BAB I PENDAHULUAN
BAB II PEMBAHASAN
E. Komentar .............................................................................................................. 15
A. Kesimpulan................................................................................................................ 16
B. Saran........................................................................................................................... 17
PENDAHULUAN
Dalam makalah ini kita akan mempelajari perkembangan filsafat Yunani dalam pertengahan
kedua abad ke-5 SM. Zaman ini meliputi baik aliran yang disebutkan Sofistik maupun filsafat
Sokrates. Kita akan melihat bahwa Sokrates tidak begitu bersahabat dengan kaum Sofis.
Filsafat Sokrates sebagian dapat dimengerti sebagai reaksi serta kritik atas pendapat-pendapat
kaum Sofis. Namun demikian, ada alasan juga untuk membicarakan mereka berdua dalam
bab yang sama. Bukan saja mereka hidup dalam zaman yang sama, melainkan juga mereka
Filsuf dan sastrawan Roma yang bernama Cicero akan mengatakan bahwa Sokrates telah
memindahkan filsafat dari langit ke atas bumi. Maksudnya bahwa filsafat pra-sokratis, telah
memandang alam semesta dengan rupa-rupa cara, sedangkan Sokrates mencari obyek
penyelidikannya di bumi ini, yakni manusia. hal yang sama dapat dikatakan juga tentang
kaum Sofis. Mereka pun memusatkan seluruh perhatiannya pada manusia. Ketika kita
mempelajari filsafat pra-sokratis, sudah beberapa kali kita bertemu dengan persoalan-
persoalan yang menyangkut manusia, tetapi hanya sepintas lalu. Dalam zaman ini manusia
B. Rumusan Masala
2. Apa ciri-ciri dan Faktor apa saja yang menyebabkan munculnya sofistik.?
PEMBAHASAN
1. Sejarah Sofisme
Sofis adalah nama yang diberikan kepada sekelompok filsuf yang hidup dan berkarya
pada zaman yang sama dengan Sokrates. Mereka muncul pada pertengahan hingga akhir abad
ke-5 SM.
Meskipun sezaman, kaum sofis dipandang sebagai penutup era filsafat pra-sokratik
sebab Sokrates akan membawa perubahan besar di dalam filsafat Yunani. Golongan sofis
bukanlah suatu mazhab tersendiri, sebab para filsuf yang digolongkan sebagai sofis tidak
memiliki ajaran bersama ataupun organisasi tertentu. Karena itu, sofisme dipandang sebagai
suatu gerakan dalam bidang intelektual di Yunani saat itu yang disebabkan oleh beberapa
Kaum Sofis muncul pada pertengahan abad ke-5 SM. Beberapa orang filsuf sofis yang
terkenal tidak berasal dari Athena, namun semua nya pernah mengunjungi dan berkarya di
Athena.
2. Pengertian Sofisme
Sofisme berasal dari kata sofis yang berarti cerdik, pandai.Namun kemudian
berkembang artinya menjadi bersilat lidah. Sebab kaum sofis cara menyampaikan filsafatnya
dengan hal berkeliling ke kota-kota dan ke pasar-pasar. Para pemuda dilatih kemahiran
berdebat dan berpidato. Kepandaian itu untuk mempertahankan apa yang dianggap benar.
