Anda di halaman 1dari 10

1. Jelaskan rincian tarif pajak penghasilan PPh 21 tanpa NPWP!

Jawab:
Jumlah PPh Pasal 21 yang harus dipotong adalah sebesar 120% dari jumlah PPh Pasal 21
yang seharusnya dipotong dalam hal yang bersangkutan memiliki NPWP.

Ketentuan di atas diterapkan untuk pemotongan PPh Pasal 21 yang bersifat tidak final.

Dalam hal pegawai tetap atau penerima pensiun berkala sebagai penerima penghasilan yang
telah dipotong PPh Pasal 21 dengan tarif yang lebih tinggi mendaftarkan diri untuk
memperoleh NPWP dalam tahun kalender yang bersangkutan paling lama sebelum
pemotongan PPh Pasal 21 untuk Masa Pajak Desember, selisih pengenaan tarif sebesar
20% lebih tinggi tersebut diperhitungkan untuk bulan-bulan selanjutnya setelah memiliki
NPWP.

2. Sebutkan dan jelaskan variasi besaran tarif PPh pada pasal 22.
Jawab:
a. Untuk Impor
Jika menggunakan Angka Pengenal Importir (API), tarif yang dikenakan adalah 2,5% x nilai
impor. Sementara untuk non-API, tarifnya sama dengan 7,5% x nilai impor dan untuk impor
yang tidak dikuasai dikenakan tarif 7,5% x harga jual lelang.

b. Untuk Pembelian Barang
Jika pembelian barang dilakukan Bendahara Pemerintah, DJPB, dan BUMN/ BUMD, tarif
yang dikenakan adalah 1,5% x harga pembelian belum termasuk Pajak Pertambahan Nilai
(PPN) dan tidak final.

c. Untuk Penjualan Hasil Produksi 


Sebagaimana ditetapkan lewat Keputusan Direktur Jenderal Pajak, barang yang kena Pajak
PPh Pasal 22 meliputi: semen (tarif 0,25% x DPP PPN), kertas (tarif 0,1% x DPP PPN),
produk baja (0,3% x DPP PPN), dan produk otomotif (0,45% x DPP PPN). Semua tarif
tersebut bersifat tidak final.

d. Untuk Pembelian Bahan-Bahan Untuk Keperluan Industri 


Jenis ini juga dikenakan kepada eksportir dan pedagang pengumpul dengan tarif 0,25 % x
harga pembelian dan ini tidak termasuk PPN.

e. Untuk impor kedelai, gandum, dan tepung terigu


Jika menggunakan API, tarif yang dikenakan sebesar 0,5% x nilai impor.

3. Buatlah tabel mengenai perbedaan tarif progresif PPh WP Pribadi dengan tarif progresif
PPh WP Badan dan BUT.
Jawab:

a. Tarif Progresif PPh WP Pribadi


No. Jumlah Penghasilan Tarif
1. s.d.Rp.25.000.000,00 5%
2. >Rp.25.000.000,00s.d Rp.50.000.000,00 10%
3. >Rp.50.000.000,00s.d.Rp.100.000.000,00 15%
4. >Rp.100.000.000,00s.d.Rp.200.000.000,00 25%
5. >Rp.200.000.000,00 35%

b. Tarif Progresif PPh WP Badan dan BUT

No. Jumlah Penghasilan Tarif


1. s.d.Rp.50.000.000,00 10%
2. >Rp.50.000.000,00s.d.Rp.100.000.000,00 15%
3. >Rp.100.000.000,00 30%

4. Besarnya tarif pajak penghasilan badan usaha (WPB) dibedakan menjadi beberapa jenis.
Tarif tersebut dikategorikan berdasarkan dengan jumlah pendapatan yang didapatkan badan
usaha tersebut pada satu tahun pajak. Coba anda sebutkan dan jelaskan jenis tarif pajak
penghasilan badan (WPB)!

