan oleh berbagai kondisi, seperti penyakit Addison atau
gagal ginjal berat.

Sementara itu, kekurangan magnesium (hipomagnesemia) bisa disebabkan oleh gagal


jantung, diare kronis, kecanduan alkohol, atau efek samping obat-obatan, misalnya diuretik
dan antibiotik.

6. Fosfat

12
Fosfat berfungsi untuk memperkuat tulang dan gigi, menghasilkan energi, serta mendukung
pertumbuhan dan perbaikan jaringan tubuh. Kekurangan fosfat (hipofosfatemia) biasanya
disebabkan oleh kelenjar paratiroid yang terlalu aktif, kekurangan vitamin D, luka bakar
parah, dan kecanduan alkohol.

Sementara itu, kelebihan fosfat (hiperfosfatemia) biasanya disebabkan oleh cedera parah,
kelenjar paratiroid kurang aktif, gagal napas, penyakit ginjal kronis, kadar kalsium rendah,
atau efek samping obat-obatan, misalnya kemoterapi dan obat pencahar yang mengandung
fosfat.

7. Bikarbonat

Jenis elektrolit ini berfungsi untuk menjaga pH darah tetap normal, menyeimbangkan kadar
cairan tubuh, dan mengatur fungsi jantung. Normalnya, kadar bikarbonat dalam tubuh
berkisar antara 22–30 mmol/L.

Jumlah bikarbonat dalam darah yang tidak normal dapat disebabkan oleh gangguan
pernapasan, gagal ginjal, asidosis dan alkalosis, serta penyakit metabolik.

C. PERGERAKAN CAIRAN TUBUH DAN ELEKTROLIT

a. Difusi

Difusi merupakan proses perpindahan partikel cairan dari konsentrasi tinggi ke konsentrasi
rendah sampai terjadi keseimbangan. Cairan dan elektrolit didifusikan menembus membran
sel. Kecepatan difusi dipengaruhi oleh ukuran molekul, konsentrasi larutan, dan temperatur.

b. Osmosis

Osmosis merupakan bergeraknya pelarut bersih seperti air, melalui membran


semipermeabel dari larutan yang berkonsentrasi lebih rendah ke konsentrasi yang lebih
tinggi yang sifatnya menarik. Bila suatu substansi larut dalam air, konsentrasi air dalam
larutan tersebut lebih rendah dibandingkan konsentrasi air dalam larutan air murni dengan
volume yang sama. Hal ini karena tempat molekul air telah ditempati oleh molekul
substansi tersebut. Jadi bila konsentrasi zat yang terlarut meningkat, konsentrasi air akan
menurun. Bila suatu larutan dipisahkan oleh suatu membran yang semipermeabel dengan
larutan yang volumenya sama namun berbeda konsentrasi zat yang terlarut, maka terjadi
perpindahan air/ zat pelarut dari larutan dengan konsentrasi zat terlarut yang rendah ke

13
larutan dengan konsentrasi zat terlarut lebih tinggi. Perpindahan seperti ini disebut dengan
osmosis.

c. Transpor Aktif

Partikel bergerak dari konsentrasi rendah ke tinggi karena adanya daya aktif dari tubuh
seperti pompa jantung. Transport aktif diperlukan untuk mengembalikan partikel yang telah
berdifusi secara pasif dari daerah yang konsentrasinya rendah ke daerah yang
konsentrasinya lebih tinggi. Perpindahan seperti ini membutuhkan energi (ATP) untuk
melawan perbedaan konsentrasi. Contoh: Pompa Na-K.

d. Filtrasi

Filtrasi terjadi karena adanya perbedaan tekanan antara dua ruang yang dibatasi oleh
membran. Cairan akan keluar dari daerah yang bertekanan tinggi ke daerah bertekanan
rendah. Jumlah cairan yang keluar sebanding dengan besar perbedaan tekanan, luas
permukaan membran, dan permeabilitas membran. Tekanan yang mempengaruhi filtrasi ini
disebut tekanan hidrostatik.

D. FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI

1.Usia
Asupan cairan individu bervariasi berdasarkan usia. Dalam hal ini,usia berpengaruh
terhadap proporsi tubuh, luas permukaan tubuh,kebutuhan metabolik, serta berat badan.

2.Aktivitas
Aktivitas hidup seseorang sangat berpengaruh terhadap kebutuhan cairan dan elektrolit.
Aktivitas menyebabkan peningkatan proses metabolisme dalam tubuh. Hal ini
mengakibatkan penigkatan pengeluaran cairan melalui keringat. Dengan demikian, jumlah
cairan yang dibutuhkan juga meningkat. Selain itu, kehilangan cairan yangtidak disadari
(insensible water loss) juga mengalami peningkatan laju pernapasan dan aktivasi kelenjar
keringat.

3. Iklim atau lingkungan


Normalnya, individu yang tinggal di lingkungan yang iklimnya tidak terlalu panas tidak
akan mengalami pengeluaran cairan yang ekstrem melalui kulit dan pernapasan. Dalam
situasi ini, cairan yang keluar umumnya tidak dapat disadari (insensible water loss,

14
IWL).Besarnya IWL pada tiap individu bervariasi, dipengaruhi oleh suhu lingkungan,
tingkat metabolisme,dan usia. Individu yang tinggal dilingkungan yang bertsuhu tinggi atau
di dearah deangan kelembapan yang rendah akan lebih sering mengalami kehilangan cairan
dan elektrolit.

4.Diet
Diet seseorang berpengaruh juga terhadap asupan cairan dan elektrolit. Jika asupan
makanan tidak seimbang, tubuh berusaha memecah simpanan protein dengan terlebih
dahulu memecah simpanan lemak dan glikogen. Kondisi ini menyebabkan penurunan kadar
albumin

E. KESEIMBANGAN ASAM DAN BASA

Keseimbangan asam-basa terkait dengan pengaturan pengaturan konsentrasi ion H bebas


dalam cairan tubuh. pH rata-rata darah adalah 7,4, pH darah arteri 7,45 dan darah vena 7,35.
Jika pH darah < 7,35 dikatakan asidosis, dan jika pH darah > 7,45 dikatakan alkalosis. Ion
H terutama diperoleh dari aktivitas metabolik dalam tubuh. Ion H secara normal dan
kontinyu akan ditambahkan ke cairan tubuh dari 3 sumber, yaitu:

1. pembentukan asam karbonat dan sebagian akan berdisosiasi menjadi ion H dan
bikarbonat

2. katabolisme zat organik

3. disosiasi asam organic pada metabolisme intermedia, misalnya pada metabolisme lemak
terbentuk asam lemak dan asam laktat, sebagian asam ini akan berdisosiasi melepaskan ion
H.

Keseimbangan asam basa adalah suat keadaan dimana konsentrasi ion hidrogen yang
diproduksi setara dengan konsentrasi ion hidrogen yang dikeluarkan oleh sel. Pada proses
kehidupan keseimbangan asam pada tingkat molecular umumnya berhubungan dengan
asam lemah dan basa lemah, begitu pula pada tingkat konsentrasi ion H+ atau ion OH yang
sangat rendah.

Keseimbangan asam basa adalah keseimbangan ion hidrogen. Walaupun produksi akan
terus menghasilkan ion hidrogen dalam jumlah sangat banyak, ternyata konsentrasi ion
hidrogen dipertahankan pada kadar rendah pH 7,4.

15
Derajat keasaman (pH) darah manusia normalnya berkisar antara 7.35 hingga 7.45. Tubuh
manusia mampu mempertahan keseimbangan asam dan basa agar proses metabolisme dan
fungsi organ dapat berjalan optimal.Keseimbangan asam basa dalam tubuh manusia diatur
oleh dua sistem organ yakni paru dan ginjal. Paru berperan dalam pelepasan (eksresi CO2)
dan ginjal berperan dalam pelepasan asam.

