vii
akan menyebabkan penderita terus menerus pengkajian didapatkan pasien tampak komat
terganggu oleh halusinasi tersebut. Semakin kamit, tidak ada kontak mata, dan terlihat
lama dibiarkan maka akan semakin berat kotor. Pasien belum mampu mengontrol
(Reliani, 2015). halusinasinya. Keluarga pasien mengatakan
Berdasarkan fenomena diatas, peneliti pasien hanya pernah dibawa ke dukun tidak
tertarik untuk melakukan penelitaian dengan pernah di bawa ke rumah sakit jiwa, karena
judul “asuhan keperawatan orang dengan keterbatasan biaya. Keluarga berharap ada
gangguan jiwa halusinasi dengar dalam bantuan dari pihak pemerintah dalam
mengontrol halusinasi di wilayah UPTD pengobatan pasien agar dapat sembuh seperti
Puskesmas Sukorejo Kota Blitar” dulu lagi.
Hal ini sesuai dengan pendapat dari
METODE PENELITIAN (Yusuf, 2015) bahwa salah satu faktor
Penelitian ini menggunakan desain penyebab dari ketidak mampuan pasien
penelitian studi kasus. Subyek penelitian dalam mengontrol halusinasi antaralain
studi kasus ini adalah dua orang dengan faktor sosial, yang meliputi faktor
gangguan jiwa halusinasi dengar di wilayah kesetabilan keluarga, pola mengasuh anak,
UPTD Puskesmas Sukorejo Kota Blitar. tingkat ekonomi, fasilitas kesehatan, dan
Pengumpulan data dilakukan dengan kesejahteraan yang memadai.
obervasi dan wawancara. Waktu Menurut peneliti faktor tersebut
pengambilan data dilakukan pada bulan Juni saling berkaitan. Tingkat ekonomi dan
2018. fasilitas kesehatan sangatlah berpengaruh
pada proses kesembuhan pasien gangguan
HASIL PENELITIAN jiwa. Oleh sebab itu dibutuhkan kerjasama
Adapun hasil dan pembahasan penelitian antara keluarga dan pihak puskesmas dalam
studi kasus berdasarkan hasil wawancara dan proses pengobatan pasien.
observasi asuhan keperawatan orang dengan Sedangkan pengkajian pada pasien 2
gangguan jiwa halusinasi dengar dalam dilakukan pada tanggal 23 Juni 2018
mengontrol halusinasi. Fokus studi yang menggunakan metode wawancara dan
dipaparkan yaitu pasien mampu menghardik observasi. Pada Ny. B didapatkan bahwa
halusinasi, pasien dapat melaukakan aktivitas sudah mengalami gangguan jiwa kurang
terjadwal, pasien mampu berbincang-bincang lebih 15 tahun yang lalu. Pasien mengatakan
dengan oranhg lain serta pasien mampu senang saat halusinasi itu muncul. Pasien
minum obat dengan benar. mengatakan pernah dua kali dirawat di
Pada hari pertama peneliti memilih rumah sakit jiwa. Keluarga mengatakan Ny.
Partisipan yang sesuai dengan kriteria yaitu B mampu minum obat dengan teratur dan
orang dengan gangguan jiwa halusinasi beraktivitas seperti biasa namun terkadang
dengar, bersedia menjadi Partisipan dan masih bicara sendiri, dan tertawa sendiri,
menandatangani informed consent, dapat apabila diingatkan untuk menghardik dan
berkomunikasi dengan baik. Kemudian menutup telinganya pasien selalu marah.
peneliti memilih Partisipan sebanyak 2 yaitu Hal ini sesuai dengan pendapat
Ny.M (Partisipan I), Ny.B (Partisipan II). Friedman (2014) yang mengatakan bahwa
dukungan keluarga adalah suatu bentuk
PEMBAHASAN bantuan yang diberikan salah satu anggota
1. Pengkajian keluarga untuk memberi kenyamanan dan
Peneliti melakukan pengkajian psikologis pada saat seseorang mengalami
kepada pasien dengan menggunakan sakit.