B. Ciri-ciri dan Faktor Yang Menyebabkan Munculnya Sofistik
Beberapa cirri sofistik yaitu, Aliran yang disebut Sofistik tidak merupakan suatu
mazhab, yang dapat dibandingkan dengan mazhab Elea umpamanya. Bertentangan dengan
suatu mazhab, para sofis tidak mempunyai ajaran bersama. Sebaiknya Sofistik dipandang
sebagai suatu aliran atau pergerakan dalam bidang intelektual yang disebabkan oleh beberapa
factor yang timbul dalam zaman itu. Tetapi sebelum kita memandang factor-faktor itu, lebih
dahulu sepatah kata harus dikatakan tentang sanam “Sofis”. Nama “Sofis” (sophistes) tidak
digunakan sebelum abad ke-5. arti yang tertua adalah “seorang bijaksana” atau “seorang yang
Terlalu cepat kata ini dipakai dalam arti “sarjana” atau “cendikiawan”. Herodotos
memakai nama sophistes untuk Pythagoras. Pengarang Yunani yang bernama Androtion
(abad ke-4 SM) mempergunakan nama ini untuk menunjukkan “ketujuh orang bijaksana”
dari abad ke-6 dan Sokrates. Lysias, ahli pidato Yunani yang hidup sekitar permulaan abad
ke-4 nama philoshopos menjadi nama yang biasa dipakai dalam arti “sarjana” atau
“cendikiawan”, sedangkan nama sophists khusus dipakai untuk guru-guru yang berkeliling
dari kota ke kota dan memainkan peranan penting dalam masyarakat Yunani sekitar
pertengahan kedua abad ke-5. di sini kita juga mempergunakan kata “Sofis” dalam arti
terakhir ini.
Pada kemudian hari nama “Sofis” tentu tidak harum. Akibatnya masih terlihat dalam
tidak sah. Cara berargumentasi yang dibuat dengan maksud itu dalam bahasa Inggris disebut
“sophism” atau “sophistery”. Terutama Sokrates, Plato dan Aristoteles denga kritiknya atas
kaum Sofis menyebabkan nama “sofis” berbau jelek. Salah satu tuduhan adalah bahwa para
warung yang menjual barang rohani” (313 c). dan Aristoteles mengarang buku yang berjudul
Demikianlah para Sofis memperoleh nama yang jelek, hal mana masih dapat
dirasakan sampai pada hari ini, sebagaimana nyata dengan contoh-contoh dari bahasa Inggris
Pertama Sesudah perang Parsi selesai (tahun 449 SM), Athena berkembang pesat dalam
bidang politik dan ekonomi. Di bawah pimpinan Periklespolis inilah yang menjadi pusat
seluruh dunia Yunani. Sampai saat itu Athena belum mengambil bagian dalam filsafat dan
ilmu pengetahuan yang sedang berkembang sejak abad ke-6. Tetapi sering kali dalam sejarah
dapat kita saksikan bahwa negara atau kota yang mengalami zaman keemasan dalam bidang
politik dan ekonomi menjadi pusat pula dalam bidang intelektual dan cultural.
Demikian halnya juga dengan kota Athena. Kita sudah melihat bahwa Anaxagoras
adalah filsuf pertama yang memilih Athena sebagai tempat tinggalnya. Para Sofis tidak
membatasi tidak membatasi aktivitasnya pada polis Athena saja. Mereka adalah guru-guru
yang bepergian keliling dari satu kota ke kota lain. Tetapi Athena sebagai pusat cultural yang
baru mempunyai daya tarik khusus untuk kaum sofis. Protagoras misalnya, yang dari sudut
filsafat boleh dianggap sebagai tokoh yang utama antara para Sofis, sering-sering
mengunjungi Athena. Kedua, Faktor Lain yang dapat membantu untuk memahami timbulnya
gerakan Sofistik adalah kebutuhan akan pendidikan yang dirasakan di seluruh Hellas pada
waktu itu. Sudah kami utarakan bahwa bahasa merupakan alat politik yang terpenting dalam
masyarakat Yunani. Sukses tidaknya dalam bidang politik sebagian besar tergantung pada