F. MASALAH CAIRAN DAN ELEKTROLIT DALAH ASUHAN KEPERAWATAN


1. Hiperfosfatemia dan hipofosfatemia

hiperfosfatemia yaitu keadaan dimana kadar fosfat di dalam tubuh berlebihan maka bisa
menimbulkan masalah pada otot dan tulang, serta meningkatkan risiko terkena serangan
jantung dan stroke.

Hiperfosfatemia dapat terjadi karena beberapa faktor, yaitu:

• Mengonsumsi obat pencahar (laksatif) yang mengandung fosfat secara berlebihan


• Mengalami komplikasi akibat pengobatan kanker (sindrom tumor lisis)
• Memiliki kelenjar paratiroid yang kurang aktif
• Memiliki kadar kalsium yang rendah
• Menderita gagal ginjal kronis
• Mengalami sesak napas
• Mengalami cedera otot

Sedangkan, kekurangan fosfat atau hipofosfatemia dapat terjadi karena beberapa faktor
berikut ini:

• Menderita malnutrisi berat akibat anoreksia atau kelaparan


• Mengonsumsi alkohol berlebihan
• Mengalami luka bakar yang parah
• Mengalami komplikasi diabetes (ketoasidosis diabetik)
• Menderita sindrom Fanconi, yaitu gangguan pada ginjal yang menyebabkan
penyerapan dan pelepasan zat-zat tertentu di dalam tubuh menjadi tidak normal
• Menderita kekurangan vitamin D
• Memiliki kelenjar paratiroid yang terlalu aktif
• Menderita diare kronis

16
Hipofosfatemia juga dapat terjadi karena konsumsi obat tertentu, seperti zat besi, niacin
(vitamin B3), obat maag jenis antasida, diuretik, kortikosteroid,
bisfosfonat, acyclovir, paracetamol, atau obat asma

2. Hiperkloremia dan hipokloremia

Hiperkloemia yaitu keadaan dimana klorida di dalam tubuh berlebih. Klorida adalah jenis
elektrolit yang berfungsi untuk menjaga keseimbangan pH dalam darah dan meneruskan
impuls saraf. Kadar klorida diatur oleh ginjal, sehingga jika terdapat ketidakseimbangan
klorida, hal tersebut mungkin terjadi karena adanya kerusakan pada ginjal.

Berikut ini adalah beberapa faktor yang dapat menyebabkan kelebihan klorida
(hiperkloremia) di dalam tubuh:

• Mengalami gangguan pH darah (asidosis metabolik atau alkalosis respiratorik)


• Mengonsumsi acetazolamide dalam jangka panjang

Sedangkan, kekurangan klorida (hipokloremia) dapat terjadi karena beberapa faktor, seperti:

• Menderita diare atau muntah berkepanjangan


• Menderita penyakit paru-paru kronis, seperti emfisema
• Menderita gagal jantung
• Mengalami gangguan pH darah (alkalosis metabolik)
• Mengonsumsi obat pencahar, diuretik, atau kortikosteroid

3. Hipernatremia dan hiponatremia

Hypernatremia adalah suatu keadaan dimana tubuh seseorang mengalami kelebihan


natrium. Natrium berfungsi untuk menjaga keseimbangan cairan tubuh serta mengatur
fungsi saraf dan kontraksi otot. Berikut ini adalah beberapa faktor yang dapat menyebabkan
seseorang mengalami kelebihan natrium :

• Menderita dehidrasi berat


• Mengalami hilangnya cairan tubuh karena demam
• Menderita diare
• Mengalami muntah-muntah
• Menderita penyakit pernapasan kronis, seperti bronkitis

17
• Mengonsumsi obat kortikosteroid
• Terlalu banyak berkeringat karena olahraga berlebih