Jawab:
 Badan Usaha yang mempunyai pendapatan bruto hingga 4,8 miliar per tahun akan
dikenakan tarif pajak PPh final, yakni PPh Pasal 4 ayat 2. Perhitungan pajaknya 1% x
seluruh pendapatan bruto dari hasil usaha perseroan. Sementara berdasarkan PP 46
Tahun 2013, Wajib Pajak ataupun badan usaha harus menyetorkan Pajak PPh tersebut
tiap bulan dan paling lambat pada tanggal 15.
 Badan Usaha yang mempunyai pendapatan bruto lebih besar dari 50 miliar per tahun.
Besarnya tarif pajak penghasilan (PPh badan) dikenakan tarif pajak tunggal, yaitu
25% x laba bersih sebelum pajak.
 Badan Usaha yang mempunyai pendapatan bruto lebih besar dari 4,8 miliar serta
kurang dari 50 miliar per tahun. Badan usaha ini dikenakan dua tarif perhitungan
pajak: tarif dengan besar 12,5% bagi pajak penghasilan yang memperoleh
fasilitas/pendapatan bruto hingga 4,8 miliar dan tarif 25% untuk pajak penghasilan
yang tidak memperoleh fasilitas/pendapatan bruto 4,8-50 miliar.

5. Andi merupakan seorang kepala keluarga dengan satu anak. Ia bekerja di Dinas Pariwisata
sejak Januari tahun 2018. Penghasilan bruto yang terdiri dari gaji, tunjangan, dan pembayaran
lain adalah senilai Rp100.000.000. Joko membayar iuran pensiun dan tunjangan hari tua
senilai Rp2.000.000 setiap bulan. Berapakah PPh yang harus dibayar oleh Joko?

Jawab:
 Hitung penghasilan bersih (Penghasilan Bruto - beban tanggungan) Rp100.000.000 -
Rp2.000.000 = Rp98.000.000
 Hitung PTKP (PTKP = Pribadi + Istri + Anak) Rp54.000.000 + Rp4.500.000 +
Rp4.500.000 = Rp63.000.000
 Hitung PKP (PKP = Penghasilan bersih - PTKP) Rp98.000.000 - Rp63.000.000 =
Rp35.000.000
 Hitung PPh (PKP x Persentase PPh) Karena PKP Joko kurang dari Rp50.000.000,
maka pajak yang harus ia bayarkan adalah 5 persen dari PKP-nya Rp35.000.000 x 5%
= Rp1.750.000
Maka, PPh yang harus dibayarkan Joko selama setahun adalah sebesar Rp1.750.000.

6. Coba anda jelaskan mengenai hukum pajak material dan hukum pajak formal.
Jawab:
a. Hukum pajak material yakni memuat norma-norma yang menerangkan tentang keadaan,
perbuatan, peristiwa hukum yang dikenai pajak (objek pajak), siapa yang dikenakan pajak
(subjek pajak), berapa besar pajak yang dikenakan (tarif pajak), segala sesuatu yang timbul
dan hapusnya utang pajak, serta hubungan hukum antara pemerintah dan wajib pajak. Contoh
Undang Undang Pajak Penghasilan

b. Hukum pajak formal yakni memuat tentang bentuk/cara untuk mewujudkan hukum
material menjadi kenyataan (cara melaksanakan hukum pajak material). Hukum ini memuat:
 Tata cara penyelenggaraan (presedur) penetapan suatu utang pajak.
 Hak-hak fiskus untuk mengadakan pengawasan terhadap para wajib pajak mengenai
keadaan, perbuatan, dan peristiwa yang menimbulkan utang pajak.
 Kewajiban wajib pajak misalnya menyelenggarakan pembukuan/pencatatan dan hak-
hak wajib pajak misalnya mengajukan keberatan/banding. Contoh: Ketentuan Umum
dan tata cara Perpajakan.

