NPM : 19112691
KELAS : PAI 3G
NU DAN ASWAJA
A. ORGANISASI SEBELUM NU
1. Syarikat islam
Juni 1938, Nahdlatul Ulama menyelenggarakan congres (muktamar.red) ke-13 di
Menes Banten. Salah satu agenda pembahasan dalam congres tersebut adalah terkait
aspirasi sebagian Nahdliyin yang menghendaki NU mengambil jalan politik praktis.
Karena sebelumnya, memasuki tahun 1935, muncul suara-suara dari sebagian Nahdliyin
agar NU menempatkan perwakilannya dalam lembaga politik Volksraad, semacam
Dewan Rakyat bentukan pemerintah Hindia Belanda tahun 1918.
Usul ini kemudian dibahas dalam majelis sesi kedelapan secara tertutup, yang
dihadiri oleh 53 utusan cabang. Hasilnya, 39 cabang menolak, 11 cabang setuju dan 3
abstain. Mayoritas penolakan itu beranggapan bahwa adanya wakil NU di Voolksraad
sama sekali tidak akan memberikan pengaruh apapun bagi NU, mengingat anggota
mayoritas anggota Volksraad bukan dari jam’iyah NU, bahkan banyak anggotanya yang
tidak beragama Islam. Atas penolakan ini, Hoofd Bestuur Nahdlatoel Oelama
(PBNU.red) memberikan penguatan:
Oleh karena kebanjakan dari oetoesan2 (sprekers) itoe sama menjatakan ta’
setoedjoendja kepada oesoel, maka H.B. sendiri terpaksalah djoega ta’ dapat
menentoekan akan sikapnja (pendirianja) jg pasti. Itoelah sebabnja, maka H.B. hanjalah
memberikan akan penerangannja, bahwa djalan2 jang akan ditempoeh oleh N.O. goena
menjampaikan akan segala keberatan2nja kepada pemerintah Agoeng, masihlah amat
banjaknja. Ta’ boleh tidak oesaha2 jang dilakukan oleh N.O. itoe tentoe akan mendapat
perhatiannja pemerintah. Dari itoe tiadalah perloe N.O. mempunjai wakilnja di dalam
raad2 pemerintah tadi (Verslag Congres N.O. ke-XIII, 1938: 74).
Adapun godaan untuk terlibat dalam politik praktis ini menyeruak di kalangan
sebagian Nahdliyin adalah manakala sebagian kader NU mendapati sebuah realitas
tentang menurunnya pamor Sarekat Islam selepas ditinggal wafat HOS. Cokroaminoto.
Para kader muda NU pengusung politik praktis tersebut juga berharap dapat mengambil
alih peran dari beberapa partai politik yang dikekang pemerintah Hindia Belanda, berikut
peran tokoh-tokoh pergerakan yang banyak diasingkan.
Para sesepuh NU berkaca pada perpecahan Sarekat Islam di tahun 1920-an, yang
justru salah satunya disebabkan oleh polemik keberadaan Volksraad. Pada saat itu,
Sarekat Islam yang mengambil jalan perjuangan secara kooperatif, menempatkan
wakilnya di Volksraad, seperti HOS Tjokroaminoto, Agus Salim, dan Abdul Moeis.
Pilihan para pimpinan Central Sarekat Islam (CSI) tersebut menimbulkan kekecewaan
dan protes di kalangan sebagian kader Sarekat Islam yang menghendaki jalan perjuangan
non-kooperatif, dan ingin bergerak secara revolusioner. Protes muncul dari berbagai
cabang SI di daerah, dipimpin oleh Semaun, ketua Sarekat Islam Cabang Semarang.
Mereka berkeyakinan bahwa Voolksraad hanya akal-akalan kaum Kolonial untuk
mengelabui rakyat dan tokoh-tokoh pergerakan.
2. Muhammadiyah
Lahirnya Muhammadiyah pada tanggal 8 Zulhijjah 1330 H (18 November
1912) di Yogyakarta , dan sejarah hidup pendiri awalnya yakni KH. Ahmad Dahlan,
karna dari pemikiran dan usaha beliaulah lahirnya embrio organisasi yang kemudian
setelah mengalami perputaran waktu berubah menjadi seperti dan sebesar sekarang
ini.