kemahiran berbahasa yang diperlihatkan dalam sidang umum, dewan harian atau sidang
pengadilan. Itu teristimewa benar dalam masa yang dibahas di sini, karena hidup politik
sangat diutamakan. Khususnya di Athena, yang sekarang mengalami puncaknya sebagai polis
yang tersusun dengan cara demokratis. Itulah sebabnya tidak mengerankan bahwa orang
muda merasakan kebutuhan akan pendidikan serta pembinaan, supaya nanti mereka dapat
memainkan peranannya dalam hidup politik. Sampai saat itu pendidikan di Athena tidak
Kaum Sofis memenuhi kebutuhan akan pendidikan lebih lanjut. Mereka mengajarkan
ilmu-ilmu seperti matematika, astronomi dan terutama tata bahasa. Mengenai ilmu yang
terakhir ini mereka boleh dipandang sebagai perintis. Dan tentu saja, kaum Sofis juga
mempunyai jasa-jasa besar dalam mengembangkan ilmu retorika atau ilmu berpidato. Selain
dari pelajaran dan latihan untuk orang muda, mereka juga memberi ceramah-ceramah dengan
Dari uraian di atas ini boleh ditarik kesimpulan bahwa kaum Sofis untuk pertama
kalinya dalam sejarah mengorganisir pendidikan untuk orang muda. Dari sebab
Yunani. Itulah salah satu jasa yang besar sekali, yang pengaruhnya masih berlangsung terus
Sofistik boleh dilukiskan sebagai berikut. Karena pergaulan dengan banyak negara asing,
orang Yunani mulai menginsyafi bahwa kebudayaan mereka berlainan dari kebudayaan-
kebudayaan lain.
Pada umumnya para Sofis akan menjawab bahwa hidup sosial tidak mempunyai dasar
ukuran untuk segala sesuatu. Dengan demikian kaum Sofis jauh-jauh dalam relativitasme di
bersifat relatif saja. Atau dengan kata lain, baik buruk dan benar salah tergantung pada
manusia bersangkutan. Sokrates dan Plato dengan tajam sekali akan mengkritik pendirian itu.
Tetapi dapat dibayangkan bahwa kaum Sofis mengalami sukses besar dengan anggapannya
yang menentang tradisi-tradisi tua, terutama dalam kalangan kaum muda. Dalam hal ini
angkatan muda Yunani tidak berbeda banyak dengan angkatan muda pada zaman lain, karena
mereka selalu cenderung membuang yang kolot dan memihak kepada yang serba baru.
Di dalam sejarah filsafat, dikenal beberapa nama filsuf yang termasuk di dalam kaum
1. Protagoras
Protagoras lahir kira-kira pada tahun 485 di kota Abdera di daerah Thrake.
Demokritos adalah sewarga kotanya yang lebih muda. Sering kali ia datang ke Athena dan di
sana ia terhitung pada kalangan sekitar Perikles. Atas permintaan Perikles ia mengambil
bagian dalam mendirikan kota perantauan Thurioi di Italia Selatan pada tahun 444. pendirian
kota itu dimaksudkan Perikles sebagai usaha pan-Hellen, berarti seluruh Hellas diharapkan
mengambil bagian dalamnya. Ada tokoh-tokoh terkemuka yang ikut dalam usaha itu, seperti
misalnya Herodotos, Hippodamos dan Lysias. Protagoras diminta untuk mengarang undang-
Menurut Diogenes Laertios pada akhir hidupnya Protagoras dituduh di Athena karena
kedurhakaan (asebia) dan bukunya tentang agama dibakar di hadapan umum. Diceritakan
pula bahwa Protagoras melarikan diri ke Sisilia, tetapi pada perjalanan ini ia tewas, akibat
perahu layar tenggelam. Tetapi karena kesaksian Diogenes Laertios ini tidak dapat
dicocokkan dengan data-data lain, kebanyakan sejarawan modern menyangsikan
kebenarannya.
Protagoras mengarang sejumlah buku. Hanya beberapa fragmen pendek masih disimpan.