Sementara itu, seseorang dapat mengalami kekurangan sodium/natrium (hiponatremia)


akibat beberapa faktor berikut ini:

• Menderita malnutrisi
• Mengalami gangguan kelenjar tiroid, adrenal, atau hipotalamus
• Menderita gagal ginjal
• Menderita gagal jantung
• Mengalami kecanduan alkohol
• Mengonsumsi obat diuretik atau antikonvulsan

4. Hiperkalemia dan hipokalemia

Hiperkalemia adalah suatu keadaan dimana kadar kalium di dalam tubuh dapat melebihi
normalnya. Kalium berperan penting dalam mengatur fungsi jantung, serta menjaga fungsi
saraf dan otot. Kadar kalium di dalam tubuh dapat melebihi normalnya jika seseorang
memiliki faktor seperti di bawah ini:

• Menderita gagal ginjal


• Menderita dehidrasi berat
• Mengonsumsi obat diuretik atau obat penurun tekanan darah
• Menderita komplikasi diabetes, seperti ketoasidosis diabetik

Sedangkan, beberapa faktor yang dapat meningkatkan risiko seseorang mengalami


kekurangan kadar kalium (hipokalemia) adalah:

• Menderita gangguan makan


• Mengalami dehidrasi
• Menderita muntah dan diare
• Mengonsumsi obat pencahar, diuretik, atau insulin

5. Hypermagnesemia dan hypomagnesemia

Hypermagnesemia adalah keadaan dimana di dalam tubuh seseorang mengalami kelebihan


kadar magneseium.
18
Magnesium adalah mineral penting yang berfungsi untuk mengatur fungsi saraf, tekanan
darah, dan kadar gula darah. Magnesium juga berperan dalam menjaga kesehatan jantung,
menghasilkan energi bagi tubuh, serta menjaga kesehatan tulang.

Kelebihan kadar magnesium dapat menyebabkan otot menjadi lemah, refleks lambat,
mudah mengantuk, pusing, sakit kepala, mual, muntah, denyut jantung lambat atau tidak
teratur, napas lebih lambat dari biasanya, bahkan pingsan.

Seseorang berisiko mengalami hipermagnesemia jika memiliki faktor seperti berikut:

• Mengalami overdosis suplemen magnesium


• Menderita gagal ginjal
• Menderita penyakit tertentu, misal Hipotiroidisme dan Penyakit Addison
• Mengalami luka bakar luas
• Mengonsumsi obatan-obatan tertentu, seperti lithium, antasida, atau obat pencahar
(laksatif)

Hipogmanesemia adalah kurangnya kadar magnesium dalam tubuh seseorang. Hal ini dapat
menimbulkan beragam gangguan kesehatan, di antaranya tremor, kedutan otot, insomnia,
kesemutan, mati rasa, jantung berdebar (takikardia), bingung, dan kejang.

Berikut ini adalah beberapa faktor yang dapat meningkatkan risiko seseorang mengalami
hipomagnesemia:

• Menderita gagal jantung


• Menderita malnutrisi
• Mengonsumsi diuretik, insulin, atau obat kemoterapi
• Menderita diare kronis
• Mengalami kecanduan alkohol
• Terlalu banyak berkeringat, misalnya akibat berolahraga secara berlebihan

6. Hiperkalsemia dan hipokalsemia

Hiperkalsemia adalah kondisi dimana seseorang mengalami kelebihan kadar kalsium di


dalam darah. Kalsium adalah mineral yang penting untuk fungsi organ, saraf, otot, dan sel
tubuh. Kalsium juga berguna untuk pembekuan darah dan kesehatan tulang. Namun

19
demikian, kelebihan kadar kalsium dalam darah (hiperkalsemia) bisa menimbulkan berbagai
gejala, di antaranya sakit kepala, tubuh lemas, mual, muntah, dan nyeri tulang.