7. Sebutkan dan jelaskan fungsi pajak!


Jawab:
 Fungsi penerimaan (budgetair) yaitu pajak sebagai sumber dana bagi pemerintah
untuk membiayai pengeluaran-pengeluarannya.
 Fungsi pengatur (regulerend) yaitu pajak sebagai alat untuk mengatur atau
melaksanakan kebijakan pemerintah dalam bidang sosial dan ekonomi.
 Fungsi Stabilitas, melalui penerimaan pajak pemerintah dapat mengatur kegiatan
perekonomian, sehingga tercipta kondisi yang lebih stabil dibidang ekonomi.
 Fungsi Pemerataan, yaitu pajak merupakan salah satu sumber pembiayaan
pembangunan. Pembangunan sarana dan prasarana dilakukan dengan tujuan agar
dapat mendorong meningkatkan pertumbuhan ekonomi dan kesempatan kerja,
sehingga pemerataan pembangunan dapat dicapai.
 Fungsi redistribusi pendapatan, yaitu pajak digunakan sebagai alat untuk mengalihkan
kekayaan dari sebagian masyarakat ke golongan masyarakat lain yang berpenghasilan
rendah.
 Fungsi demokrasi, yaitu pajak merupakan salah satu perwujudan dari sistem
kekeluargaan dan kegotongroyongan rakyat yang sadar akan baktinya kepada negara.

8. Cara pemungutan pajak dapat dilakukan berdasarkan tiga stelsel. Sebutkan dan jelaskan!
Jawab:
1) Stelsel nyata (riil stelsel) Pemungutan pajak didasarkan pada objek (penghasilan
yang nyata), sehingga pemungutan yang baru dapat dilakukan pada akhir tahun pajak,
yakni setelah penghasilan yang sesungguhnya diketahui. Stelsel nyata memiliki
kelebihan atau kebaikan, dan kekurangan. Kebaikan stelsel ini adalah pajak yang
dikenakan lebih realistis, sedangkan kelemahanya pajak baru dapat dikenakan pada
akhir periode ( setelah penghasilan riil diketahui).
2) Stelsel anggapan (fictive stelsel) Pengenaan pajak yang didasarkan pada suatu
aggapan yang diatur oleh suatu Undang Undang. Misalnya, penghasilan suatu tahun
dianggap sama dengan tahun sebelumnya, sehingga pada awal tahun pajak sudah
dapat ditetapkan besarnya pajak yang terutang untuk tahun pajak berjalan. Kebaikan
stelsel ini adalah pajak dapat dibayar selama tahun berjalan tanpa harus menunggu
pada akhir tahun. Sedangkan kelemahannya adalah pajak yang dibayar tidak
berdasarkan pada keadaan yang sesungguhnya.
3) Stelsel Campuran Stelsel ini merupakan kombinasi antara stelsel nyata dengan stelsel
anggapan. Yakni pada awal tahun besarnya pajak dihitung berdasarkan suatu
anggapan kemudian pada akhir tahun besarnya pajak disesuaikan dengan keadaan
yang sebenarnya. Apabila besarnya pajak menurut kenyataan lebih besar daripada
pajak menurut anggapan, maka wajib pajak harus menambah. Sebaliknya jika
besarnya pajak menurut kenyataan lebih kecil daripada pajak menurut anggapan,
maka wajib pajak dapat minta kembali kelebihannya (direstitusi) dapat juga
dikompensasi.

9. Jelaskan penyebab timbulnya utang pajak dan hapusnya utang pajak.


Jawab:
Penyebab timbulnya utang pajak
 Daluwarsa/lewat waktu yaitu terlampauinya waktu dalam melakukan penagihan utang
pajak selama lima tahun sejak terjadi utang pajak.
 Pembebasan yaitu pemberian pembebasan atas sanksi admistrasi pajak (berupa bunga
atau denda) yang harus dibayar oleh wajib pajak.
 Penghapusan yaitu pemberian pembebasan atas sanksi admistrasi pajak (berupa bunga
atau denda) yang harus dibayar oleh wajib pajak dikarenakan keadaan keuangan wajib
pajak.

Penyebab hapusnya utang pajak


 Pembayaran yaitu utang pajak yang melekat pada Wajib pajak akan hapus jika sudah
dilakukan pembayaran kepada kas negara.
 Kompensasi yaitu apabila wajib pajak mempunyai kelebihan dalam pembayaran
pajak, maka kelebihan tersebut dapat diperhitungkan dengan pajak yang masih harus
dibayar.

10. Pada tahun 2019, PT Maju Bersama memperoleh penghasilan kotor sebesar Rp2 Miliar.
Maka hitunglah besar pajak penghasilan PT Maju Bersama.
Jawab:
Pajak yang harus dibayar Pt Maju Bersama adalah:
= 50% x 25% x Rp5 Miliar = Rp625 juta.