Tetapi isi ajarannya dapat diterapkan, karena gagasan Protagoras ramai dipersoalkan di
kemudian hari. Plato merupakan sumber yang utama, khususnya kedua dialognya yang
b). Ajaran.
tuturan. Protagoras yang terkenal, yang disimpan dalam kumpulan H. Diels sebagai fragmen
1: “Manusia adalah ukuran untuk segala-galanya; untuk hal-hal yang ada sehingga mereka
ada dan untuk hal-hal yang tidak ada sehingga mereka tidak ada”. Pendiri ini boleh disebut
menentukan benar tidaknya, bahkan ada tidaknya. Di sini dapat dipersoalkan bagaimana kita
mesti mengerti kata “manusia” itu. Yang dimaksudkan Protagoras, manusia perorangan
ataukah manusia sebagai umat manusia? Apakah kebenaran tergantung pada Anda dan pada
pada kita bersama-sama, sehingga kebenaran itu sama untuk semua manusia, biar pun tidak
mempunyai arti terlepas dari manusia? Tidak dapat disangsikan bahwa Plato mengartikan
perkataan Protagoras tadi mengenai manusia perorangan. Itu jelas karena contoh yang
yang sama dirasakan panas oleh satu orang (yaitu orang sehat) dan dirasakan dingin oleh
orang lain (yang dalam keadaan sakit/demam). Mereka kedua-duanya benar! Dan tidak ada
alasan yang menuntut bahwa kita membatasi pendapat Protagoras ini atas pengenalan
inderawi saja.
Oleh karenanya kebenaran seluruhnya harus dianggap relatif terhadap manusia bersangkutan.
Semua pendapat sama benar, biarpun sama sekali bertentangan satu sama lain. Tetapi, kalau
disimpulkan oleh Plato, secara konsekuen pendapat Protagoras hanya benar untuk dia sendiri
saja dan mungkin sekali bagi orang lain kebalikannya yang benar.
karya ini Protagoras mengemukakan anggapan yang tentu ada hubungannya dengan
relativisme yang diuraikan di atas. Dan anggapan ini sesuai dengan keaktifan khusus kaum
Sofis, sebab kita sudah melihat bahwa mereka terutama giat dalam bidang kemahiran
berbahasa. Suatu fragmen disimpan yang barangkali merupakan kalimat pertama dari karya
tersebut: “tentang semua hal terdapat dua pendirian yang bertentangan”. Boleh diandaikan
bahwa perkataan ini menyatakan gagasan pokok karya ini. Kalau benar tidaknya sesuatu
tergantung pada manusia, harus disimpulkan bahwa satu pendirian tidak lebih benar dari pada
kebalikannya. Ini mempunyai konsekuensi besar untuk seorang ahli berpidato. Terserah pada
Dari sebab itu perlu suatu latihan yang memungkinkan orang “membuat argumen
yang paling lemah menjadi yang paling kuat”. Para musuh kaum Sofis telah menafsirkan
gagasan ini dalam arti moral. Mereka memberi kesan seakan-akan menurut Protagoras
perbuatan yang sama serentak dapat dicela dan serentak juga dipuji, sehingga sesuatu yang
Dengan demikian seni berdebat menjadi alat yang cocok sekali untuk penjahat-
penjahat. Tetapi tidak ada alasan apa pun untuk menyangka bahwa maksud Protagoras
memang begitu. Oleh tradisi Yunani disampaikan kesaksian bahwa Protagoras mempunyai
d). Ajaran tentang negara dalam karya yang bernama tentang keadaan yang Asli.