Seseorang berisiko mengalami hiperkalsemia jika memiliki kondisi di bawah ini:

• Menderita penyakit ginjal


• Menderita gangguan tiroid, misalnya hiperparatiroidisme
• Mengonsumsi obat-obatan tertentu, seperti lithium, teofilin, atau diuretik
• Menderita penyakit paru-paru, seperti tuberkulosis (TBC) atau sarkoidosis
• Menderita jenis kanker tertentu, seperti kanker paru-paru dan kanker payudara
• Mengonsumsi antasida atau suplemen vitamin D secara berlebihan

Kekurangan kadar kalsium dalam darah (hipokalsemia) juga tidak baik bagi kesehatan,
karena dapat meningkatkan risiko terserang osteoporosis. Kondisi ini dapat terjadi karena
beberapa faktor, yaitu:

• Menderita pankreatitis
• Menderita gagal ginjal
• Menderita kanker prostat
• Mangalami kekurangan vitamin D
• Mengonsumsi obat heparin atau antikonvulsan

G. PEMENUHAN KEBUTUHAN CAIRAN ELEKTROLIT SECARA ORAL DAN


PARENTERAL
- Pemberian cairan secara parenteral atau intravena (infus)

Tindakan ini dilakukan pada klien yang memerlukan masukan cairan melalui intravena
(infus). Pemberian infus dapat diberikan pada pasien yang mengalami pengeluaran cairan
atau nutrisi yang berat. Tindakan ini memerlukan kesterilan mengingat langsung
berhubungan dengan pembuluh darah.

Pemberian melalui infus dengan memasukan kedalam vena (pembuluh darah pasien)
diantara vena lengan (vena cefalisa basilica dan mediana cubitti) atau vena yang ada
dikepala seperti vena temporalis frontalis (khususnya untuk anak-anak). selain pemberian
infus pada pasien yang mengalami pengeluaran cairan juga dapat dilakukan pada pasien

20
schock, intoksikasi berat, pra dan pasca bedah, sebelum tranfusi darah atau pasien yang
membutuhkan pengobatan tertentu.

a.Alat
- Baki yang telah dialasi
- Perlak dan pengalasnya
- Pengalas (handuk kecil)
- Bengkok
- Tiang infus
- Sarung tangan ( handskun)
- Tourniquet
- Kapas alcohol
- Cairan infus yang diperlukan
- Infus set
- Abocat
- Plester
- Kasa steril
- Gunting plester
- Betadin

b.Persiapan pasien
- Identifikasi pasien
- Memberitahu pasien tentang tindakan yang akan dilakukan
- Menyiapkan lingkungan
- Mengobservasi reaksi pasien
- Pasang penutup tirai
- Atur posisi pasien senyaman mungkin
-Pasang perlak dan pengalasnya dibawah daerah yang akan dipasang infus

c.Langkah –Langkah
- Mencuci tangan
- Pakai sarung tangan
- Gantungkan pletboth pada tiang infus
- Bukan kemasan steril infus set

21
- Atur klem rol sekitar 2-4 cm dibawah bilik drip dan tutup klem yang ada pada saluran
infus
- Tusukan pipa saluran infus kedalam botol cairan dan tabung tetesan diisi setengah dengan
cara memencet tabung tetesan infuse
- Buka klem dan alirkan cairan keluar sehingga tidak ada udara pada selang infuse lalu tutup
kembali (klem)
- Cari dan pilih vena yang akan dipasang infuse
- Letakan tourniquet 10-12 cm diatas tempat yang akan ditusuk
- Disinfeksi daerah pemasangan dengan kapas alcohol 70% secara sirkular
- Tusukan jarum abocath ke vena dengan lubang jarum menghadap keatas (bila berhasil
darah akan keluar dan dapat dilihat dipipa abocath
- Dorong pelan–pelan abocath masuk kedalam vena, tarik pelan-pelan jarum abocath
sehingga semua pelastik abocath masuk semua kedalam vena
- Sambungkan segera abocath dengan selang infus
- Lepaskan tourniquet dan longgarkan tourniquet untuk melihat kelancaran tetesan sudah
lancer, pangkal jarum direkatkan pada kulit dengan plester(piksasi)
- Atur tetesan sesuai dengan kebutuhan
- Tutup tempat tusukan dengan kasa steril dan beri plester
- Bereskan alat dan lepas sarung tangan
- Cuci tangan
- Dokumentasi tindakan yang sudah dilakukan