KH. Ahmad Dahlan dilahirkan di Yogyakarta pada tahun 1869 dengan
nama kecilnya adalah Muhammad Darwis 7 anak dari KH Abu Bakar bin Kiyai
Sulaiman, khatib di Masjid sultan di kota itu, ibunya adalah anak dari Haji
Ibrahim penghulu.Seteleh ia menyelesaikan pendidikan dasarnya dalam ilmu
nahu, fiqhi dan tafsir di Yogya dan sekitarnya, ia pergi ke Mekkah ( tahun 1890 )
dan belajar kepada Syaikh Ahmad Khatib yang merupakan salah saorang dari
guru-guru beliau selama di kota Mekkah, dan sekitar tahun 1903 ia kembali
mengunjungi Indonesia.
3. Boedi oetomo
Dalam tahun 1909 Ahmad Dahlan masuk organisasi Budi Utomo dengan
maksud memberikan pelajaran agama kepada anggota-anggotanya, dengan jalan
ini ia berharap dapat memberikan pelajaran agama di sekolah-sekolah pemerintah,
karena anggota-anggota budi Utomo pada umumnya bekerja di sekolah-sekolah
pemerintah.
Ada beberapa alasan yang dikemukakan oleh kalangan Muhammadiyah
yang menjadi faktor didirikannya organisasi ini Oleh KH. Ahmad Dahlan antara
lain :
1). Ia melihat bahwa umat Islam tidak memegang teguh al-Qur’an dan Sunnah dalam
beramal sehingga takhayul dan syirik merajalela, ahlak masyarakat runtuh.
Akibatnya,amalan-amalan mereka merupakan campuran antara yang benar dan salah.
Sebagaimana diketahui,orang-orang Indonesia sudah beragama Hindu sebelum
datangnya Islam. Menurut catatan sejarah, agama Hindu dibawah pertama kali masuk
Indonesia oleh pedagang-pedagang India sehingga pengaruhnya tidak terlepas dari
umat Islam.
2). Lembaga-lembaga pendidikan agama yang ada pada waktu itu tidak efisien.
Pesantren, yang menjadi lembaga pendidikan kalangan bawah, pada masa itu dinilai
tidak sesuai lagi dengan perkembangan kebutuhan masyarakat. Pada waktu itu
pendidikan di Indonesia telah terpecah dua, yaitu pendidikan secular yang
dikembangkan oleh Belanda dan pedidikan pesantren yang hanya mengajarkan ilmu-
ilmu yang berhubungan dengan agama. Akibatnya terjadi jurang pemisah yang sangat
dalam antara golongan yang mendapat pendidikan secular dan golongan yang
mendapatkan pendidikan di pesantren. Ini juga mengakibatkan terpecah rasa
persaudaraan (Ukhuwah Islamiyah) di kalangan umat Islam dan semakin melemahnya
kekuatan umat Islam.
3). Kemiskinan menimpa rakyat Indonesia, terutama umat Islam, yang sebagian besar
adalah petani dana buruh. Orang kaya hanya mementingkan dirinya sendiri, dan
bahkan banyak ulama lupa mengingatkan umatnya bahwa Islam mewajibkan zakat
bagi si kaya, sehingga hak-hak orang miskin terabaikan.
4). Aktivitas misi Katolik dan Protestan sudah giat beroperasi sejak awal abad ke-19
dan bahkan sekolah-sekolah misi mendapat subsidi dari pemerintah Hindia Belanda.
5). Kebanyakan umat Islam hidup dalam alam fanatisme yang sempit, bertaklid buta,
serta berpikir secara dogmatis. Kehidupan umat Islam masih diwarnai konservatisme,
formalisme, dan tradisionalisme.
Mulanya daerah operasional Muhammadiyah sangat terbatas, hanya di
Kauman Yogyakarta saja. Setelah kongres Budi Utomo (1917) dimana Ahmad
Dahlan menyampaikan pidatonya yang sangat memukau peserta kongres,
sehingga pengurus Muhammadiyah menerima permintaan dari berbagai tempat
untuk mendirikan cabang3cabangnya, untuk maksud tersebut anggaran dasarnya
yang membatasi pada kegiatan3kegiatan di Yogyakarta saja, haruslah terlebih
dahulu dirobah, maka pada tahun 1920 daerah kegiatan Muhammadiyah diluaskan
meliputi seluruh pulau Jawa dan pada tahun 1921 ke seluruh Indonesia.
Organisasi wanitanya bernama Aisyiyah, semula merupakan suatu
organisasi yang terdiri dari kaum wanita di Yogyakarta yang berdiri pada tahun
1918 dengan nama Sopotrisno, kemudian tahun 1922 organisasi ini resmi menjadi
bagian dari Muhammadiyah, kemudian disusul dengan berdirinya Hizbul Wathan
dan majelis3majelis lainnya.