Protagoras memberi suatu teori tentang asal usul negara. Teori ini dipengaruhi di satu
pihak oleh pengalaman yang sudah disebut di atas, yakni bahwa tiap-tiap negara mempunyai
adat kebiasaan sendiri dan di lain pihak oleh kenyataan bahwa pada waktu itu banyak kota
negara tidak berdasarkan kodrat, tetapi diadakan oleh manusia sendiri. Ia melukiskan
timbulnya keadaan itu ia mengalami rupa-rupa kedulitan, seperti gangguan dari pihak
binatang buas, bencana alam dan lain sebagainya. Karena ia tersendiri merasa lemah dan
tidak berdaya, ia mulai berkumpul dengan teman-teman manusia lainnya dalam kota-
kota.tetapi cepat sekali ia mengalami bahwa hidup bersama tidak gampang pula. Dengan
suatu mite, Protagoras menerangkan bagaimana kesulitan baru ini diatasi. Seseorang dewa
berkunjung kepada manusia dan menyerahkan kepada mereka dua anugerah” keinsyafan dan
keadilan (dike) dan hormat kepada orang lain (aidos). Berkat kedua bakat ini manusia dapat
tidak “lebih benar” dari pada undang-undang lain. Tetapi undang-undang ini lebih cocok
dengan masyarakat ini dan undang-undang lain lebih cocok dengan masyaraka lain. Rupanya
e). Ajaran Tentang allah-allah Masih disimpan datu fragmen dari karya Protagoras yang
berjudul Peritheon (“perihal allah-allah): Mengenai allah-allah saya tidak merasa sanggup
menetapkan apakah mereka ada atau tidak ada; dan saya juga tidak dapat menentukan
hakekat mereka. Banyak hal yang merupakan halangan: baik kaburnya pokok bersangkutan
maupun pendeknya hidup manusia”. Pendapat Protagoras tentang allah-allah boleh disebut
suatu skeptisisme, artinya di sini tidak mungkin mencapai kebenaran. Itu cocok sekali dengan
anggapan relativistis yang dianut Protagoras dalam bidang pengenalan. Tetapi kita tidak
mempunyai informasi bahwa ia juga menarik konsekuensi praktis dari pendapat skeptis itu.
Mungkin sekali ia menyimpulkan bahwa dalam hidup praktis manusia harus berpihak pada
tradisi saja dan beribadah kepada allah-allah polis, sebagaimana wajib dilakukan oleh semua
warga negara.
2. Gorgias
Gorgias lahir di Leontinoi di Sisilia sekitar tahun 483. Rupanya mula-mula dia murid
Empedokles, kemudian dipengaruhi oleh dialektika Zeno. Pada tahun 427 ia datang ke
Athena sebagai duta kota asalnya untuk meminta pertolongan melawan kota Syrakusa.
sukses besar, karena luar biasa fasih lidahnya. Ia dijunjung tinggi sebagai guru dan
mempunyai banyak murid. Ia meninggal pada usia 108 tahun, kira-kira pada tahun 375.
`b). Ajaran
Gorgias menulis sebuah buku yang berjudul Tentang yang Tidak Ada atau Tentang
(3). seandainya sesuatu dapat dikenal, maka pengetahuan itu tidak bisa disampaikan kepada
orang lain.
Ketiga pendirian ini disokong dengan banyak argumen. Soalnya ialah bagaimana kita
diucapkannya dengan ketiga pendirian ini. Kalau demikian, Gorgias bukan saja menganut
suatu skeptisisme (anggapan bahwa kebenaran tidak dapat diketahui), melainkan juga
memihak kepada nihilisme (anggapan bahwa tidak ada sesuatu pun atau bahwa tidak ada
sesuatu pun yang bernilai). Tetapi sulit sekali untuk membayangkan bahwa pendirian-
pendirian itu mengandung maksud Gorgias sendiri. Agaknya ia ingin menyindir metode
berargumentasi mereka dapat diteruskan hingga menjadi mustahil. Dalam tradisi yunani
diceritakan bahwa sesudah mengarang karya yang di sebut di atas, Gorgias berbalik dari
filsafat dan mulai mencurahkan perhatiannya kepada ilmu retorika. Kita masih mempunyai
dua pidato yang dikarang Gorgias. Mungkin kedua pidato ini disisipkan sebagai contoh
dalam suatu buku pegangan mengenai ilmu retorika, tetapi buku itu tidak ada lagi. Retorika
dianggap Gorgias sebagai seni untuk menyakinkan (“the art of persuasion”). Dari sebab itu
tidak cukup mengemukakan alasan-alasan yang diarahkan kepada akal budi, tetpai juga
Di antara murid-murid Gorgias tentu harus disebut Isokrates, seorang ahli pidato yang
ternama di Yunani. Ia akan membuka suatu sekolah Plato yang disebut “Akademia”.