pendekatan kepada pasien dan keluarga. Menurut peneliti dukungan keluarga
Pengkajian pada Ny. M dilakukan pada sangatlah penting untuk proses kesembuhan
tanggal 05 Juni 2018 menggunakan metode pasien dengan gangguan jiwa. Tanpa adanya
wawancara dan observasi. Pada saat dukungan keluarga proses penyembuhan
viii
tidak optimal. Sedangkan orang dengan merupakan upaya mengatasi halusinasi.
gangguan jiwa sangat memerlukan perhatian Tujuan khusus ketiga (TUK 3), Pasien dapat
yang lebih.. mengontrol halusinasi dengan melakukan
aktivitas terjadwal. Rasionalnya adalah
2. Diagnosis Keperawatan tindakan yang dilakukan pasien merupakan
Perumusan diagnose pada penelitian upaya mengontrol halusinasi. Tujuan khusus
ini menggunakan NANDA 2015-2017 yakni keempat (TUK 4), Pasien dapat mengontrol
gangguan persepsi. Dengan faktor halusinasi dengan minum obat secara benar.
berhubungan dan batasan karakteristik Rasionalnya adalah untuk membantu
disesuaikan dengan keadaan yang ditemukan mempercepat kesembuhan pasien.
pada tiap tiap partisipan. Topik yang diteliti Menurut Nurjannah, (2005) rencana
yakni kemampuan mengontrol halusinasi tindakan keperawatan merupakan
dengar. serangkaian tindakan yang dapat mencapai
Diagnosa keperawatan yang didapat setiap tujuan khusus. Perencanaan
pada Ny. M Gangguan persepsi sensori keperawatan meliputi perumusan tujuan,
halusinasi berhubungan dengan kurangnya tindakan, dan penilaian rangkaian asuhan
kemampuan financial keluaraga. Hal ini keperawatan pada pasien berdasarkan
peneliti rumuskan berdasarkan keluhan yang analisis pengkajian agar masalah kesehatan
disampaikan yaitu keinginan untuk dan keperawatan pasien dapat teratasi.
melakukan perawatan namun tidak memiliki Menurut Akemat dan Keliat, (2010) tujuan
biaya. umum yaitu berfokus pada penyelesaian
Diagnosa keperawatan yang didapat permasalahan dari diagnosis keperawatan
pada Ny. B Gangguan persepsi sensori dan dapat dicapai jika serangkaian tujuan
halusinasi berhubungan dengan kurangnya khusus tercapai. Tujuan khusus berfokus
dukungan keluarga. Hal ini peneliti pada penyelesaian penyebab dari diagnosis
rumuskan berdasarkan hasil wawancara, keperawatan. Tujuan khusus merupakan
keluarga jarang memberikan perhatian lebih rumusan kemampuan pasien yang perlu
karena sering diancam saat mengingatkan dicapai atau dimiliki. Kemampuan ini dapat
menghardik bervariasi sesuai dengan masalah dan
3. Perencanaan kebutuhan pasien. Kemampuan pada tujuan
Pencana keperawatan yang penulis khusus terdiri atas tiga aspek yaitu
lakukan pada Ny. M dan Ny. B dengan kemampuan kognitif, kemampuan psikomor,
gangguan persepsi sensori : halusinasi dan kemampuan afektif yang perlu dimiliki
pendengaran yaitu dengan tujuan umum pasien untuk menyelesaikan masalahnya.
(TUM) agar pasien dapat mengontrol Pada penelitian ini perencanaan yang
halusinasi yang dialaminya. Dan dengan diberikan pada Ny. M dan Ny. B berfokus
empat tujuan khusus (TUK) gangguan pada tujuan umum untuk mengetahui
persepsi sensori halusinasi pendengaran, kemampuan orang dengan gangguan jiwa
antara lain : tujuan khusus pertama (TUK 1), mengontrol halusinasi dengar. Dengan
Pasien dapat membina hubungan saling perencanaan penyelesaian masalah pasien
percaya, Pasien dapat mengenal dapat menerapkan empat cara mengontrol
halusinasinya (jenis, waktu, isi, situasi, halusinasi.