- Pemberian cairan secara oral


Pemberian cairan secara oral adalah pemberian cairan melalui oral atau mulut pada klien
yang mengalami gangguan pemenuhan kebutuhan cairan dan elektrolit. Cairan ini diberikan
peroral diminum seperti biasa. Bila pasien tidak bisa meminumnya secara biasa maka akan
dilakukan pemasangan NGT.
Tujuan pemenuhan cairan secara oral yaitu :
• Untuk memenuhi kebutuhan tubuh akan nutrisi, cairan dan elektrolit sesuai dengan
program pengobatan
• Mempertahankan volume cairan pada tubuh pasien agar seimbang
• Memberikan cairan kepada pasien yang mengalami kekurangan cairan
• Menjaga keseimbangan elektrolit dan cairan di dalam tubuh

22
a. Persiapan alat :
- meja/baki
- sedotan
- sendok obat
- gelas ukur
- air minum
- lap/tissue
- perlak
- buku catatan

b. Persiapan pasien :
- jelaskan kepada pasien mengenai Tindakan yang akan dilakukan
- berikan posisi yang nyaman pada pasien. Dan berikan posisi yang sesuai dengan Tindakan
yang akan dilakukan pada pasien

c. Prosedur :
- cuci tangan
- periksa identitas pasien
- letakkan baki disamping pasien
- pasangkan perlak pada pasien
- tanyakan terlebih dahulu kepada pasien, apakah ingin minum sendiri atau dibantu oleh
nakes
- tuangkan jenis cairan sesuai dengan jumlah dan jenis yang dibutuhkan oleh pasien
- jika pasien tidak dapat minum langsung melalui gelas, maka beri pasien sedotan
- dampingi pasien hingga selesai minum
- bereskan dan rapikan alat yang digunakan
- dokumentasikan kegiatan

2.4 BODY MEKANIK PETUGAS KESEHATAN

A PENGERTIAN
Body Mekanik merupakan usaha koordinasi dari musculoskeletal dan system saraf untuk
mempertahankan keseimbangan tubuh dengantepat. Mekanika tubuh adalah cara

23
menggunakan tubuh secara efesien,yaitu tidak banyak mengeluarkan tenaga, terkoordinasi,
serta aman dalammenggerakkan dan mempertahankan keseimbangan selama beraktivitas

Body mekanik merupakan penggunaan tubuh yang efisien, terkoordinir dan aman untuk
menghasilkan pergerakkan dan mempertahankan keseimbangan selama aktifitas. Mekanik
tubuh dan ambulasi merupakan bagian dari kebutuhan manusia.

B TUJUAN
• Meningkatkan kesejajaran tubuh yang benar
• Mengehmat energi pasien
• Mencegah terjadinya cedera fisik pada pasien
• Memudahkan nakes dalam pengkoordinasian dalam melakukan suatu Tindakan

C PERSIAPAN PASIEN
• Nakes mengkaji kesejajaran tubuh pasien dan memberikan rasa nyaman pada pasien
• Berikan privasi sesuai dengan keinginan pasien

D PERSIAPAN ALAT
• Bantal
• Sampiran
• Selimut
• Tempat tidur khusus
• Balok penopang kaki

E PROSEDUR
Terdapat beberapa macam pengaturan posisi klien :
1) Posisi fowler :
- Memberitahu dan menjelaskan pada pasien Tindakan yang akan dilakukan
- Mencuci tangan
- Tinggikan kepala tempat tidur 45-60 derajat
- Topangkan kepala diatas tempat tidur atau bantal kecil
- Gunakan bantal untuk menyokong lengan dan tangan bila pasien tidak dapat
mengontrol secara sadar atau tidak dapat menggunakan tangan dan lengan