11. Tuliskan rumus perhitungan PPh pasal 23 mengenai dividen, bungan, dan royality.
Jawab:
a) Dividen :
15% X Jumlah Bruto
b) Bunga :
15% X Jumlah Bruto
c) Royalty :
15% X Jumlah Bruto
12. Sebutkan dan jelaskan jenis-jenis tarif pajak, serta gambarkan perbedaannya dengan tabel.
Jawab:
a.) Tarif Progresif
 Tarif pajak progresif merupakan tarif pungutan pajak yang mana persentase akan naik
sebanding dengan dasar pengenaan pajaknya.
 Di Indonesia , tarif pajak progresif ini diterapkan untuk pajak penghasilan (PPh) wajib
pajak orang pribadi, seperti:
 Lapisan penghasilan kena pajak (PKP) sampai Rp50 juta, tarif pajaknya 5%.
 Lapisan PKP lebih dari Rp50 – Rp250 juta, tarif pajaknya 15%.
 Lapisan PKP lebih dari Rp250 -Rp500 juta, tarif pajakya 25%.
 Lapisan PKP di atas Rp500 juta, tarif pajaknya 30%.
b.) Tarif Degresif
 Tarif degresif ini kebalikan dari tarif progresif. Artinya, tarif pajak ini merupakan tarif
pajak yang persentasenya akan lebih kecil dari jumlah yang dijadikan dasar
pengenaan pajak tinggi. Atau, persentase tarif pajak akan semakin rendah ketika dasar
pengenaan pajaknya semakin meningkat.
 Jadi, jika persentasenya semakin kecil, jumlah pajak terutang tidak ikut mengecil.
Melainkan bisa jadi lebih besar karena jumlah yang dijadikan dasar pengenaan
pajaknya semakin besar.
c.) Tarif Proporsional
 Tarif proporsional merupakan tarif yang persentasenya tetap meski terjadi perubahan
terhadap dasar pengenaan pajak. Jadi, seberapa pun jumlah objek pajak,
persentasenya akan tetap.
 Contohnya adalah Pajak Pertambahan Nilai (10%) dan PBB (0,5%) dari berapa pun
objek pajaknya.
d.) Tarif Tetap/Regresif
 Tarif tetap atau tarif pajak regresif adalah tarif pajak yang nominalnya tetap tanpa
memerhatikan jumlah yang dijadikan dasar pengenaan pajaknya.
 Tarif tetap juga dapat diartikan sebagai tarif pajak yang akan selalu tetap sesuai
dengan peraturan yang telah diberlakukan, seperti Bea Meterai dengan nilai atau
nominal sebesar Rp3.000 dan Rp6.000.
 Pada dasarnya tarif pajak dipungut berdasarkan atau sesuai dengan pengelompokan
jenis-jenis pajak.

Tabel perbedaan jenis-jenis tarif pajak:


Objek Pajak Tarif Tetap Tarif Proporsional Tarif Progresif Tarif Degresif
Rp. 50.000.000 Rp. 100.000 10% 5% 25%
Rp. 100.000.000 Rp. 100.000 10% 15% 15%
Rp. 160.000.000 Rp. 100.000 10% 25% 5%

13. Dalam istilah perpajakan ada yang namanya tax avoidance dengan tax evasion. Coba
anda jelaskan secara rinci perbedaan tax avoidance dengan tax evasion.
Jawab:
Tax avoidance dan tax evasion sama-sama merupakan upaya untuk menghindari pajak,
namun keduanya sangatlah berbeda. Perbedaannya yaitu dapat dilihat dari:

a.) Sisi legalitasnya


 Dari definisi antara tax avoidance dengan tax evasion, jelas keduanya memiliki
perbedaan dalam hal legalitasnya. Artinya tax avoidance (penghindaran pajak)
merupakan upaya untuk mengurangi atau meminimalkan beban pajak dengan cara-
cara yang diperkenankan secara hukum.
 Jadi, dari sudut pandang hukum, tax avoidance merupakan tindakan legal dengan
memanfaatkan celah atau kelemahan yang terdapat dalam ketentuan perundang-
undangan perpajakan yang berlaku.
 Sebagaimana diketahui, peraturan perundang-undangan tentang perpajakan
merupakan produk hukum. Tak semua produk hukum sempurna, masih ada grey area
atau bagian abu-abu yang sering kali menjadi titik lemah dari peraturan perundang-
undangan tersebut.
 Jika jeli, maka wajib pajak dapat menemukan titik lemah tersebut dan
memanfaatkannya untuk meminimalkan beban pajak yang harus dibayarkannya.
 Lain halnya dengan tax evasion, karena upaya penghindaran pajak lebih mengarah
pada penggelapan pajak yang dari sisi legalitasnya dikategorikan sebagai tindakan
ilegal.
 Upaya penghindaran pajak pada tax evasion dilakukan dengan cara-cara yang
bertentangan dengan hukum perpajakan yang berlaku. Di sini wajib pajak sudah
memiliki niat untuk tidak membayar pajak.

b.) Upaya konkret yang dilakukan


 Mempercepat depresiasi sehingga diperoleh nilai penyusutan yang lebih besar. Dalam
laporan keuangan, penyusutan merupakan salah satu komponen yang mengurangi
penghasilan atau laba usaha yang digunakan sebagai dasar penghitungan pajak.
 Melakukan tax planning atau perencanaan pajak. Ada dua skema tax planning yang
bisa dilakukan untuk menghemat pajak, yaitu substantive tax planning dan formal tax
planning. Substantive tax planning dapat dilakukan dengan memindahkan subjek
pajak, objek pajak, atau subjek dan objek pajak sekaligus ke negara lain yang
memberikan perlakuan pajak khusus dalam arti keringanan pajak. Sementara formal
tax planning merupakan upaya menghindari pajak dengan tetap mempertahankan
substansi ekonomi dari suatu transaksi tetapi memilih jenis transaksi yang memiliki
beban pajak rendah.
 Tax avoidance dilakukan tanpa kecurangan dan rekayasa yang bertentangan dengan
aturan perpajakan. Berkenaan dengan hal itu, beberapa perusahaan  ada yang
menyusun laporan keuangan dalam dua versi. Pertama untuk kepentingan laporan
internal para pemegang saham terkait dengan penghitungan dividen. Sementara yang
kedua diperuntukkan bagi penghitungan pajak.
 Lantas, bagaimana dengan tax evasion? Upaya konkret dari tax evasion dilakukan
dengan melanggar ketentuan atau aturan perpajakan yang berlaku. Di sini, wajib pajak
sudah memiliki niat kurang baik yang bermuara pada ketidaksediaan untuk membayar
pajak, baik sebagian maupun keseluruhan dari pajak yang terutang. Adapun upaya
konkret yang dilakukan meliputi:
 Tidak melaporkan SPT (Surat Pemberitahuan Tahunan) yang memuat tentang harta
atau penghasilan yang menjadi objek pajak serta penghitungan dan pembayaran pajak
sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan.
 Melakukan kecurangan dengan merekayasa laporan keuangan, di mana biaya-biaya
fiktif dimunculkan untuk memperbesar biaya dan memperkecil penghasilan atau laba
usaha, bahkan jika dimungkinkan disusun sedemikian rupa sehingga wajib pajak
seolah-olah mengalami kerugian. Penghasilan yang telah direkayasa ini yang
kemudian dilaporkan untuk kepentingan perpajakan.

14. Tuliskan rumus untuk menghitung PPh Pasal 29!

 PPh Pasal 29 yang wajib dilunasi = PPh yang masih terhutang – PPh Pasal 25 yang
sudah dilunasi.
 PPh Pasal 25 yang dilunasi = 0,75% X Jumlah Penghasilan / Omzet Perbulan.
15. Toko Rudi menjual kulkas sebanyak 20 kulkas dengan harga satuannya sebesar
Rp6.000.000. Lalu, berapakah PPN terutang toko Rudi yang wajib disetorkan?
Jawab:
Total DPP atas penjualan 20 kulkas: 20 x Rp6.000.000 = Rp120.000.000
PPN = 10% x Rp120.000.000 = Rp12.000.000
Jadi, PPN terutang yang wajib disetorkan Toko Rudi adalah sebesar Rp12.000.000.