frekuensi, dan respon saat timbulnya 4. Implementasi
halusinasi), Pasien dapat mengontrol Implementasi yang peneliti lakukan
halusinasi dengan menghardik. Rasionalnya pada pasien satu dan dua secara garis besar
adalah untuk mengetahui seperti apa kondisi sama, yang membedakan ialah keterampilan
pasien. Tujuan khusus kedua (TUK 2), yang peneliti ajarkan. Hal ini disebabkan
Pasien dapat mengontrol halusinasi dengan karena temuan peneliti pada pemgkajian
berbincang-bincang. Rasionalnya adalah bahwa pasien pertama belum mampu
tindakan yang biasa dilakukan pasien melakukan teknik mengontrol halusinasi dan
ix
keluarga menginginkan untuk pasien pertama halusinasi. Data objektif pasien tampak
diajarkan teknik mengontrol halusinasi. Jadi berbicara sendiri, melamun tidak ada kontak
peneliti mengajarkan teknik mengenali mata dan diam saja apabila tidak disuruh.
halusinasi, menghardik halusinasi, Belum teratasi karena belum sesuai dengan
mengontrol halusinasi dengan berbincang- kriteria hasil yaitu pasien mampu mengontrol
bincang, melakukan aktivitas terjadwal dan halusinasi.
minum obat secara teratur. Sedangkan pada Evaluasi akhir pada tanggal 27 Juni
pasien kedua terdapat perbedaan yaitu, 2018 pada pasien kedua Ny. B dengan
pasien sudah mempu mengontrol halusinasi gangguan persepsi sensori halusinasi dengar
dengan cara melakukan aktivitas terjadwal, dari jangka waktu 4x24 jam didapatkan data
berbincang-bincang dengan orang lain, dan subjektif keluarga menyatakan senang karena
minum obat dengan teratur. Sehingga peneliti sudah diajarkan teknik mengontrol
hanya mengajarkan teknik mengenali halusinasi, keluarga menyatakan pasien
halusinasi dan menghardik halusinasi. mampu melakukan beberapa teknik
Perbedaan teknik mengontrol mengontrol halusinasi. Data objektif pasien
halusinasi antara pasien pertama Ny. M tampak berbicara sendiri saat halusinasi itu
dengan pasien kedua Ny. B terjadi karena datang, pasien dapat berbincang-bincang
faktor pelayanan pemgobatan yang pernah dengan orang lain, pasien mampu melakukan
dijalani pada masing-masing pasien. Pada aktivitas terjadwal, dan minum obat secara
pasien pertama Ny. M belum pernah teratur. Namun, pasien belum mampu
menjalankan pengobatan di fasilitas menghardik halusinasi. Teratasi sebagian
kesehatan, jadi Ny. M tidak mampu karena belum sesuai dengan kriteria hasil
melakukan teknik mengontrol halusinasi. yaitu pasien mampu mengontrol halusinasi.
Sedangkan pasien kedua Ny. B sudah pernah
mendapatkan pengobatan di fasilitas KESIMPULAN DAN SARAN
kesehatan dan sudah mampu melakukan Kesimpulan
beberapa teknik mengontrol halusinasi. Berdasarkan pada tujuan laporann
Hal ini sesuai dengan pendaapat Asih kasus yang penulis buat maka peneliti
& Pratiwi (2010) yang menyatakan kebiasaan menyimpulkan beberapa hal antara lain :
adalah perbuatan sehari-hari yang dilakukan 1. Penggkajian pada pasien dengan
secara berulang-ulang dalam hal yang sama, gangguan persepsi sensori halusinasi
sehingga menjadi kebiasaan dan ditaati oleh dengar, hasil yang didapatkan saat
masyarakat. pengkajian Ny. M dan Ny. B berbeda
Menurut pendapat peneliti tindakan pada aktivitas yang dilakukan. Hal ini
asuhan keperawatan yang diberikan kepeda berpengaruh terhadap kemampuan pasien
Ny. M dan Ny. B berbeda, dikarenakan dalam melakukan teknik mengontrol
bahwa kebutuhan Ny. M yang belum bisa halusinasi, pasien pertama Ny.M belum
melakukan beberapa teknik mengontrol mampu melakukan teknik mengontrol
halusinasi dan keluarga belum mampu halusinasi, sedangkan Ny. B sudah
membimbing Ny. M mengontrol halusinasi mampu melakukan beberapa teknik
dalam proses penyambuhan. mengontrol halusinasi.