3. Hippias
Hippias adalah kawan sebaya dengan Sokrates dan berasal dari kota Elis. Ia
dibicarakan dalam kedua dialog Plato yang berjudul Hippias Maior dan Hippias Minor.
b). Ajaran
Seperti banyak Sofis lain, Hippias juga mencurahkan perhatiannya pada pertanyaan,
apakah tingkah laku manusia dan susunan masyarakat harus berdasarkan nomos (adat
jawaban yang bertolak belakang dengan kebanyakan rekan Sofis. Ia beranggapan bahwa
kodrat manusiawi merupakan dasar bagi tingkah laku manusia dan susunan masyarakat. Ia
berpikir begitu, karena undang-undang berkali-kali harus dikoreksi atau diubahkan. Oleh
karenanya ternyata bukan undang-undang yang merupakan norma terakhir untuk menentukan
yang baik dan yang jahat. Apalagi, undang-undang sering kali memperkosa kodrat manusia.
orang bebas atau budak. Padahal, menurut kodratnya, semua manusia sama derajatnya.
Dengan demikian pada Hippias tampaklah suatu kosmopolitisme dan universalisme yang
4. Prodikos
Prodikos berasal dari pulau Keos dania juga boleh dianggap sebagai kawan sebaya
Sokrates.
b). Ajaran
sebagai jalan untuk melepaskan diri dari kesusahan dalam hidup manusia. Pendapatnya
tentang asal usul agama pasti tidak boleh dilupakan di sini. Menurut Prodikos, agama
bulan, sunagi-sungai dan pohon-pohon. Sebagai contoh ia menunjuk kepada pemujaan sungai
Nil di Mesir. Taraf berikut ialah bahwa mereka yang menemukan keahlian tertentu
(pertanian, perkebunan anggur, pengolahan besi) dipuja sebagai dewa. Sebagai contoh ia
menyebut dewa-dewa Yunani Demeter, Dionysos, dan Hephaistos yang dalam agama Yunani
masing-masing dikaitkan dengan pertanian, anggur dan besi. Jadi, ia berpendapat bahwa juga
agama agama merupakan ciptaan manusia (nomos). Ia menyangka pula bahwa doa itu
5. Kritias
Kritias ini lebih muda dari Sokrates. Ia berasal dari Athena dan memainkan peranan
b). Ajaran
Titik ajaran Kritias yang harus disebutkan di sini ialah pendapatnya tentang agama. Ia
Kebanyakan pelanggaran dapat diadili menurut hukum. Tetapi selalu ada pelanggaran-
pelanggaran yang dilakukan tersembunyi saja dan tidak diketahui oleh umum. Dari sebab itu
6. Lykophron
Lykophron adalah seorang filsuf yang termasuk ke dalam golongan Sofis. Di antara
b). Ajaran
itu disebabkan tidak ada fragmen-fragmen dari karyanya yang tersimpan. Hanya ada
beberapa komentar dari sumber-sumber kuno tentangnya. Salah satu filsuf yang
menyinggung namanya adalah Aristoteles di dalam bukunya Retorika (1405b 35; 1406a b;
Sofisme ada juga pengaruhnya yang positif waktu itu,yaitu melehirkan banyak orang terampil
berpidato. Disamping itu akal manusia dihargai. Tetapi segi negatifnya menjadikan orang
tidak bertanggung jawab atas ucapan-ucapannya, sebab apa yang dikatakan hari ini untuk
sesuatu,bias saja hari esoknya berlainan dengan dalih bahwa kebenaran hanyalah berlaku
sementara.
Dengan perjalanan seperti itu dunia pengetahuan menjadi tidak pasti dan terletak
masyarakat.