24
- Observasi kesejajaran tubuh, tingkat kenyamanan dan titik potensi tekanan
- Catat prosedur yang telah dilakukan
2) Posisi sims :
- Memberitahu dan menjelaskan pada pasien Tindakan yang akan dilakukan
- Mencuci tangan
- Tempatkan kepala datar di tempat tidur
- Tempatkan pasien dalam posisi terlentang
- Tempatkan kedua kaki pasien dan tekuk lututnya
- Miringkan pasien sampai posisi agak tengkurap
- Letakkan bantal kecil dibawah kepala
- Tempatkan satu tangan dibelakang tubuh
- Atur bahu atas sedikit abduksi atau siku fleksi
- Letakkan bantal diruang antara dada, abdomen serta lengan atas Kasur
- Letakkan bantal di ruang antara abdomen, pelvis, paha atas dan tempat tidur
- Yakinkan bahwa bahu dan pinggul berada pada bidang yang sama
- Letakkan gulungan handuk atau bantal pasir di bawah telapak kaki
- Catat prosedur yang telah dilakukan
3) Posisi trendelemburg :
- Memberitahu dan menjelaskan pada pasien Tindakan yang akan dilakukan
- Mencuci tangan
- Pasien dalam keadaan berbaring terlentang
- Tempatkan bantal diatas kepala dan ujung tempat tidur pasien
- Atur tempat tidur khusus dengan meninggikan bagian kaki pasien
- Catat prosedur yang telah dilakukan
4) Posisi dorsal recumbent :
- Memberitahu dan menjelaskan pada pasien Tindakan yang akan dilakukan
- Mencuci tangan
- Pasien dalam keadaan baring terlentang
- Pakaian bawah pasien dibuka
- Tekuk lutut dan regangkan
- Pasang selimut untuk menutupi daerah genitalia
- Catat prosedur yang telah dilakukan
5) Posisi litotomi :

25
- Memberitahu dan menjelaskan pada pasien Tindakan yang akan dilakukan
- Mencuci tangan
- Pasien dalam keadaan berbaring
- Angkat kedua paha dan Tarik keatas abdomen
- Tungkai bawah mebuat sudut 90 derajat terhadap paha
- Letakkan bagian lutut atau kaki pada penyangga di tempat tidur khusus
untuk posisi litotomi
- Catat prosedur yang telah dilakukan
6) Posisi knee chest :
- Memberitahu dan menjelaskan pada pasien Tindakan yang akan dilakukan
- Mencuci tangan
- Minta pasien untuk mengambil posisi menungging dengan kedua kaki
ditekuk dan menempel pada matras tempat tidur
- Pasang selimut untuk menutupidaerah perineal pasien
- Observasi tingkat kenyamanan pasien
- Catat prosedur yang telah dilakukan

F. INDIKASI / KONTRAINDIKASI

- indikasi :

• Pasien pasca operasi


• Pasien stroke
• Pasien yang mengalami koma
• Pasien yang mengalami kesulitan dalam bergerak dan membutuhkan bantuan orang
lain untuk beraktifitas

-kontraindikasi :

• Pasien yang mengalami fraktur tulang belakang yang tidak dapat bergerak

G. HAL- HAL YANG PERLU DIPERHATIKAN

- pastikan terlebih dahulu kondisi pasien, apakah sesuai dengan indikasi Tindakan atau
posisi yang akan dilakukan

- pastikan kondisi pasien agar tetap stabil saat melakukan tindakn body mekanik

- pastikan keaadan bed atau tempat tidur dalam keadaan layak untuk digunakan

26
H. DOKUMENTASI

- Dokumentasikan nama klien, tanggal dan jam rekam kegiatan, dan bagaimana respon
pasien terhadap Tindakan yang dilakukan
- Paraf dan nama dicantumkan jelas pada catatan pasien