5. Evaluasi 2. Berdasarkan hasil pengkajian yang
Evaluasi akhir pada tanggal 8 Juni dilakukan terhadap pasien pertama Ny.M
2018 pada pasien pertama Ny. M dengan dan pasien kedua Ny. B diagnosa yang
gangguan persepsi sensori halusinasi dengar muncul adalah gangguan persepsi sensori.
dari jangka waktu 4x24 jam didapatkan data Pada pasien pertama Ny. M dengan
subjektif keluarga menyatakan senang karena diagnosa Gangguan Persepsi Sensori
sudah diajarkan teknik mengontrol Halusinasi Dengar berhubungan dengan
halusinasi, keluarga menyatakan pasien tidak kurangnya kemampuan finansial keluarga
mampu melakukan teknik mengontrol ditandai dengan tidak mampunya pasien
x
berobat di pelayanan kesehatan. Pada kemampuan mengontrol halusinasi belum
pasien kedua Ny. B dengan diagnosa tercapai dan intervensi dapat dilanjutkan.
Gangguan Persepsi Sensori Halusinasi
Dengar berhubungan dengan kurangnya Saran
dukungan keluarga yang ditandai dengan 1. Bagi Peneliti
keluarga sering diancam oleh pasien saat Peneliti mendapat ilmu, pengalaman,
mengingatkan menghardik halusinasi. dan pengetahuan tambahan tentang asuhan
3. Rencana asuhan keperawatan pada pasien keperawatan orang dengan gangguan jiwa
Gangguan Persepsi Sensori Halusinasi halusinasi dengar dalam mengontrol
Dengar antara lain : (1) Pasien dapat halusinasi di wilayah UPTD Puskesmas
membina hubungan saling percaya, pasien Sukorejo Kota Blitar.
dapat mengenali halusinasinya (jenis, 2. Bagi Perguruan Tinggi
waktu, isi, situasi, frekwensi, dan respon Setelah dilakukan penelitian ini, diharapkan
saat timbulnya halusinasi), pasien dapat penelitian in dapat berguna sebagai data
mengontrol halusinasi dengan dasar jika ingin menggunakan pada
menghardik), (2) Pasien mampu penelitian selanjutnya.
mengontrol halusinasi dengan berbincang- 3. Bagi Peneliti Lain
bincang, (3) Pasien dapat mengontrol Dari penelitian yang dilakukan oleh peneliti
halusinasi dengan melakukan aktivitas tentang asuhan keperawatan orang dengan
terjadwal, (4) Pasien dapat mengontrol gangguan jiwa halusinasi dengar dalam
halusinasi dengan minum obat secara mengontrol halusinasi di wilayah UPTD
benar. Puskesmas Sukorejo Kota Blitar, saran bagi
4. Implementasi keperawatan yang peneliti selanjutnya yaitu sebaiknya
dilakukan untukmengatasi Gangguan mengembangkan pedoman wawancara dan
Persepsi Sensori Halusinasi Dengar observasi dari penelitian ini, sehingga
berfokus pada kemampuan mengontrol jawaban pasien dapat mengarah pada tujuan
halusinasi. Pada pasien pertama Ny. M secara
diajarkan teknik mengontrol halusinasi
meliputi : a) Mengenali halusinasi dan DAFTAR RUJUKAN
menghardik, b) Mengontrol halusinasi
dengan bercakap-cakap dengan orang lain, Ah, Yusuf dkk.(2015). Buku Ajar
c) Mengontrol halusinasi dengan Keperawatan Kesehatan Jiwa. Jakarta:
melakukan aktivitas terjadwal, d) Salemba Medika.
Mengontrol halusinasi dengan minum
obar secara benar. Pada pasien kedua Ny. Dalami, E. 2010. Konsep Dasar
B diajarkan teknik mengontrol halusinasi Keperawatan Kesehatan Jiwa.
meliputi : Mengenali halusinasi dan Jakarta: TIM.
menghardik halusinasi.