Organisasi Muhammadiyah senantiasa terpanggil untuk berkiprah dalam
kehidupan berbangsa dan bernegara dengan berlandaskan pada 9 khittah perjuangan
diantaranya adalah Muhammadiyah meminta kepada segenap anggotanya yang akti
dalam politik untuk brnar benar melaksanakan tugas dan kegiatan politik secara
bersunguh-sunguh dengan mengedepankan tanggun jawab (al-amanah), akhlak mulia
(al- akhlak al-karimah), keteladanan (al- Uswah al-hasanah), dan perdamaian (al-
islah). Dan segala aktivitasnya harus sejalan dengan upaya memperjuangkan amar
ma’ruf nahi munkar.
B. SEJARAH NU
C. LOGO NU
2. Peta Indonesia
Lambang NU yang kedua adalah Peta Indonesia yang terlihat pada Globe
(Bola Dunia). Peta Indonesia tersebut melambangkan bahwa NU berdiri di Indonesia
dan berjuang untuk kejayaan NKRI.
3. Tali Bersimpul
4. Bintang
D. TOKOH-TOKOH NU
8. KH Syam’un
Ia merupakan pengurus NU di Serang, Banten. Ia pernah hadir di Muktamar
NU keempat di Semarang pada 1929, pada Muktamar NU kelima di Pekalongan 1930
dan pada Muktamar NU kesebelas di Banjarmasin pada 1936.
KH Syam'un adalah sosok ahli bahasa, menguasai tiga bahasa asing dan
pernah mengajar di Arab Saudi pada masa mudanya, ketika kembali ke tanah air, ia
bergabung dengan kelaskaran. Ia pernah menjadi perwira tentara sukarela Pembela
Tanah Air (PETA). Pernah menjadi Komandan Batalyon berpangkat daidancho atau
mayor tahun 1943. Tahun 1944 dilantik jadi Komandan Batalion PETA berpangkat
mayor, memimpin 567-600 orang pasukan.
Saat TKR dibentuk 5 Oktober 1945, pangkatnya naik jadi kolonel, Komandan
Divisi l TKR dengan memimpin 10.000 orang pasukan. Tahun 1948, ia naik pangkat
brigadir jenderal. Ia memimpin gerilya di wilayah Banten, sampai wafatnya tahun
1949. Ia ditetapkan sebagai Pahlawan Nasional oleh pemerintah RI pada 8 November
2018.
9. KH Masykur
KH Masjkur adalah tokoh Nahdlatul Ulama pernah menjadi anggota Badan
Penyelidik Usaha-usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia (BPUPKI). Di antara
kontribusinya semasa hidup adalah ikut terlibat merumuskan Pancasila sebagai dasar
negara. KH Masykur juga tercatat selaku pendiri Pembela Tanah Air (Peta) yang
kemudian menjadi unsur laskar rakyat dan TNI di seluruh Jawa. Ketika pertempuran
10 November 1945, namanya muncul sebagai pemimpin Barisan Sabilillah.
Ia pernah menjadi Menteri Agama Indonesia pada 1947 hingga 1949 dan 1953
sampai 1955. Ia juga pernah menjadi anggota Dewan Perwakilan Rakyat RI periode
1956 sampai 1971 dan anggota Dewan Pertimbangan Agung pada 1968. Selain itu,
Kiai Masykur ikut serta membangun moral anak bangsa dengan mendirikan Yayasan
Sabililah, lembaga masyarakat yang bergelut di bidang pendidikan. Ia ditetapkan
pemerintah sebagai pahlawan nasional oleh pemerintah pada 8 November 2019
REFERENSI
http://etheses.iainkediri.ac.id/1893/2/933100412_bab%202.pdf
http://www.abusyuja.com/2019/10/arti-lambang-nu-dan-tujuannya.html
https://www.nu.or.id/post/read/83084/inilah-tokoh-tokoh-nu-bergelar-pahlawan-nasional
https://jabar.nu.or.id/detail/inilah-9-tokoh-nu-yang-bergelar-pahlawan-nasional
https://media.neliti.com/media/publications/240278-organisasi-islam-dan-pengarunya-pada-huk-
88bc1580.pdf
https://www.nu.or.id/post/read/120737/congres-ke-13-nu--volksraad--dan-perpecahan-sarekat-islam