16. Ada tiga kewajiban wajib pajak yang diperiksa. Sebutkan dan jelaskan ketiganya!
Jawab:
1) Memperlihatkan dan/atau meminjamkan buku atau catatan, dokumen yang menjadi
dasarnya, dan dokumen lain yang berhubungan dengan penghasilan yang diperoleh,
kegiatan usaha, pekerjaan bebas Wajib pajak, atau objek yang terutang pajak;
2) Memberikan kesempatan untuk memasuki tempat atau ruang yang dipandang perlu
dan memberi bantuan guna kelancaran pemeriksaan.
3) Memberikan keterangan lain yang diperlukan, diantaranya:
 Buku, catatan, dan dokumen, serta data, informasi,dan keterangan lain wajib
dipenuhi oleh wajib pajak paling lama 1 (satu) bulan sejak permintaan
disampaikan.
 Dalam hal wajib pajak orang pribadi yang melakukan kegiatan usaha atau
pekerjaan bebas tidak memenuhi syarat sehingga tidak dapat dihitung
besarnya penghasilan kena pajak, penghasilan kena pajak tersebut dapat
dihitung secara jabatan sesuai dengan ketentuan peraturan perundangundangan
perpajakan.

17. Sebutkan pengertian dari penelitian!


Jawab:
Penelitian adalah serangkaian kegiatan yang dilakukan untuk menilai kelengkapan pengisian
surat Pemberitahuan dan lampiran-lampirannya termasuk penilaian tentang kebenaran
penulisan dan penghitungannya.

18. Sebutkan alasan terjadinya penghentian penyelidikan!


Jawab:
Penghentian Penyidikan jika:
 Untuk kepentingan penerimaan negara, atas permintaan Menteri Keuangan, Jaksa
Agung dapat menghentikan penyidikan tindak pidana di bidang perpajakan paling
lama dalam jangka waktu 6 (enam) bulan sejak tanggal surat permintaan.
 Penghentian penyidikan tindak pidana di bidang perpajakan sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) hanya dilakukan setelah Wajib pajak melunasi utang pajak yang tidak
atau kurang dibayar atau yang tidak seharusnya dikembalikan dan ditambah dengan
sanksi administrasi berupa denda sebesar 4 (empat) kali jumlah pajak yang tidak atau
kurang dibayar, atau yang tidak seharusnya dikembalikan.

19. Coba anda jelaskan mengenai pajak bumi dan bangunan!


Jawab:
Pajak Bumi dan Bangunan (PBB) dikenakan atas bumi dan atau bangunan. Bumi
adalah permukaan bumi dan tubuh bumi yang ada di bawahnya, sedangkan bangunan adalah
konstruksi teknik yang ditanam atau dilekatkan secara tetap pada tanah dan atau perairan.
Dasar hukum pemungutan Pajak Bumi dan Bangunan adalah undang undang Nomor 12
Tahun 1985 sebagaimana telah diubah dengan Undang undang Nomor 12 Tahun 1994
tentang Pajak Bumi dan Bangunan. Subjek pajak dalam Pajak Bumi dan Bangunan adalah
orang atau badan yang secara nyata mempunyai hak atas bumi, dan atau memperoleh manfaat
atas bumi, dan atau memiliki, menguasai, dan atau memperoleh manfaat atas bangunan.
Subjek pajak ini sekaligus menjadi wajib pajak Pajak Bumi dan Bangunan.

20. Pak Bambang memiliki rumah seluas 50 meter persegi yang berdiri di atas sebidang tanah
seluas 100 meter persegi. Diketahui harga bangunan tersebut adalah Rp500.000, sedangkan
harga tanah tersebut adalah Rp1.000.000. Jadi berapakah PBB yang harus dibayarkan oleh
Pak Bambang?

Jawab:

Nilai bangunan dan tanahnya:


Bangunan = 50 x Rp500.000 = Rp25.000.000
Tanah = 100 x Rp 1.000.000 = Rp100.000.000

Hitungan NJOP:
Nilai Bangunan : Rp25.000.000
Nilai Tanah : Rp100.000.000 +
           Rp 125.000.000

PBB:
NJKP = 20% x Rp125.000.000 = Rp25.000.000
PBB = 0,5% x Rp 25.000.000 = Rp125.000

Anda mungkin juga menyukai