27
BAB III

PENUTUP

3.1 KESIMPULAN

Mobilisasi merupakan kemampuan seseorang untuk bergerak bebas, mudah, teratur,


mempunyai tujuan memenuhi kebutuhan hidup sehat, dan penting untuk kemandirian
sedangkan imobilisasi adalah suatu pembatasan gerak atau keterbatasan fisik dari anggota
badan dan tubuh itu sendiri dalam berputar, duduk dan berjalan, hal ini salah satunya
disebabkan oleh berada pada posisi tetap dengan gravitasinya kurang seperti saat duduk atau
berbaring.

Pemindahan dan penanganan pasien adalah suatu Tindakan memindahkan pasien yang
mengalami ketidakmampuan, keterbatasan, tidak boleh melakkukan sendiri, atau tidak sadar
dari tempat tidur ke brankar yang dilakukan oleh dua atau tiga orang nakes.

Distribusi cairan tubuh berbeda tergantung dari ukuran tubuh. Pada orang dewasa, misalnya
memiliki cairan 60% dalam tubuh, anak-anak sekitar 60%-77%, bayi 77% dan manula 40%-
50%. Pada manula persentase cairan berkurang karena fungsi jaringan tubuh menurun.

Elektroli yang terdapat didalam tubuh yaitu, natrium, kalium, kalsium, magnesium, fosfat,
bikarbonat, klorida

Keseimbangan asam basa adalah suat keadaan dimana konsentrasi ion hidrogen yang
diproduksi setara dengan konsentrasi ion hidrogen yang dikeluarkan oleh sel.

Body mekanik merupakan penggunaan tubuh yang efisien, terkoordinir dan aman untuk
menghasilkan pergerakkan dan mempertahankan keseimbangan selama aktifitas. Mekanik
tubuh dan ambulasi merupakan bagian dari kebutuhan manusia.

3.2 SARAN

Saya harap makalah ini dapat membantu dan menambah wawasan para pembaca dalam
memahami Pemenuhan kebutuhan manusia seperti mobilisasi, pemenuhan kebutuhan cairan
dan elektrolit, body mekanik, dan pemindahan dan penangan pasien.Penulis menyadari
makalah ini jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu penulis menerima dengan baik kritik
dan saran yang membangun untuk makalah ini oleh para pembaca.

28
DAFTAR PUSTAKA

https://www.scribd.com/doc/315120546/Posisi-Pasien

https://www.nerslicious.com/posisi-pasien/

https://www.alomedika.com/mobilisasi-dini-pada-pasien-di-unit-perawatan-intensif

https://www.scribd.com/document/389118493/PROSEDUR-TINDAKAN-MOBILISASI

https://www.scribd.com/document/393562173/Sop-Walker

https://www.scribd.com/doc/274310710/Leaflet-ROM

https://www.scribd.com/doc/223199372/LP-MEMINDAHKAN-PASIEN-doc

https://dosen.ung.ac.id/00160793/home/2021/3/3/mengangkat-dan-memindahkan-
pasien.html

https://kesehatan.kontan.co.id/news/jaga-fungsi-tubuh-dengan-cukup-cairan

https://www.scribd.com/document/327875761/Distribusi-Dan-Komposisi-Cairan-Tubuh

https://www.alodokter.com/mengenal-berbagai-elektrolit-dalam-tubuh

https://text-id.123dok.com/document/6qmjrjl9q-mekanisme-pergerakan-cairan-dan-
elektrolit-cara-pengeluaran-cairan.html

https://www.alodokter.com/gangguan-elektrolit

https://www.kompasiana.com/amaliahtuti/54f94f0ca3331135028b4e81/konsep-dasar-
pemenuhan-kebutuhan-cairan-dan-elektrolit

29

Anda mungkin juga menyukai