Maka retorika yaitu kecakapan berpidato menjadi kunci kebenaran untuk membela
suatu pendirian. Dan hilangnya keyakinan karena kebenaran yang pasti tidak ada dan tidak
akan tercapai.
untuk menarik banyak suara yang menguntungkan seseorang. Kaum Sofis menjanjikan untuk
mengajar kepandaian dalam masalah ini. Secara garis besar dapat dikatakan bahwa praktek
yang ada dan tentang tidak adanya yang tidak ada. Ini dapat ditafsirkan bahwa setiap orang
adalah ukuran segala sesuatu dan jika terjadi pertentangan maka tidak ada kebenaran obyektif
sesuai dengan yang ditentukan mana yang benar dan mana yang salah.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dalam uraian-uraian sejarah filsafat, kaum Sofis tidak selalu dipandang dengan cara
yang sama. Kadang-kadang dikemukakan pertimbangan yang agak negatif. Tetapi dalam
uraian-uraian lain kaum Sofis direhabilitasikan lagi dengan penilaian yang lebih positif. Pada
aliran Sofistik sendiri terdapat dua aspek yang menampilkan penilaian yang berbeda-beda itu.
Di satu pihak gerakan para Sofis menyatakan krisis yang tampak dalam pemikiran Yunani.
Rupanya pada waktu itu orang merasa jemu dengan sekian banyak pendirian yang telah
dikemukakan dalam filsafat pra-sokratik. Reaksinya ialah skeptisisme yang dianut oleh para
Sofis. Kebenaran diragukan dan dasar ilmu pengetahuan sendiri digoncangkan (Protagoras,
Gorgias). Dengan itu Sofistik pasti mempunyai pengaruh negatif atas kebudayaan Yunani
waktu itu. Banyak nilai tradisional dalam bidang agama dan moralitas mulai roboh. Peranan
polis sebagai kesatuan sosial-politik mulai merosot, karena kaum Sofis memajukan suatu
orientasi pan-Hellen. Tekanan pada ilmu berpidato dan kemahiran berbahasa menampilkan
bahaya bahwa teknik berpidato akan dipergunakan untuk maksud-maksud yang jahat. Kalau
prinsip Protagoras, yakni “membuat argumen yang paling lemah menjadi yang paling kuat”,
dikaitkan dengan relativisme dalam bidang moral, maka dengan sendirinya jalan terbuka
untuk penyalahgunaan itu. Sofis-sofis yang besar seperti Protagoras dan Gorgias tidak
menyalahgunakan ilmu berpidato untuk maksud-maksud jahat. Mereka adalah orang yang
dihormati oleh umum karena moralitas yang bermutu tinggi. Hal yang sama tidak bisa
dikatakan mengenai semua Sofis lain. Akan tetapi di lain pihak aliran Sofistik pasti juga
mempunyai pengaruh yang positif atas kebudayaan Yunani. Bahkan boleh dikatakan bahwa
para Sofis mengakibatkan suatu revolusi intelektual di yunani. Gorgias dan Sofis-sofis lain
hidup kaum Sofis bergema juga pada dramawan-dramawan yang tersohor seperti Sophokles
dan terutama Euripides. Dan kami sudah menyebut sebagai jasa-jasa Sofistik bahwa mereka
mengambil manusia sebagai obyek bagi pemikiran filsafat dan bahwa mereka meletakkan
fundamen untuk pendidikan sistematis bagi kaum muda. Tetapi jasa mereka yang terbesar
B. Saran
Kami menyadari bahwa dalam makalah ini masih banyak kekurangan dan kesalahan
dalam tulisan maupun penyusunannya, karena selain kami masih dalam tahap belajar, saya
juga manusia biasa yang tidak akan lepas dari salah dan dosa. Oleh karena itu, kami
mengharapkan kritik dan saran konstruktif pembaca demi perbaikan makalah kami
selanjutmya.
DAFTAR FUSTAKA
http://rudhyalyha.blogspot.com/2010/07tugas-makalah.html?m=1