5. Evaluasi pada penelitian ini Damaiyanti, M & Iskandar. 2012. Asuhan
menggunakan metode formatif/ yang Keperawatan Jiwa. Bandung: PT.
sedang berjalan dan sumatif/ evaluasi Refika Aditama.
akhir. Pada evaluasi formatif masing-
masing pasien menunjukkan peningkatan Dr. Budi Anna Keliat, S.Kp, M.App.Sc dkk.
dalam mengontrol halusinasinya secara (2007). Manajemen Keperawatan
bertahap sesuai dengan teknik mengontrol Psikososial dan Kader Kesehatan Jiwa.
halusinasi yang diajarkan. Pada evaluasi Jakarta: EGC.
akhir salah satu pasien belum mampu
melakukan teknik mengontrol halusinasi Ermawati Dalami, S.Kp dkk.(2009).Asuhan
yang diajarkan. Dengan demikian Keperawatan Klien Dengan Gangguan
Jiwa. Jakarta: CV. Trans Info Media.
xi
Herdman,T. Heather., Kamitsuru Shigemi.
2016. Diagnosis Keperawatan Definisi
& Klasifikasi 2015-2017 Edisi 10.
Jakarta : EGC.
5. Tujuan Penelitian
tujuan umum (TUM) agar pasien dapat
mengontrol halusinasi yang dialaminya. Dan
dengan empat tujuan khusus (TUK)
xii
gangguan persepsi sensori halusinasi Peneliti mendapat ilmu, pengalaman, dan
pendengaran, antara lain : pengetahuan tambahan tentang asuhan
a. tujuan khusus pertama (TUK 1) keperawatan orang dengan gangguan jiwa
Pasien dapat membina hubungan saling halusinasi dengar dalam mengontrol
percaya, Pasien dapat mengenal halusinasi di wilayah UPTD Puskesmas
halusinasinya (jenis, waktu, isi, situasi, Sukorejo Kota Blitar.
frekuensi, dan respon saat timbulnya b. Bagi Perguruan Tinggi
halusinasi), Pasien dapat mengontrol Setelah dilakukan penelitian ini, diharapkan
halusinasi dengan menghardik. Rasionalnya penelitian in dapat berguna sebagai data
adalah untuk mengetahui seperti apa kondisi dasar jika ingin menggunakan pada
pasien. penelitian selanjutnya.
b. Tujuan khusus kedua (TUK 2) c. Bagi Peneliti Lain
Pasien dapat mengontrol halusinasi dengan Dari penelitian yang dilakukan oleh peneliti
berbincang-bincang. Rasionalnya adalah tentang asuhan keperawatan orang dengan
tindakan yang biasa dilakukan pasien gangguan jiwa halusinasi dengar dalam
merupakan upaya mengatasi halusinasi. mengontrol halusinasi di wilayah UPTD
c. Tujuan khusus ketiga (TUK 3) Puskesmas Sukorejo Kota Blitar, saran bagi
Pasien dapat mengontrol halusinasi dengan peneliti selanjutnya yaitu sebaiknya
melakukan aktivitas terjadwal. Rasionalnya mengembangkan pedoman wawancara dan
adalah tindakan yang dilakukan pasien observasi dari penelitian ini, sehingga
merupakan upaya mengontrol halusinasi. jawaban pasien dapat mengarah pada tujuan
d.Tujuan khusus keempat (TUK 4) secara
Pasien dapat mengontrol halusinasi dengan
minum obat secara benar. Rasionalnya 8. Manfaat yang didapatkan
adalah untuk membantu mempercepat Kita dapat pemahaman bagaiman
kesembuhan pasien. menghadapi gangguan halusinasi pada
pasien.
6. Hasil Penelitian
Adapun hasil dan pembahasan penelitian
studi kasus berdasarkan hasil wawancara dan
observasi asuhan keperawatan orang dengan
gangguan jiwa halusinasi dengar dalam
mengontrol halusinasi. Fokus studi yang
dipaparkan yaitu pasien mampu menghardik
halusinasi, pasien dapat melaukakan aktivitas
terjadwal, pasien mampu berbincang-bincang
dengan oranhg lain serta pasien mampu
minum obat dengan benar.
Pada hari pertama peneliti memilih Partisipan
yang sesuai dengan kriteria yaitu orang
dengan gangguan jiwa halusinasi dengar,
bersedia menjadi Partisipan dan
menandatangani informed consent, dapat
berkomunikasi dengan baik. Kemudian
peneliti memilih Partisipan sebanyak 2 yaitu
Ny.M (Partisipan I), Ny.B (Partisipan II).
xiii